Anda di halaman 1dari 19

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

(TINJAUAN KEGAWATDARURATAN)
=====================================================================

Nama : INDAH DWI KUSUMA WARDANI


NIM : P17211191008

I. DEFINISI
Masalah kesehatan : Unstable Angina Pectoris (UAP)
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau
terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti (Wijaya & Putri, 2013).Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan
jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya
kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau tersumbat
sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung
akan oksigen, maka bisa terjadi kekurangan oksigen dapat
menyebabkan nyeri (Kasron, 2012). Tetapi pada umumnya dapat
dibedakan 3 tipe angina yaitu:
1. Angina Pectoris Stabil
Pada keadaan ini, tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti
waktu istirahat. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang
dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan status jantung
sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik
yang berat, namun hilang dengan segera dan ketika di istirahatkan atau
menggunakan pengobatan terhadap angina. Rasa sakitnya dapat
menyebar ke lengan, punggung, atau area lain.
2. Variant angina
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian
terbaru menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme
koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan
obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina
waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan
waktu penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit
arteri coroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang
mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap
peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang
mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus,
frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan
individu beresiko mengalami kerusakan jantung. Unstable angina dapat
juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia). Angina pada pertama
kali atau angina stabil dengan frekuesi berat dan lamanya meningkat.
Timbul di waktu istirahat atau kerja ringan. Biasanya lebih parah dan
hilang dalam waktu yang lama, dan tidak akan hilang saat beristirahat
ataupun pengobatan angina.

II. PATOFISIOLOGI
a. Etiologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang
tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuha dan suplain
O2 miokard. Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik
tersendiri ataupun bersama-sama yaitu :
1. Faktor diluar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan
cadangan aliran koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik,
takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan
simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard
sehingga mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan
suplain O2. penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti
anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya suplain O2
ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner.
Sebagian besar penderita angina tidak stabil (ATS)
mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap
yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa
disertai trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan
pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai
dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau
normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara
akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan
stasis aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi
trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini
akan mempermudah terjadinya vasokonstrikasi pembuluh darah.
4. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah
yang sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-
kadang terlepas menjadi mikroemboli dan penyumbatan
pembuluh darah yang lebih distal
5. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah
kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya
trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner
6. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya
aliran coroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai
penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal
ataupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Beberapa faktor
resiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara
lain :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain umur,
jenis kelamin, dan riwayat penyakit dalam keluarga
b. Faktor resiko yang dapat diubah antara lain merokok,
hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan DM

b. Gejala dan Tanda


Berikut tanda dan gejala UAP :
1. Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa
sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan,
nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi
pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah
rahang ataupun lengan.
2. Sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang.
3. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun
pingsan.
c. Pathway
d. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada pasien UAP adalah :
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrokardiografi (EKG) menurut Wijaya & Putri (2013), yaitu :
- Monitor EKG terdapat aritmia
- Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST
elevasi ataupun depresi dan gelombang Q, patologis ini
menunjukkan telah terjadi nekrosis
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang
membesar (Kasron, 2012).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu spesifik dalam diagnosis
angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan
diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar
kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk
menemukan faktor risiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan
gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus
yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris
(Kasron, 2012).

IV. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan keperawatan
a. Berikan posisi semifowler
b. Berikan oksigen konsentrasi tinggi (6-10 liter/menit)
c. Kolaborasi pemberian nitrogen, bete bloker dan kalsium anatagonis)
d. Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan
e. Lakukan EGC
f. Observasi bunyi jantung
g. Observasi adanya mual, muntah dan konstipasi

b. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk
meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai
melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor
resiko.secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi
suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angioplasti koroner transliminal perkutan (PTCA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty), (didiskusikan
di bawah). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis
dan pembedahan.
Seperti yang akan didiskusikan kemudian, terdapat
beberapa pendekatan yang akhir-akhir ini sering di gunakan
untuk revaskularisasi jantung. Tiga teknik utama yang
menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri
koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner utnuk
meningkatkan aliran darah, penggunaan untuk menguapkan plak
dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat
obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil
akhir yang dipakai oleh salah satu atau seluruh teknik diatas,
melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan
kemunduran proses angina yang di derita pasien.
Terapi Farmakologi
Nitrogliserin. Senyawa nitrat masih merupakan obat utama
untuk menangani angina pektoris. Nitrogliserin diberikan untuk
menurunkan konsumsi oksigemn jantung yang akan mengurangi
iskemia dan mengurangi nyeri augina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi baik vena
maupun arteria sehingga mempengaruhi perifer. Dengan
pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena di seluruh
tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung
dan terjalah penurunan tekanan pengisian (preload). Nitrat juga
melemaskan arteriol sistemik dan menyebabkan penurunan
tekanan darah (penurunan afterload). Semuanya itu berakibat
pada penurunan kebutuhan oksigen jantung, merupakan suatu
keadaan yang lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (subtingual)
atau dipipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
a. Pasien diminta tidak menggerakkan lidah dan jangan
menelan ludah sampai tablet nitrogliserin larut. Bila nyeri sangat
berat, tablet dapat dikunyah untuk dapat mempercepat
penyerapan di bawah lidah.
b. Sebagai pencegah, pasien harus selalu membawa obat ini.
Nitrogliserin bersifat sangat tidak stabil dan harus di simpan
dalam botol gelap tertutup rapat. Nitrogliserin tidak boleh di
simpan dalam botol plastik atau logam.
c. Nitrogliserin mudah menguap dan menjadi tidak aktif bila
terkena panas, uap, udara, cahaya dalam waktu lama. Bila
nitrogliserin masih segar, pasien akan merasa terbakar di
bawah lidah dan kadang kepala terasa tegang dan berdenyut.
Persediaan nitrogliserin harus diperbaharui setiap 6 bulan
sekali.
d. Selain menggunakan dosis yang telah ditentukan, pasien harus
mengatur sendiri dosis yang diperlukan, yaitu dosis terkecil
yang dapat menghilangkan nyeri. Obat harus digunakan untuk
mengantisipasi bila akan melakukan aktivitas yang mungkin
akan menyebabkan nyeri. Karena nitrogliserin dapat
meningkatkan toleransi pasien terhadap latihan dan stress bila
di gunakan sebagai pencegahan (misalk sebelum latihan,
menaiki tangga, hubungan seksual) maka lebih baik gunakan
obat ini sebelum rasa nyeri muncul.
e. Pasien harus mengingat berapa lama kerja nitrogliserin dalam
menghilangkan nyeri, bila nyeri tidak dapat dikurangi dengan
nitrogliserin, harus dicurigai adanya ancaman terjadinya infark
miokardium.
f. Bila nyeri menetap setelah memakai tiga (3) tablet sublingual
dengan interval 5 menit, pasien dianjurkan segera dibawa ke
fasilitas perawatan darurat terdekat.
Efek samping nitrogliserin meliputi rasa panas, sakit kepala
berdenyut, hipertensi, dan takikardia. Penggunaan preparat
nitrat long-acting masih diperdebatkan. Isorbid dinitrat
(isordil) tampaknya efektif sampai 2 jam bila digunakan
dibawah lidah, tetapi efeknya tidak jelas bila diminum peroral.
Salep Nitrogliserin Topikal. Nitrogliserin juga tersedia dalam
bentuk lanonin-petrolatum. Bentuk ini dioleskan di kulit
sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi
nyeri. Bentuk ini sangat berguna bila digunakan pada pasien
yang mengalami angina pada malam hari atau yang harus
menjalankan aktivitas dalam waktu cukup lama (misal main
golf) karena mempunyai efek jangka panjang sampai 24 jam.
Dosis biasanya ditingkatkan sampai terjadi sakit kepala atau
efek berat terhadap tekanan darah atau frekuensi jantung,
kemudian diturunkan sampai dosis tertinggi yang tidak
menimbulkan efek samping tersebut. Cara pemakaian salep
biasanya dilampirkan pada kemasan. Pasien selalu diingatkan
untuk mengganti tempat yang akan dioleskan salep untuk
mencegah iritasi kulit.
Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain : pasien
harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan
berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat
menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula
darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius. 

V. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian fokus (sesuai kasus)


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat serangan jantung sebelumnya
2) Riwayat penyakit pernafasan kronis
3) Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
4) Riwayat perokok
5) Diet rutin dengan tinggi lemak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke dan
penyakit pernafasan (asma).
d. Riwayat kesehatan sekarang
- Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
- Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktivitas).
- Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada
anterior, substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak
yang menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun
ditimpa benda berat/tertekan.
- Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri,
lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen,
punggung dan leher, .
- Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah
keringat dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
- Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan
umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina,
sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan
pemberian obat-obatan anti angina, biasanya akan hilang dengan
pemberian analgesic.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
- Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi, kuat/lemah, teratur
ataupun tidak.
- Respirasi meningkat
- Suhu dapat normal ataupun meningkat
3) Kepala
- Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
- Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
- Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
4) Leher
- Tampak distensi vena jugularis
- Terdapat/tidak nyeri pada leher
5) Thorak
- Jantung Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra
S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau
murmur menunjukkan gangguan katup jantung atau disfungsi otot
papilar, perikarditis.Irama jantung dapat normal teratur (vesikuler)
atau (unvesikuler) tidak
6) Paru-paru
- Suara nafas teratur tapi bisa juga tidak. Terdapat batuk dengan atau
tanpa produksi sputum. Terdapat sputum bersih, kental ataupun
berwarna merah muda
7) Abdomen
- Terdapat nyeri atau rasa terbakar epigastrik (ulu hati) - Bising usus
normal atau menurun
8) Ekstremitas
- Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
- Terdapat edema perifer

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. D. 0077
Nyeri akut b/d iskemia d/d pasien mengatakan nyeri pada dada kiri menembus
ke belakang
b. D.0008
Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung d/d tachicardi, EKG
aritmia, palpitasi
c. D.0056
Intoleransi aktivitas b/d imobilitas d/d pasien meneluh lelah, dipsneaa, EKG
aritmia
c. Rencana keperawatan

N HARI/TGL DIAGNOSAKEP TUJUAN DAN TINDAKAN RASIONAL


O KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
D. 0077 L. 08066 - Observasi
- Observasi
Nyeri akut b/d
Setelah dilakukan 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Identifikasi lokasi,
iskemia d/d
intervensi karakteristik, durasi,
karakteristik,
pasien
keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas
durasi, frekuensi,
mengatakan
selama 3x24 jam nyeri pada klien
kualitas, intensitas
nyeri pada
maka tingkat
nyeri 2. Umtuk mengetahui skala
dada kiri
nyeri menurun
nyeri pada klien
menembus 2. Identifikasi skala
dengan kriteria
ke nyeri 3. Mengetahui respon
hasil :
belakang, nonverbal klien terhadap
- Keluhan 3. Identifikasi respon
skala nyeri nyeri
nyeri nyeri non verbal
4
menurun 4. Untuk mengetahui faktor
4. Identifikasi faktor
(3-5) yang dapat memperberat dan
yang memperberat
- Meringis memperingan nyeri pada
dan memperingan
menurun klien
nyeri
(3-5)
5. Mengetahui keberhasilan
5. Monitor
- Frekuensi
medikasi pada klien
keberhasilan terapi
nadi
komplementer 6. MEngetahui efek samping
membaik
yang sudah pemberian analgetik pada
(3-5)
diberikan klien

6. Monitor efek - Terapeutik


samping
7. Untuk memperingan gejala
penggunaan
nyeri pada klien
analgetik
menggunakan teknik non
- Terapeutik farmakologis

7. Berikan teknik 8. Membantu mengurangi


nonfarmakologis faktor yang memperberat
untuk mengurangi nyeri pada klien
rasa nyeri (mis.
9. Membantu klien memenuhi
TENS, hypnosis,
kebutuhan tidur
akupresur, terapi
- Edukasi
musik,
biofeedback, terapi 10. Memberikan informasi pada
pijat, aroma terapi, klien terkait pemicu nyeri
teknik imajinasi yang dideritanya
terbimbing,
11. Memberikan informasi pada
kompres
klien terkait strategi
hangat/dingin,
meredakan nyeri
terapi bermain)
12. Memberikan informasi
8. Control lingkungan
mengenai tindakan yang
yang memperberat
dapat memperingan nyeri
rasa nyeri (mis.
dengan teknik non
Suhu ruangan,
farmakologis
pencahayaan,
- Kolaborasi
kebisingan)
13. Membantu klien meredakan
9. Fasilitasi istirahat
nyeri apabila teknik
dan tidur
nonfarmakologis gagal
- Edukasi

10. Jelaskan penyebab,


periode, dan
pemicu nyeri

11. Jelaskan strategi


meredakan nyeri

12. Ajarkan teknik


nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

- Kolaborasi

13. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

D.0008 L. 02008 PERAWATAN Observasi:

Penurunan JANTUNG (I.02075) 1. Membantu dalam memilih


Setelah dilakukan
curah jantung Observasi intervensi selanjutnya
intervensi
b/d perubahan 1. Identifikasi 2. Tekanan darah dapat
keperawatan
irama jantung tanda/gejala meningkat berhubungan
selama 3x24 jam
d/d tachicardi, maka curah sekunder dan dengan rasa nyeri dan

EKG aritmia, primer kesediaan oksigen


jantung
palpitasi penurunan 3. Output urine biasanya
meningkat
curah jantung menurun karena
dengan kriteria
2. Monitor tekanan darah perpindahan cairan ke
hasil :
jaringan tetapi dapat
3. Monitor intake
- Takikardia
meningkat ketika malam
dan output cairan
menurun
hari
4. Monitor keluhan nyeri
(3-5)
4. Mengetahui adanya nyeri
dada
- Gambaran dada klien yang
5. Monitor EKG 12
EKG menandai iskemia karena
sadapan
aritmia nyeri dapat memengaruhi
menurun 6. Monitor SaO2 oksigen kadar O2 dalam tubuh
(3-5) 5. Gambaran EKG ST elevasi
Terapeutik
- Dipsnea dan datarnya gelombang T
7. Posisikan pasien
menurun(3 dapat terjadi karena
semi-fowler atau
-5) peningkatan kebutuhan
oksigen
fowler dengan kaki
6. Mengetahui kadar oksigen
kebawah atau posisi
pada diri klien dan untuk
nyaman
membantu tindakan
8. Berikan diet
keperawatan selanjutnya
jantung yang
Terapeutik:
sesuai
9. Berikan oksigen 7. Memperbaiki efisiensi
untuk kontraksi jantung dan
memepertahankan menurunkan kebutuhan/
saturasi oksigen konsumsi oksigen miokard
>94% dan kerja berlebihan
Edukasi Mengurangi resiko keluhan
10. Anjurkan pada jantung
beraktivitas fisik 9. `Meningkatkan
sesuai toleransi kesediaan oksigen
Kolaborasi untuk kebutuhan
miokard untuk melawan
1. Kolaborasi pemberian
efek hipoksi/iskemia
antiaritmia, jika perlu
Edukasi

10. Beraktivitas yang


berlebihan dapat
meningkatkan volume
sekuncup selama
aktivitas, frekuensi
jantung dan kebutuhan
oksigen
Kolaborasi:
11. Menstabilkan irama jantung,
memperbaiki kontraktilitas

D.0056 L. 05047 MANAJEMEN ENERGI Observasi:


Intoleransi (I. 05178)
Setelah dilakukan 1. Kelelahan adalah efek
aktivitas b/d intervensi Observasi samping beberapa obat
imobilitas d/d keperawatan (Vasodilatasi), perpindahan
1. Identifkasi
pasien selama 3x24 jam cairan (diuretic), atau
gangguan fungsi
meneluh lelah, maka toleransi pengaruh fungsi jantung
tubuh yang
dipsneaa, EKG aktivitas 2. Kelelahan adalah efek
mengakibatkan
aritmia meningkat samping dari beberapa obat,
kelelahan
dengan kriteria nyeri, dan stress juga
2. Monitor kelelahan
hasil : memerlukan energy dan
fisik dan
- Keluhan menyebabkan kelemahan
Emosional
lelah Dapat menunjukkan
3. Monitor pola dan jam
menurun dekompensasi jantung
tidur
(3-5) daripada pola tidur
Terapeutik
- Dipsnea
Terapeutik:
setelah 4. Lakukan rentang
4. Memperbaiki sirkulasi/
aktivitas gerak pasif dan/atau
menurunukan waktu satu
menurun aktif
area yang mengganggu
(3-5) 5. Berikan aktivitas
aliran darah
distraksi yang
5. Dapat meningkatkan koping
menyenangkan
klien
Edukasi
Edukasi:
6. Anjurkan tirah baring
6. Istirahat fisik harus
7. Anjurkan melakukan
dipertahankan untuk
aktivitas secara
memperbaiki efisiensi
bertahap
kontraksi jantung
Kolaborasi
7. Beraktivitas yang
1. Kolaborasi dengan ahli
berlebihan Meningkatkan
gizi tentang cara
volume sekuncup selama
meningkatkan asupan
aktivitas dapat
makanan
menyebabkan peningkatan
segera pada frekuensi
jantung dan kebutuhan
oksigen
Kolaborasi :
11. Dengan adanya asupan pada
klien dapat meminimalkan
kelelahan pada pasien dan
harus berkolaborasi karena
harus diberikan diet jantung
VI. BUKU SUMBER
- Corwin, EJ. 2009. Buku satu patofisiologi, 3 edisi revisi. Jakarta:EGC.
- Kasron. 2012. Kelainan dan penyakit jantung. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
- PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
- PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
- PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai