Di Susun Oleh :
JUNAIDI
ANGINA PECTORIS
A. DEFINISI
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon
terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat
menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2013)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2015)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar,
rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15
menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung
dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-
kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang
disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard. Penyakit angina pektoris ini
juga disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya
penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan
tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik atau
mental.
B. KLASIFIKASI
1. Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga,
naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas
mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini,
biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
2. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri,
dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide
vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant
3. Unstable Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini
biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan
trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan
pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil
meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable
angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda
telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak seperti stable angina,
angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat
sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina tidak
stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut.
C. ETIOLOGI
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress.
Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang
diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat
dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga
wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu
diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah.
2. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
a) Aterosklerosis
b) Denyut jantung yang terlalu cepat
c) Anemia berat
d) Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
e) Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
f) Spasme arteri koroner
D. PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard atau
karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang karena
penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses
ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan
spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah
yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard
meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada
saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila
kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi
apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi
iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium mulai menggunakan
glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan
pH miokardium dan menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila
kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan
sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina
pectoris mereda.
Patways
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Angina pectoris stabil.
a) Muncul ketika melakukan aktifitas berat
b) Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama dengan rasa
nyeri yang datang sebelumnya
c) Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d) Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan
terhadap angina
e) Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f) Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
2. Angina pectoris tidak stabil.
a) Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi
berat dan lamanya meningkat.
b) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
c) Tidak dapat diperkirakan
d) Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
e) Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
f) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
a) Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas
ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b) EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan
yang kemudian normal setelah serangan selesai.
F. DATA PENUNJANG
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG 12
lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari penderita dengan angina pectoris.
Depresi atau elevasi segmen ST menguatkan kemungkinan adanya angina dan
menunjukkan suatu ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau penderita dengan
nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin
pada penderita angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari segi
biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk mendapatkan
informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar
dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat abnormallitas
segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu dengan menggunakan treadmill dan
sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi
segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai 85% dari
denyut jantung maksimal berdasarkan umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas
yang besar dari denyut jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari
tekanan darah awal meskipun beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain :
angina sedang sampai berat , ataxia yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda
penurunan perfusi seperti sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan EKG,
maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan adalah
thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada
saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang
mendukung adanya ischemia miokard adalah: penurunan gerakan dinding pada 1 atau lebih
segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih segmen pada
saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang berkaitan atau
yang tidak ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita dengan
nyeri dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada kontra indikasi
untuk test non invasive.
Untuk pemeriksaan Laboratorium Yang sering dilakukan adalah pemeriksaan enzim;
CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan
pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH
dan LDL. Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes
mellitus yang juga merupakan factor resiko bagi pasien angina pectoris.
G. KOMPLIKASI
1. Stable Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis
menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada
timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi
atas beberapa tingkatan :
a) Selalu timbul sesudah latihan berat.
b) Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c) Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
d) Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
Diagnosa
1. Pemeriksaan EKG
2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan radionuclide)
3. Angiografi koroner.
Terapi
1. Menghilangkan faktor pemberat
2. Mengurangi faktor resiko
3. Sewaktu serangan dapat dipakai
4. Penghambat Beta
5. Antagonis kalsium
6. Kombinasi
H. PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
a) Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing/ darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
b) Breathing
1) pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
c) Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Capillary refill > 2 detik
6) Akral dingin
Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon :kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons :kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd
nyeri
2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Anamnese
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit
dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :
Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau
ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat
menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik
adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
Perawatan jantung
2. Penurunan curah jantung b/d Curah jantung akut
perubahan irama jantung
Definisi : keadekuatan Definisi :
Definisi : ketidak adekutan jantung jantung memompa darah mengidentifikasi dan
memompa darah untuk memenuhi untuk memenuhi mengelola pasien yang
kebutuhan kebutuhan metabolisme baru mengalami
tubuh episode
ketidakseimbangan
Kriteria hasil : antara ketersedian dan
Setelah dilakukan kebutuhan oksigen
tindakan keperawatan miokard.
diharapkan jantung dapat
bekerja lebih baik dengan Aktivitas-aktivitas :
kriteria hasil : 1. Identifikasi
karakterisitik
a. Palpitasi nyeri dada
b. Gambaran EKG meliputi faktor
aritmia pemicu dan
c. Dispnea pereda, kualitas,
d. Lelah lokasi, radiasi,
e. Pucat skala, durasi
dan frekuensi
2. Monitor aritmia
(kelainan irama
dan frekuensi)
3. Monitor saturasi
oksigen
4. Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam
5. Monitor
elektrolit yang
dapat
meningkatkan
resiko aritmia
(mis kalium,
magnesium
serum)
Edukasi kesehatan
3. Defisit pengetahuan b/d kurang Tingkat pengetahuan Definisi : mengajarkan
terpapar infomasi Definisi : kecukupan pengelolaan faktor
infomasi kognitif yang resiko penyakit dan
Definisi : ketiadaan atau kurangnya berkaitan dengan topic perilaku hidup bersih
infomasi kognitif yang berkaitan tertentu. serta sehat.
dengan topic tertentu.
Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi
tindakan keperawatan faktor-faktor
diharapkan tingkat yang dapat
pengetahuan bertambah meningkatkan
dengan kriteria hasil : dan
a. Perilaku sesuai menurunkan
dengan motivasi
pengetahuan perilaku hidup
b. Verbilisasi minat sehat dan bersih
dalam belajar 2. Sediakan materi
c. Kemampuan dan media
menjelaskan pendidikan
pengetahuan kesehatan
tentang suatu 3. Identifikasi
topik kemampuan
d. Pertanyaan menerima
tentang masalah infomasi
yang di hadapi 4. Berikan
e. Persepsi yang kesempatan
keliru terhadap bertanya
masalah 5. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama (bila nyeri = PQRST):
PRIMER SURVEY
Mekanisme Cedera :
Tidak ada
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : (√) Baik ( ) Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING 1. … … …
2. … … …
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION 1. Penurunan curah jantung b/d … … …
1.
2.
Diagnosa Keperawatan:
1.
EXPOSURE 2. …
3. ……
Medikasi :
Obat yang diberikan adalah
- capridogel
- aspilet
Tanda Vital :
TD : 154/101mmhg N : 84X.enit S: 36,C RR :
28x/menit
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN FISIK 1. nyeri akut
2. … … …
Inspeksi :
ukuran lingkar kepala normal, bentuk simetris adanya Intervensi :
lesi tidak ada, kebersihan r ambut berish, dan kulit 3. … … …
4. … … …
kepala,tidak ada ketombe warna rambut hitam keputihan ,
rambut tumbuh merata. Kepala dan leher tidak ada lesi, leher
tidak ada pembesaran tiroit,
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area kepala dan leher dan tidak ada
benjolan pada bagian kepala leher , rambut tidak berminyak
Dada:
Inspeksi :
simetris, bentuk dan postur normal, gerakan dinding dada
tampak cepat, warna kulit sama dengan warna kulit lainya tidak
ada luka atau benjolan pada dada
Palpasi :
integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, tak.
Perkusi :
terdengar suara hiper sonor pada lapang pulmo
Auskultasi :
bunyi napas pesikuler
Abdomen:
Inspeksi :
Bagian abdomen tampak simetris , tidak ikterik distensi, tonjolan,
tidak ada lessi
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi :
Terdengar suara timpani dan suara redup pada hati
Auskultasi :
Bising usus 30x/menit
Pelvis:
Inspeksi :
Cara berjalan narmal tidak terdapat deformitas
Palpasi :
Bagian pelpis tidak ada nyeri saat ditekan, bentuk normal, tidak
ada benjolan,.
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi :
tidak adanya deformitas , tidak adanya lessi, tidak adanya udem,
warna kulit merata
Palpasi :
Saat dipalpasi tidaka ada nyeri tekan pada bagian eksterimtas
atas dan bawah tidak ada benjolan atau edem pada kaki dan
tangan.
Punggung :
Inspeksi :
punggung simetris tidak terlihat bungkuk tidak ada benjolan dan
masa pada punggung pasien.
Palpasi :
Saat dipalpasi tidak ada benjolan dan masa pada punggung
saat pasien diminta untung mengatakan 99 getaran antara
kanan dan kiri sama tidak ada yang berbeda.
Neurologis :
Compos Mentis kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
Junaidi
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Iskemik miocard Nyeri Akut
Merangsang
Data Objektif : neuroritransmiter
Wajah tampak terlihat tegang
Menimbulkan persepsi nyeri
Skala nyeri 9
pada hypotalamus
Tampak meringis
2 Data Subjektif : Ketidakseimbangan antara Pola Nafas Tidak
Data Objektif :
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi penyakit
2. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar infomasi
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA