Anda di halaman 1dari 3

Pola angina pektoris

a. Angina pektoris stabil


Angina pektoris stabil merupakan syndromee klinik yang ditandai rasa tidak
nyaman di dada atau substernal agak dikiri, menjalar ke leher, rahang, bahu atau
punggung kiri sampai dengan llengan kiri dan jari-jari bagian ulnar. Keluhan ini di
presipitasi oleh stress fisik ataupun emosional atau udara dingin; hilang dengan
istirahat atau pemberian nitrogliserin (Rilantono Lily, 2015)
Angina stabil merupakan nyeri atau rasa tidak nyaman paroksismal di dada
yang di picu oleh jumlah aktivitas tertentu yang dapat diprediksi (misal, berjalan
kaki 20 kaki atau 6 meter) atau karena emosi. Cirinya, terdapat pola onset, durasi,
keparahan, dan faktor pereda yang stabil. Normalnya, angina stabil berkurang
dengan istirahat atau nitroglliserin atau keduanya. Rasa sakit akibat angina perktoris
stabil biasanya berlangsung selama 3-5 menit dan obat bisa membantu mengurangi
rasa sakit.
b. Angina tak stabil
Angina tak stabil (angina pra-infark, angina crescendo, atau sindrom koroner
intermitten) merupakan rasa nyeri dada paroksismal yang di picu oleh sejumlah
besar latihan atau emosi yang tidak dapat di prediksi yang dapat terjadi pada malam
hari. Cirinya, serangan angina tak stabil meningkat jumlah, durasi, dan
keparahannya. Jika terjadi angina tak stabil, maka harus ditangani sebagai kegawat
daruratan medis dan klien harus mendapat perhatian medis segera. Rasa sakit akibat
di dada dapat berlangsung selama 10-15 menit dan tidak bisa sembuhkan dengan
istirahat atau obat-obatan.
c. Angina variant
Angina varian (prinzmetal`s angina) merupakan rasa tidak nyaman di dada
mirip dengan angina klasik tetapi dengan durasi lebih lama. Hal ini dapat terjadi saat
klien sedang bersitirahat. Serangan ini cenderung terjadi antara tengan malam
hingga jam 8 pagi angina varian terjadi akibat spasme arteri koroner dan
berhubungan dengan peningkatan segmen ST pada EKG. Variant dapat diatasi
dengan minum obat yang sesuai.

Etiologi angina pektoris

Angina pektoris berkaitan dengan lesi aterosklerosis dan merupakan


manifestasi dari PJK, angina dapat disebabkan karena penyumbatan kronis atau akut
pada arteri koroner atau karena spasme arteri koroner. Penyumbatan kronis
berhubungan dengan lesi aterosklerosis klasifikasi tetap atau fibrotik yang menutup
lebih dari 75% lumen pembuluh darah.

Ketika terjadi penyumbatan tetap pada arteri koroner, kondisi-kondisi yang


memerlukan peningkatan suplai oksigen (misal, aktivitas fisik berat, emosi, paparan
dingin) dapat memicu episede angina. Oleh karena arteri yang telah mengalami
stenosis parah tidak dapat berdilatasi untuk mengantarkan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan ini, maka akan terjadi iskemia. Sebaliknya, penyumbatan akut
dari arteri koroner terjadi akibat ruptur atau disrupsi plak aterosklerosis yang rentan
dan mengakibatkan agregasi platelet serta pembekuan trombus miokard akut.
Penyumbatan akut berhubungan dengan angina tidak stabil dan infark miokard akut.

Pencegahan utama adalah dengan komitmen seumur hidup, menurunkan


faktor resiko PJK. Peencegahan berikutnya adalah dengan identifikasi dan
penanganan dini serangan angina. Pencegahan lebih lanjut adalah dengan
peenyembuhan angina sebelum terjadi kerusakan miokardium.

Patofisiologi

Terdapat tiga arteri koroner yang normalnya menyuplai miokardium dengan


darah untuk memnuhi kebutuhan metaboliknya selama melakukan berbgai jenis
pekerjaan. Arteri koroner kanan menyuplai darah arteri ke sisi kanan jantung,
sedangkan arteri koroner kiri terbagi atas arteri koroner kiri terbagi atas arteri
sirkumfleksi kiri yang menyuplai otot jantung belakang, dan arteri desenden anterior
yang menyuplai miokardium anterior terutama ventrikel kiri. Pembuluh darah koroner
sangat efisien dan menyuplai mokardium selama periode diastol. Ketika jantung
membutuhkan banyak suplai darah, pembuluh tersebut kan berdilatasi. Saat pembuluh
darah terlapisi serta akhirnya tertutup oleh plak arterosklerosis dan trombus, maka
pembuluh darah tersebut tidak akan mampu berdilatasi dengan baik.

Jika pembuluh darah koroner mengalami oklusi secara perlahan, maka akan
terbentuk pembuluh darah kolateral untuk memberikan darah arteri yang dibutuhkan
miokardium. Pembuluh darah kolateral lebih umum ditemui pada klien dengan
penyakit arteri koroner yang sudah berlangsung lama.

Iskemia miokardium terjadi jika suplai darah melalui pembuluh darah korner
atau kandungan oksigen dari darah tidak mencukupi kebutuhan metabolik jantung.
Gangguan pada pembuluh darah koroner, sirkulasi, atau darah itu sendiri dapat
menyebabkan kekurangan suplai.

Gangguan pada pembuluh darah koroner termasuk antara lain, aterosklerosis,


spasme arteri, dan arteritis koroner. Aterosklerosis meningkatkan tahanan aliran,
spasme arteri juga meningkatkan tahanan. Arteritis koroner merupakan inflamasi pada
arteri koroner yang diisebabkan oleh infeksi atau penyakit autoimun.

Gangguan sirkulasi antara lain hipotensi dan stenosis serta insufisiensi aorta.
Hipotensi dapat terjadi akibat anastesia spinal, obat antihipertensi yang kuat,
kehilangan darah, atau faktor lain yang mengakibatkan penurunan aliran balik darah
ke jantung. Stenosis atau insufisiensi dari katup aorta mengakibatkan penurunan
tekanan pengisian dari arteri koroner.
Gangguan darah termasuk anemia, hipoksemia, dan polisitemia. Anemia dan
hipoksemia mengaibatkan penurunan aliran oksigen ke miokardium. Polisitemia
meningkatkan kekentalan darah, yang akan melambatkan aliran darah melalui arteri
koroner.

Kebalikan dari suplai darah adalah permintaan dan peningkatan perimintaan


dapat terjadi pada jantung. Kondisi yang meningkatkan permintaan dari miokardium
adalah kondisi-kondisi yang menyebabkan peningkatan curah jantung atau
peningkatan kebutuhan oksigen dari miokardium.

Iskemia miokardium terjadi ketika suplai atau permintaan jantung terganggu.


Pada beberapa orang arteri koroner dapat menyuplai cukup darah saat seseorang
beristirahat. Namun, ketika orang tersebut mencoba beraktivita atau kondisi
peningkatan dan kebutuhan lain maka akan timbul angina. Sel miokardium menjadi
iskemik dalam 10 detik setelah oklusi arteri koroner. Setelah beberapa menit dalam
iskemia, fungsi pompa jantung berkurang. Penurunan fungsi pompa mengganggu
kebutuhan pemunuhan sel yang iskemik tersebut terhadap oksigen dan glukosa. Sel
tersebut akan menggunakan metabolisme anaerob yang meninggalkan asam laktat
sebagai prroduk sisa. Saat asam laktat terakumulasi, maka muncul nyeri. Angina
pektoris bersifat transien, berlangsung hanya sekitar 3-5 menit. Jika aliran darah
diperbaiki, maka tidak terjadi kerusakan miokardium permanen.

Indikasi pemasangan ring / stent

Apabila dijumpai penyumbatan pada pembuluh koroner 70-100% ke atas,


dengan tujuan untuk memperlancar kembali aliran darah pada pembuluh koroner.
Penyempitan akan menghambat aliran darah menuju otot jantung, sehiingga otot
jantung tidak mendapat asupan oksigendan makanan untuk bergerak secara normal.

Indikasi pemasangan CABG

Pemasangan stent bisa dilakukan pada pembuuh darah jantung dengan sumbatan yang
mencapa 100%. Namun, tidak semua sumbatan total tersebut dapat diatasi dan ditangani
dengan pemasangan stent. Pada kondisi sumbatan pembuluh darah koroner yang mengalami
pengapuran yang terlalu keras dan panjang yang biasa disebut dengan CTO Cronic Total
Ocklusion dan juga bila penyempitannya di left main (pembuluh darah koroner jantung
utama) maka kan dilakukan operasi bedah jantung CABG atau yang dikenal dengan (by pass
coronary arteriograf ) lebih dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai