Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS

Di Susun Oleh :
JUNAIDI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS

ANGINA PECTORIS

A.   DEFINISI

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon
terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat
menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2013)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2015)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar,
rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15
menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung
dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-
kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang
disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard. Penyakit angina pektoris ini
juga disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya
penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan
tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik atau
mental.

B.    KLASIFIKASI
1. Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga,
naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas
mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini,
biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
2. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering
terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri,
dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide
vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant
3. Unstable Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini
biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan
trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan
pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil
meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable
angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia) khususnya jika anda
telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak seperti stable angina,
angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat
sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina tidak
stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut.

C.  ETIOLOGI
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress.
Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang
diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat
dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga
wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu
diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah.
2. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
a) Aterosklerosis
b) Denyut jantung yang terlalu cepat
c) Anemia berat
d) Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
e) Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
f) Spasme arteri koroner

D.  PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard atau
karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang karena
penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses
ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan
spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah
yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard
meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada
saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila
kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi
apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi
iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium mulai menggunakan
glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan
pH miokardium dan menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila
kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan
sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina
pectoris mereda.
Patways
E.   MANIFESTASI KLINIS
      1. Angina pectoris stabil.
a) Muncul ketika melakukan aktifitas berat
b) Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama dengan rasa
nyeri yang datang sebelumnya
c) Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d) Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan
terhadap angina
e) Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f) Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
      2.    Angina pectoris tidak stabil.
a) Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi
berat dan lamanya meningkat.
b) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
c) Tidak dapat diperkirakan
d) Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
e) Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
f) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
a) Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas
ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b) EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan
yang kemudian normal setelah serangan selesai.

F.   DATA PENUNJANG
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG 12
lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari penderita dengan angina pectoris.
Depresi atau elevasi segmen ST menguatkan kemungkinan adanya angina dan
menunjukkan suatu ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau penderita dengan
nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin
pada penderita angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari segi
biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk mendapatkan
informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar
dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat abnormallitas
segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu dengan menggunakan treadmill dan
sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi
segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai 85% dari
denyut jantung maksimal berdasarkan umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas
yang besar dari denyut jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari
tekanan darah awal meskipun beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain :
angina sedang sampai berat , ataxia yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda
penurunan perfusi seperti sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan EKG,
maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan adalah
thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada
saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang
mendukung adanya ischemia miokard adalah: penurunan gerakan dinding pada 1 atau lebih
segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih segmen pada
saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang berkaitan atau
yang tidak ischemia.
Tindakan untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita dengan
nyeri dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada kontra indikasi
untuk test non invasive.
Untuk pemeriksaan Laboratorium Yang sering dilakukan adalah pemeriksaan enzim;
CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan
pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH
dan LDL. Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes
mellitus yang juga merupakan factor resiko bagi pasien angina pectoris.

G.  KOMPLIKASI
1. Stable Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis
menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada
timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi
atas beberapa tingkatan :
a) Selalu timbul sesudah latihan berat.
b) Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c) Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
d) Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
Diagnosa
1. Pemeriksaan EKG
2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan radionuclide)
3. Angiografi koroner.
Terapi
1. Menghilangkan faktor pemberat
2. Mengurangi faktor resiko
3. Sewaktu serangan dapat dipakai
4. Penghambat Beta
5. Antagonis kalsium
6. Kombinasi

2. Unstable Angina Pectoris


Disebabkam primer oleh kontraksi otot polos pembuluh koroner sehingga
mengakibatkan iskemia miokard. patogenesis spasme tersebut hingga kini belum
diketahui, kemungkinan tonus alphaadrenergik yang berlebihan (Histamin, Katekolamin,
Prostagglandin). Selain dari spame pembuluh koroner juga disebut peranan dari agregasi
trobosit. penderita ini mengalami nyeri dada terutama waktu istirahat, sehingga
terbangun pada waktu menjelang subuh. Manifestasi paling sering dari spasme
pembuluh koroner ialah variant (prinzmental).
Elektrokardiografi tanpa serangan nyeri dada biasanya normal saja. Pada waktu
serangan didapati segmen ST elevasi. Jangan dilakukan uji latihan fisik pada penderita
ini oleh karena dapat mencetuskan aritmia yang berbahaya. Dengan cara pemeriksaan
teknik nuklir kita dapat melihat adanya iskemia saja ataupun sudah terjadi infark.
Terapi
1. Inhibitor trombosit: Pasien angina yang tidak stabil efektif terhadap aspirin selama
fase akut maupun kronis
2. Antikoagulan: Heparin dapat mencegah miokard infark dan mengurangi iskemia
dan depresi ST segmen.
3. Anti trombotik: preparat yang paling banyak digunakan adalah aspirin dimana
dengan pemberian aspirin angka kematian dapat diturunkan sampai 25%.
Disamping itu  aspirin dapat juga mencegah re-infark
4. Nitrogliserin: hasilnya masih kontroversi akan tetapi dapat diberikan intravena pada
angina yang tidak stabil disepakati untuk mencegah timbulnya angina
5. Beta blocker: Mengurangi kecepatan jantung, kontraksi miokard dan kebutuhan
oksigen oleh miokard. Efektif untuk mengurangi nyeri dada. Sebaiknya diberikan
intravenous dilanjutkan dengan beta blocker sampai dengan denyut jantung 60
x/menit
6. Kalsium Antagonis: Efektif sebagai vasodilatasi. Dalam hal ini yang banyak
digunakan adalah diltiazim juga menyebabkan pengurangan denyut jantung dan
verampamil. Tidak mengurangi infark akan tetapi dapat mengurangi serangan
angina. Yang banyak digaunakan adalah nifedipine, nikardipin yang biasa
dikombinasikan dengan beta blocker.
7. Percutanous Transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau coronary by Pass
Graff Surgery (CBGS)
3. Infark miokard acut (IMA)
Gambaran Klinis:
Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena rasa
sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien yang datang
untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal
yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada
pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak
seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada
atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat
serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark
miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal
dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian
menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea
dan vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih apabila
diberikan martin untuk rasa sakitnya.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram atau
membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua lengan,
kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik
cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut).
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila pasien-pasien
ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan
atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa tidak
enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek (seperti
orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada substernal.Sekali-sekali bisa pula
terjadi cekukan/singultus akibat irritasi diapragma oleh infark dinding inferior. pasien
biasanya tetap sadar, tetapi bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang,
ketidak sadaran akibat iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-
sekali terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan
bahwa untuk masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu) ,rasa
sakit anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian
nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang tersamar
atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman /pertanda). Bila
serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk bahwa ada angina
yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya dibutuhkan pengobatan yang lebih
agresif.
Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak
dijumpai. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi demam
sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid
atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir dari
minggu pertama.
Pengobatan:
Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas.
Kedua mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius
seperti payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris,
aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan kematian mendadak.
Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV.
Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus
tachycardia. Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan sinus
bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan perlahan-lahan .
Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia dan
tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai. Dosis kecil B-
Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa pemberian B-Blocker
dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat mengurangi luasnya infark. Nitrat
baik sublingual maupun transdermal dapat dipakai bila sakit dada pada hari-hari pertama.
Nifedipin, C-antagonist yang sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme
koroner, khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat, pemberian 0 2, diet
kalori rendah dan mudah dicernakan dan pasang infus untuk siap gawat.
Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi agak lama
seperti gagal jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar 60-70% dari infark tidak
terdapat komplikasi dan dianjurkan penanganan sesudah 2-3 minggu untuk uji latih jantung
beban (ULJB) yang dimodifikasikan.
Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa
arteriogram koroner untuk mengetahui tepat keadaan pembuluh darah koronernya agar
dapat ditentukan sikap yang optimal.
Pembatasan perluasan Infark:
Seperti telah diterangkan bahwa perfusi miokard dan kebutuhan metabolik tidak
boleh dirugikan oleh pengobatan. Keadaan yang mungkin memperluas infark harus dicegah
atau langsung diperbaiki seperti: Tachykardia, Hipertensi , Hipotensi, Aritmia dan
Hipoxemia.
Menghadapi keadaan tersebut diperlukan strategi pengobatan yaitu :
1. Upaya menurunkan kebutuhan 02 miokard dengan cara :
a) Beta Blocker
b) Menurunkan afterload penderita dengan hipertensi
c) Membantu sirkulasi dengan ABC
2. Mengurangi iskemia miokard dengan memperbaiki perfusi atau aliran kolateral ditingkat
kan sehingga persediaan 02 miokard meningkat. .
a) Pengobatan dengan thrombolitik streptokinase, Tissue plasminogen activator
(Actylase) .
b) Calcium antagonist
c) Peningkatan perfusi koroner dengan ABC
Streptokinase intra vena memberi thrombolyse dalam 50% para penderita bila
diberikan dalam waktu 6 jam sesudah timbul gejala infark. Dosis : 250.000 U dalam
10 Menit, diikuti dengan infus dengan dosis antara 850.000 sampai 1.700.000 U
selama 1 jam. Sebaiknya diberikan Hydrocortison IV-l00 mg sebelum streptokinase
diberikan. Heparin diberikan 2 jam sesudah streptokinase infus berakhir.
Actylase, recombinant human tissue-type plasminogen activator (rt-PA). Actylase
adalah suatu bahan thrombolitik yang unik dengan teknologi DNA rekombinan dan
dinyatakan sebagai bahan yang mampu menghambat terjadinya oklusi pembuluh
darah koroner dengan cara menyebabkan lysisnya thrombus sebelum terjadi infark
jantung total. Bahan ini mempunyai sifat spesifik dimana tidak mempengaruhi proses
koagulasi sistemik. Disamping itu bahan ini tidak menyebabkan allergi karena
berasal dari protein manusia secara alami.
Untuk mendapatkan bahan ini secara alami tentu tidak mudah, karena untuk
mendapat 1 gr human tissue plasminogen acti vater dibutuhkan 5 ton jaringan
manusia.
Cara membuatnya adalah dengan teknik Recombinant DNA dan metode fermentasi
sel jaringan. (genetic engineering).
Cara kerja actylase adalah fibrin spesifik dan berikatan dengan fibrin guna
mengaktifkan perobahan plasminogen menjadi plasmin. Afinitasnya besar pada
fibrin dan tidak aktif di darah.
Kerja actylase cepat yaitu 1-2 menit setelah pemberian 10 fig.
Indikasi: Thrombo-oklusi koroner, pulmoner, deep vein thrombosis peripheral
arterial occlusion.
Kontra indikasi:
1. Adanya diathese hemorrhagis
2. Adanya perdarahan internal baru
3. Perdarahan cerebral.
4. Trauma atau operasi yang baru
5. Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Bacterial endocarditis
7. Acute pancreatitis.
4. Aritmia
Adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh
pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau keduanya.
Depolarisasi terlambat disebabkan oleh meningginya kalsium intrasel. Kalsium
intoksikasi adalah salah satu contoh terjadinya depolarisasi tipe ini.

 5. Kematian Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Death)


Didefinisikan sebagai kematian yang terjadi kurang dari 1 jam dari kesadaran tanpa
diketahui terlebih dahulu adanya penyakit jantung primer atau tidak. Secara umum
penyebab dari kematian jantung lebih dari 90% disebabkan oleh koroner (VT dan VF
60%), infark akut (15%), iskemi akut (10%), spasme koroner (2-5%)
Terapi
Tidakan darurat yang dilakukan pada pasien yang selamat dari jantung:
1. Langkah pertama, stabilisasi, resusitasi, nilai status neurologi, dan lakukan ekstubasi
2. Langkah kedua, cari factor penyebab yang pada umumnya adalah infark akut,
hipokalemi, dan obat-obatan
3. Langkah ketiga, ketahui sttus jantung dengan tes exercise, talium scan, ekokardiografi
4. Langkah ke empat, ketahui apakah terdapat VT/VF baik melalui holter monitor
maupun tes treadmill
5. Langkah kelima, lakukan salah satu terapi, implantable defibrillator, CABG dengan
atau tidak defibrillator, amiodaron atau mungkin juga pemberian sotasol

H.  PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :

1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan


kuantitas hidup.
2. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian  
meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan pemberian


oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).

Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia


a.   Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b.   Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu
masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.
Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas
nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit,
ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
c.   Kalsium Antagonis
obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
d.  Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
1. Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik akut
atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan tiiclopidin
atau clopidogrel.
2. Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada
penderita dengan factor resiko .
3. Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low density
lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroskelerosis maka
aliran darah di arteria koronaria lebih baik.
a) Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan
ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius,
episode nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang
memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA (angioplasty coroner
transluminal percutan) harus dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi koronaria.
b) Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.
Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

I.  PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
a) Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing/ darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
b) Breathing
1) pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
c) Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Capillary refill > 2 detik
6) Akral dingin
Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun
A : Allert                    : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon :kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons :kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive    : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd
nyeri

2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan
pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1.   AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2.   Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3.   Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang

Anamnese
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit
dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :

 Letak

Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu

 Kualitas sakit dada


Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like), diperas
(squeezing), terasa panas (burning), kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di
dada (chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut
dengan baik, lebih-lebih bila pendidikan pasien rendah.

 Hubungan dengan aktivitas


Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki tangga.
Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau emosi
juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut segera hilang bila
pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat timbul pada
waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.

 Lamanya serangan sakit dada


Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun perasaan
tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada
berlangsung lebih dari 20 menit, kemungkinan pasien mendapat serangan infark
miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa.
Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,
perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri dada
tersebut didapat, pemeriksa membuat kesimpulan dari gabungan berbagai
komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok
yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena
jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan
dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas
atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri
dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau
ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat
menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik
adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.

J.  Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1.  Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium
2.  Penurunan curah jantung b.d. kondisi penyakit
3.  defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut b/d kondisi penyakit Tingkat nyeri Manajemen nyeri

Definisi : pengalaman sensorik atau Definisi : pengalaman Definisi :


emosiaonal yang berkaitan dengan sensorik atau emosional mengidentifikasi dan
kerusakan jaringan aktual atau yang berkaitan dengan mengelola pengalaman
fungsional, dengan onset mendadak kerusakan jaringan aktual sensorik atau emosional
atau lmabat dan berintensitas ringan atau fungsional dengan yang berkaitan dengan
hingga berat dan konstan, yang onset mendadak atau kerusakan jaringan atau
berlangsung lebih dari 3 bulan lambat dan berintensitas fungsional dengan
ringan hingga berat dan onset mendadak atau
konstan. lambat dan
berintensitas ringan
hingga berat dan
Kriteria hasil : konstan.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :
diharapkan nyeri 1. Identifikasi
berkurang dengan kriteria lokasi,
hasil : karakterristik,
durasi,
a. Keluhan nyeri frekuensi,
b. Meringis kualitas,
c. Gelisah intensitas nyeri
d. Kesulitan tidur 2. Identifkasi
sekala nyeri
3. Identifkasi
respon nyeri
non verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
5. Anjurkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri

Perawatan jantung
2. Penurunan curah jantung b/d Curah jantung akut
perubahan irama jantung
Definisi : keadekuatan Definisi :
Definisi : ketidak adekutan jantung jantung memompa darah mengidentifikasi dan
memompa darah untuk memenuhi untuk memenuhi mengelola pasien yang
kebutuhan kebutuhan metabolisme baru mengalami
tubuh episode
ketidakseimbangan
Kriteria hasil : antara ketersedian dan
Setelah dilakukan kebutuhan oksigen
tindakan keperawatan miokard.
diharapkan jantung dapat
bekerja lebih baik dengan Aktivitas-aktivitas :
kriteria hasil : 1. Identifikasi
karakterisitik
a. Palpitasi nyeri dada
b. Gambaran EKG meliputi faktor
aritmia pemicu dan
c. Dispnea pereda, kualitas,
d. Lelah lokasi, radiasi,
e. Pucat skala, durasi
dan frekuensi
2. Monitor aritmia
(kelainan irama
dan frekuensi)
3. Monitor saturasi
oksigen
4. Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam
5. Monitor
elektrolit yang
dapat
meningkatkan
resiko aritmia
(mis kalium,
magnesium
serum)

Edukasi kesehatan
3. Defisit pengetahuan b/d kurang Tingkat pengetahuan Definisi : mengajarkan
terpapar infomasi Definisi : kecukupan pengelolaan faktor
infomasi kognitif yang resiko penyakit dan
Definisi : ketiadaan atau kurangnya berkaitan dengan topic perilaku hidup bersih
infomasi kognitif yang berkaitan tertentu. serta sehat.
dengan topic tertentu.
Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi
tindakan keperawatan faktor-faktor
diharapkan tingkat yang dapat
pengetahuan bertambah meningkatkan
dengan kriteria hasil : dan
a. Perilaku sesuai menurunkan
dengan motivasi
pengetahuan perilaku hidup
b. Verbilisasi minat sehat dan bersih
dalam belajar 2. Sediakan materi
c. Kemampuan dan media
menjelaskan pendidikan
pengetahuan kesehatan
tentang suatu 3. Identifikasi
topik kemampuan
d. Pertanyaan menerima
tentang masalah infomasi
yang di hadapi 4. Berikan
e. Persepsi yang kesempatan
keliru terhadap bertanya
masalah 5. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

No. Rekam Medis 01.05.43.55 Diagnosa Medis UAP


IDENTITAS

Nama : TN.T Jenis Kelamin : L/P Umur : 56 tahun


Agama : islam Status Perkawinan : belum Pendidikan : sma
Pekerjaan : Swasta Sumber informasi : pasien Alamat :Jln M Yamin

TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama (bila nyeri = PQRST):
PRIMER SURVEY

P : nyeri dada sebelah kiri tembus ke belakang


Q : seperti ditusuk-tusuk jarum
R : bagian dada sebelah kiri
S : skla 9
T : hilang timbul

Mekanisme Cedera :
Tidak ada

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : (√) Baik ( ) Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY

Jalan Nafas : Paten √  Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …

Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A


Intervensi :
Suara Nafas : Snoring Gurgling
1. … …
Stridor  N/A
2. … …
Keluhan Lain: tidak ada

Diagnosa Keperawatan:

BREATHING 1. … … …
2. … … …

Gerakan dada: √ Simetris  Asimetris Kriteria Hasil : … … …


Irama Nafas : √  Cepat  Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur √  Tidak Teratur Intervensi :
Retraksi otot dada : √ tidak Ada  N/A 1.
Sesak Nafas : tidak Ada  N/A  RR : 28 x/mnt 2. … …
3. … …

Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION 1. Penurunan curah jantung b/d … … …

Nadi : √ Teraba  Tidak teraba Kriteria Hasil : … … …


Sianosis :  Ya √ Tidak
CRT : < 2 detik √ > 2 detik Intervensi :
Pendarahan :  Ya √ Tidak ada 1. Melakukan vital sign
2. Monitor EKG
Keluhan Lain: tidak terjadi perdarahan atau terdapat luka pada
3. Kolaborasi pemberian antiaritmia
bagian tubuh pasien 4. ……

DISABILITY Diagnosa Keperawatan:


PRIMER SURVEY

1.
2.

Respon :√ Alert  Verbal Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …


Kesadaran : √ CM  Delirium  Somnolen  ... ... ...
GCS :  Eye 4  Verbal 5  Motorik 6 Intervensi :
Pupil : √ Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis 1. ………
2. ………
Refleks Cahaya: √ Ada  Tidak Ada
3. ………
Keluhan Lain : pasien mengeluh nyeri pada area abdomen 4. ………
seperti ditusuk tusuk

Diagnosa Keperawatan:
1.
EXPOSURE 2. …
3. ……

Deformitas :  Ya √ Tidak Kriteria Hasil : … … …


Contusio :  Ya √ Tidak
Abrasi :  Ya √ Tidak Intervensi :
Penetrasi : Ya √ Tidak
Laserasi : Ya √ Tidak 1. … … …
2. … … …
Edema : Ya √ Tidak
KeluhanLain: tidak ada
……
Diagnosa Keperawatan:

ANAMNESA 1. Nyeri akut… … …

Riwayat Penyakit Saat Ini : Kriteria Hasil : … … …


Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri sampai menusuk ke
belakang dengan skala nyeri 9 Intervensi :
1. kaji tingkat nyeri
2. anjurkan mengatur posisi nyaman
SECONDARY SURVEY
Alergi :
Pasien mengatakn tidak memiliki alergi obat atau makan yang
dapat menimbulkan gangguan pada tubuh

Medikasi :
Obat yang diberikan adalah

- capridogel

- aspilet

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien mengatakn memang seriing mengalami nyeri pada
dadanya jika saat beraktivitas

Makan Minum Terakhir:


Pasien terakhir makan pada malam hari dan makan terahir adalh
nasi ikan dan sayur

Tanda Vital :
TD : 154/101mmhg N : 84X.enit S: 36,C RR :
28x/menit

Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN FISIK 1. nyeri akut
2. … … …

Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …


SECONDARY SURVEY

Inspeksi :
ukuran lingkar kepala normal, bentuk simetris adanya Intervensi :
lesi tidak ada, kebersihan r ambut berish, dan kulit 3. … … …
4. … … …
kepala,tidak ada ketombe warna rambut hitam keputihan ,
rambut tumbuh merata. Kepala dan leher tidak ada lesi, leher
tidak ada pembesaran tiroit,
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area kepala dan leher dan tidak ada
benjolan pada bagian kepala leher , rambut tidak berminyak

Dada:
Inspeksi :
simetris, bentuk dan postur normal, gerakan dinding dada
tampak cepat, warna kulit sama dengan warna kulit lainya tidak
ada luka atau benjolan pada dada

Palpasi :
integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, tak.

Perkusi :
terdengar suara hiper sonor pada lapang pulmo
Auskultasi :
bunyi napas pesikuler

Abdomen:
Inspeksi :
Bagian abdomen tampak simetris , tidak ikterik distensi, tonjolan,
tidak ada lessi

Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi :
Terdengar suara timpani dan suara redup pada hati
Auskultasi :
Bising usus 30x/menit

Pelvis:
Inspeksi :
Cara berjalan narmal tidak terdapat deformitas

Palpasi :
Bagian pelpis tidak ada nyeri saat ditekan, bentuk normal, tidak
ada benjolan,.

Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi :
tidak adanya deformitas , tidak adanya lessi, tidak adanya udem,
warna kulit merata

Palpasi :
Saat dipalpasi tidaka ada nyeri tekan pada bagian eksterimtas
atas dan bawah tidak ada benjolan atau edem pada kaki dan
tangan.

Punggung :
Inspeksi :
punggung simetris tidak terlihat bungkuk tidak ada benjolan dan
masa pada punggung pasien.

Palpasi :
Saat dipalpasi tidak ada benjolan dan masa pada punggung
saat pasien diminta untung mengatakan 99 getaran antara
kanan dan kiri sama tidak ada yang berbeda.

Neurologis :
Compos Mentis kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya

E : membuka mata spontan


V : verbal orentasi baik
M : motorik baik dapat mengikuti dengan perintah
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. … … …
2. … … …
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Kriteria Hasil : … … …
 ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Hasil : Intervensi :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang 1. … … …
2. … … …

Tanggal Pengkajian : tanggal 7 juli 2020 TANDA TANGAN PENGKAJI:


Jam : 11.00
Keterangan :

Junaidi

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Iskemik miocard Nyeri Akut

 Klien mengatakan keluhannya yaitu nyeri pada Suplay O2 Miocard menurun

dada sebelah kiri dan menjalar hingga ke tangan


Hypoksia otot jantung
kiribelakang, , dengan skla nyeri 9
Metabolisme anaerob
 Klien juga mengeluh merasa sesak nafas
Asam lakat meningkat

Merangsang
Data Objektif : neuroritransmiter
 Wajah tampak terlihat tegang
Menimbulkan persepsi nyeri
 Skala nyeri 9
pada hypotalamus
 Tampak meringis
2 Data Subjektif : Ketidakseimbangan antara Pola Nafas Tidak

 Klien mengatakan sesak saat bernafas suplay dan kebutuhan O2 Efektif

Data Objektif :

 Pernafasan cepat Hiperventilasi


 RR : 28x/Menit Pola nafas tidak efektif

3 Data subjektif : Rendahnyatingkat pendidikan Defisit pengetahuan

 Pasien mengatakan kurang mengetahui tentang Kesulitan dalam menerima


informasi dalam manajemen
penyakitnya
kesehatan
Data objektif :
Kurangnya pengetahuan
 Kurang bersosialisasi

 Kurangnya minat dalam belajar

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi penyakit
2. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar infomasi

2. INTERVENSI KEPERAWATAN

N SDKI SLKI SIKI


o
1 Nyeri Akut b/d kondisi penyakit Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :


Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri berkurang dengan karakterristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri (4) intensitas nyeri
 Meringis (4)  Identifkasi sekala nyeri
 Gelisah (4)  Identifkasi respon nyeri
 Kesulitan tidur (4) non verbal
 Identifikasi faktor yang
Keterangan : memperberat dan
1. Meningkat memperingan nyeri
2. Cukup meningkat  Anjurkan teknik non
3. Sedang farmakologis untuk
4. Cukup menurun mengurangi nyeri
5. Menurun
2 Pola Nafas Tidak Efektif b/d hambatan Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
upaya nafas
Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor pola nafas( frekuensi,
di harapkan pola nafas dapat teratasi kedalaman, usaha nafas)
dengan kriteria hasil sebagai berikut :  Monitor bunyi nafas
 Dipsnea (4) ( gurgling, mengi, wheezing,
 Penggunaan Otot Bantu Nafas (4) ronkhi)
 Frekuensi Nafas (4)  Pertahankan kepatenan jalan
nafas head tilt dan chin lift
Keterangan : (jaw thrust jika curiga trauma
1. Meningkat servikal)
2. Cukup meningkat  Posisikan semi fowler dan
3. Sedang fowler
4. Cukup menurun  Berikan oksigen
5. Menurun
34. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
infomasi
Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Identifikasi faktor-
diharapkan tingkat pengetahuan faktor yang dapat
bertambah dengan kriteria hasil : meningkatkan dan
f. Perilaku sesuai dengan pengetahuan menurunkan motivasi
(4) perilaku hidup sehat
g. Verbilisasi minat dalam belajar (4) dan bersih
h. Kemampuan menjelaskan  Sediakan materi dan
pengetahuan tentang suatu topic (4) media pendidikan
i. Pertanyaan tentang masalah yang di kesehatan
hadapi (4)  Identifikasi kemampuan
j. Persepsi yang keliru terhadap menerima infomasi
masalah (4)  Berikan kesempatan
bertanya
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2015. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2013. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11 Maret
2012)
Harif, Fadhillah. “SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).
Judith M. Wilkinson. 2012. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Anda mungkin juga menyukai