Anda di halaman 1dari 14

HOW TO MANAGE ANGINA-ROLE OF TRIMETAZIDINE

AYU DIAJENG S.N.


MUHAMMAD AMINUDDIN

ABSTRACT
Angina pectoris is a symptomatic manifestation of ischaemic heart disease, and is characterized by chest
pain due to imbalance between myocardial demands and oxygen supplied by coronary vessels. Many
patients with angina pectoris do not receive adequate antianginal therapy because of haemodynamic
intolerance or chronotropic incompetence. Several studies agree that combination hemodynamic agents
is not enough and most studies widely used metabolic agent to maximize the use of oxygen to make
more ATP (Adenosine Triphosphat) available. The use of metabolic therapies for treating myocardial
ischemia began to attract attention in the late 1960 s and the 1970 s Trimetazidine appears to be a well
tolerated metabolic agent that may provide independent benefit in ischaemia when used as
monotherapy and additional benefit when used in combination with a conventional agent in some
instance. Trimetazidine inhibits 3-ketoacyl coenzyme A thiolase within the cardiomyocytes, which
reallocates energy generation from fatty acids to the more efficient oxidation of glucose . By its unique
mode of action, trimetazidine increases the amount of energy available for the heart under ischemic
conditions by one-third. Today, trimetazidine is the most studied and widely used metabolic antiischemic agent.

Keywords: angina, trimetazidine, metabolic agent, ATP, anti-ischemic agent.

PENDAHULUAN
Prevalensi angina pektoris meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.Pada wanita
usia 45-64 tahun sebesar 5-7% , menjadi 10-12% pada wanita 65-84 tahun. Sedangkan pada
populasi pria usia 45-64 tahun sebesar 4-7% pria ,menjadi 12-14% pria usia 65-84 tahun.
Prevalensi angina lebih banyak terjadi pada usia pertengahan pada wanita dibanding pada pria.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya Penyakit Jantung Koroner fungsional seperti
angina mikrovaskuler pada wanita. Sedangkan angka kematian kasus angina stabil mencapai
1,6-3,7% per tahunnya.1
Penatalaksanaan angina pektoris berupa terapi medikamentosa bertujuan untuk
memperbaiki prognosis yaitu menurunkan angka resiko kematian serta kejadian infark miokard.
Beberapa obat-obat yang sering digunakan untuk memperbaiki iskemia miokard adalah obat

yang bekerja pada sistem hemodinamik seperti nitrat, penghambat reseptor beta (beta blocker)
atau penghambat kalsium Pasien dengan angina tidak selalu dapat terkontrol secara efektif
dengan pemberian monoterapi obat-obatan yang bekerja pada sistem hemodinamik. Oleh
karena itu, beberapa obat tersebut sering dikombinasikan satu sama lain dan menyebabkan
beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti bradikardi dan inotropik negatif terutama
pada pasien usia lanjut. Selain itu, beberapa studi telah membuktikan pada kasus kardiomiopati
iskemia (disfungsi ventrikel) terjadi perubahan substrat metabolisme pada. Berdasarkan
beberapa hal tersebut diatas maka dibutuhkan agen medikamentosa yang bekerja pada sistem
metabolik terutama pada pasien angina yang tidak dapat terkontrol optimal dengan terapi
hemodinamik.2,3
Terapi iskemia miokard yang mempunyai efek metabolik sudah dimulai diteliti sejak
akhir tahun 1960 . Pada tahun 1999 telah jelas terbukti dan dikenal bahwa pada dasarnya pada
iskemia miokard terjadi gangguan metabolik. Oleh karena itu idealnya diperlukan terapi yang g
mempunyai efek metabolik. 2
Trimetazidine (1-2,3,4- trimethoxybenzyl piperazine dihydrochloride;TMZ) merupakan
obat anti-iskemia metabolik yang cukup dikenal luas. TMZ dapat digunakan sebagai monoterapi
atau kombinasi dengan obat antiangina yang bekerja pada sistem hemodinamik pada
umumnya. TMZ bekerja dengan cara megoptimalkan metabolisme jantung dengan menggeser
alur metabolism oksidasi asam lemak menjadi oksidasi glukosa yang lebih membutuhkan sedikit
oksigen dengan hasil adenosisne triphosphat (ATP) yang sama walaupun dalam kondisi
iskemia.3

ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris didefinisikan sebagai sensasi/rasa tidak nyaman

pada dada dan

sekitarnya sesuai struktur anatomis akibat adanya iskemia miokard. Klasifikasi klinis angina
pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun
patogenesa angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada umumnya
dapat dibedakan 3 tipe angina: 3
1. Classical effort angina (angina klasik/stable angina)

Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini, obstruksi
koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat. Akan
tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi
tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul
pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan
atatus inotropik jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas
fisik, udara dingin dan makan dalam jumlah besar.
2. Variant angina (angina Prinzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan
suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya
obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang
normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina
waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina
kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini
merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang
bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama kali.
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya
ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap
akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard. Beberapa keadaan yang
dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-sama yaitu1 :
1. Faktor di luar jantung
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang
terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian obatobatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga
mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun

dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya
suplai O2 ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang
menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai
trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner.
Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner
ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara akibat
sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
4. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan
keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
5. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan
dalam terjadinya ATS.
6. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan
menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
7. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme
pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri
koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang
dapat menyebabkan kerusakan arteri, pendarahan plak ateroma, agregasi trombosit
dan trombus pembuluh darah.

Pada fase awal, ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen akan
memicu perubahan metabolik yaitu penurunan ATP yang akan memicu kehilangan kalium,
peningkatan natrium dan kalsium sehingga terjadi disfungsi diastolik dalam waktu cepat.
Setelah itu diikuti dengan disfungsi sistolik, perubahan gambaran Elektrocardiogram (EKG),
sesak nafas dan serangan angina yang memicu penghentian aktifitas. Pada periode istirahat,
gambaran EKG akan membaik segera setelah keluhan angina mereda, namun pemulihan fungsi
sistolik terjadi lebih lambat sekitar 30 menit (fase stunning) . Kaskade perjalanan angina
tersebut digambarkan pada gambar 1. 4

Gambar 1. Kaskade iskemia yang memicu nyeri dada (angina) yang kemudian diikuti fase pemulihan4

Karakteristik nyeri pada angina terbagi menjadi empat kategori yaitu lokasi, karakter
(sifat), durasi dan berkaitan dengan aktivitas atau faktor pemicu lain. Rasa tidak nyaman karena
proses iskemia pada umumnya terletak pada dada dekat dengan sternum atau dapat dirasakan
pada daerah epigastrium hingga bagian bawah rahang atau gigi, serta dapat meluas hingga
lengan, pergelangan tangan dan jari. Karakteristik nyeri dada didefinisikan sebagai rasa ditekan,
diikat atau tertimpa benda berat serta dapat seperti rasa tertusuk tajam dan terbakar. Keluhan
lain yang dapat menyertai nyeri dada adalah sesak nafas, mual dan muntah serta keringat
dingin. Durasi nyeri pada umumnya tidak lebih dari 10 menit pada sebagian besar kasus.
Karakteristik lain yang penting adalah berkaitan dengan aktivitas, saat stress emosional dan

gejala memberat saat peningkatan derajat aktivitas. Klasifikasi gejala klasik angina tipikal dan
non tipikal terangkum dalam tabel 1. 1
Tabel 1. Klasifikasi Klasik Gejala Angina1
Angina Tipikal (definite)

Angina Atipikal (probable)

Memenuhi 3 kriteria berikut:


- Rasa tidak nyaman pada substernal sesuai kualitas dan durasi
- Dipicu oleh aktivitas fisik atau stress emosional
- Hilang dengan istirahat dan atau pemberian nitrat dalam
hitungan menit
Hanya memenuhi 2 dari kriteria angina tipikal

Non Angina

Tidak memenuhi atau hanya memenuhi satu kriteria angina tipikal

Derajat keluhan angina secara umum menggunakan sistem klasifikasi The Canadian
Cardiovascular Society yang membagi gejala angina berdasarkan ambang batas keluhan yang
muncul berkaitan dengan aktivitas fisik. Klasifikasi derajat angina tersebut meliputi: 1
-

Kelas I: Aktivitas biasa sehari-hari tidak memicu gejala angina (berjalan dan menaiki
tangga)

Kelas II: Aktivitas biasa sehari-hari mulai sedikit terganggu karena memicu gejala angina
(berjalan cepat atau menaiki tangga dengan cepat, berjalan atau menaiki tangga setelah
makan, udara dingin atau dalam kondisi stress emosional)

Kelas III: Keterbatasan yang bermakna dalam melakukan aktivitas sehari-hari (berjalan
100-200 meter atau menaiki 1 tangga)

Kelas IV: Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa nyeri (gejala angina
dapat muncul walaupun saat istirahat)
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan angina adalah dengan menurunkan gejala dan

meningkatkan kualitas hidup (prognosis). Penatalaksanaannya meliputi modifikasi gaya hidup


(rokok, diet, olah raga, aktivitas seksual, berat badan, profil lipid dan faktor psikososial),
mengontrol faktor resiko Coronory Artery Disease (CAD), terapi farmakologi dan edukasi pasien.
Manajemen pasien serta pencegahan pada pasien angina terangkum pada gambar 2. 1
Gambar 2 merangkum manajemen pasien dengan SCAD dan digunakan sesuai dengan
komorbditas, kontraindikasi serta kecenderungan personal tiap pasien. Manajemen

farmakologi pada angina terdiri dari kombinasi obat untuk menghilangkan keluhan angina dan
obat untuk meningkatkan prognosis pasien. Selain nitrogliserin sublingual, terapi lini pertama
adalah penghambat reseptor beta (beta-blockers) atau penghambat kanal kalsium (Calsium
Channel Blockers/CCB) untuk mengontrol heart rate dan gejala.

Jika gejala masih belum

terkontrol, direkomendasikan untuk mengganti dengan pilihan lain (CCB atau beta-blockers)
atau kombinasi beta-blockers dengan CCB golongan dihydropiridine. Kombinasi CCB yang
bersifat menurunkan heart rate dengan beta-blockers tidak disarankan. Obat anti angina lain
yang merupakan terapi lini kedua (Ivabradine, long acting nitrates, nicorandil, ranolazine dan
trimetazidine) jika gejala angina masih belum terkontrol dengan baik menggunakan lini
pertama. Pada pasien-pasien tertentu yang intoleran atau kontraindikasi pada obat lini
pertama, obat lini kedua dapat digunakan sebagai lini pertama. Sebagai pencegahan pada kasus
angina dapat diberikan obat-obat antiplatelet dan statin. Pada beberapa pasien juga dapat
diberikan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitors atau ARB (Angiotensin II Receptor
Blockers).

Gambar 2. Manajemen Farmakologi pada Pasien dengan Stable Coronary Artery Disease1,3

FARMAKOLOGI TRIMETAZIDINE
Trimetazidine (1-(2,3,4 trimethoxy benzyl)-piperazine dihydrochloride) (TMZ) merupakan
obat dengan efek metabolik dan diperkenalkan pertama kali di Eropa (Perancis) pada tahun
1978. Terdapat tiga sediaan yaitu tablet 20 mg, solusi oral 20mg/ml, tablet modified release

(MR) 35 mg. Indikasi pemberian TMZ meliputi angina pectoris, vertigo dan tinnitus, serta
penurunan ketajaman mata akibat kelainan vaskuler.4
Konsentrasi maksimum TMZ dalam darah dicapai 5 jam setelah pemberian oral dan
dapat bertahan 75% dari konsentrasi maksimum selama 11 jam. Sedangkan konsentrasi
steady state tercapai maksimum pada 60 jam setelah pemberian. Adapun farmakokinetik TMZ
adalah sebagai berikut:4,5
-

Proses absorbsi TMZ tidak dipengaruhi oleh makanan.

Volume distribusi sebesar 4.8L/kg dan dapat berdifusi dengan baik dalam jaringan (
mempunyai affinitas yang rendah (16%) terhadap protein plasma.

Eksresi utama melalui renal dengan masa paruh (t1/2) 7 jam pada dewasa muda
sehat, dan 12 jam pada usia >65 tahun. Total eliminasi mayoritas melalui renal
sehingga berhubungan langsung dengan creatinine clearance ginjal. Sedangkan
sebagian kecil proses eliminasi melalui hepar sehingga dapat berkurang dengan
penambahan usia.

Mekanisme kerja TMZ adalah menghambat proses beta-oksidasi asam lemak dengan
cara menghambat long-chain 3-ketoacyl-CoA thiolase sehingga meningkatkan proses oksidasi
pada jalur glukosa. Pada keadaan iskemia TMZ menjaga kadar ATP intraseluler tanpa disertai
efek hemodinamik.
PERAN TRIMETAZIDIN PADA ANGINA
Trimetazidin digunakan secara luas sebagai obat anti angina pada kawasan Eropa. Pada
penelitian jangka pendek menunjukkan adanya keuntungan signifikan dalam menurunkan
episode angina tiap minggu dan meningkatkan durasi aktifitas fisik. Sedangkan pada penelitian
jangka panjang pada pasien-pasien diabetes yang menderita penyakit jantung koroner,
penggunaan trimetazidin akan menurunkan glukosa darah, dan meningkatkan fungsi endotel.
Selain beberapa efek yang telah disebutkan sebelumnya, trimetazidin bekerja independen
terhadap penurunan tekanan darah sehingga dapat digunakan sebagai antiangina pada kasuskasus yang telah rutin menggunakan sildenafil atau obat vasodilator lainnya.6

Proteksi efek metabolik pada miokardium yang mengalami iskemia mempunyai peranan
yang sangat penting untuk membatasi kerusakan sel. Perubahan utama yang terjadi selama
beberapa jam awal terjadinya iskemia adalah peningkatan sekresi katekolamin dan produksi
asam lemak bebas dalam sirkulasi darah. Pada kondisi normal, miokardium bergantung pada
kondisi aerob dalam proses metabolismenya, dimana asam lemak bebas sebagai sumber energi
utama. Sedangkan pada kondisi iskemia, terjadi peningkatan berlebihan asam lemak bebas
yang berefek toksik terhadap miokardium. Beberapa perubahan metabolik tersebut
menyebabkan kerusakan membran, disfungsi endotel, inflamasi jaringan dan penurunan fungsi
kardiak. Dengan menurunkan konsentrasi asam lemak bebas dan oksidasi asam lemak pada
miokardium serta stimulasi uptake glukosa dan laktat, maka akan menurunkan kerusakan pada
miokardium saat kondisi iskemia. Efek kardioproteksi TMZ meliputi beberapa aspek yang
terangkum dalam tabel 2 dan gambar 2.7

Gambar 2. Mekanisme Efek Anti-Iskemia Trimetazidine pada Mitokondria Miokard


Keterangan: (1) Pemberian TMZ akut maupun kronik menginduksi hambatan parsial
pada beta-oksidasi asam lemak, sehingga terjadi peningkatan oksidasi glukosa yang
menghasilkan energi miokard pada kondisi iskemia; (2) Perubahan metabolik ini
akan menurunkan kerusakan sel akibat Reactive Oxygen Species (ROS);
(3)uncoupling proteins ;(4) Efek akhir adalah penurunan kerusakan sel dan
peningkatan fungsi kardiak.7

Beberapa efek anti iskemia kardioprotektif Trimetazidin


1. Membatasi akumulasi Na+ dan Ca2+ serta asidosis intraseluler
Disregulasi pergerakan ion Ca2+ intraseluler memegang peranan penting pada
terjadinya injuri miokard selama kondisi iskemia. Peningkatan yang bermakna dari ion
Ca2+ bebas dalam sitosolik akan memicu terjadinya aritmia, kegagalan pompa
miokardium dan kematian sel. TMZ mempunyai efek membatasi akumulasi proton
dalam kondisi asidosis seluler selama iskemia (gambar 4). Dalam kondisi kelebihan asam
karena iskemia, TMZ bekerja secara dose and time dependent dalam membatasi
akumulasi Na+ dan Ca2+ dalam sel miosit dan menekan asidosis intraseluler. Selain itu,
TMZ juga menjaga konsentrasi ATP intraseluler serta meningkatkan konsentrasi
adenosin yang merupakan nukleosida yang protektif selama terjadi iskemia. Pada studi
Randomizide Controlled Trial (RCT) oleh Fragasso et al membuktikan bahwa kadar
Phosphocreatinine (PCr) ventrikel kiri dan ATP (rasio PCr:ATP) meningkat 33% oleh TMZ
pada pasien gagal jantung. Hal ini membuktikan bahwa TMZ dapat menjaga konsentrasi
energi (ATP) tetap tinggi.
2. Melindungi fungsi endotel (Meningkatkan aktivitas endothelial nitric synthase dan
ketersediaan nitric oxide serta penurunan endothelin-1) dan Memodulasi reaksi
inflamasi pada miokardium
Beberapa studi membuktikan bahwa TMZ dapat menurunkan proses inflamasi dan
meningkatkan fungsi endotel baik dalam kondisi akut (reperfusi injuri pda iskemia,
angioplasti koroner, trombolisis) maupun kondisi kronik (kardiomiopati iskemik dan
angina stabil). TMZ bermanfaat dalam menjaga integritas membran sel dan struktur
mitokondria. Studi oleh Tritto et al membuktikan bahwa TMZ dapat menghambat
aktivasi netrofil sehingga menurunkan proses inflamasi secara in vitro dan sabagai
antooksidan langsung dalam menurunkan radikal bebas oksigen selama terjadi
reperfusi. TMZ juga beranfaat dalam mencegah proses inflamasi pada tindakan
Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA). Hal ini dibuktikan pada sebuah
studi yang membuktikan penurunan petanda inflamasi beberapa saat sebelum dan
sesudah PTCA jika diberikan TMZ 3 jam sebelum tindakan. Pada pasien Diabetes Mellitus

10

(DM), TMZ terbukti mampu menurunkan kadar endothelin-1 baik pada pemberian
jangka pendek (2 minggu) dan jangka panjang (6 bulan). Mekanisme penurunan
endothelin-1 ini disebabkan karena TMZ bekerja menjaga produksi enzim nitric oxide
synthase. Selain itu, pada Belardinill et al membuktikan bahwa TMZ meningkatkan
endothelium-dependent relaxation melalui sifat anti oksidan yang dibuktikan adanya
penurunan kadar melondialdehide dan lipid hidroperoxide dalam plasma pada
pemberian TMZ.
3. Menjaga fungsi mitokondria
Mitokondria merupakan faktor utama dalam memproduksi energi (ATP) pada sel. Jalur
oksidasi lemak diperlukan untuk menghasilkan jumlah ATP yang cukup besar dengan
penggunaan oksigen lebih effisien dibandingkan jalur oksidasi glukosa. Ketika terjadi
reperfusi paska iskemia, proses oksidasi lemak akan meningkat secara signifikan dan
menghasilkan metabolit toksik (acyl carnitines,acyl coenzyme A, Lysophospholipids).
TMZ bekerja menghambat produksi metabolit tersebut dan menurunkan kerusakan
mitokondria serta menghambat peningkatan permeabilitas membran mitokondria.
4. Menurunkan kematian sel (nekrosis dan apoptosis)
Pada beberapa studi membuktikan bahwa TMZ menurunkan kerusakan miokardium
akibat iskemia reperfusi. Pada pasien infark miokard akut yang diberikan TMZ (40 mg
selama 15 menit sbelum trombolisis, kemudian 20 mg setiap 8 jam) menurunkan durasi
normalisasi creatine kinase. Hal ini menunjukkan kerusakan akibat reperfusi dan ukuran
infark pada pasien infark miokard akut yang menjalani trombolisis. Ruixing dkkl pada
penelitiannya melaporkan bahwa pada hewan coba kelinci, TMZ menurunkan apoptosis
kardiomosit injuri iskemia reperfusi melalui efek antioksidannya.
5. Melindungi kerusakan akibat radikal bebas oksigen
TMZ bersifat sebagai antioksidan yang poten terhadap oksigen free radical pada
mitokondrian dan endotel pada sel miokardium. Efek antioksidan ini juga pernah
dilaporkan pada sel darah merah pada pemberian TMZ per oral. Trimetazidin pada
konsentrasi > 100 mol/L akan berkompetisi dengan sitokrom C dalam menetralkan oxyradical.

11

Tabel 2. Efek anti-iskemia kardioprotektif Trimetazidine7


Menggeser jalur oksidasi menjadi oksidasi glukosa untuk menghasilkan ATP dengan
oksigen yang lebih efisien
Melindungi fungsi endotel (Meningkatkan aktivitas endothelial nitric synthase dan
ketersediaan nitric oxide serta penurunan endothelun-1
Memodulasi reaksi inflamasi pada miokardium (menurunkan aktivasi dan infiltrasi
neutrofil)
Membatasi akumulasi Na+ dan Ca2+ serta asidosis intraseluler
Menurunkan kematian sel (nekrosis dan apoptosis)
Menjaga fungsi mitokondria (menurunkan permeabilitas mitokondria)
Melindungi kerusakan akibat radikal bebas oksigen

INTERAKSI DAN EFEK SAMPING TRIMETAZIDIN


Telah dilaporkan beberapa efek samping dan kontaindikasi penggunaan Trimetazidin dan
hingga saat belum ada data mengenai adanya interaksi dengan obat-obatan lainnya.

Tabel 3. Interaksi dan Efek Samping Trimetizidin1


Jenis Obat

Efek Samping

Kontraindikasi

Drug-Drug
Interaction

Trimetazidin

- Rasa tidak nyaman - Alergi


pada lambung
- Mual
- Nyeri Kepala
- Movement

Belum terdapat data

- Pnyakit Parkinson
- Tremor

dan

yang memadai
Movement

Disorder
- Gangguan renal berat

Disorder

12

RINGKASAN
Pasien dengan angina tidak selalu dapat terkontrol secara efektif dengan
pemberian monoterapi obat-obatan yang bekerja pada sistem hemodinamik. Pada
beberapa studi telah membuktikan pada kasus kardiomiopati iskemia (disfungsi
ventrikel), terjadi perubahan metabolisme substrat. Berdasarkan beberapa hal tersebut
diatas maka dibutuhkan agen medikamentosa yang bekerja pada sistem metabolik
terutama pada pasien angina yang tidak terkontrol optimal dengan terapi
hemodinamik.1,2
Obat anti angina metabolik yaitu trimetazidin (TMZ) yang diberikan pada
miokardium iskemia akan menginduksi pergeseran penggunaan asam lemak bebas pada
oksidasi glukosa. Oleh karena itu akan menghasilkan lebih banyak ATP dengan
menggunakan oksigen lebih effisien. Penelitian mengenai TMZ masih dalam skala kecil
dan membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar. Selain efek
menguntungkan dari TMZ, dari beberapa studi membuktikan adanya efek
Parkinsonisme pada pnggunaan TMZ jangka panjang. Namun efek Parkinsonisme ini
kejadiannya masih relatif rendah dan cenderung bersifat reversibel.8

13

DAFTAR PUSTAKA

1.

Montalescot Gilles et al. ESC guidelines on the management of stable coronary artery
disease. European Heart JournalESC Guidelines 2013;27-33.

2.

Marzilli Mario. Trimetazidine: a metabolic agent for the treatment of stable angina.
European Heart Journal Supplements 2012;46:43-47.

3.

Ciapponi A, Pizarro R dan Harrison J. Trimetazidine for stable angina. The Cochrane
Collaboration 2009;1:14-16.

4.

Opie LH, Horowitz JD, Nitrate and Newer anti anginal Drug for the heart .Anti Angina in
Stable Coronary Artery Disease.2013;8:38-56

5.

Bo Hu, Wei Li, Tao Xu, Tao Chen, dan Jin Guo, . Evaluation of Trimetazidine in Angina
Pectoris by Echocardiography and Radionuclide Angiography: A Meta-Analysis of
Randomized, Controlled Trials. Cardiovascular Institute and Fuwai Hospital.Clinical
Cardiology 2011;34:395-400.

6.

Chen Xiexing dan Mingfang Ye. Treatment of unstable angina with trimetazidine. Journal
of Geriatric Cardiology. 2009;6:82-86.

7.

Chrusciel Piotr, Jacek Rysz dan Maciej Banach. Defining the Role of Trimetazidine in the
Treatment of Cardiovascular Disorders: Some Insights on Its Role in Heart Failure and
Peripheral Artery Disease. Medical University of Lodz,Poland. 2014; 74:971-98o.

8. Di Napoli Pericle. Anti-Ischemic Cardioprotection With Trimetazidine. Heart Metab.


2008; 41:25-29.
9. Thanh H. Nguyen, Cher-Rin Chong, Wai P. Chan dan John D. Horowitz. New
Developments in Anti-Anginal Therapy: Roles of Ivabradine, Allopurinol and of Agents
Modifying Myocardial Metabolism. World Journal of Cardiovascular Diseases,
2014;4:368-376

14

Anda mungkin juga menyukai