PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelompok penyakit jantung yang terutama
disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme koroner, atau
kombinasi dari keduanya. Secara statistik, angka kejadian penyakit jantung koroner di dunia
terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di
Indonesia, penyebab kematian mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular.
Secara keseluruhan, jumlah kematian akibat PJK di seluruh dunia adalah sekitar 15 juta per
tahun atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai sebab.Manifestasi klinik PJK yang klasik
Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada
waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard.Hal ini menunjukkan bahwa telah
terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria.Angina pektoris dapat muncul sebagai angina
pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan
menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung
(AHA).Angina biasanya terjadi waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang
berat.Selama periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen darah daripada
arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas berlangsung dari 1 sampai 15
menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan menempatkan tablet nitroglycerin dibawah
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark
miokardium.Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan
Infark miokard akut adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak.
Penyebab yang paling sering adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan
aliran darah.Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi
trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner.Serangan infark miokard biasanya akut,
dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa
penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian.
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi bagi penyakit angina, aritmia dan infark?
1.2.3 Apa pengobatan secara farmakologis bagi penyakit angina, aritmia dan infark dan
efek sampingnya?
1.2.4 Bagaimana mekanisme kerja tiap obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit
1.3 TUJUAN
1.3.1 Agar mahasiswa mengetahui anatomi fisiologi serta patofisiologi bagi penyakit
1.3.2 Agar mahasiswa tau dan menguasai jenis obat dan mekanisme kerjanya terhadap
PEMBAHASAN
2.1 ANTIANGINA
Iskemia miokard ialah suatu keadaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Besarnya kebutuhan oksigen jantung ditentukan oleh
frekuensi denyut jantung, tegangan dinding ventrikel kiri (yang merupakan fungsi tekanan darah
sistemik, geometri ventrikel kiri, dll), serta kontraktilitas miokard (yang dipengaruhi oleh
aktifitas adrenoseptor, kanal Ca++ ).Perubahan hemodinamik ini terjadi misalnya dalam keadaan
latihan fisik yang seringkali merupkan factor pencetus timbulnya serangan angina pada pasien
aterosklerosis coroner.Besarnya suplei oksigen ditentukan oleh frekuensi denyut jantung (lama
diastole), kapasitas angkut oksigen oleh sel darah merah dan kelainan pembuluh darah
coroner.Dalam keadaan normal, ekstraksi oksigen oleh otot jantung hampir maksimal (±75%),
Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen ini diperbaiki dengan cara
engalami iskemia menyebabkan pergeseran metabolism dari aerob menjadi anaerob, yang
menghasilkan akumulasi asam laktat dan penurunan pH intrasel serta menimbulkan nyeri angina
T dan perubahan segmen ST (depresi segmen ST pada iskemia subendokard, elepasi pada
intrasel menjadi lebih positif sehingga terjadi potensial aksi yang amplitudonya lebih kecil,
menyebabkan takikardi atau fibrilasi ventrikel.Aritmia maligna merupakan salah satu penyebab
Daerah miokard yang paling rentan terhadap iskemia adalah subendokard ventrikel kiri.
Hal ini disebabkan karena miosit subendokard merenggang sewaktu diastole dan memendek
sewaktu systole lebih kuat, sehingga kerjanya lebih besar daripada daerah lain. Selain itu
cadangan oksigen dalam daerah subendokard lebih kecil dari pada daerah subepikard, sehingga
daerah subendokard lebih dulu mengalami iskemia dari pada daerah subepikard.Akan tetapi pada
iskemia berat, seluruh tebal miokard dapat terkena sehingga terjadi skemia transmural.
Berkurangnya suplai oksigen pada iskemia jantung menumbulkan gejala angina pectoris
atau tanpa gejala. Gejala klasik angina pectoris ditandai oleh adanya referred pain daerah
dermatom yang dipersarafi oleh sigmen T1-T4 yaitu nyeri subternal menjalar ke lengan kiri
bagian media. Bila iskemia berlangsung lama dan berat maka akan terjadi infark jantung.
2.1.2 Jenis Angina Pektoris
Angina stabil kronik (effort-induced angina) adalah angina yang tidak mengalami
perubahan dalam frekuensi, kuat dan lamanya serangan dalam beberapa bulan
Angina stabil kronik adalah jenis angina yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah
kerja fisik, emosi, atau makan.Angka kematian oleh angina ini adalah sekitar 3-4% setahu.
Ditandai oleh serangan angina berulang dengan frekuensi dan lama serangan angina yang
progresif, serangan infark jantung akut dan kematian mendadak.Serangan angina terjadi baik
sewaktu istirahat maupun kerja fisik.Mekanisme dasar dari angina ini adalah ketidakstabilan
c. Angina Varian
Angina varian dikemukakan pertama kali oleh M. Prinzmetal (1959) sebagai suatu
seranganangina yang erjadi saat istirahat yang diikuti oleh elevasi segmen ST pada EKG karena
vasospasme coroner. Perlu ditegaskan bahwa pada pada manusia jenis angina termasuk angina
karena vasospasme coroner, terdapat juga komponen aterosklerosis, walaupun beratnya berbeda
1. Golongan Nitrat
Manfaat nitrat organic sebagai antiangina telah dikenal sejak 1867, ketika Brunton
organic, dua masalah utama muncul, yaitu toleransi, dan penurunan tekanan darah secara nyata
sehingga dapat berbahaya pada infark jantung akut (IJA).Akan tetapi nitrat organic masih
merupakan obat yang pentng hingga kini digunakan untuk pengobatan penyakit jantung iskemik,
dan efektivitasnya telah ditunjukan dalam studi klinis menurunkan mortalitas, mengurangi
FARMAKODINAMIK
Mekanisme Kerja
Secara in vivo nitrat organic merupakan Pro Drug yaitu menjadi aktif setelah mengalami
berlangsung intraseluler ini dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstrasel dan reduced tiol
(glutation) intrasel. NO akan membentuk komplek nitrosoheme dengan guanilat siklase dan
menstimulasi enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan menyebabkan
defosforilasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek vasodilatasi pertama ini bersifat
non-endothelium-dependent.
pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin (PGI2) dari endothelium yang bersifat
vasodilator. Pada keadaan dimana endothelium mengalami kerusakan seperti aterosklerosis dan
Atas dasar kedua hal ini maka nitrat organic dapat menimbulkan vasodilatasi dan
FARMAKOKINETIK
Nitrat organic diabsorpsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual dan
oral.Metabolism obat ini dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati yang mengubah nitrit organic
larut lemak menjadi metabolit larut air yang tidak aktif atau mempunyai efek vasodilatasi
lemah.Efek lintas pertama dalam hati ini menyebabkan bioavailabilitas nitrat organic oral sangat
kecil (nitro-gliserin dan isosorbid dinitrat < 20%). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kadar
obat dalam darah secara cepat, serangan akut angina diatasi dengan preparat sublingual.
Contoh nitrat organic sublingual adalah nitrogliserin dan isosorbid dinitrat. Pada
pemberian sublingual, kadar puncak plasma nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-
Bila digunakan masa kerja yang lebih panjang, maka digunakan nitrat organic oral,
mempuyai efek terapeutik yang lebih lama dari pada bentuk nitratnya.
EFEK SAMPING, PERHATIAN, DAN KONTRAINDIKASI
Efek samping
awal terapi sering ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri selebral.Sakit kepala
obat.Ketergantungan nitrat organic dapat terjadi, sehingga pada pasien yang mendapat nitrat
organic dosis tinggi dan lama, penghentian obat harus dilakukan secara bertahap. Penghentian
stenosis aorta atau kardiomiopati hipertrofik, nitrat organic dapat menyebabkan penurunan curah
jantung secara hebat dan hipotensi refrakter.Pemberian nitrat organic dikontraindikasikan pada
INDIKASI
1. Angina Pektoris
Nitrat organic digunakan untuk pengobatan berbagai jenis angina pectoris.Untuk angina
tidak stabil, nitrat organic memberi efek antiagregasi trombosit sebagai peran terapi dalam
angina tidak stabil.Sejumlah obat digunakan dalam pengobatan angina tidak stabil yaitu aspirin
yang terbukti memperbaiki survival dan heparin yang dapat mengurangi serangan angina serta
mencegah terjadinya infark jantung. Obat lain yang digunakan untuk pengobatan angina tidak
dengan antagonis Ca++.Antagonis Ca++ dilaporkan mengurangi angka motalitas dan insidens
Penggunaan nitrat organic untuk gagal jantung kongesif biasanya dalam bentuk
kombinasi. Kombinasi nitrat organic dan hidralazin memperbaiki survival pasien gagal
jantung.Penggunaan nitrat organic tunggal untuk gagal jantung kongesif mungkin bermanfaat
memperbaiki gejala dan tanda gagal jantung, terutama apabila pasien tersebut juga menderita
β-bloker sangat bermanfaat untuk mengobati angina pectoris stabil kronik. Golongan obat
ini terbukti menurunkan angka mortalitas setelah infark jantung yang mungkin disebabkan
karena efek antiaritmianya. β-bloker menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung dengan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan kontraktilitas. Suplai oksigen
meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung sehingga perfusi coroner membaik saat
diastole.Efek yang kurang menguntungkan β-bloker ialah peningkatan volume diastolic akhir
SIFAT FARMAKOLOGI
β-bloker dibedakan atas beberapa karakteristik seperti jenis subtype reseptor yang
simpatomimetik intrinsic.
Walaupun suatu β-bloker diklasifikasikan sebagai kardioselektif, kardioselektivitas ini
relative dan menghilang jika dosis ditinggikan. Sifat larut lemak menentukan tempat metabolism
Penghentian terapi angina dengan β-bloker (terutama dengan waktu paruh pendek) harus
kantraksi jantung, tetapi mungkin sedikit kurang efektif dibandingkan β-bloker tanpa aktivitas
PENGGUNAAN KLINIS
β-bloker efektif untuk angina stabil kronik, tetapi tidak terbukti mengurangi mortalitas
pada angina tidak stabil. Sebaliknya, untuk angina vasospastik lebih baik menggunakan nitrat
organic dan penghambat kanal Ca++ ;β-bloker dalam ini digunakan sebagai obat tunggal.
Infark Jantung
infark jantung. Obat ini harus diberikan dini dan melanjutkan selama 2-3 tahun.
EFEK SAMPING
β-bloker menurunkan konduksi dan kantraksi jantung, sehingga dapat terjadi bradikardia
dan blok AV. Efek penurunan frekuensi denyut jantung lebih kecil pada penggunaan β-bloker
dengan aktivitas simpatomimetik intrinsic. Pada pasien dengan gangguan konduksi jantung dapat
digunakan β-bloker ultra-short acting esmolol i.v. β-bloker dapat memperburuk penyakit
Raynaud.Vasokontriksi perifer lebih jarang terjadi pada penggunaan β-bloker kardioselektif.β-
bloker dapat mencetuskan brokospasme pada pasien dengan penyakit paru; β-bloker
kardioselektif agaknya lebih baik untuk pasien ini, tetapi pasien asma biasanya merupakan
kontraindikasi pengunaan β-bloker. β-bloker dapat menurunkan kadar HDL dan meningkatkan
trigliserida; efek ini berkurang pada penggunaan β-bloker dengan aktivitas simpatomimetik
intrinsic. Demikian pula penggunaan β-bloker kardioselektif dapat dipertimbangkan pada pasien
Efek samping lain dari β-bloker adalah lelah, mimpi buruk, dan depresi. Insidens depresi
depresi dikaitkan dengan β-bloker yang lipifilik, tetapi tidak ada bukti klinis untuk ini.Gangguan
Penghambat kanal Ca++ yang pertama kali ditemukan adalah verapamil. Penghambatan
kanal Ca++ yang memunyai struktur kimia berbeda satu sama lain, dikenal sebagai derivat :
Tiga golongan pertama merupakan penghambat kanal Ca++ yang selektif bekerja terhadap kanal
Ca++ (90-100%), sedangkan kelompok lainnya menghambat kanal Ca++ (50-70%) dan kanal Na+.
FARMAKODINAMIK
Mekanisme Kerja
Pada otot jantung dan otot polos vascular, Ca++ terutama berperan dalam peristiwa
kontraksi. Meningkatnya kadar Ca++ dalam sitosol akan meningkatkan kontraksi. Masuknya Ca++
dari ruang ekstrasel (2mM) ke dalam ruang intrasel dipacu oleh perbedaan kadar :
Kadar Ca++ ekstrasel 10.000 kali lebih tinggi dari pada kadar Ca++ intrasel sewaktu diastole dan
Secara umum ada 2 jenis kanal Ca++. Pertama voltage-sensitive (VSC) atau potential-
dependent calcium channels (PDC). Kanal Ca++ jenis ini akan membuka bila ada depolarisasi
membrane sel. Kedua, receptor-operated calcium channel (ROC) yang membuka bila suatu
agonis menempati reseptor dalam kompleks system kanal ini. Contoh : hormone, neurohormon
misalnya norepinefrin. Pada peristiwa yang terjadi tanpa depolarisasi membrane ini, terjadi
penglepasan inositol trisfosfat (IP3) dari polifosfoinostida membrane yang berfungsi sebagai
second messenger mencetuskan penglepasan Ca++ dari sarkoplasmik reticulum. Terlepasnya Ca++
dari depot intraseluler akan memacu masuknya Ca++ lebih lanjut dari ruang ekstrasel.
Peningkatan konsentrasi Ca++ dalam sitosol setelah berikatan dengan kalmodulin akan
mengaktivasi myosin light-chain kinase sehingga terjadi fosforilasi myosin dan kontraksi
sarkomer.
Pada otot jantung dan vascular, masuknya Ca++ lewat kanal lambat dan penglepasan Ca++
dari sarkoplasmik reticulum berperan penting dalam kontraksi, sebaliknya otot rangka relative
tidak memerlukan Ca++ ekstrasel karena system sarkoplasmik reticulum yang telah berkembang
baik. Hal ini menjelaskan mengapa kontraksi otot polos dan otot jantung dapat dihambat oeh
penghambat kanal Ca++ , tetapi otot rangka tidak. Atas dasar perbedaan konduktansi dan
Pada jantung dan otot polos jenis yang dominan adalah subtype-L.penghambat kanal
Ca++ mempunyai reseptor pada membrane sel, dimana reseptor dihidropiridin, verapamil, dan
diltiazem berada pada daerah yang berbeda. Penghambat kanal Ca++ menghambat masuknya
Ca++ ke dalam sel, sehingga terjadi relaksasi otot polos vascular, menurunnya kontraksi otot
jantung dan menurunnya kecepatan nodus SA serta konduksi AV. Semua penghambat kanal Ca++
menyebabkan relaksasi otot polos arterial, tetapi efek hambatan ini kurang terhadap pembuluh
darah vena, sehingga kurang mempengaruhi beban preload. Ketiga, penghambat kanal Ca ++
mempunyai efek yang berbeda terhadap fisiologi kanal Ca++. Verapamil dan diltazem terikat
pada protein kanal terutama dalam fase inaktivasi kanal sehingga menunjukan karakteristik
frequency dependent ; hal ini menerangkan efek yang kuat kedua obat ini terhadap sel system
konduksi jantung.
Receptor operated channel (ROC) juga dihambat oleh penghambat kanal Ca++ , tetapi
penghabatan yang terjadi tidak sekuatpada VSC. Penghambatan arus masuk Ca++ dapat diatasi
sebagian oleh peningkatan konsentrasi Ca++ dan obat-obat yang meningkatkan masuknya Ca++
1. Dilatasi coroner
subendokard membaik.
efeklangsung kronotropik, dromotropik dan intropik negatif yang lebih kuat daripada
Diltiazem IV menimbulkan penurunan resistensi perifer dan tekanan darah disertai reflex
takikardia dan pengingkatan curah jantung kompensatoir. Tetapi pemberian secara oral
EFEK SAMPING
karena vasodilatasi berlebihan.Gejala yang tampak berupa pusing, sakit kepala, hipotensi, reflex
takikardia, flusing, edema perifer, batuk, edema paru.Efek ini terutama ditemukan pada
gingiva.Nimodipin pada dosis tinggi dapat manimbukan kejang otot. Dihidropiridin karena efek
hipotensi berat dan penurunan perfusi coroner atau reflex simpatis dapat menimbulkan serangan
angina.
INDIKASI
1. Angina varian
Penghambatan kanal Ca++ bermanfaat dalam pengobatan angina varian.Ke-3 golongan obat
penghambatan kaal Ca++ bermanfaat dalam pengobatan dilatasi coroner dan mengurangi
kebutuhan oksigen karena efek penurunan tekanan denyut jantung. Sejumlah penghambat kanal
Ca++ terutama dihidropiridin dapat memperberat serangan angina (proiskemia). Efek ini kurang
nyata pada penggunaan verapamil dan diltiazem karena efek vasodilatasi perifer dan reflex
takikardia yang lebih kecil. Untuk mengurangi kemungkinan ini dapat diberikan kombinasi
Obat yang biasa digunakan untuk pengobatan angina tidak stabil adalah nitrat organic, β-
bloker, heparin, dan aspirin.Penghambat kanal Ca++ dapat digunakan sebagai tambahan, karena
efek relaksasi terhadap vasospasme pembuluh darah pada angina tidak stabil.
4. Penggunaan lain
Pengobatan angina pectoris dapat menggunakan kombinasi beberapa obat, dengan tujuan
obat terutama 3 obat digunakan sekaligus, dapat menimbulkan bahaya efek samping yang lebih
nyata.
jantung pada pasien dengan gangguan fungsi sistolik ventrikel, oleh karena efek inotropic negatif
dari kedua obat tersebut. Akan tetapi, β-bloker dapat mengurangi reflex takikardia yang
disebabkan oleh nifedipin, sehingga kombinasi ini dapat meningkatkan efek terapinya.
Kombinasi nitrat organic dan β-bloker dapat mengkatkan efektivitas terapi pada angina stabil
kronik.β-bloker menghambat reflex takikardia dan inotropic positif oleh nitrat organic,
sedangkan nitrat organic dapat mengurangi kenaikan volume diastole akhir ventricular kiri akibat
β-bloker dengan cara menimbulkan venous pooling. Ntrat organic juga mengurangi kenaikan
Bila efek antianginanitrat organic atau β-bloker kurang memadai, maka kadang-kadang
coroner.Sebaliknya refleks takikardia yang terjadi karena penghambatan kanal kalsium (misalnya
Kombinasi penghambat kanal kalsium dan nitrat bersifat aditif, karena penghambat kanal
kalsium mengurangi beban hulu.Pemberian kombinasi obat ini dianjurkan untuk pasien angina
disertai gagal jantung, the sick sinus cyndrome, gangguan konduksi AV, yang tidak tepat untuk
diobati dengan penghambat kanal kalsium dan β-bloker.Efek hemodinamik yang dapat terjadi
Bila serangan angina tidak membaik pada pemberian kombinasi 2 macam antiangina,
maka dapat diberikan kombinasi 3 jenis obat. Tetapi kejadian efek samping akan meningkat
secara bermakna.
2.2 ANTIARITMIA
Aritmia
A. Mekanisme Aritmia
Yang dimaksud dengan aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari
implus, atau gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivitas
atrium dan ventrikel. Secara klinis, aritma ventrikel dibagi atas yang bernigna, yang dapat
menjadi maligna ( potensial maligna ) dan maligna yang dapat menyebabkan kematian
mendadak. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan implus, konduksi
Ada banyak contoh aritmia yang timbul, baik karena peningkatan atau kegagalan
automatisitas normal
Hanya ada beberapa jenis sel jantung memperlihatkan automatisitas dalam keadaan normal,
Nodus SA
Pada nodus ini, frekuensi implus dapat diubah oleh aktivitas otonomik atau penyakit
aktivitas sel pacu dinodus SA dengan cara meningkatkan konduktansi K+ (gK). Arus K+
Serabut Purkinje
system His-Purkinje dapat menurun.Pada sindrom sinus sakit aktivitas sel pacu pada
Aritmia yang berasal dari sumber implus yang abnormal dapat dibagi dua, yaitu
automatisitas abnormal dan aktivitas terpicu. Yang dimaksud automitisitas abnormal adalah
terjadinya depolarisasi distolik spotan pada nilai Vm yang sangat rendah ( lebih positif ), pada sel
yang dalam keadaan normal mempunyai potensial yang jauh lebih negative. Aktivitas terpicu
adalah pembentukan implus pada fase repolarisasi yang sudah mencapai ambang.Kedua
mekanisme ini sangat berbeda dari mekanisme pembentukan automatisitas normal.Disamping itu
dapat menyebabkan pembentukan implus pada serabut yang biasanya tidak mempunyai fungsi
automatic.
Aritmia dapat timbul karena munculnya aktivasi berulang yang dimulai oleh suatu
deplarisasi. Aritmia seperti ini yang sering juga dinamai aritmia arus-balik ( re-entrant
Untuk terjadinya arus-balik biasanya terjadi pada lintasan konduksi yang lambat, tetapi
dapat juga terjadi pada lintasan konduksi yang biasanya cepat seperti serabut Purkinje dalam
dan refractoriness.
Akan tetapi haruslah diketahui bahwa obat-obat dalam satu kelas sesungguhnya berbeda, suatu
obat mungkin efektif dan aman bagi pasien tertentu, tetapi yang lain belum tentu.
Sebagian besar informasi yang digunakan untuk mengelompokkan obat antiaritmia berasal
dari hasil kajian pada hewan.Obat-obat yang berada dalam kelas I secara langsung mengubah
arus kation pada membrane, khususnya ion K+ dan Na+. Akan tetapi ada manfaatnya untuk
memilah lebih lanjut kelompok obat ini berdasarkan kesanggupannya dalam menekan Vmax (
dengan cara menekat kanal cepat Na+ ) dan memperlambat repolarisasi membrane.
Kelas II meliputi obat-obat yang terutama mempunyai efek tak langsung terdapat
yang ada di kelas III adalah yang belum jelas mekanisme kerjanya, tetapi mereka sama-sama
terhadap Vmax adalah sedikit. Akhirnya, obat yang ada dikelas IV mempunyai efek depresi
dofetilid, ibutilid.
magnesium.
C. Pembahasan Obat-Obat
1. Kelas I
Obat antiaritmia kelas IA menghambat arus masuk ion Na+, menekan depolarisasi fase 0,
dan memperlambat kecepatan konduksi serabut Purkinje miokard ke tingkat sedang pada nilai
Vmax istirahat normal. Efek ini diperkuat bila membaran sel terdepolarisai, atau bila frekuensi
eksitasi meningkat. Walaupun kuinidin sering dianggap sebagai prototip, prokainamid tidak
mempunyai kemampuan yang sama seperti kuinidin atau disopiramid dalam menyekat reseptor
Obat antiaritmia kelas IA mempunyai efek yang kuat terhadap hamper semua jenis sel
dijantung. Tergantung pada obatnya, sifat-sifat listrik sel jantung dipengaruhi pula secara tak
Efek antikolinergik prokainamid jauh lebih lemah dari pada kuinidin, dan prokainamid tidak
efek depresi langsung pada sinus dan nodus AV. Obat ini tidak mempunyai khasiat antagonis
adrenergic-α dan β.
1. Kunidin
Kuinidin hanya tersedia dalam sediaan peroral, walaupun pada keadaan tertentu obat ini
dapat diberikan secara intramuscular atau intravena. Dosisi oral yang biasa adala 200-300 mg
yang diberikan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien dengan kontraksi atrium dan ventrikel premature
atau untuk terapi pemeliharan. Dosis yang lebih tinggi atau pemberian yang lebih sering dapat
2. Prokainamid
Prokainamid hidroklorida ( pronestyl ) tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul ( 250- 500
mg ) dan sebagai tablet lepas lambat ( 250-1.000mg ). Suntikan prokainamid hidroklorida berisi
100 atau 500 mg/ml dan digunakan untuk suntikan intramuscular dan intravena.
3. Disopiramid
Tersedia dalam bentuk tablet 100 atau 150mg basa. Dosis total harian adalah 400-800mg
yang pemberiannya terbagi atas 4 dosis. Penyusaian dosis perlu dilakukan pada gagal ginjal dan
pada pasien ini kadar plasma, efek terapi dan efek toksik perlu dimonitor dengan cermat.
1. Kuinidin
Bila diberikan per oral, kuinidin sulfat diabsorbsi dengan cepat dan kadar puncak dalam
plasma tercapai dalam waktu 60-90 menit. Penyerapan kuinidin glukonat adalah lebih lambat
dan barangkali sempurna, kadar puncak dalam plasma baru tercapai setelah 3-4 jam sesudah
pemberian oral. Walaupun kuinidin dapat diberikan secara intramuscular, obat ini menimbulkan
rasa sakit pada tempat suntikan dan meningkatkan keratin kinase plasma secara nyata.
Sekitar 90% kuinidin terikat pada protein. Obat ini didistribusikan dengan cepat ke
hamper semua jaringan, kecuali otak, dan volume distribusinya (vd) adalah 2-3 liter per
kilogram.
Kuinidin dimetabolisme sebagian besar dihati, metabolitnya dan kira-kira 20% senyawa
asal diekskresikan dalam urin.Waktu paruhnya adalah sekitar 6 jam. Hamper semua metabolit
dalam urin atau cincin kuinolin. Kuinidin difiltrasi diglomeruli dan diekskresi oleh tubuli
proksimal.Karena kunidin adalah basa lemah, reabsorpsinya ditekan dan ekskresinya diperkuat
bila pH urin asam. Bila pH urin ditingkatkan dari 6-7 menjadi 7-8, klirens kuinidin oleh ginjal
berkurang sebanyak 50% dan kadarnya dalam plasma meningkat. Keadaan ini dalam klinik
jarang terjadi, kecuali bila pasien minum natrium bikarbonat atau asetazolamid atau bila ada
2. Prokainamid
Prokainamid diabsorpsi dengan cepat dan hamper sempurna setelah pemberian peroral
pada orang normal. Kadar puncak dicapai 45-70 menit setelah minum kapsul, tetapi sedikit lebih
lambat setelah minum tablet. Dalam minggu pertama setelah infark miokard akut, absorpsi oral
mungkin buruk, tercapainya kadar obat mungkin tidak cukup untuk mengontrol aritmia.
Sekitar 20% prokainamid terikat protein dalam plasma.Obat ini dengan cepat didistribusi
keseluruh jaringan tubuh kecuali keotak, dan volume distribusinya adalah sekitar 2 liter per
kilogram.Akan tetapi nilai ini dapat menurun banyak pada pasien gagal jantung atau syok.
Sampai sekitar 70% dari dosis prokainamida dieliminasi dalam bentuk yang tak berubah
dalam urin.Prokainamida adalah basa lemah yang mengalami filtrasi, ekskresi dan reabsorbsi
Bila fungsi intrinsic ginjal mennurun, kadar prokainamid dalam plasma meningkat nyata.
Akan tetapi, bila ureum darah meningkat, fraksi dosis prokainamid yang diekskresi secra utuh
Sekitar 90% dosis oral disopiramid diabsopsi dan sebagian kecil mengalami metabolism
lintas pertama dihati.Kadar puncak dalam plasma tercapai dalam 1-2 jam setelah pemberian
peroral.
Pada kadar terapi yang normal, kira-kira 70% disopiramid terikat pada protein plasma,
fraksi yang terikat berbanding terbalik dengan kadar total dalam plasma. Volume distribusi
disopiramid adalah sekitar 0,6 liter per kilogram, tetapi nilai ini tergantung dosis karena ikatan
Sekitar 50% dosis disopiramid diekskresikan oleh ginjal dalam keadaan utuh, 20% dalam
bentuk metabolit dealkilasi dan 10% dalam bentuk lain. Metabolit monodealkilasi mempunyai
efek antiaritmia dan antikolinergiknya yeng lebih lama dari senyawa induk. Waktu paruh
eliminasi adalah 5-7 jam, dan nilai ini memanjang pada gagal ginjal ( dapat mencapai 20 jam
atau lebih ).
Penggunaan terapi
Obat-obat dalam kelas IA mempunyai spectrum kerja yang luas dan efektif untuk
pengobatan jangka panjang dan jangka pendek aritmia supraventrikel dan ventrikel.
Individualisasi dosis biasanya diperlukan sejak dari permulaan pengobatan, sebab kadar plasma
Obat kelas IA efektif untuk pengobatan jangka panjang depolarisai prematur ventrikel
(VPD) adalah suatu gangguan ritme yang paling umum.Obat kelas IA tidak digunakan untuk
pengobatan takikardia ventricular menetap dan aritmia yang disebabkan digitalis, karena efeknya
mudah timbul.Takikardia ventricular menetap biasanya diatasi dengan kardioversi dan aritmia
oleh digitais dapat diobati lebih baik dengan obat lain (lidokain, fenitoin, antibody atidigoksin).
Efek samping
1. Kuinidin
Kira-kira sepertiga pasien yang menerima kuinidin akan mengalami efek samping yang
segera terlihat akan memerlukan penghentian pengobatan. Karena kuinidin mempunyai rasio
terapi yang rendah, maka setiap pasien memerlukan pengawasan yang baik.
Efek toksik kardiovaskular. Bila kadar kuinidin naik melebihi 20mg/ml, kompleks QRS
dan interval Q-Tc akan melebur dengan cepat. Perubahan ini berguna dalam pemantauan terapi
kuinidin. Pada kadar obat yang tinggi, efek toksik terhadap jantung menjadi berat, sehingga
dapat timbul blockade atau henti SA, blockade AV derajat tinggi, aritmia ventrikel atau asistol.
2. Prokainamid
hipotensi. Kadar toksik prokainamid dapat menurunkan kerja jantung dan mempermudah
timbulnya hipotensi.
3. Disopiramid
Efek samping disopiramid adalah berupa mulut kering, konstipasi, pengelihatan kabur, dan
hambatan miksi. Disopiramid dapat menyebabkan mual, nyeri abdomen, muntah atau diare.
Tetapi keluhan saluran cerna ini lebih jarang terjadi dibandingkan kuinidin.Obat ini menurunkan
curah jantung dan kinerja ventrikel kiri melaui efek depresi langsung dan kontriksi arleriolar,
sehingga harus dilakukan dengan sangat hati-hati pada pasien dengan bakat gagal jantung. Efek
samping kardiovaskular ini lebih menonjol dari pada obat lain dan kelas IA. Tekanan darah
biasanya meningkat sementara setelah pemberian secara intavena, walaupun curah jantung
Interaksi obat
Obat yang menginduksi enzim hati, seperti fenobarbital atau fenitoin, dapat memperpendek
lama kerja kuinidin dengan cara mempercepat eliminasi. Bila kuinidin diberikan pada pasien
yang mempunyai kadar digoskin plasma yang stabil, kadar digoskin akan meningkat dua kali
Obat antiaritmia kelas IB ini sedikit sekali mengubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan
konduksi diserabut Purkinje bila nilai Vm normal.Akan tetapi efek penekanan obat kelas IB
terhadap parameter ini sangat diperkuat bila membrane terdepolarisasi atau bila frekuensi
eksilasi dinaikkan.Berlawanan dengan obat kelas IA, obat kelas IB mempercepat repolarisasi
membrane. Lidokain merupakan prototip, tetapi obat ini tidak tersedia untuk pemberian oral.
Dalam kadar terapi, obat kelas IB sangat jarang menekan nodus SA, tetapi penekanan dapat
terjadi pada pasien yang mengidap gangguan sinus. Dalam kadar terapi, obat ini mengurangi
1. Lidokain
Walaupun lidokain diserap dengan baik setelah pemberian peroral, obat ini mengalami
metabolism yang ekstensif sewaktu melewati hati, dan hanya sepertiga yang mencapai sirkulasi
sistemik.
Sekitar 70% lidokain dalam plasma terikat protein.Distribusi berjalan cepat, volume ini
menurun pada pasien gagal jantung.Tidak ada lidokain yang diekskresi secara utuh dalam urin.
2. Fenitoin
Absorpsi fenitoin dari saluran cerna berlangsung lambat dan tidak menentu.Absorpsi setelah
penyuntikan intarmuskular juga lambat dan tidak sempurna. Sekitar 90% fenitoin dalam plasma
diikat oleh albumin, fraksi ini berkurang bila ada uremia. Setelah pemberian intravena, fenitoin
disebar dengan cepat kejaringan.Obat ini dieliminasi melaui hidroksilasi dihati dan metabolit
dipengaruhi oleh perubahan aliran darah hati. System enzim yang memetabolisme fenitoin
menjadi jenuh pada rentang kadar terapi. Karenanya, waktu paruh eliminasi adalah tergantung
3. Tokainid
Tokainid diabsorpsi denga sempurna setelah pemberian peroral, kadar puncak dalam plasma
muncul dalam waktu 1-2 jam, sekitar 40% tokainid diekskresi dalam urin dalm bentuk utuh.
Waktu paruh dalam plasma adalah 11-15 jam, dan nilai ini naik dua kali lipat pada pasien gagal
perawatan intensif. Lidokain efektif terhadap aritmia ventrikel yang disebabkan oleh infark
2. Fenetoin digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel dan atrium yang disebabkan oleh
digitalis. Fenetoin efektif untuk mengatasi aritmis ventrikel yang timbul setelah bedah jantung
terbuka dan infrak miokard. Fenetoin juga efektif untuk mengobati berbagai bentuk aritmia
Efek samping
Obat antiaritmia kelas IB mempunyai efek samping jantung yang lebih ringan dari pada kelas
IA atau IC. Efek samping lidokain terhadap jantung sangat sedikit. Efek utamnya adalah teradap
SSP. Efek samping fenitoin yang paling menonjol pada pengobatan aritmia jangka pendek
merupakan gejala SSP yaitu mengantuk, nistagmus, vertigo, ataksia, dan mual. Tokainid dan
meksiletin menyebabkan gejala SSP berupa pusing, ringan kepala dan tremor dan gejala saluran
Obat kelas IC berafinitas tinggi terhadap kanal Na+ di membrane sel. Obat ini merupakan
antaritmia yang paling poten dalam memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na+
kedalam sel dan kompleks premature ventrikel spontan. Peran obat-obat kelas IC dalam
Obat-obat dalam kelas IC terikat erat dan menyekat kanal Na+.Dengan demikian obat-obat ini
menurunkan Vmax dan lonjakan potensial aksi datrium, ventrikel dan serabut Purkinje,
perlambatan konduksi dibagian jantung ini, paling nyata pada system His-Purkinje, dibandingkan
1. Flekainid
Diabsorpsi hamper sempurna setelah pemberian per oral dan kadar puncak dalam plasma
muncul dalam waktu 3 jam. Flekainid dimetabolisme oleh hati, sekitar 40% diekskresi dalam
urin dalam bentuk tak berubah, metabolitnya tak berkhasiat antiaritmia.Waktu paruh eliminasi
rata-rata 11 jam.
2. Enkainid
Diabsorpsi hamper sempurna setelah pemberian per oral. Tetapi biovaibilitasnya turun
menjadi 30% melalui metabolism lintas pertama dihati.Kadar puncak dalam plasma tercapai
dalam waktu 30-90 menit.Enkainid dimetabolisme oleh sitokrom P450 hati dan mempunyai
Efek samping
Semua obat kelas IC menimbulkan efek samping yang sama pada jantung. Efek proaritmia
terjadi pada 8-15% pasien dengan aritmia ventrikel maligna, dianggap jarang terjadi pada pasien
aritmia ventrikel benigna.Akan tetapi, baru-baru ini dilaporkan enkainid dan flekainid
meningkatkan resiko kematian mendadak dan henti jantung pada pasien yang pernah mengalami
Propanolol
Pada pemberian per oral, propanolol diabsorpsi sangat baik, tetapi metabolism lintas
menurunkan curah jantung dah aliran darah hati, tertama pada pasien gagal jantung
kiri.
Asebutolol
Asebutolol juga diabsorpsi baik oleh saluran cerna. Bioavaibilitasnya per oral kurang
dari 50%, nilai ini lebih tinggi pada usia lnjutb dan memerlukan peyesuaian dosis.
Waktu paruh eliminasi asebutolol adalah 3 jam dan 8-12 jam untuk diasetolol.
Esmolol
Esmolo hanya diberikan secara infuse intravena, waktu paruh distribusinya hanya 2
menit. Waktu paruh eleminasi adalah 8 menitb dan metabolitnya tidak aktif.
Penggunaan terapi
meliputi fibrilasi, atrium. Tujuan pengobatan pada jenis aritmia ini adalah untuk
pada pasien dengan fibrilasi dan flutter atrium pasca bedah atau keadaan kedaruratan lain
Efek samping
Pada pasien gagal jantug terdapat aktivitas simpatis tinggi untuk mempertahankan
kontraksi ventrikel. Sebab itu bila pada keadaan ini digunakan beta-bloker sebagai obatb
antiaritmia, akan terjadi hipotensi atau gagal jantung ventrikel kiri. Akan tetapi banyak
pasien gagal jantung yang dapat menerima pengobatan jangka panjang dengan
Obat obatan dalam kelas III ini mempunyai sifat farmakologis yang berlainan, tetapi
serabut Purkinje dan serabut otot ventrikel. Obat-obat ini menghambat aktifitas sistem saraf
otonom secaranyata.
A. Bretilium
- Absorbsi, distribusi, eliminasi : absorpsi oral bretilium adalah buruk, karena merupakan
melalui ginjal tanpa di metabolisme.Waktu paruh adalah sekitar 9 jam dan naik menjadi 15-30
gagal diobati dengan obat-obat aritmia lini pertama (first line) seperti lidokain atau prokainamid.
Pemberian bretilium harus dilakukan dalam ruang perawatan intensif. Fibrilasi ventrikel yang
refraktor dan berat memberikan respons sangat baik. Takikardia ventrikel biasanya memberikan
respons setelah beberapa waktu (6jam ataulebih) setelah pemberian satu dosis.
- Efek samping : hipotensi adalah efek samping utama bretilium bila diberikan intravena untuk
pengobatan aritmia akut. Pemberian intravena cepat dapat menimbulkan mual dan muntah.
B. Amiodaron
- Absorbsi, distribusi, eliminasi : amiodaron diabsorpsi secara lambat dan tidak sempurna pada
pemberian per oral; bioavailibitasnya adalah sekitar 30% dan berbeda antar individu. Pada
pemberian peroral, kadar puncak tercapai setelah 5-6 jam. Amiodaron terikat pada jaringan dan
di metabolisme secara lambat di hati. Waktu paruhnya panjang yaitu 25-60 hari. Pada
pengobatan jangka panjang metabolit desetilnya yang aktif berkumulasi dalam plasma melebihi
- Terapi : dapat digunakan untuk fibrilasi artrium berulang dan untuk takikardia ventrkel yang
- efek samping : sering terjadi dan meingkat secara nyata setelah 1 tahun pengobtan yang dapat
mengenai organ dan menyebabkan kematian. Efek sampingnya diantaranya adalah gangguang
fungsi hati, mikrodeposit kornea, fotosensitivitas pada kulit, bertambahnya berat badan, ddan
gejala hipertiroid.
C. Sotalol
- Absorbsi, distribusi, eliminasi : sotalol diabsorpsi dengan cepat pada pemberian peroeal dan
bioavaibilitasnya hampir 100%. Kadar maksimum plasma dicapai 2-3 jam sesudah pemberian
dan hanya sedikit yang terikat pada protein plasma.Waktu paruhnya adalah sekitar 10-11
jam.Eliminasinya adalah melalui urin dalam bentuk tak berubah sehingga dosisnya perlu di
- terapi : sotlaol mungkin merupakan obat yang lebih aman daripada amiodaron dan menjadi obat
pilihan pertama pada aritmia ventrikel yang maligna. Sotalol agaknya efektif untuk pengobtan
- Efek samping : pengobatan dengan sotlaol dilaporkan dapat menimbulkan gagal jantung,
proaritmia dan bradikardia. Oleh karena itu, dosis sotalol perl diturunkan bila interval Q-Tc
Mekanisme kerja
- automatisitas
Efek langsung obat kelas III terhadap automasitas nodus SA dan serta purkinje hanya
sedikit. Pada pemberian parenteral bretilium meningkatkan automatisitas selintas dengan cara
melepaskan norepinefrin dari ujung saraf simpatis. Secara eksperimental efek ini dapat dicegah
blocker.Amiodaron menurunkan secara nyata automasitis nodus sinatrial dan sistem hispurkinje
melaluimekanisme yang belum diketahui.Sotalol menurunkan automatisitas, karena obat ini
merupak beta-blocker.
Bretilium dan sotalol tidak mempuyai efek yang nyata terhadap kesigapan membran dan
ditekan secara nyata oleh sotalol dan amiodaron tetapi hanya sedikit oleh bretilium.
Obat kelas II diduga meniadakan aritmia arus-balik dengan cara memperpanjang masa
refrakter tanpa mempengaruhi penjalaran impuls. Disamping itu bretilium dapat menyebabkan
reolarissi dan peningkatan kecepatan konduksi pada daerah yang terdepolarisasi dengan cara
melepaskan ketokalamin.
- efek elektrokardiografik
Pada kadar terapi, amiodaron dan sotalol menurunkan frekuensi denyut jantung tetapi
bretilium hanya sedikit efeknya. Pada pengobatan jangka lama dengan amiodaron terjadi sinus
bradikardia simptomatik.
Ketiga obat ini menghambat adrenoreseptor-beta oleh sotalol dapt menurunkan fungsi
jantung pada pasien yang curah jantungnya dipertahankan oleh aktivitas simpatis. Bretilium
dapat meningkatka kontraktilitas miokard pada awal pemberian, tetapi obat ini dapat
meningkatkan kinerja jantung karena menyebabkan relaksasi otot polos vaskular dan
Obat-obat antiaritmia kelas IV adalah penghambat kanal Ca. Efek klinis penting dari
antagonis Ca utuk pengobatan antriaritmia adalah penekanan potensial aksi yang Ca dependent
mekanisme kerja
nodus SA pada percobaan in vitro. Verapamil menurunkan kecepatan depolarisasi spontan fase 4
diserabut Purkinje dan dapat menghambat delayed afterdepolarization dan triggered activity
- Efek terhadap aritmia arus-balik : efek paling nyata dari verappamil dan diltiazem adala
fungsional nodus AV. Efek ini di duga merupakan efek langsung dari penyekatan kanal Ca.
Depresi nodus AV menyebabkan penurunann respons ventrikel pada fibrilasi atau flutter atrium
- efek elektrokardiografik : verapamil dan diltiazem meningkatkan interval P-R pada irama sinus
adrenoreseptor-alfa.
Terapi
Verapamil bermanfaat untuk penurunan segera respons ventrikel pada fibrilasi bila
digunakan pada pengobatan aritmia ventrikel kecuali jika penyebanya adalah spasme arteri
koronaria.Dalam hal ini, penggunaan antagonis Ca tersebut adalah untuk menghilangkan spasme
Interaksi obat
Pemberian verapamil bersma beta-blocker atau digitalis secara aditif dapat menimbulkan
bradikardia atau blok AV yang nyata. Interaksi ini terjadi pada nodus SA atau nodus AV.
Disamping itu verapamil dan diltiazem bersama dengan reserpinatau metildopa yang dapat
kalsium di nodus AV dan aktivasi aliran kalium yang diperantarai oleh asetilkolin di artrium.
nodus AV. Efeknya terhadap nodus AV ini dimanfaatkan mengakhiri aritmia arus paa nodus AV
dan untuk mengendalikan denyut ventrikel pada fibrilasi atrium yang menyertai parah jantung
dimana pada keadaan ini antagonis kalsium atau penyekat reseptor beta bila diberikan sebagai
B. Adenosin : adalah nukleosid yang alamiah terdapat dalam tubuh. Efek adrenosin di perantarai
mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitif asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV yang
automatisitas normal.Adenosin juga menghambat efek elektrofisiologi dari AMP siklik yan
meningkat karena stimulasi simpatis. Efek adenosin ini selanjutnya akan menurunkan aliran ion
kalsium penurunan aliran ion kalsium ini akan memperpanjang massa refrakter nodus AV dan
menghambat timbulnya DAD akibat perangsangan saraf simpatis dan kedua efek adenosin ini
dan intravena. Magnesium juga memperpanjang masa refrakter efektif atrium, nodus AV dan
ventrikel. Maginnesium adalah esensial untuk fungsi Na-Ka atpase; defisiensi magneium
mengurangi kesanggupan sel unntuk mempertahankan kadar normal kalium intrasel yang berarti
Infark
Infark miokard akut didefinisikan sebagai nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokn darah akibat sumbatan akut arteri koroner. Sumbatan ini sebaian besar
disebabkan rupture plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya
sumbatan ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli atau vaskulitis.
Infark Miokard Akut adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang berkepanjangan
yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark) miokard. Iskemia sendiri
merupakan suatu keadaan transisi dan reversible pada miokard akibat ketidakseimbangan antara
Penyebab tersering dari infark miokard (MI) adalah rupturnya plak arterosklerosis pada
arteri coronaria yang disebabkan spasme arteri atau terbentuknya trombus.Intinya infark miokard
akut terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik
sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel
jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada
orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya
dihubungkan dengan beberapa hal antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu;
(b) stress emosional atau nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh
sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor pemompaan
dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada
sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada
cardiac output (COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi
menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk
Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh.Jika daya angkut
darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung
maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya
dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut
telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin
memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan
lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang
harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang tidak
efektif.
Tanda dan gejala yang timbul pada Infark Mioma akut adalah sebagai berikut.
Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,
ditekan, tertindik.
Takhikardi
Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang
Dispnea
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan
infark.Miokard infark subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif
menurun dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau
dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat
takikardia atau hipertrofi ventrikel.Walaupun pada mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan,
kecenderungan iskemia dan infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan trombosis
Penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque
aterosklerotik yang emboli koroner.Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner
Infark inferior mengenai permukaan diafragma jantung sering disebabkan oleh oklusi
Infark anterior mengenai permukaan anterior ventrikil kiri biasanya disebabkan oleh
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk terkena infark
miokard akut, yaitu faktor resiko yang bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak bisa
dimodifikasi.
Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa
Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan aterosklerosis;
pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan penyebab
Hipertensi sistemik.
akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi
ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya afterload yang pada akhirnya
Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, DM yang tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
Kurang olahraga
Aktivitas aerobik yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih
Merupakan faktor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya:
Usia
Resiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya
setelah menopause).
Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen yang bersifat
kardioprotektif pada perempuan.Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat
dan akhirnya setara dengan laki pada wanita setelah masa menopause.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelum usia 70 tahun
merupakan faktor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga
menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini.Terdapat bukti bahwa riwayat
positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga dekat.
RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS
apro-karibia.
Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian
Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila hormat,
ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK. Terdapat hubungan
Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih
dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (misal dokter, pengacara dll).Selain itu
frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini
2.3.6 Patofisiologi
Infark miokard umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Pada sebagian besar
kasus infark terjadi jika plak ateroslerosis mengalami fisur, ruptur, atau ulserasi dan jika kondisi
lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur
yang mengakibatkan obstruksi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak koroner
cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich
core).
Lokasi dan luasnya infark tergantung pada arteri yang oklusi dan aliran darah
transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial. Setelah 20 menit terjadi
sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjaddi infark transmural. Hal ini kadang-kadang belum selesai karena daerah
sekitar infark masih dalam bahaya bila proses iskemia masih berlanjut.
Bila arteri left anterior descending yang oklusi infark mengenai dinding anterior ventrikel
kiri dan bisa mengenai septum. Bila arteri Left circumflex yang oklusi, infark mengenai dinding
lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri koroner kanan yang oklusi, infark terutama
mengenai dinding inferior dari ventrikel kiri, tetapi bisa juga septum dan ventrikel kanan. Oklusi
arteri koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan infark bila daerah yang diperdarahi arteri
yang oklusi tersebut mendapat pasok oleh kolateral pembuluh arteri lain.
berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar
dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul
edema pada sel-sel , respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung
dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi proses
degradasijaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik
relatif tipis.Sekitar minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut.Lambat laun jaringan ikat
fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif.
Infark miokard jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis
kehilangan daya kontraksi sedangkan otot iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan daya
pada iskemia : daya kontraksi menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang
ventrikel kiri.
a. Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada nitrogliserin
juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena
infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin
paru.Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan. Nitrat juga harus dihindari pada pasien
b. Morfin
Morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada infark. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu
diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan
simpatis sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri.
Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan
penambahan cairan iv dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang
menyebabkan bradikardi atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark
posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5 mg IV.
c. Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai infark dan efektif pada
spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan
reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di
ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
d. Beta blocker
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV, selain
nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit
sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung <60 menit, tekanan darah sistolik >100
mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas
menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6
e. Terapi reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi
dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien infark berkembang menjadi pump
failure atau takiaritmia ventrikuler yang maligna. Sasaran terapi reperfusi pada pasien
infarkadalah door-to-needle time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit
f. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor menurunkan mortalitas pasca infark dan manfaat terhadap mortalitas
penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan remodelling ventrikel pasca
infark dengan penurunan risiko gagal jantung.Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada
pasien yang mendapat inhibitor menahun pasca infark. Inhibitor ACE harus diberikan dalam 24
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
terutama disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme
Angina pectoris ialah suatu keadaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Besarnya kebutuhan oksigen jantung ditentukan oleh
frekuensi denyut jantung, tegangan dinding ventrikel kiri (yang merupakan fungsi tekanan darah
sistemik, geometri ventrikel kiri, dll), serta kontraktilitas miokard (yang dipengaruhi oleh
aktifitas adrenoseptor, kanal Ca++ ). Pengobatan untuk penyakit ini dikelompokkan menjadi 4
golongan : golongan nitrat, penghambat adrenoseptor beta (β- bloker), penghambat kanal
kalsium dan nitrat organic, kombinasi penghambat kanal kalsium, β-bloker dan nitrat organic.
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari implus, atau gangguan
konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivitas atrium dan ventrikel.
Secara klinis, aritma ventrikel dibagi atas yang bernigna, yang dapat menjadi maligna ( potensial
Infark miokard akut adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang berkepanjangan
yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark) miokard.Penyebab
tersering dari infark miokard adalah rupturnya plak arterosklerosis pada arteri coronaria yang
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan.Dan semoga makalah yang telah kami
Suyatna, F. D. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Gilman, dan Goodman. 2010. Manual Farmakologi Dan Terapi. Jakarta : EGC.