Anda di halaman 1dari 5

RESUME KIMIA MEDISINAL

INTERAKSI ANTARA RESEPTOR, AGONIS, DAN OBAT

1. Reseptor

Reseptor adalah suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung

berikatan dengan ligan (obat, hormon, neutrotransmiter) untuk memicu signaling kimia antara

dan dalam sel sehingga menimbulkan efek. Reseptor merupakan suatu molekul yang jelas

dan spesifik terdapat dalam organisme, tempat molekul obat (agonis) berinteraksi

membentuk suatu kompeks yang reversibel sehingga pada akhirnya sehingga

menimbulkan respon. Dari berbagai penelitian mengenail reseptor, terdapat tiga sifat

kerja reseptor terhadap agonis yaitu pertama adalah mempunyai potensi tinggi (sensifitas

tinggi), spesifitas kimiawi, spesifitas biologi.

Pada umumnya, reseptor bekerja pada reseptor spesifik dangan konsentrasi yang
sangat kecil misalnya histamin berinteraksi dangan reseptor histamin H-1 dan dapat
menstimulasi kontraksi otot polos trakea marmut pada konsentrasi 10 -6 M. Sifat yang
kedua adalah spesifitas kimiawi. Stereoisomer suatu obat dapat mempengaruhi aktivitas
biologi dari obat yang bersangkutan. Kloramfenikol mempunyai 4 isomer hanya
mempunya aktivitas biologi pada struktur D(-) treo. Bahkan beberapa obat seperti sotalol,
warafarin dan siklofolsamid yang mempunyai stereoisomer tidak hanya terapat pada efek
farmakologi tetapi juga berbeda pada jalur metabolismenya. Sifat ketiga adalah spesifitas
biologi. Efek suatu obat dapat berbeda pada beberapa jaringan, misalnya efinefrin
menunjukan efek yang kuat pada efek jantung, tetapi leme pada efek lurik.
Fungsi reseptor adalah:

1. Mengenal dan mengikat suatu ligan atau obat dengan spesifisitas yang tinggi.

2. Meneruskan signal ke dalam sel melalui :

 Perubahan permeabilitas membran

 Pembentukan second messenger

 Mempengaruhi transkripsi gen

Jenis- Jenis Reseptor :

1. Reseptor terhubung kanal ion

2. Reseptor terhubung enzim

3. Reseptor terkopling protein G

4. Reseptor nuklear

Interaksi Obat dan Reseptor

Hubungan obat dengan reseptor sama seperti kunci dan gembok yaitu :

 Suatu reseptor dapat berikatan dengan sekelompok senyawa kimia yang sejenis (a

family of chemicals or hormones)

 Setiap senyawa tadi akan menunjukkan afinitas yang berbeda terhadap reseptor

(ikatan kuat atau lemah)


• Setiap senyawa akan menghasilkan efikasi yang berbeda

2. Agonis

Agonis merupakan obat beraksi pada reseptor sehingga menghasilkan respon

fisiologis yang meningkatkan atau menurunkan manifestasi tertentu dari aktivitas sel atau sel

itu sendiri dimana reseptor tersebut berinteraksi. Agonis tersebut dapat berupa senyawa

endogen atau eksogen. Senyawa endogen adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh tubuh

pada sistem homeostatis tubuh misalnya insulin atau neurotransmiiter, sedangkan senyawa

eksogen adalah senyawa yang berasal dari luar tubuh misalnya parasetamol atau natrium

diklofenak.

Agonisme dalam menghasilkan respon fisiologi (seluler) melalui dua cara :

 Agonisme langsung

 Respon berasal dari interaksi agonis dengan reseptornya menyebabkan perubahan

konformasi reseptor kemudian reseptor aktif dan dapat menginisiasi proses

biokimiawi sel.

 Interaksi bisa berupa stimulasi atau penghambatan respon seluler.


 Proses agonisme langsung merupakan hasil aktivasi reseptor oleh obat yang

mempunyai efikasi (aktivitas intrinsik)

Contoh : aktivasi adrenalin thd reseptor adrenergik menyebabkan kontraksi otot

polos vaskuler

 Agonisme tak langsung

 Senyawa obat mempengaruhi senyawa endogen dalam menjalankan fungsinya.

 Melibatkan proses modulasi atau potensiasi efek senyawa endogen.

 umumnya bersifat Alosterik

Contoh : Benzodiazepin dan barbiturat pada reseptor GABA A memperkuat aksi

GABA pada reseptor tersebut.

Ada 2 tipe agonis :

 Agonis penuh, adalah agonis dengan efikasi maksimal

 Agonis Parsial, adalah agonis dengan efikasi kurang maksimal

Hubungan antara interaksi obat-reseptor dengan respon

Terdapat dua teori utama yang mengenai hubungan tersebut yaitu :

1. Teori pendudukan (occupation theory). Dalam teori tersebut, respon yang ditimbulkan

adalah fungsi dari pendudukan reseptor oleh agonis. Perlu diingat bahwa jumlah

reseptor di dalam tubuh adalah terbatas sehingga apabila semua reseptor telah

diduduki oleh agonis maka akan timbul suatu respon maksimum (Emaks). Pada kondisi
tersebut berapapun penambahan agonis maka tidak lagi mempengaruhi atau

menambah respon fisiologis tadi.

2. Teori laju (Rafe theory). Respon yang dihasilkan merupakan fungsi dari kecepatan

pendudukan reseptor oleh agonis. Antara reseptor dan agonis ibarat suatiu molekul

yang berbenturan dan sebagai konsekuensi dari benturan tersebut adalah timbulnya

suatu respon fisiologi.

Anda mungkin juga menyukai