Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya
orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi
dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi
suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan
berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alasan untuk memilih menarik diri,
curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang
ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana
klien perlu belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang
lain (struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom,
1995 dalam Stuart & Laria 2001).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin,
diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan


sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien
dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan
kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi
dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan
tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh
karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai
terhambat.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri
dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang
mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. PENGERTIAN
1. TAK
Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarrahkan oleh seorang terapis/petugas kesehatan yang telah terlatih.
2. Perilaku Kekerasan

Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua
yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah.
(Berkowitz, 1993)

Penyebab Perilaku Kekerasan


Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak

enak, cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan


akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
a. Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan /
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
gampang tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui

statusnya.
Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif.

Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat


dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun

terhadap orang lain.


Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus

dihadapi oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan

Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan

pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.


Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan
marah diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air
besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi
wajah tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,

mengamuk, nada suara keras dan kasar.


Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)


Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting
out untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.

Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan

strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan


yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya

atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang


menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya

membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia


baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
C. METODE TAK
Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
1.
2.
3.
4.

Diskusi dan Tanya Jawab


Melengkapi jadwal harian
Bermain peran / simulasi
Dinamika kelompok

D. TUJUAN
1. SESI 1
a. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
b. Tujuan Khusus
Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala

marah).
Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku

kekerasan).
Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. SESI 2
a. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain
b. Tujuan Khusus

Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien


Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku

kekerasan.
Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah

perilaku kekerasan. (Keliat, B. A. 2004)


3. SESI 3
a. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan Khusus
Klien dapat memperkenalkan dirinya.
Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan

emosinya dan di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.


Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan

emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.


Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

E. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah :
a) Klien yang tidak terlalu gelisah
b) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
c) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
d) Klien tenang dan kooperatif
e) Kondisi fisik dalam keadaan baik
f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

F. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal

: Selasa, 29 September 2015

Waktu

: 10:00 - s/d

Tempat

: Ruang Kakatua

G. Nama Peserta dan Ruangan


Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 8 orang, adapun namanama kien yang akan mengikuti TAK yaitu :
1. Ira Saputri
2. Irna Isnani
3. Irma Suryani
4. Khairunnisa
5. Misna Maisura
6. Misrahul Jannah
7. Misratun Aula
8. Ulfatul Jannah

H. Media dan Alat


TAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan
alatnya hanya berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :
1. Papan tulis / flipchart / whiteboard.
2. Kapur / Spidol.

3. Buku catatan dan pulpen


4. Jadwal kegiatan klien
5. Bantal.
6. Sedotan / pipet minuman.

I. Susunan Pelaksana
1. Leader
: Tri Palawati
2. Co Leader
: Fajar Pratomo
3. Fasilitor
:
Amiyani Kristina
Jefri Adrianus
4. Observer
:
Resdina O. Hutapea

J. Uraian Tugas Pelaksanaan


a. Leader
Tugas :
1.

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan


situasi

dan

kondisi

yang

memungkinkan

klien

termotifasi

untuk

2.

mengekspresikan perasaannya.
Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

3.

mendominasi
Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara

memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.


b. Co Leader
Tugas :
1. Membuka acara

2. Mendampingi leader
3. Mengambil posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5. Menutup acara diskusi
c. Fasilitator
Tugas :
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam
kelompok.
d. Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3. mengamati dan mencatat
Jumlah anggota yang hadir
Siapa yang terlambat
Daftar hadir
Siapa yang memberi pendapat atau ide
Toik diskusi
4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

K. Mekanisme Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori : perilaku kekerasan
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik.
Salam dari terapis kepada klien.
Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis
Menanyakan nama dan panggilan semua klien

persepsi

b. Orientasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
suara suara yang di dengar.
Terapis menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti keegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara- suara
yang didengar (perilaku kekerasan ) tentang isinya, waktu terjadinya, dan
b.

perasaan klien pada saat terjadi.


Terapis meminta klien menceritakan isii perilaku kekerasan, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi perilaku kekerasan.
Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien

c.
d.

mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.


Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang

biasa didengar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien untuuk melaprkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya
jika terjadi perilaku kekerasan.
c. Kontrak yang akan dating

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol perilaku

kekerasan.
menyepakati waktu dan tempat.

L. Setting Tempat
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah
sebagai berikut
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang.

M. Tata Tertib Kegiatan Dan Program Antisipasi


1. Tata Tertib :
Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
Berpakaian rapi dan bersih.
Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan

TAK.
Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5
menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut

diganti peserta cadangan.


Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat

diganti oleh peserta cadangan.


Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih dulu

dan berbicara setelah dipersilahkan.


TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 09.00 sampai 09.45.

2. Program Antisipasi
Usahakan dalam keadaan terapeutik.
Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada
peserta.
Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak
bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari
peserta TAK yang lain.
Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan,
leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan
dari kelompok.
Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

N. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. ASpek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adlah mengenal isi perilaku kekerasan, waktu terjadinya perilaku
kekerasan, situasi terjadinya perilaku kekerasan, dan perasaan saat terjadinya perilaku
kekerasan.

Tak Stimulasi Persepsi : Perilaku Kekerasan


Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah )
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan )
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik(dengan latihan nafas dalam)

Setting
1.

Terapis dan klien duduk bersama

2.

Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1.

Kertas

2.

Spidol

3.

Buku catatan dan pulpen

4.

Jadwal kegiatan klien

5.

Bola

Metode
1.

Dinamika kelompok

2.

Diskusi dan tanya jawab

3.

Permainan

Langkah Kegiatan
1.

Persiapan

a.

Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b.

Membuat kontrak dengan klien

c.
2.

Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


Orientasi

a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1.

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin


pada terapis.

2. Menjelaskan aturan main berikut.


Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3.

Tahap kerja
Leader membacakan aturan permainan :

Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.

Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola
berarti, ia harus menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang
dirasakan,

perilaku

kekerasan

yang

pernah

dilakukan,

akibat,

serta

mempraktekkan cara mengontrol PK dengan latihan fisik (cara nafas dalam)


a. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik
berhenti.
b. Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
1. Tanyakan pengalaman tiap klien

2. Tulis di kertas
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2. Tulis di kertas
d. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis di kertas
e. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2. Tulis di papan tulis di kertas
f.

Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan


cara fisik (latihan nafas dalam)

g.

Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.

h.

Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i.

Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.

j.

Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai


jawaban klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat
perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta
klien dalam pelaksanaan TAK serta memberi motivasi pada klien untuk
meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara mengontrol perilaku
kemarahan.

k.

Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat


menghadapi kemarahan.

4.

Tahap Terminasi

a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.


b. Tindak Lanjut
1.

Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,


yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.

2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan


dan akibat yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
No

Nama

Penyebab

Tanda &

klien

PK

gejala PK

Memberi Tanggapan Tentang


Perilaku
Akibat
Mempraktekkan cara
kekerasan

PK

mengontrol PK dengan
nafas dalam

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu
dan beri tanda - jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi
perilaku

kekerasan.Klien

mampu

menyebutkan

penyebab

perilaku

kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (gregeten dan deg-degan), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah
sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan

3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah


perilaku kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan

Langkah kegiatan
1. Persiapan

a.

Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1

b.

Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2. Orientasi

a.

Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien.


2. Klien dan terapis pakai papan nama
b.

Evaluasi validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini


2.

Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan


gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.

c.

Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut.
Klien Bersedia mengikuti TAK
Berpakaian rapi dan bersih
Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan
TAK
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan
permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang di
pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola
berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.

a.

Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.

1.

Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan
oleh klien.

2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard


b.

Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan


secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat
kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.

c.

Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d.

Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.

1. Terapis mempratekkan
2. Klien melakukan redemontrasi.
e.

Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.

f.

Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.

Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.

3.

Memberitahukan kemajuan masing masing klien dalam mencapai hasil tiap


sesi

b. Tindak lanjut
1.

menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus


penyebab perilaku kekerasan.

2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.


3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan
adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No

Nama klien

Mempraktekkan cara fisik yang Mempraktekkan cara


pertama

fisik yang kedua

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1.

tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2.

Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara


fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda

Jika klien mampu dan tanda


Jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi

belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat( buat jadwal)

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial


Tujuan:
1.Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2.Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
Seting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat ;
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a.

Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

b.

Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2. Orientasi

a.Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2.Klien dan terapis pakai papan nama
b.Evaluasi /Validasi
1.Menanyakan perasaan klien saat ini
2.Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta perilaku
kekerasan
3.Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan
c.Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu, Saya
perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk.....
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.


g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada
orang lain, yaitu,Saya tidak dapt melakukan...atauSaya tidak menerima
dikatakan .....atau Saya kesal dikatakan seperti....
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j.Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif,
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2.

Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
secara teratur.

3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut :

Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No

Nama Klien

Memperagakan

Memperagakan

Mamperagakan

cara meminta

cara menolak

cara

tanpa paksa

yang baik

mengungkapkan
kekerasan yang
baik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan
tanda jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan
di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual


Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegahbperilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.


3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1.

Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,


dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan
adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama klien

Mempraktikkan kegiatan

Mempraktikkan kegiatan

ibadah pertama

ibadah kedua

8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan
tanda jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh


Mengonsumsi Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.


Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.

l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.


4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat
tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat
No

Nama klien

Menyebutkan

Menyabutkan

Menyebutkan

lima benar

keuntungan minum

akibat tidak patuh

minum obat

obat

minum obat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan
tanda jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan
lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan
akibat tidak minum obat.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai