Cover
Kata Pengantar ...............................................................................Error! Bookmark not defined.
Daftar Isi .......................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum................................................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Kejang Demam ............................................................................................. 3
1. Definisi Kejang Demam ................................................................................................. 3
2. Klasifikasi Kejang Demam ............................................................................................ 3
3. Etiologi Kejang Demam ................................................................................................. 4
4. Patofisiologi Kejang Demam ......................................................................................... 5
5. Manifestasi Klinis Kejang Demam ................................................................................ 7
6. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam ....................................................................... 7
7. Penatalaksanaan Kejang Demam ................................................................................... 8
8. Komplikasi Kejang Demam ........................................................................................... 9
B. Asuhan Keperawatan dengan Kejang Demam pada Anak ................................................ 10
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................................. 10
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 11
3. Rencana Tindakan Keperawatan .................................................................................. 11
4. Evaluasi Keperawatan .................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses esktrakranium. Peningkatan
temperatur tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator di hipotalamus sebagai respons
terhadap perubahan tertentu. Demam pada kejang demam sering disebabkan karena infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastrointeritis, dan infeksi traktur
urinarius. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Kadang-kadang pada
demam yang tidak begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Pada anak yang
demikian biasanya mempunyai resiko tinggi untuk kejang berulang. Kejang demam
biasanya terjadi 85% sebelum anak berusia 4 tahun. Namun, kejang demam juga dapat
terjadi pada umur 5-8 tahun (Latief dkk, 2005).
WHO (Word Health Organization) memperkirakan pada tahun 2005 terdapat ≥
21,65 juta penderita kejang demam dan ≥ 216.000 diantaranya meninggal. Angka kejadian
kejang demam di Indonesia dalam jumlah presentase bila presentase yang cukup seimbang
dengan negara lain yaitu mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai tahun 2006.
Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak
ditangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak
ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurun demam, dan sebagi orang tua
justru membawa anaknya ke dukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas
kesehatan dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam (Soetomenggolo, 2000).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih terperinci
mengenai asuhan keperawatan klien dengan kejang demam.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kejang demam?
2. Bagaimana klasifikasi dari kejang demam?
3. Apa saja etiologi dari kejang demam?
4. Bagaimana patofisiologi pada kejang demam?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada kejang demam?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada kejang demam?
7. Apa saja komplikasi dari kejang demam?
8. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien kejang demam?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien kejang demam?
10. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada pasien kejang demam?
11. Bagaimana evaluasi tindakan pada pasien kejang demam?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran asuhan keperawatan dengan masalah
infeksi atau non infeksi pada bayi dan anak, yaitu kejang demam.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi kejang demam
b. Menjelaskan klasifikasi kejang demam
c. Menjelaskan etiologi kejang demam
d. Menjelaskan patofisiologi kejang demam
e. Menjelaskan manifestasi klinis kejang demam
f. Menjelaskan penatalaksanaan kejang demam
g. Menjelaskan komplikasi kejang demam
h. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien kejang demam
i. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien kejang demam
j. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada pasien kejang demam
k. Mendeskripsikan evaluasi tindakan pada pasien kejang demam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5) Pemeriksaan EEG normal
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure);
Adapun ciri-ciri kejang demam kompleks antara lain:
1) Kejang berlangsung lama (>15 menit)
2) Bersifat multiple (lebih dari 1 kali dalam 24 jam)
3) Menunjukkan tanda-tanda kejang fokal, yaitu kejang yang hanya melibatkan
salah satu bagian tubuh.
4) EEG setelah tidak demam abnormal.
4
4. Patofisiologi Kejang Demam
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak, diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa dan melalui suatu proses oksidasi. Dalam proses oksidasi tersebut
diperluka oksigen yang disediakan melalui perantara paru-paru. Oksigen dari paru-paru
ini diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Suatu sel, khususnya sel otak atau
neuron dalam hal ini, dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari membrane
permukaan dalam dan membran permukaan luar. Membran permukaan dalam bersifat
lipoid, sedangkan membran permukaan luar bersifat ionik.
Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali oleh ion Klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar neuron, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP
yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran tadi dapat
berubah karena adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan
yang datang mendadak seperti rangsangan mekanis, kimiawi, atau aliran listrik di
sekitarnya, dan perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolism basal 10-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada
seorang anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh sirkulasi tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi kenaikan suhu tubuh pada
seorang anak dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu
singkat terjadi difusi ion Kalium dan ion Natrium melalui membran tersebut sehingga
mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian
besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel lain yang ada di
dekatnya dengan perantaraan neurotransmitter sehingga terjadilah kejang (Ngastiyah,
2007).
5
Peningkatan suhu tubuh (demam)
Neurotransmitter
Kejang demam
Ansietas
6
(Ngastiyah, 1997)
5. Manifestasi Klinis Kejang Demam
Menurut Febry & Marendra (2010), tanda dan gejala bangkitan kejang demam
pada anak berupa kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat. Pada umumnya kejang
demam berlangsung singkat, yaitu berupa kejang klonik (kejang dengan kontraksi dan
relaksasi otot yang kuat dan berirama). Namun, kejang demam juga dapat terjadi dengan
tanda-tanda seperti mata terbalik ke atas dengan disertao kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau bisa juga hanya berupa
sentakan atay terjadi kekakuan keseluruhan. Sebagian besar kejang tersebut berlangsung
kurang dari 6 menit dan 8% berlangsung lebih dari 15 menit.
Selain itu, kejang demam juga dapat ditandai dengan wajah yang membiru,
lengan dan kakinya tersentak-sentak tak terkendail selama beberapa waktu. Gejala ini
hanya berlangsung beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat
membahayakan keselamatan anak, antara lain gerakan mulut dan lidah yang tidak
terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Selain itu, anak juga dapat mengalami penundaan pertumbuhan jaringan
otak sehingga anak menjadi idiot (Widjaja, 2010).
7
seringkali gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus dilakukan lumbal pungsi
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
8
dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Profilaksis terus menerus dapat
dipertimbangkan bila ada kriteria sebagai berikut:
a) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
b) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap.
c) Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
d) Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
dengan diazepam oral atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik.
9
Terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama. Ada 3 faktor risiko yang menyebabkan
kejang demam menjadi epilepsi dikemudian hari, yaitu:
1) Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
2) Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
3) Kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
d. Hemiparesis;
Kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta wajah pada salah satu
sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (kejang
demam kompleks). Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid, setelah 2 minggu
timbul spasitas.
10
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipertensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi)
4) Abdomen : bentuk cembung, kembung.
b. Data khusus
1) Data subjektif : lemah, panas, demam, anoreksia, tidak nafsu makan, mual,
muntah, defekasi.
2) Data objektif : suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urin kurang, mata
cekung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi)
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi.
c. Kecemasan (orang tua, anak) b.d. ancaman perubahan status kesehatan, krisis
situasional.
11
5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional : Memakai baju tipis untuk pemberian obat antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara kolaborasi dokter dengan obat antipiretik.
12
Rasional : Mengurangi beban psikologi dan menyalurkan aspek emosional
secara efektif dan cepat
4) Beri informasi yang nyata tentang perawatan yang diberikan
Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat
mengurangi kecemasan
4. Evaluasi Keperawatan
Dx I:
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi atau inflamasi);
S : Ibu klien mengatakan bahwa suhu tubuh anaknya sudah normal, dan tidak panas
lagi
O : Pasien tampak aktif dan hasil TTV suhu 37,4⁰C, RR 24x/menit, Nadi 130/menit.
A : Masalah sudah teratasi
P : Tetap lanjutkan intervensi, monitor TTV, anjurkan banyak minum.
Dx II:
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi;
S: Keluarga klien mengatakan anaknya sudah tidak ada tanda – tanda kejang lagi
O: Pasien sudah tidak lemas lagi dan sedang bermain dengan ayahnya
A: Masalah sudah teratasi
P: Tetap lanjutkan intervensi dan letakan klien pada posisi miring, permukaan datar
dan miringkan kepala untik antisipasi kejang.
DX III:
Kecemasan orang tua berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan,
krisis situasional;
S : Keluarga mengatakan bahwa cemasnya sudah hampir tidak ada
O : Orang tua klien masih sedikit terlihat cemas dan khawatir jika anaknya menangis
A : Masalah belum/hampir teratasi
13
P : Tetap lanjutkan Intervensi sampai Orang Tua / keluarga klien tidak cemas dan
percaya akan kesembuhana anaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, kami menyimpulkan
bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya penigkatan suhu
tubuh yaitu 38⁰C ke atas yang sering dijumpai pada usia anak 6 bulan sampai 5 tahun.
Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks. Adapun komplikasi akibat kejang demam yang dapat terjadi
yaitu kerusakan pada neuron otak, penurunan IQ, epilepsi, dan hemiparesis.
B. Saran
1. Bagi Orang Tua;
Saat mengetahui anak mulai demam, lakukan pemeriksaan suhu tubuh anak dan jika
suhu tubuh melebihi batas normal segera bawa ke Dokter dan berikan obat supaya tidak
terjadi kejang.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan;
Dapat memberikan asuhan keperawatan secara benar dan komprehensif pada pasien
dengan masalah kejang demam.
14
Daftar Pustaka
15