Disusun Oleh:
Aprililianti
260112150013
John seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik. Dia memiliki riwayat
penyakit hipertensi (20 tahun) dan angina (2 tahun). John merupakan perokok
berat, 30 batang rokok perhari selama 48 tahun, namun dia berhenti merokok
sejak 9 bulan yang lalu. Dia tidak memiliki riwayat pendaharan gastrointestinal
dan tidak memiliki riwayat alergi. Satu tahun yang lalu keterangan dari general
practioner (dokter umum) melaporkan bahwa john memilikin non ST segment
elevation myocardial infarction
transluminal coronary angioplasty dan insersi stent pada arteri koroner kiri.
Setelah keluar dia mengikuti program rehabilitasi jantung selama 6 bulan di
rumah sakit tersebut. Setiap hari dia berjalan kaki selama 40 menit dan tidak
ditemukan angina.
Pengobatan yang sekarang John dapatkan yaitu aspirin 100 mg perhari,
clopidrogel 75 mg perhari, perindopril 4 mg perhari, simvastatin 20 mg perhari.
John kurang memahami tujuan dari terapi yang dia dapatkan dan dia mengakui
bahwa dia tidak selalu meminum obatnya. Hasil pemeriksaan fisik tekanan darah
Johm 145/85 mm Hg, denyut nadi 80/ menit, tidak ditemukan aukultasi. Hasil
echocardiogram enam bulan yang lalu menunjukan tidak ada gagal jantung. BMI
23,5 kg/m2. Hasil uji laboratorium enam bulan yang lalu menunjukkan hasil
sebagian besar normal, namun perlu diperhatikan kadar kolestrol total 5,5
mmol/L, LDL-c 3,9 mmol/L, HDLc 0,8 mmol/L, dan trigliserida 1,8 mmol/L.
Analisis SOAP
A. Subjek
John pria berusia 60 tahun
1. Patien medical history
- Hipertensi (sejak 20 tahun yang lalu)
- Angina (2 tahun)
- non ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) (1 tahun
-
yang lalu)
percutaneous transluminal coronary angioplasty (1 tahun yang lalu)
insersi stent pada arteri koroner kiri (1 tahun yang lalu)
2. Social history
48 tahun)
Berhenti merokok sejak 9 bulan yang lalu.
3. Medication history
- Aspirin 100 mg perhari
- Clopidrogel 75 mg perhari
- Perindopril 4 mg perhari
- Simvastatin 20 mg perhari
4. Physical examination
- BMI
: 23,5 kg/cm2
- P
: 80/menit, tanpa ditemukan aukultasi
- BP
: 145/85 mm Hg
B. Objek
Data laboratorium enam bulan yang lalu
Kolestrol total
LDL-c
HDL-c
Trigliserida
Nilai uji
5,5 mmol/L
3,9 mmol/L
0,8 mmol/L
1,8 mmol/L
Nilai normal
< 5,18 mmol/L
< 3, 36 mmol/L
> 0,91 mmol/L
<1,8 mmol/L
C. Assesment
Dari data yang diberikan, diketahui pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi selama 20 tahun, angina 2 tahun yang lalu, non ST segment
elevation myocardial infarction yang ditangani dengan percutaneous
transluminal coronary angioplasty dan insersi stent pada arteri koroner kiri 1
tahun yang lalu.
Penyakit jantung koroner merupakan penyumbatan pembuluh arteri
koroner jantung akibat pembentukan plaque (artherosklerotik) mengakibatkan
suplai darah berkurang sehingga suplai oksigen ke pembuluh darah jantung
berkurang, apabila kondisi ini tidak ditangani bisa berujung kepada iskemik
myocardia. PJK yang progresif akan menyebabkan terjadinya sindrom
koroner akut (SKA). Manifestasi SKA dapat berupa angina pektoris tidak
stabil/APTS, Non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) atau ST
elevation myocardial infarction (STEMI).
NSTEMI merupakan infark miokardium tanpa elevasi segmen ST.
NSTEMI disebabkan aliran darah koroner menurun secara mendadak atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi kerena trombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner di awali dengan adanya ruptur
plak yang tidak stabil. Obstruksi sebagian arteri koroner menyebabkan
nekrosis jaringan miokardium yang biasanya terbatas pada daerah
subendokardium (Gambar 2). Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi
segmen ST. Gambar 1 menunjukkan perbedaan ECG STEMI dan NSTEMI.
1.
2.
3.
4.
fungsi organ)
5. Adanya penyakit
seperti
diabetes,
hipertensi,
obesitas,
jantung.
Baik
nikotin
maupun
karbon
monoksida
dapat
penggumpalan,
sehingga
memperbesar
risiko
terjadinya
infarction
kemudian
pasien
mendapatkan
percutaneous
transluminal coronary angioplasty dan insersi stent pada arteri koroner kiri 1
tahun yang lalu (Gambar 3).
Keterangan :
- ASA
- GP IIb/IIIa
- LOE
- UHF
memperbaiki
fungsi
endotel,
antitrombogenik
langsung,
antimigrasi dan antiproliferatif terhadap sel otot polos, neutrophil dan sel
mononuclear, antitrombosit, dan meningkatkan fibrinolisis endogen.
13. Statin; dapat memperbaiki fungsi endotel (RICIFE trial), menstabilkan
plak, mengurangi pembentukan trombus, bersifat anti-inflamasi, dan
mengurangi oksidasi lipid (pleotrophic effect). Sekarang ini pemberian
obat hipolipidemik atau golongan statin merupakan salah satu strategi
yang sedang berkembang pada pengobatan SKA secara optimal.
Kejadian koroner sering terjadi dalam beberapa bulan setelah SKA.
Dicapainya stabilisasi klinik pasien tidaklah berarti bahwa proses
patofisiologi yang mendasarinya juga sudah tenang. Beberapa penyelidikan
menemukan masih adanya kecenderungan pembentukan trombin sampai 6
bulan setelah PTCA atau infark jantung. Dari riwayat terapi pasien, pasien
telah menjalani terapi interventional procedures yaitu dengan PTCA dan
stent. Biasanya aggregasi platelet dan trombosis yang tidak dapat
dikendalikan lagi diatasi revaskularisasi dengan PTCA dan stent. Setelah
tindakan tersebut, pasien mendapatkan tereapi sebagai berikut;
1. Terapi Farmakologi
Setelah menjalani PTCA dan insersi stent, pasien mendapatkan terapi sebagai
berikut:
Aspirin
Dosis : 100mg perhari
Digunakan untuk menghambat aggresi platelet
Clopidrogel
Dosis : 75 mg perhari
Digunakan sebagai anti platelet
Perindopril
Dosis : 4 mg perhari
Digunakan sebagai antihipertensi, kardioprotektif, dan vaskuloprotektif
Simvastatin
Dosis :20 mg perhari
Digunakan sebagai antihiperlipidemia, mengingat propil lipid pasien melebihi
batas normal, maka perlu ditambahkan simvastatin. Target kadar kolestrol
pasien dengan IHD kolestrol total < 4 mmol/L dan LDL 2 mmol/L.
2. Terapi non farmakologi
Pasien menjalankan terapi farmakologi yaitu sebagai berikut;
- Berjalan kaki 40 menit perhari
- Berhenti merokok
Pasien dapat disarankan untuk :
-
10
5. Interaksi Obat
11
Obat A
Aspirin
Obat B
Clopidrogel
Tingkat
Signifikan
Interaksi
Aspirin
dan
clopidrogel
mekanisme
sinergisme
farmakodinamik.
Perindopril
Signifikan/
monitor
dengan ketat
dari
perindopril
mekanisme
melalu
antagonis
farmakodinamik.
** Gunakan aspirin dosis rendah
dan lakukan monitoring.
DAFTAR PUSTAKA
12
Infarction
Executive
Summary.
Tersedia
pada
http://content.onlinejacc.org/article.aspx?articleid=1138394
Anonim. (2009). Coronary Artery Disease Treatment Guide. Sydell and Arnold
Miller Family, Heart and Vascular Institute.
Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit
Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Departeman Kesehatan.
Natinal Institute for Health and Clinical Excellence Clinical Guideline. (2007).
Secondary prevention in primary and secondary care for patients following
a myocardial infarction. London: NICE. COMMIT collaborative group.
Addition.
National Prescribing Service. (2005). Case Study 38: Management of Ischaemic
Heart Disease. Australian Organisation for Quality Use of Medicines,
National Prescribing Service.
Wells, B.G., Joseph T.Dipiro., Terry L.Schwinghammer and Cecily V. Dipiro.
(2009). Pharmacotherapy Handbook 7th Edition. United States: McGrawHill Company.
Yulinah, Elin., A, Retnosari., Sigit, Joseph., Adnyana, I., Setiadi, A., Kusnandar.
(2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
13