DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrahani Kadanti Arifah
Kelas : 2D/2520142578
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Angina Pectoris disusun untuk memenui
tugas kelompok PKK KMB 1 Semester IV, pada
Hari
Tanggal
Tempat
:
Praktikan I,
Pembimbing Lahan,
Pembimbing Akademik,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sindroma Angina pectoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai gejala awal dari
infark miokard akut (IMA).Bayak penelitian melaporkan bahwa angina pectoris
tidak stabil merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian.Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati
mendadak pada riwayat penyakitnya yang mengalami gejala angina pectoris tidak
stabil.Sedangkan penelitian jangka panjang mendapatkan IMA terjadi pada 5-20%
penderita angina pectoris tidak stabil dengan tingkat kematian 14-80%.
Dalam kelompok yang mengalami nyeri dada,terdapat serangan jantung yang
jumlahnya dua kali lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mengalami
nyeri dada.Dalam kelompok yang mengalami angina dan kemungkinan serangan
jantung sebelumnya(mereka mengakui pernah mengalami sedikitnya satu kali
serangan
nyeri
dada
yang
parah,yang
berlangsung
lebih
lama
dari
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pada klien dengan gangguan
angina pectoris
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Angina Pectoris
b. Mengetahui Penyebab Angina Pectoris
c.
d.
e.
f.
g.
BAB 2
KONSEP DASAR
A. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap supalai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri
angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah
abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk,
2007)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering
kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa
terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya
berkisar 1 15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang,
leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga
menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai,
sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat
ischemia miokard. Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai penyakit kejang
jantung. Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner pada
jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung
dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisika tau mental.
Angina pektoris atau disebut juga Angin Duduk adalah penyakit jantung iskemia
didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke
dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa karena suplai oksigen yang turun (adanya
aterosklerosis koroner atau spasme arteria koroner) atau kebutuhan oksigen yang
meningkat.
B. Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami
stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen
yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen
sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya.
Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai
sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran
darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam
keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah :
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya
akan bertambah.
2. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan
nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
3. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
Aterosklerosis
Denyut jantung yang terlalu cepat
Anemia berat
Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan
radionuclide)
Angiografi koroner.
Terapi :
Menghilangkan faktor pemberat
Mengurangi faktor resiko
2. Unstable Angina Pectoris
Disebabkam primer oleh kontraksi otot polos pembuluh koroner sehingga
mengakibatkan iskemia miokard. patogenesis spasme tersebut hingga kini belum
diketahui, kemungkinan tonus alphaadrenergik yang berlebihan (Histamin,
Katekolamin, Prostagglandin). Selain dari spame pembuluh koroner juga disebut
peranan dari agregasi trobosit. penderita ini mengalami nyeri dada terutama
waktu istirahat, sehingga terbangun pada waktu menjelang subuh. Manifestasi
paling sering dari spasme pembuluh koroner ialah variant (prinzmental).
Elektrokardiografi tanpa serangan nyeri dada biasanya normal saja. Pada waktu
serangan didapati segmen ST elevasi. Jangan dilakukan uji latihan fisik pada
penderita ini oleh karena dapat mencetuskan aritmia yang berbahaya. Dengan
cara pemeriksaan teknik nuklir kita dapat melihat adanya iskemia saja ataupun
sudah terjadi infark.
Terapi :
Inhibitor trombosit: Pasien angina yang tidak stabil efektif terhadap
juga
menyebabkan
pengurangan
denyut
jantung
dan
sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa
sakitnya.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram
atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua
lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip
dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau
pancreatitis akut).
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila pasienpasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan
pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit
menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa
napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi
diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar, tetapi bisa
gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat
iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali
terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan
bahwa untuk masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2
minggu) ,rasa sakit anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak
terhadap pemberian nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak
enak substernal yang tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala
permulaan /ancaman /pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini
bisa merupakan petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina)
dan bahwasanya dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.
Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak
dijumpai. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit
atau inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi
demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102
derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali
normal pada akhir dari minggu pertama.
Pengobatan:
Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas.
Kedua mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang
serius seperti payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m.
papillaris, aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan
kematian mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV.
Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus
tachycardia. Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan
sinus bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan
perlahan-lahan .
Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia
dan tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai.
Dosis kecil B-Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa
pemberian B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat
mengurangi luasnya infark. Nitrat baik sublingual maupun transdermal dapat
dipakai bila sakit dada pada hari-hari pertama.
Nifedipin, C-antagonist yang sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah
spasme koroner, khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat,
pemberian 02, diet kalori rendah dan mudah dicernakan dan pasang infus untuk
siap gawat.
Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi agak
lama seperti gagal jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar 60-70%
dari infark tidak terdapat komplikasi dan dianjurkan penanganan sesudah 2-3
minggu untuk uji latih jantung beban (ULJB) yang dimodifikasikan.
Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa
arteriogram koroner untuk mengetahui tepat keadaan pembuluh darah koronernya
agar dapat ditentukan sikap yang optimal.
4. Aritmia
Adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh
pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau
keduanya. Depolarisasi terlambat disebabkan oleh meningginya kalsium intrasel.
Kalsium intoksikasi adalah salah satu contoh terjadinya depolarisasi tipe ini.
5. Kematian Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Death)
Didefinisikan sebagai kematian yang terjadi kurang dari 1 jam dari kesadaran
tanpa diketahui terlebih dahulu adanya penyakit jantung primer atau tidak. Secara
umum penyebab dari kematian jantung lebih dari 90% disebabkan oleh koroner
(VT dan VF 60%), infark akut (15%), iskemi akut (10%), spasme koroner (2-5%)
Terapi
Tidakan darurat yang dilakukan pada pasien yang selamat dari jantung:
Langkah pertama, stabilisasi, resusitasi, nilai status neurologi, dan lakukan
ekstubasi
Langkah kedua, cari factor penyebab yang pada umumnya adalah infark akut,
hipokalemi, dan obat-obatan
Langkah ketiga, ketahui sttus jantung dengan tes exercise, talium scan,
ekokardiografi
Langkah ke empat, ketahui apakah terdapat VT/VF baik melalui holter monitor
maupun tes treadmill
Langkah kelima, lakukan salah satu terapi, implantable defibrillator, CABG
dengan atau tidak defibrillator, amiodaron atau mungkin juga pemberian sotasol
G. Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris
Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan
kuantitas hidup.
Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
atau
enak di dada (chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada
tersebut dengan baik, lebih-lebih bila pendidikan pasien rendah.
Hubungan dengan aktivitas
Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas,
misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki tangga.
Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau
emosi juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut segera hilang
bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat timbul
pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Lamanya serangan sakit dada
Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun perasaan
tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sakit
dada berlangsung lebih dari 20 menit, kemungkinan pasien mendapat serangan
infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa.
Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,
perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri
dada tersebut didapat, pemeriksa membuat kesimpulan dari gabungan berbagai
komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan
karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan
dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas
atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri
dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.
Pemeriksaan Fisik
DIAGNOSA
1. Nyeri akut
TUJUAN (NOC)
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24
dengan iskemia
miokardium
INTERVENSI (NIC)
nyeri
Melaporkan bahwa
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
Terapeutik untuk mengetahui
non farmakologi
untuk mengurangi
masa lampau
Evaluasi dan ketidakefektifan
Kontrol nyeri masa lampau
Kontrol lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti
nyeri berkurang
suhu,ruangan,pencahayaan
dan kebisingan
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,Intensitas
2. Penurunan
curah
berhubungan
dengan
gangguan
dalam
kontraksi
vital
rentang
normal
(Tekanan
yang
menandakan
jantung
Monitor
)
Dapat mentoleransi
tekanan darah
Atur periode
istirahat
Monitor
pasien
Monitor
darah,Nadi,Respirasi
kelelaan
Tidak ada
paru
perifer
edema
kesadaran
perubaan
latihan
toleransi
dan
aktivitas
adanya
dispneu,fatigue,tekipneu,ortop
dan
asites
Tidak ada penurunan
adanya
gagal
neu
Monitor
arah,suhu,nadi,RR
Monitor kualitas dari Nadi
Monitor jumlah dan irama
tekanan
jantung
Monitor frekuensi dan iram
pernafasan
Monitor
suhu,warna
kelembaban kulit,
Monitor siaosis perifer
Monitor
adanya
dan
penyebab
dari
menenangkan
Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
untuk
tindakan prognosis
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
mengontol
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
selama prosedur
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
pasien
Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan perasaan,
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
4. Kurang
kecemasan
Dorong pasien untuk
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Berikan penilaian tentang
pengetahuan
keperawatan selama 3 x 24
tentang
penyakit
keterbatasan
menyatakan
pengetahuan
penyakitnya,
tindakan
yang
dilakukan, obat
obatan
yang
penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
melaksanakan
dan
perubahan gaya
hidup.
komplikasi
muncul
dari
tentang
mampu
mungkin
patofisiologi
pemahaman
diberikan,
yang
spesifik
Jelaskan
yang
berhubungan
biasa
muncul
dengan
pada
prosedur
yang
dijelaskan
secara
tepat
Gambarkan proses penyakit,
benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
tepat
Sediakan
kembali
apa
yang
informasi
pada
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
informasi
tentang
yang tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup
yang
mungkin
dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
diindikasikan
Eksplorasi
sumber
kemungkinan
atau
dukungan,
dan
melaporkan
gejala
pada
untuk
pemberi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11
Maret 2012)
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika