Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INFARK MIOKARD AKUT (IMA)


PADA NY. S

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan Imfark Miocard


Akut (IMA) pada Ny. S
Nama : Eltrik Setiyawan
NIM : 1512044

Mengetahui,
Penguji 1 Penguji 2

Sandi Alfa Wiga Arsa, S.Kep, Ns Bisepta Prayogi, M.Kep,


NIK. 180906053 NIK. 180906050

0
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

1.1 Pengertian
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu (S.Harun, 1996: 1098). Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang
(Brunner & Sudarth, 2002). Infark miocard acut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah
ke otot jantung terganggu (Suyono, 1999).
1.2 Etiologi
Pada umumnya etiologi dari infark miokard akut didasari oleh adanya aterosklerotik
pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan
total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil,
juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan
irreversibel dalam 3 – 4 jam. Secara morfologis, infark miokard akut ini dapat terjadi secara
transmural atau subendocardial. Akut Miokard Infark transmural mengenai seluruh bagian
dari dinding miokard dan juga terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya
pada kejadian Akut Miokard Infark subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam
dinding ventrikel jantung.
Etiologi infark miokard akut ini pada dasarnya adalah terjadi bila suplai oksigen yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga hal tersebut bisa
menyebabkan kematian daripada sel-sel jantung tersebut. Jadi karena adanya hal yang
menyebabkan gangguan dalam oksigenasi jantung.
Gangguan oksigenasi dapat terjadi karena beberapa faktor dan diantaranya yaitu :
1. Berkurangnya daripada suplai oksigen ke miokard itu sendiri. Penyebab dari berkurangnya
suplay oksigen ini bisa karena :
 Faktor pembuluh darah. Hal ini berkaitan dengan kepatenan dari pembuluh darah
sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
kepatenan pembuluh darah diantaranya yaitu karena spasme, aterosklerosis, dan
arteritis. Spasme pembuluh darah khususnya pembuluh darah koroner ini bisa juga
terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan
1
biasanya terkait dengan beberapa hal juga dan diantara hal tersebut adalah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu
dingin yang ekstrim, dan juga merokok.
 Faktor Sirkulasi. Faktor sirkulasi ini terkait dengan kelancaran peredaran darah dari
jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan
lepas dari faktor pemompaan dan juga pada volume darah yang dipompakan. Kondisi
yang menyebabkan adanya gangguan pada sirkulasi diantaranya adalah keadaan saat
hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta,
mitral, atau trikuspidalis) menyebabkan menurunnya Cardiac Out Put (COP).
Penurunan Cardiac Out put yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan
bebarapa bagian tubuh tidak tersuplay darah dengan baik serta adekuat, termasuk
dalam hal ini otot jantung sendiri.
 Faktor darah. Darah dalam hal ini merupakan pengangkut oksigen menuju ke seluruh
bagian tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan itu
(pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak akan cukup
membantu. Hal-hal yang bisa menyebabkan terganggunya daya angkut darah ini
diantaranya yaitu antara lain keadaan anemia, hipoksemia, dan juga polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh.
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi dengan
baik yaitu dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan cardiac out
put. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, maka
mekanisme kompensasi ini justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya
karena hal tersebut otomatis akan membuat kebutuhan oksigen semakin meningkat,
sedangkan dari suplai oksigen itu sendiri tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen akan memicu terjadinya infark miokard ini. Aktifitas yang memicu
terjadinya akut miokard infark diantaranya yaitu aktifitas yang berlebihan, emosi,
makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard ini bisa memicu terjadinya
infark karena semakin banyak sel yang harus disuplay oksigen, sedangkan asupan
oksigen itu sendiri menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif.

1.3 Klasifikasi IMA


1.3.1 IMA Subendokardial
2
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang peka terhadap iskemia dan
infark. IMA subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun
dalam waktu lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau
dicetuskan oleh kandisi-kondisi seperti hipotensi, pendarahan, dan hipoksia. Derajat nekrosis
dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat
takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada mulanya gambaran klinis dapat relatif
ringan, kecendrungan iskemia dan infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien
dipulangkan dari rumah sakit.
1.3.2 IMA Transmular
Pada lebih dari 90% pasien IMA transmular berkaitan dengan trombosis koroner.
Trombosis sering terjadi di daerah yang mengallami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab
lain lebih jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya: perdarahan dalam plaque
aterosklerotik dengan hematom intramular, spasme yang umumnya terjadi ditempat
aterosklerotik dan emboli koroner. IMA dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi
hal ini amat jarang.
1.4 Manifestasi Klinik
Banyak penelitian menunjukan pasien dengan IMA biasanya pria, diatas 40 tahun, dan
mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya,sering disertai hipertensi arterial.
Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda diawal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita
yang memakai kontrasepsi pil dan merokok menpunyai resiko. Namun secara keseluruhan
angka kejadian IMA pada pria lebih tinggi dibanding wanita pada semua usia
Nyeri dada yang datang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus,terletak di bagian
bawah sternum dan perut atas adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa
semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke
bahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina,nyeri ini muncul secara
spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam
sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin. Pada
beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke leher dan dagu. Nyeri sering disertai napas pendek,
pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, dan mual serta muntah.
Pasien dengan diabetes melitus mungkin tidak merasa nyeri berat bila menderita IMA
karena neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi neuoreseptor, sehingga
menumpulkan rasa nyeri yang dialaminya. Meskipun pasien biasanya pria dan berusia di atas
40 tahun, namun wanita yang mengalami gejala dan tanda-tanda seperti yang telah disebutkan
3
harus ditangani serius, khususnya bila merokok dan juga memakai pil kontrasepsi. Kini
insiden IMA juga meningkat dengan tajam pada wanita pasca menopause.
1.5 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis
1.5.1 EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis.
1.5.2 Enzim Jantung
Seperti CPKMB, LDH, AST.
1.5.3 Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi.
1.5.4 Sel darah putih
Leukosit (10.000 - 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan
dengan proses inflamasi.
1.5.5 Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.
1.5.6 Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ acut atau kronis.
1.5.7 GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru acut atau kronis.
1.5.8 Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IMA.
1.5.9 Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
1.5.10 Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler
dan konfigurasi atau fungsi katup.

1.5.11 Pemeriksaan pencitraan nuklir


Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misal lokasi
atau luasnya IMA. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
1.5.12 Pencitraan darah jantung (MUGA)

4
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah).
1.5.13 Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase IMA kecuali mendekati bedah
jantung angioplasty atau emergensi.
1.5.14 Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan pembuluh darah yang mengarah ke
atau dari jantung.
1.5.15 Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
1.5.16 Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
(Doenges, 2000).
1.6 Komplikasi
1.6.1 Aritmia
Karena aritmia lazim ditemukan pada fase akut IMA, hal ini dapat dipandang sebagai
bagian perjalanan penyakit IMA. Aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan
hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan akibat mudahnya perluasan
infark atau bila merupakan predisposisi untuk terjadinya aritmia yang gawat seperti takikardia
ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol.
1. Bradikardia Sinus
Umumnya disebabkan oleh vagotonia dan sering menyertai IMA inferior atau posterior.
Bila hal ini menyebabkan keluhan, hipotensi, gagal jantung, atau bila disertai peningkatan
iritabilitas ventrikel diberi pengobatan dengan sulfas atropine intravena. Bila atropine
gagal perlu dipikirkan pemasangan pacu jantung.
2. Irama Nodal
Yang umumnya timbul karena protective escape mechanism dan tak perlu diobati, kecuali
bila amat lambat dan menyebabkan gangguan hemodinamik. Dalam hal terakhir ini dapat
diberi atropine atau dipasang pacu jantung temporer.
3. Gangguan Hantaran Atrioventrikular
Blok AV derajat I umumnya ditemukan pada IMA inferior dan tak perlu diobati.
5
Blok AV derajat II umumnya menyertai IMA inferior dan merupakan b;lok AV Mobits
jenis I. Pengobatan hanya diperlukan bila irama ventrikel terlalu lambat dan/atau
iritabilitas ventrikel meningkat atau bila desertai gagal jantung.
Blok AV derajat II Mbits jenis II jarang dan umumnya menyertai IMA anterior. Blok AV
ini cenderung memburuk menjadi blok AV total. Respon terhadap atrovin sering buruk
dan secepatnya perlu dipasang pacu jantung
Blok AV derajat III (blok AV total) pada IMA inferior umumnya didahului blok AV
derajat II dan bermanifestasi sebagai irama nodaldengan kompleks QRS normal dan
frekuensi 50-60/menit. Curah jantung umumnya tidak terlalu banyak menurun dan
prognosis relative lebih baik. Sebaliknya blok AV derajat III pada IMA inferior
mempunyai prognosis jelek. Di sini blok AV disebabkan karena nekrosis jaringan
konduksi yang sering menyertai IMA yang luas. Karena itu blok AV yang sering timbul
tiba-tiba dan gelombang ventrikel yang timbul mempunyai kompleks QRS yang lebar
(lebih dari 0,12) dan frekuensi amat lambat. Gangguan haemodinamik yang berat sering
terjadi. Mortalitas disini tinggi walaupun dipasang pacu jantung. Mortalitas umumnya
disebabkan gagal jantung berat.
4. Gangguan hantaran
Kombinasi Right Budel Brach Block ( RBBB) dan left posterior hemiblock atau tiap
bentuk trifascicular block lebih sering menyertai IMA anterior dari pada IMA
inferoposterior. Pasien seperti ini cenderung mengalami block AV pemasangan pacu
jantung temporer secara umum kurang memberikan hasil memuaskan dan banyak
kematian berkaitan dengan gagal jantung atau renjan akibat lebih luasnya IMA yang
mendasari gagngguan hantaran tersebut walaupun demikian pacu jantung tetap harus di
pasang karena pada kasus tertentu kadang-kadang masih dapat menolong. Bila fasilitas
elektrifisiologi ada, maka pemanjangan interval AV merupakan indikasi pemasangan pacu
jantung.

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Infark Miokard Akut adalah antara lain:
 Rawat ICCU, puasa 8 jam
 Tirah baring, posisi semi fowler.
 Monitor EKG
 Infus D5% 10 - 12 tetes/ menit
 Oksigen 2 - 4 lt/menit
 Analgesik : morphin 2,5-5 mg (iv) atau petidin 25 - 50 mg

6
 Nitrat (Nitrogliserin) seperti Farsorgid, ISDN, cedocard, isoket dapat diberikan 0,4 mg
(bila Tekanan Sistolik > 90) dapat diulang tiap 5 u/g
 Antagonis kalsium yaitu verapanil, diltiazem dan nifedipine.
 Aspirin oral seperti ascardia, trompoaspilet, farmasal diberikan dosis awal 160-325
mg.
 Clopidogred/CPG 300 mg/oral
 Obat sedatif : diazepam 2 - 5 mg
 Bowel care : laksadin
 Antikoagulan : heparin tiap 4 - 6 jam /infuse (dosis 20.000-40.000 unit / 24jam)
 Diet rendah kalori dan mudah dicerna
 Psikoterapi untuk mengurangi cemas (Arif Mansjoer, 2000)

7
1.8 WOC (Web of Caution) Aterosklerosis, Trombosis, Konstriksi arteri koronari

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi menurun

Jaringan miokard iskemik

Nekrosis miokard jantung

INFARK MIOKARD AKUT hospitalisasi

Cemas
Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Integritas membran sel


Timbunan asam
Nyeri berubah
laktat meningkat
Resiko penurunan
Kontraktilitas turun curah jantung
Kelemahan

Intoleransi COP turun Kegagalan pompa jantung


aktifitas
Gagal jantung
Gangguan Resiko kelebihan
perfusi volume cairan
jaringan ekstravaskuler
8
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2. Pengkajian
2.1 Identitas Pasien
Berisi tentang nama, usia, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat dan penanggung
jawab. Umur di atas 40 tahun sering mengalami IMA. Insiden IMA pada pria tinggi,
sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause. Juga terjadi pada pekerja dengan
stressor tinggi beresiko terkena IMA. Ras kulit hitam lebih sering mengalami IMA
(NANDA, 2012).
2.2 Riwayat Keperawatan
2.2.1 Keluhan utama
Pada pasien IMA, biasanya pasien mengalami nyeri dada seperti tertusuk-tusuk yang
dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
2.2.2 Riwayat penyakit sekarang
Dimulai dari awal gejala IMA muncul, terapi yang diberikan sampai pasien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapat pertolongan lanjutan. Biasanya berkaitan dengan nyeri.
2.2.3 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat merokok dan penyakit pernafasan kronis, riwayat penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi dan penyakit vaskuler perifer. (Doenges, 2000).
2.2.4 Riwayat psikososial
Gejala psikis pada pasien IMA seperti menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan, kerja, keluarga. Tanda psikis seperti: menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri. Gejala sosial
pada pasien IMA seperti stres dan kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS. Tandanya seperti kesulitan istirahat dengan tenang. respon terlalu emosi
(marah terus-menerus, takut), dan menarik diri.
2.3 Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
2.3.1 Nutrisi
Pada pasien IMA cenderung mengalami mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar. Selain itu, terjadi penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan (Doenges, 2000).
9
2.3.2 Eliminasi
Pada pasien IMA cenderung mengalami penurunan bunyi bising usus berakibat terjadi
konstipasi dan bila pasien kurang dalam pemahaman cara mengejan, maka beresiko buruk
pada kerja jantung (Doenges, 2000). Pada pasien IMA terjadi penurunan produksi urin
terutama pada pasien yang mengalami syok kardiogenik.
2.3.3 Aktivitas dan istirahat
Pada pasien IMA cenderung mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur dan
dispnea pada istirahat atau aktifitas (Doenges, 2000).
2.3.4 Hygiene perseorangan
Pada pasien IMA yang nyeri dada pasien harus bedrest sehingga cenderung bergantung
kepada orang disekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hygiene perseorangannya (Doenges,
2000).
2.4 Pemeriksaan Fisik
2.4.1 Keadaan umum
Pada pasien IMA, sering mengalami keletihan dan kelemahan. Hal ini disebabkan oleh
penurunan curah jantung yang mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh berkurang
sehingga seseorang mengalami keletihan (NANDA, 2010).
2.4.2 B1 Breath
Sumbatan atau penumpukan secret dan Wheezing atau krekles. Sesak dengan aktifitas
ringan atau istirahat, Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal, Ekspansi dada
tidak penuh, Penggunaan otot bantu nafas (Doenges, 2000)..
2.4.3 B2 Blood
Pada pasien IMA biasanya tekanan darah dapat normal / naik / turun. Nadi dapat
normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,
tidak teratus (disritmia). Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel. Irama
jantung dapat teratur atau tidak teratur. Edema : Distensi vena juguler, edema dependent,
perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel. Warna :
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukossa atau bibir (Doenges, 2000)..
2.4.4 B3 Brain
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat).
Tanda : perubahan mental, kelemahan. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau
tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
10
kebanyakan nyeri dalam dan viseral). Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher. Kualitas : "Crushing ", menyempit,
berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat (Doenges, 2000).
2.4.5 B4 Bladder
Cenderung mengalami penurunan jumlah urine, berkaitan dengan penurunan kerja
atau curah jantung (Doenges, 2000).
2.4.6 B5 Bowel
Bunyi usus normal atau berkurang. Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri
ulu hati/terbakar. Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, Muntah, Perubahan berat
badan (Doenges, 2000)..
2.4.7 B6 Bone dan integumen
Keringat dingin, kulit pucat, edema pada ekstremitas, dan kelemahan (Doenges, 2000).
2.5 Diagnosa Keperawatan (Doenges, 2000)
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
ditandai dengan keluhan nyeri dada dengan/tanpa penyebaran, wajah meringis,
gelisah, perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi, tekanan darah.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload,/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miocard, kerusakan structural seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum yang ditandai dengan tidak mampu mempertahankan stabilitas
hemodinamik, haluaran urine tidak adekuat dan adanya distrimia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan gangguan frekuensi jantung
dan tekanan darah, disritmia, perubahan warna kulit/kelembaban, angina karena kerja,
lemah.
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatan yang ditandai
dengan perilaku takut, gelisah, wajah tegang, menantang atau menghindar, ragu-ragu.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma yang di tandai dengan ketidak mampuan mempertahankan
keseimbangan cairan, ada distensi vena perifer/ vena dan ada edema dependen, paru
tidak bersih berat badan tidak stabil.

11
6. (Resiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
2.6 Intervensi dan Rasional
No Tujuan Intervensi

1 Setelah dilakukan asuhan NIC Label >> Ventilation Assistance


keperawatan selama … x … jam,
 Pertahankan kepatenan jalan napas.
diharapkan pola napas pasien efektif  Atur posisi yang tepat untuk meringankan
dengan kriteria hasil : dyspnea, misal meninggikan kepala tempat

NOC Label >> Respiratory Status: tidur atau sediakan meja di atas tempat tidur

Ventilation agar pasien dapat bersandar.


 Monitor efek perubahan posisi terhadap
 RR dalam batas normal (16 – 20 oksigenasi.
 Anjurkan pasien untuk melakukan
x/menit).
 Kedalaman respirasi menyimpang pernapasan yang dalam dan lambat.
ringan dari batas normal.  Auskultasi suara napas.
 Tidak terdapat penggunaan otot  Monitor tanda-tanda kelelahan otot

aksesoris pernapasan. pernapasan.


 Tidak ada keluhan sesak napas  Monitor status pernapasan dan oksigenasi.
 Berikan dan pertahankan tambahan oksigen
secara verbal.
jika pasien membutuhkan dan disetujui oleh
tenaga medis.
2 Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Vital Sign Monitoring
keperawatan selama …x…jam
 Pantau perkembangan TD pasien
diharapkan curah jantung pasien  Pantau nadi pasien
terkontrol dengan kriteria hasil :  Pantau RR pasien
 Pantau saturasi oksigen pasien
NOC Label >> Cardiopulmonary  Pantau suhu tubuh pasien
Status  Pantau CRT, warna kulit pasien
NIC Label >> Cardiac Care
 Tekanan darah pasien terkontrol
 Nadi teraba normal  Pantau status cardiovaskuler pasien
 RR dalam rentang normal ( 15-  Pantau dan lakukan pencatatan
20x/mnt) keseimbangan cairan pada pasien
 Saturasi oksigen normal (>95%)  Pantau tanda-tanda dispnea, fatigue, takipnea
 Edema berkurang
 Rasa letih pasien berkurang
3 Setelah diberikan askep selama 3x 24 Label NIC >> Pain Management
 Lakukan pemeriksaan nyeri secara
jam, diharapkan skala nyeri klien
12
berkurang dengan kriteria hasil: komprehensif, meliputi lokasi nyeri,
Label NOC >> Comfort Status :
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
Physical
kualitas, intensitas/penyebaran nyeri, dan
 Gejala terkontrol dengan skala 5
Label NOC >> Pain Control faktor presipitasi.
 Klien melaporkan nyeri terkontrol  Lakukan kontrol terhadap faktor lingkungan
dengan skala 5 yang dapat meningkatkan respons
Label NOC >> Pain Level
ketidaknyamanan klien (misalnya suhu,
 Durasi dari episode nyeri klien
pencahayaan, dan kebisingan).
berkurang
Label NOC >> Vital Signs  Ajarkan klien prinsip management nyeri.
 Vital signs klien dalam rentang  Ajarkan penggunaan teknik non-

normal (BP : 120/80 mmHg, RR : farmakologis (misalnya: hipnosis, relaksasi,

15-20 x/menit, HR : 60-100 guided imagery, terapi musik, distraksi,

x/menit, suhu klien 36,5-37,5o C). acupressure, dan massage) jika


memungkinkan.
 Tingkatkan pemenuhan kebutuhan
istirahat/tidur klien untuk meringankan nyeri
yang dialami.
 Manajemen pemberian analgesik
Label NIC >> Vital Signs Monitoring
 Monitor vital sign klien.
4 Setelah dilakukan tindakan Label NIC>>Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama .......x24 jam
 Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer
tidak ada gangguan pada status
(nadi perifer, edema, kapillary refill, warna
sirkulasi psien dengan indikator:
Label NOC>>Circulation Status dan temperatur ekstremitas)
 Tekanan darah sistolik dbn  Evaluasi nadi perifer dan edema
 Tekanan darah diastolik dbn  Inpseksi kulit adanya luka
 Kekuatan nadi dbn  Kaji tingkat nyeri
 Rata-rata tekanan darah dbn  Elevasi anggota badan 20 derajat atau lebih
 Nadi dbn
tinggi dari jantung untuk meningkatkan
 Tekanan vena sentral dbn
 Tidak ada bunyi hipo jantung venous return
abnormal  Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
 Tidak ada angina  Monitor status cairan masuk dan keluar
 AGD dbn  Gunakan therapeutic bed
 Kesimbangan intake dan output 24  Dorong latihan ROM selama bedrest
 Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
jam  Jaga keadekuatan hidrasi untuk mencegah
 Perfusi jaringan perifer efektif
 Kekuatan pulsasi perifer peningkatan viskositas darah
 Tidak ada pelebaran vena  Kolaborasi pemberian antiplatelet atau
13
 Tidak ada distensi vena jugularis antikoagulan
 Tidak ada edema perifer  Monitor laboratorium Hb, Hmt
 Tidak ada asites
LABEL NIC>>Monitor Tanda Vital

 Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR


 Monitor jumlah dan irama jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
LABEL NIC>>MANAJEMEN CAIRAN

 Catat intake dan output cairan


 Monitor status hidrasi
 Monitor status nutrisi
5 Setelah dilakukan tindakan NIC label : Activity therapy
keperawatan selama …. Intoleransi
 Bantu pasien untuk mengungkapkan arti
aktivitas pasien teratasi dengan
aktivitas sehari-hari dan aktivitas favorit.
kriteria hasil:  Instruksikan klien atau keluarga untuk

NOC label : Activity tolerance mengaplikasikan aktivitas fisik, sosial,


spiritual, dan kognitif dalam menyesuaikan
 Tidak ada perubahan tanda vital fungsi tubuh.
yang signifikan setelahn  Bantu pasien atau keluarga untuk
melakukan aktivitas menyesuaikan lingkungan.
 Dapat berkomunikasi sambil NIC Label : Energy Management
 Monitor pola dan durasi tidur px
melakukan aktivitas
 Klien merasa nyaman dan rileks  Anjurkan px untuk istirahat atau membatasi
NOC Label : Risk Detection aktivitas
 Px melaporkan kelelahannya  Hindarkan pelaksanaan terapi pada saat
berkurang istirahat px
NOC Label : Fatigue Level  instruksikan px atau keluarga untuk
 Aktivitas sehari-hari px baik
 Aktivitas dan istirahat px seimbang melaporkan adanya tanda-tanda kelelahan
6 Setelah diberikan asuhan Mandiri
 Pantau & catat tekanan darah sesuai indikasi.
keperawatan selama …x… jam
 Pantau dan catat intake dan output cairan.
diharapkan komplikasi dari  Pantau adanya tanda – tanda kelebihan
hipertensi dapat diminimalisir cairan,edema dan kejang.
dengan kriteria hasil :  Pantau hasil laboratorium
Delegatif
 Tekanan darah terpantau dalam  Berikan medikasi antihipertensif sesuai

kondisi stabil instruksi.

14
 Intake dan output cairan terpantau
 Tanda-tanda adanya kelebihan
cairan, edema dan kejang
berkurang
7 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> NIC Label: Bathing
keperawatan selama … x … jam
 Bantu klien mandi di tempat tidur yang
Diharapkan perawatan diri mandi
sesuai atau diinginkan.
klien terpenuhi  Bantu klien mencuci rambut, sesuai yang

NOC Label >> Self-care : Bathing dibutuhkan dan diinginkan


 bantu pasien mandi dengan suhu yang
 mandi di bak nyaman
 mencuci wajah  Membantu pasien merawat daerah perineal,
 mencuci tangan
sesuai kebutuhan
 mencuci kaki
 membersihkan area perianal  Membantu pasien merawat diri sesuai
 mengeringkan badan dengan langkah-langkah kebersihan
NOC Label >> Self care : Hygiene (misalnya, mengunakan deodorant atau
parfum)
 mencuci tangan  Membantu membasuh kaki, jika diperlukan
 mencuci daerah perineal
 Membantu mengoleskan salep dan krim pada
 mencuci telinga
 menjaga kelembaban dan daerah kulit yang kering
 Menganjurkan pasien untuk mencuci tangan
kebersihan hidung
 mengontrol kebersihan mulut setelah ke toilet dan sebelum makan
 mengeramaskan rambut  Menganjurkan menggunakan bedak kering
 menyisir/menyikat rambut
 mencukur pada daerah lipatan kulit
 merawat kuku tangan  Memonitor keadaan kulit setelah mandi
 merawat kuku kaki NIC Label >> Hair Care
 menjaga kebersihan tubuh
 Anjurkan klien untuk mencuci rambut, jika
dibutuhkan dan diinginkan
 Keringkan rambut klien dengan pengering
rambut
 Sikat/sisir rambut klien setiap hari atau lebih
sering
 Periksa kondisi rambut klien setiap hari
 Periksa kulit kepala klien setiap hari
NIC Label >> Oral Health Maintenance

15
 Membantu klien agar melakukan perawatan
mulut rutin.
 Gunakan pelembab untuk melembabkan
bibir dan mukosa oral klien
 Monitor gigi klien dari adanya warna
kekuningan dan adanya bekas makanan
 Identifikasi risiko dari adanya perkembangan
stomatitis sekunder dari terapi obat
 Mendorong dan mengawasi klien dalam
membilas mulut
8 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> NIC Label: Dressing
keperawatan selama … x … jam
 Pakaikan pasien pakaian setelah selesai
Diharapkan perawatan diri
membersihkan diri sendiri seperti mandi
berpakaian klien terpenuhi  Membantu menggunakan dan memilih

NOC Label >> Self-care : Dressing busana sesuai


 Perubahan pasien pakaian pada waktu tidur
 Memberikan bantuan sampai pasien mampu
 Mengambil pakaian
 Memakai pakaian untuk tubuh secara penuh untuk bertanggung jawab atas
bagian atas seperti Baju, Pakaian mengganti sendiri
Dalam  Membantu melapaskan pakaian
 Memakai pakaian untuk tubuh
lebih rendah / bagian bawah seperti
celana
 Mengancingkanpakaian
 Melepaskan pakaian
 Melepaskan Celana
9 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Nutrition management
keperawatan selama … x … jam
 Tentukan dalam berkolaborasi dengan ahli
Diharapkan perawatan diri makan
gizi bila sesuai,jumlah kalori dan tipe nutrisi
klien terpenuhi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
NOC Label >> Self Care : Activities nutrisi
of Daily Living (ADL)  Dorong intake kalori yang sesuai untuk tipe
tubuh dan gaya hidup
 Makan  Monitor catatan intake dari kandungan
 Oral hygiene
nutrisi dan kalori
NOC Label >> Self Care : eating
NIC LABEL >> Feeding

16
 Memanipulasi makanan  Identifikasi diet yang dibutuhkan
 Menelan makanan  Mendiskusikan pemberian makanan lewat
 Menelan cairan
 Melengkapi asupan makanan NGT
 Sediakan oral hygiene sebelum makan
 Catat intake makanan jika sesuai
 berikan makan dengan perlahan/ tidak buru-
buru
 Ajarkan keluarga untuk memberi makan
pasien
10 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Perineal care
keperawatan selama … x … jam
 Membantu untuk menjaga hygiene pasien.
Diharapkan perawatan diri toileting  Menjaga daerah perineum tetap kering
klien terpenuhi  Menggunakan cold pack, jika diperlukan
 Instruksikan kepada pasien rasional dan
NOC Label >> Self-Care : Toileting penggunaan sitz bath
 Mengosongkan kandung kemih  Menyediakan sitz bath
 Mengosongkan bowel  Membersihkan daerah perineum secara
 Membersihkan diri setelah
menyeluruh dengan teratur
berkemih / bak
 Pertahankan pasien tetap dalam posisi yang
 Membersihkan diri setalah buang
nyaman
air besar / bab
 Menggunakan pembalut penyerap untuk
menyerap drainase, jika diperlukan.

2.7 Evaluasi
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan merokok ditandai
dengan kulit tanpak dingin dan pucat.
Label NOC>>Circulation Status
 Tekanan darah sistolik dbn
 Tekanan darah diastolik dbn
 Kekuatan nadi dbn
 Rata-rata tekanan darah dbn
 Nadi dbn
 Tekanan vena sentral dbn
 Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
 Tidak ada angina
 AGD dbn
 Kesimbangan intake dan output 24 jam
 Perfusi jaringan perifer efektif
 Kekuatan pulsasi perifer
17
 Tidak ada pelebaran vena
 Tidak ada distensi vena jugularis

Tidak ada edema perifer

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload dan


kontraktilitas ditandai dengan pasien tampak keletihan, dispnea (RR:22x/mnt), TD :
170/110mmHg
NOC Label>>Cardiopulmonary Status

- Tekanan darah pasien terkontrol


- Nadi teraba normal
- RR dalam rentang normal ( 15-20x/mnt)
- Saturasi oksigen normal (>95%)
Edema berkurang

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dada seperti diremas-remas dan menjalar ke lengan kiri, klien mengatakan nyeri
dirasakan sejak seminggu yang lalu dan dirasakan makin memberat, Klien mengatakan
skala nyeri 9, TTV 170/110mmHg, Nadi 100x/menit dan RR 22x/menit
Label NOC>>Circulation Status
- Tekanan darah sistolik dbn
- Tekanan darah diastolik dbn
- Kekuatan nadi dbn
- Rata-rata tekanan darah dbn
- Nadi dbn
- Tekanan vena sentral dbn
- Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
- Tidak ada angina
- AGD dbn
- Kesimbangan intake dan output 24 jam
- Perfusi jaringan perifer efektif
- Kekuatan pulsasi perifer
- Tidak ada pelebaran vena
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Tidak ada edema perifer
- Tidak ada asites

4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan merokok ditandai


dengan kulit tanpak dingin dan pucat.
Label NOC>>Circulation Status
- Tekanan darah sistolik dbn
- Tekanan darah diastolik dbn

18
- Kekuatan nadi dbn
- Rata-rata tekanan darah dbn
- Nadi dbn
- Tekanan vena sentral dbn
- Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
- Tidak ada angina
- AGD dbn
- Kesimbangan intake dan output 24 jam
- Perfusi jaringan perifer efektif
- Kekuatan pulsasi perifer
- Tidak ada pelebaran vena
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Tidak ada edema perifer
- Tidak ada asites

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


dengan kebutuhan ditandai dengan respon frekuensi jantung yang abnormal terhadap
aktivitas, dispnea dan menyatakan merasa lemas.
NOC label : Activity tolerance
- Tidak ada perubahan tanda vital yang signifikan setelahn melakukan aktivitas
- Dapat berkomunikasi sambil melakukan aktivitas
- Klien merasa nyaman dan rileks
NOC Label : Risk Detection

- Px melaporkan kelelahannya berkurang


NOC Label : Fatigue Level

- Aktivitas sehari-hari px baik


- Aktivitas dan istirahat px seimbang
6) PK Hipertensi
- Tekanan darah terpantau dalam kondisi stabil
- Intake dan output cairan terpantau
- Tanda-tanda adanya kelebihan cairan, edema dan kejang berkurang

7) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan


Keluarga Pasien mengatakan pasien tidak mampu mengakses kamar mandi, tidak
mampu mengeringkan tubuh, tidak mampu membasuh tubuh, Badan pasien terlihat

19
kurang bersih, Mulut klien tampak kurang bersih dan berbau., Kuku klien tampak
panjang dan kotor, Rambut klien tampak kusut dan kotor.
NOC Label >> Self-care : Bathing
- mandi di bak
- mencuci wajah
- mencuci tangan
- mencuci kaki
- membersihkan area perianal
- mengeringkan badan
NOC Label >> Self care : Hygiene
- mencuci tangan
- mencuci daerah perineal
- mencuci telinga
- menjaga kelembaban dan kebersihan hidung
- mengontrol kebersihan mulut
- mengeramaskan rambut
- menyisir/menyikat rambut
- mencukur
- merawat kuku tangan
- merawat kuku kaki
- menjaga kebersihan tubuh

8) Defisit perawatan diri : berpakaian berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan


keluarga pasien mengatakan Pasien tidak mampu mengunyah makanan, tidak mampu
mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
NOC Label >> • Self-care : Dressing

- Mengambil pakaian
- Memakai pakaian untuk tubuh bagian atas seperti Baju, Pakaian Dalam
- Memakai pakaian untuk tubuh lebih rendah / bagian bawah seperti celana
- Mengancingkanpakaian
- Melepaskan pakaian
- Melepaskan Celana

9) Defisit perawatan diri : makan berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan


keluarga pasien mengatakan Pasien tidak mampu menggunakan pakaian, tidak mampu
melepaskan pakaian, pakaian klien terlihat kusam.
20
NOC Label >> Self Care : Activities of Daily Living (ADL)
- Makan
- Oral hygiene
NOC Label >> Self Care : eating
- Memanipulasi makanan
- Menelan makanan
- Menelan cairan
- Melengkapi asupan makanan
10) Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
Keluarga pasien mengatakan Pasien tidak mampu melakukan hygiene eliminasi yang
tepat, tidak mampu untuk duduk ditoilet atau commode.
NOC Label >> Self-Care : Toileting
- Mengosongkan kandung kemih
- Mengosongkan bowel
- Membersihkan diri setelah berkemih / bak
- Membersihkan diri setalah buang air besar / bab

21
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Carolyn M. Hudak. 1999. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC.

Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC.

Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan


Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang.

Kusuma, Hardi. 2012. Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Media Hardy.

Long, B.C. 1996. Essential of medical - surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran.

Lynda Juall Carpenito. 2001. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Price, S.A. & Wilson, L.M. 1994. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.

Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2000. Brunner and Suddarth's textbook of medical - surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.

Susan Martin Tucker. 1998. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC.

Suyono, S, et al. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS IMA


22
1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2018 Jam: 09.00 WIB
Tanggal MRS : 26 Februari 2018 No.RM: 145xxx
Diagnose masuk : IMA (Infark Miokard Akut )

A. Identitas pasien
Nama : Ny.S
Usia : 85 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Status : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Desa Kebonsari, RT 2/2, Kademangan.
Penanggung Jawab : Anak pasien
Penghasilan : Rp 3.000.000

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengungkapkan lemas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada tanggal 26 Februari 2014 Ny.S merasa nyeri dada dan pusing, lalu di bawa
periksa ke dokter terdekat. Diberi obat, namun keluarga pasien tidak mengetahui
jenis obat tersebut. Tapi kondisi Ny S malah memburuk, keluarga membawa pasien
ke RSK Budi Rahayu, pasien segera masuk IGD lalu dipindahkan ke ICU pada jam
21.00 WIB, kondisi pasien KU lemah, sesak, RR 33x/mnt, ronkhi ada, akral dingin,
kembung diberikan cairan infus PZ 15tts/mnt, HR 133 x/mnt, TD 111/66 mmHg,
GCS 2-1-5, drip lidokain 6 amp, dobutamin 5 gamma, cefotaxime 1gr (iv), rantin 1
amp (iv), fluxum 0,6 (sc) paha, cortidex 1 amp, gentamicin 80mg (iv), dah nicholin
250mg (iv).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengungkapkan Ny. S mengalami asma sejak remaja.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga yang menderita asma.
5. Riwayat Psikososial
 Kognitif
Pasien tertidur, GCS 3-2-5.
Psikososial
 Hubungan Pasien dengan perawat
Baik, pasien cukup kooperatif ketika dibangunkan perawat dan diberi minum
susu.
 Hubungan Pasien dengan keluarga
23
Baik anak dan cucu selalu menemani ketika jam besuk ICU dan selalu
menanyakan pada perawat bagaimana keadaan pasien.
6. Riwayat Alergi:
Pasien akan mengalami asma bila terpapar debu dan asap.

C. Pola pemenuhan Kebutuhan Dasar


1. Nutrisi :
 Di rumah: Pasien makan 3x sehari dengan menu makanan nasi sayur dan ikan,
porsi makan habis 1 piring. Namun, sejak pasien sakit, pasien sulit untuk makan.
 Di RS : pasien mengeluh sulit untuk menelan. Pasien menerima asupan nutrisi
berupa susu 3 x 200ml sehari. Berat badan klien 39 kg.
2. Eliminasi :
 Di rumah :
BAB : 2x sehari, pada pagi dan malam.
BAK : 5x sehari, lebih sering pada malam hari.
 Di RS
BAB : Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak BAB selama 4 jam.
BAK : pada saat dilakukan pengkajian pasien menggunakan kateter dan
produksi urine dalam 3 jam terakhir 35cc/3jam.
3. Aktifitas dan Istirahat :
 Di rumah
- Aktivitas seperti biasa, pergi ke sawah.
- Jam tidur siang : tidak tidur siang karena kerja sebagai petani
- Jam istirahat malam : jam 22.00-05.00 WIB.
 Di RS
- Pasien cenderung tidur, kesadaran somnolen, pasien akan bangun bila
dirangsang verbal maupun nyeri.
4. Hygiene Perseorangan :
 Di rumah : pasien biasanya mandi 2x sehari, dan dilakukan secara mandiri.
 Di RS : pasien diseka 2x sehari oleh perawat pada jam 07.30 dan 14.10, dan
kebutuhanya dibantu oleh perawat.

D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
I. Darah lengkap
 Leukosit : 5,6 x 109/L
 Eritrosit : 3,93 x 109/L
 Hb :12,2
 PCV : 38,0
 Trombosit : 320
 LED : 66-105
 Gol. Darah :O
 Bilirubin Direct :0,23 mg/dl
 Bilirubin total : 0,30 mg/dl

24
 SGOT : 31 U/L
 SGPT : 25 U/L
 GAMMA GT :39 U/L
 Alkali phospat : 259
 Faal ginjal
Creatinin : 3,69 mg/dl
Urid acid : 16,0 mg/dl
BUN : 80,4 mg/dl
Urea :172 mg/dl

II. Lemak darah


Normal : Hasil :
Cholesterol <200 142
Triglyserid <150 62
Cholest-HDL Direk 35-65 33
Choles-LDL Direk 150-190 69

III. Elektrolit
Normal : Hasil :
Kalium mmol/L 3,4-5,3 4,14
Natrium mmol/L 135-155 133,8
Chlorida mmol/L 95-105 101,4
Calsium 1,010 – 1,012 1,91
BJ Plasma - -
b. Foto Thorax tanggal 27 -02-2018 dan Hasil EKG
Hasil thorax foto terdapat kardiomegali. Hasil EKG adalah ST elevasi V1-V4.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien lemah
2. B1 breath
 KU lemah, Pernafasan spontan, retraksi ringan, wheezing -/-, rhonki -/-, sesak
saat istirahat, RR 17 x /menit, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, SpO2
100%, batuk tidak ada, pergerakan dada simetris, tidak ada sianosis.
3. B2 blood
 TD 82/39 mmHg
 Nadi 102 x/menit
 Suhu 37,5°C
 Akral teraba hangat
 CRT <2 detik
 Conjungtiva tidak anemis,sklera putih.
 Nadi teraba kuat, irama regular.

25
 Gambaran ECG sinus ritme
4. B3 brain
 Kesadaran : Somnolen
 Pupil : isokor/isokor , diameter 3mm/3mm
 GCS 3-2-5
5. B4 bladder
Produksi urin saat pengkajian 5cc/jam. Ukur urin 35cc/3jam, Balance cairan +
122cc. Pasien menggunakan kateter.18 x/menit.
6. B5 Bowel
Tidak ada mual muntah, bising usus tidak terdengar.
7. B6 bone dan integument
 Refleks patela negatif
 Posisi tidur semi fowler
 Tugor kulit tidak elastis
 Tidak ada edema

F. Terapi
Terapi yang di dapat
- Infus : RL 18 tetes x/menit dengan drip lidokain 6 ampul
- Syring pump dobutamin 15 gama
- Syring pump Dopamin 8 gama
- Cefotaxime 3 x 1gr IV (ISO 2011)
Indikasi: untuk infeksi saluran napas bawah,saluran kemih, saluran pencernaan.
Bakterimia dan septikimia.
- Rantin 3 x 1 ampul (iv) (MIMS 2007-2008)
Indikasi: untuk terapi pemeliharaan tukak peptic akut.
kontraindikasi: gangguan fungi ginjal, hati, ibu hamil, laktasi, anak dan kanker
lambung.
Efek samping: sakit kepala, pusing, ruam kulit.
- Cortidex 3x1 ampul (iv) (ISO 2011)
Indikasi: untuk semua penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid,
antiperadangan, gangguan pada darah
kontraindikasi: ulkus peptikum, psikosis.
- Nicholin 3x250 mg iv (ISO 2011)
Indikasi: untuk keadaan akut, kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, gangguan
saraf dan psikis.
Farsix (ISO 2011)
Indikasi: untuk edeme, hipertensi ringan sampai sedang.
kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, hematologi, SSP serta kulit.
- Gentamisin 2x80mg (iv) (ISO 2011)

26
Indikasi: untuk septikemia, ISK, infeksi saluran nafas, meningitis.
kontraindikasi: hipersensitif terhadap aminoglikosida, insufisiensi ginjal.
Efek samping: ototoksisitas, nefrotoksisitas.
- Fluxum 2x0,6 (sc) (ISO 2011)
Indikasi: untuk obat anti koagulan IMA dan mencegah pembekuan darah.
kontraindikasi: perdarahan.
Efek samping: perdarahan, trombositopenia, reaksi alergi.

27
ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI


1. S: IMA
Pasien mengungkapkan lemah/letih.
O: Penurunan Penurunan Cardiac Output
- Pasien tampak sesak,
Curah
- Akral tangan hangat, akral kaki dingin Suplai O2 menurun
- Takikardi, HR 102 x/menit Jantung
- Irama nadi regular Penurunan Curah Jantung
- TD 82/39 mmHg
- RR 17 x/menit
- Gambaran EKG sinus ritme,
- Produksi urine 35cc/3jam,
- Pemberian O2 masker NRM 15 L/mnt
- Tidak ada oedeme di ekstremitas atas
dan bawah
2. S: pasien mengeluh lemas, tidak sesak. IMA
O: Penurunan
- kulit tangan hangat, Penurunan cardiac output
Perfusi
- kulit kaki dingin
- tidak ada sianosis Jaringan Merangsang sistem saraf
- CRT < 2 detik simpatik
- HR 102 x/mnt
- TD 82/39mmHg produksi ADH dan Aldosteron
- Suhu 37,5OC
meningkat
- GCS 3-2-5
- SpO2 100%
- Pemberian O2 masker NRM 15 L/mnt vasokontriksi
- Urine 35 cc/3jam.
Penurunan Perfusi Jaringan

28
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan infark/diskinetik miocard
ditandai dengan pasien mengungkapkan lemah, pasien sesak ringan, akral
tangan hangat, akral kaki dingin, irama regular, Takikardi, HR 102 x/menit, RR
17 x /menit, TD 82/39 mmHg, gambaran EKG sinus ritme, tidak odeme di
ekstremitas atas dan bawah, SpO2 100% dan produksi urine 35cc/3jam.
2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
koroner ditandai dengan kulit tangan hangat, kulit kaki dingin, tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik, TD 82/39mmHg, HR 102 x/mnt, GCS 3-2-5, Suhu
37,5OC, SpO2 100%, RR 17 x/menit, produksi urine 35 cc/3jam.

29
NURSING CARE PLAN

Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi


Hari/
No. Tujuan
tanggal
1 Selasa 27 Penurunan curah NOC: Cardio NIC : Cardiac Care
1. Jelaskan kepada pasien 1. Jam 10.00 WIB
Februari jantung berhubungan Pulmonary Status Jam 10.15 WIB
Menjelaskan kepada
dan keluarga penyebab
2018 dengan Setelah dilakukan Keluarga pasien mengerti
keluarga penyebab
penurunan curah
infark/diskinetik tindakan keperawatan tentang penyebab
pasien mengalami
jantung.
miocard ditandai Pasien menunjukkan/ penurunan curah jantung.
penurunan curah
dengan pasien peningkatan curah jantung
jantung yaitu infark
mengungkapkan dalam waktu 2x24 jam
miokard pada jantung.
lemah, pasien sesak dengan kriteria:
Jam 14.00, 21.00 WIB
ringan, akral tangan - Pasien mengungkapkan
Mengobservasi frekuensi
2. Observasi frekuensi
hangat, akral kaki tubuhnya merasa Jam 14.10 WIB
dan irama jantung serta
jantung dan irama, TD,
dingin, irama regular, segar/sehat. TD 133/40 mmHg, RR 16
TD, disritmia dan produksi
disritmia, produksi urin
Takikardi, HR 102 - Pasien tidak sesak x/mnt, Gambaran ECG
- Akral hangat urin
tiap jam.
x/menit, RR 17 sinus Ritme, HR 99 x/mnt,
- HR 60-100 x/mnt
x/menit, TD 82/39 - RR 16-20 x/menit produksi urine
mmHg, gambaran TD 120-80 mmHg (sistole 476cc/12jam..
EKG sinus ritme, tidak normal 100-120, diastol Jam 21.10 WIB
odeme di ekstremitas 60-80) TD 158/58 mmHg, RR 23
- Gambaran EKG sinus
atas dan bawah, SpO2 x/mnt, Gambaran ECG

30
100% dan produksi ritme Jam: 10.30 WIB sinus Ritme, HR 100 x/mnt,
urine 35cc/3jam. - Produksi urine 0,5- 3. Kolaborasi : 3.Memberikan fluxom
produksi balance cairan +
- Pemberian O2 masker secara ic di paha. Dan
1cc/KgBB/jam 1496,2
- Tidak ada oedeme. NRM farsix 10cc via iv.
- Pemberian Syiring pump
dobutamin dan dopamin. Jam 14.00 WIB
- Pemberian antiaritmia Pasien tidak sesak, TD
- Pemberian antikoagulan
133/40 mmHg, balance
- Pemberian sedatif
cairan +347,9 cc/ 3jam

31
2. Selasa 27 Penurunan perfusi NOC: Circulation Status NIC: Circulation Care
1. Jelaskan kepada
Februari jaringan berhubungan Pasien menunjukkan Jam 10.40 WIB Jam 10.55 WIB
keluarga penyebab
2018 dengan penurunan perfusi yang adekuat 1. Menjelaskan kepada Keluarga pasien mengerti
penurunan perfusi
aliran darah koroner dalam waktu 24 jam kelurga pentingnya tentang penyebab
jaringan.
ditandai dengan kulit dengan kriteria hasil: asupan nutrisi bagi penurunan perfusi jaringan.
tangan hangat, kulit - Kulit akral hangat pasien untuk
kaki dingin, tidak ada - TD 120-80 mmHg. pemunuhan kebutuhan
- Suhu 36,5-37,5OC
sianosis, CRT < 2 tubuhnya.
- Urine 0,5-
Jam 14.00, 21.00 WIB
detik, TD 82/39mmHg, Jam 14.10 WIB
1cc/KgBB/jam 2. Melakukan observasi
2. Lihat pucat, sianosis,
HR 102 x/mnt, GCS 3- - RR 16-20 x/mnt CRT < 2 detik, akral hangat,
akral, nadi, dan
O - HR 60-100 x/mnt kulit dingin/lembab.
2-5, Suhu 37,5 C, HR 99 x/mnt. GCS 3-3-5
kesadaran.
- GCS 4-5-6 Catat kekutan nadi
SpO2 100%, RR 17
- CRT <2 detik perifer, pantau
x/menit, produksi - Tidak ada sianosis Jam 21.10 WIB
kesadaran.
urine 35 cc/3jam. CRT <2 detik, akral hangat,
3. Melakukan observasi
HR 100x/mnt, GCS 3-3-5
3. Observasi Pantau RR
pernapasan, catat kerja
Jam 14.10 WIB
pernapasan. Jam 14.00, 21.00 WIB
Pasien tidak sesak, RR 16
3.Mengobservasi RR
x/mnt, posisi semifowler.

32
Jam 14.10 WIB
Pasien tidak sesak, RR 16
x/mnt, posisi semifowler.
4. Melakukan observasi
pemasukkan, dan
4. Observasi Jam 21.00 WIB
balance cairan.
pemasukan dan catat Pasien tidak sesak, RR 23
perubahan haluaran urin. x/mnt, posisi semifowler.
Catat berat jenis sesuai
indikasi. 5. Infuse RL; rehidraasi Jam 14.00 WIB
cairan. Darta Lab Balance cairan + 347,9 /
5. Kolaborasi : sebagai indikator +863,9
- Dalam pemberian perfusi / fungsi organ.
infuse RL 500 cc, 18 Jam 21.00 WIB
tts/mnt. Balance cairan + 149,2 /
- Data laboratorium,
+1315,2
contoh GDA, BUN, Jam 10.15 WIB
Memberikan fluxom Jam 14.00 WIB
kreatinin, elektrolit.
- Pemberian obat seperti TD 133/40 mmHg, HR 99
x/mnt, Sp O2 100%
antikoagulan, trombolitik
(heparin), dan antasida.
Jam 14.00 WIB

33
Urid Acid 16,0 mg/dl
BUN 80,4 mg/dl
Kreatinin 3,69 mg/dl
Elektrolit (Natrium) 133,8
Mmol/L

Jam 14.00 WIB


Pasien tidak sesak, TD
133/40 mmHg, balance
cairan +347,9 cc/ 3jam
Jam 21.00 WIB
Pasien tidak sesak, TD
158/58 mmHg, balance
cairan +149,2 cc/ +1315,2cc

34
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny.S
Umur : 85 Tahun
No.Reg : 145xxx
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018

Tanggal Diagnosa Keperawatan S.O.A.P.I.E.


Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
28 Februari berhubungan dengan O:
2018 infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - RR 31 x/mnt
- Gambaran EKG sinus takikardi
mengungkapkan lemah,
- HR 111x/mnt
pasien sesak ringan, akral - TD 168/89 mmHg
tangan hangat, akral kaki - Balance cairan +122cc
- Akral dingin
dingin, irama regular,
- Irama nadi regular
Takikardi, HR 102 x/menit, - Tidak ada oedeme
RR 17 x/menit, TD 82/39 - SpO2 98%
mmHg, gambaran EKG - RR 31 x/mnt

sinus ritme, tidak odeme di A: Masalah teratasi sebagian


ekstremitas atas dan bawah, P:
SpO2 100% dan produksi - Intervensi no. 1 dihentikan.
- Intervensi 2 dan 3 dilanjutkan.
urine 35cc/3jam.
I:
- Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian O2 masker NRM 6 L/mnt
Infus RL 500cc 18 tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1 ampul
iv.

35
- Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00,
13.00, 14.00, 21.00 WIB
Observasi frekuensi jantung dan irama, TD,
balance cairan.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- Pasien sesak ringan
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- HR 100x/mnt
- TD 150/80 mmHg
- RR 32 x/mnt
28 Februari S: Pasien mengungkapkan lemah.
Penurunan perfusi jaringan
2018 O:
berhubungan dengan
- Keadaan umum: lemah
penurunan aliran darah - Akral dingin
koroner ditandai dengan - CRT <2 detik
- TD 168/89 mmHg
kulit tangan hangat, kulit
- Suhu 360C
kaki dingin, tidak ada - Balance cairan +122cc
sianosis, CRT < 2 detik, TD - RR 31 x/mnt
82/39mmHg, HR 102 - GCS 4-5-6
- SpO2 98%
x/mnt, GCS 3-2-5, Suhu
A: Masalah teratasi sebagian
37,5OC, SpO2 100%, RR 17
P:
x/menit, produksi urine 35
- Intervensi no. 1 dihentikan.
cc/3jam.
- Intervensi 2, 3, 4, dan 5
I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1 ampul
iv.
Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00,
14.00, 21.00 WIB
Observasi pucat, sianosis, kulit dingin,
kekuatan nadi perifer
Observasi pernafasan dan pemasukan-
pengeluaran cairan.

Jam: 12.00 WIB

36
Data laboratorium nilai BUN 80,4, Kreatinin
3,69, nilai elektrolit / Natrium 133,8

Jam 08.00, 16.00 dan 24.00 WIB


Pemberian obat Rantin 1 ampul
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- Pasien sesak
- Akral hangat
- Suhu 36o C
- CRT < 2 detik
- HR 100x/mnt
- TD 150/80 mmHg
- GCS 4-5-6
- SpO2 100%
- RR 32 x/mnt

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan S.O.A.P.I.E.

37
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
1 Maret 2018
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - RR 28 x/mnt
- HR 87x/mnt
mengungkapkan lemah,
- TD 170/70 mmHg
pasien sesak ringan, akral - Akral hangat
tangan hangat, akral kaki - Nadi regular
- Tidak oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular,
bawah.
Takikardi, HR 102
A: Masalah teratasi sebagian.
x/menit, RR 17 x/menit,
P:
TD 82/39 mmHg,
gambaran EKG sinus - Intervensi 2 dan 3 dilanjutkan.
I:
ritme, tidak odeme di - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
ekstremitas atas dan Pemberian O2 masker NRM 6 L/mnt
Infus RL 500cc 18 tts/mnt
bawah, SpO2 100% dan
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
produksi urine 35cc/3jam.
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
- Jam 08.00, 14.00, 21.00 WIB
Observasi frekuensi jantung dan irama, TD.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- HR 60x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit
- Akral hangat
- Pasien sesak
1 Maret 2018 Penurunan perfusi S: Pasien mengungkapkan lemah.
jaringan berhubungan O:
dengan penurunan aliran - Keadaan umum: lemah
darah koroner ditandai - Akral hangat
- CRT <2 detik
dengan kulit tangan
- TD 170/70 mmHg
hangat, kulit kaki dingin, - Suhu 360C
tidak ada sianosis, CRT < - GCS 4-5-6
- RR 28 x/mnt
2 detik, TD 82/39mmHg,
- HR 87x/mnt
HR 102 x/mnt, GCS 3-2-
A: Masalah teratasi sebagian.

38
5, Suhu 37,5OC, SpO2 P:
100%, RR 17 x/menit, - Intervensi 2, 3, 4, dan 5
produksi urine 35 cc/3jam. I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00,
14.00, 21.00 WIB
Observasi pucat, sianosis, kulit dingin,
kekuatan nadi perifer
Observasi pernafasan dan pemasukan-
pengeluaran cairan.

Jam 09.30, 16.00 dan 24.00 WIB


Pemberian obat Rantin 1 ampul

E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.

O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- Sesak ringan
- Retraksi ringan
- Akral hangat
- HR 60x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit
- CRT <2 detik
- Suhu 360C
- GCS 4-5-6

39
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan S.O.A.P.I.E.

40
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - RR 31 x/mnt
- HR 100x/mnt
mengungkapkan lemah,
- TD 180/40 mmHg
2 Maret 2018 pasien sesak ringan, akral - Akral hangat
tangan hangat, akral kaki - Irama regular
- Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular,
bawah
Takikardi, HR 102
x/menit, RR 17 x/menit,
A: Masalah teratasi.
TD 82/39 mmHg,
P:
gambaran EKG sinus
- Intervensi 2 dan 3 tetap dipertahankan.
ritme, tidak odeme di I:
ekstremitas atas dan - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian O2 masker NRM 6 L/mnt
bawah, SpO2 100% dan Infus RL 500cc 18 tts/mnt
produksi urine 35cc/3jam. Shirink pump dobutamin 5 gamma dan

dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.

- Jam 08.00, 14.00 WIB


Observasi frekuensi jantung dan irama, TD.
Jam 08.00 HR 100x/mnt, TD 180/40 mmHg
Jam 14.00 HR 108x/mnt, TD 130/70 mmHg

E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- HR 102x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Akral hangat
- Pasien tidak sesak
- Irama nadi regular
- tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
bawah

2 Maret 2018 S: Pasien mengungkapkan lemah.


Penurunan perfusi
jaringan berhubungan

41
dengan penurunan aliran O:
darah koroner ditandai - Keadaan umum: lemah
dengan kulit tangan - Akral hangat
- CRT <2 detik
hangat, kulit kaki dingin,
- TD 180/40 mmHg
tidak ada sianosis, CRT < - Suhu 360C
2 detik, TD 82/39mmHg, - GCS 4-5-6
HR 102 x/mnt, GCS 3-2-
A: Masalah teratasi.
5, Suhu 37,5OC, SpO2
P:
100%, RR 17 x/menit,
- Intervensi 2, 3, 4, dan 5 tetap
produksi urine 35 cc/3jam.
dipertahankan
I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.

Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00,


14.00, 21.00 WIB
Observasi pucat, sianosis, kulit dingin,
kekuatan nadi perifer
Observasi pernafasan dan pemasukan-
pengeluaran cairan.

Jam 09.30, 16.00 dan 24.00 WIB


Pemberian obat Rantin 1 ampul

E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.

O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- Pasien tidak sesak
- Akral hangat
- HR 102x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit

42
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan S.O.A.P.I.E.

43
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - HR 108x/mnt
- TD 140/90 mmHg
3 Maret 2018 mengungkapkan lemah,
- Akral hangat
pasien sesak ringan, akral - Irama nadi regular
tangan hangat, akral kaki - Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular, bawah
Takikardi, HR 102
A: Masalah teratasi.
x/menit, RR 17 x/menit,
P:
TD 82/39 mmHg,
- Intervensi 2 dan 3 tetap dipertahankan.
gambaran EKG sinus
I:
ritme, tidak odeme di - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
2
ekstremitas atas dan Pemberian O masker NRM 10 L/mnt
Infus RL 500cc 18 tts/mnt dan calsium
bawah, SpO2 100% dan
glukonas 3x1ampul
produksi urine 35cc/3jam.

- Jam 10.00, 16.00 WIB


Observasi frekuensi jantung dan irama, TD.
Jam 10.00 HR 100x/mnt, TD 160/70 mmHg
Jam 16.00 HR 108x/mnt, TD 140/90 mmHg

E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- HR 108x/mnt
- TD 140/90 mmHg
- Akral hangat
- Pasien sesak ringan
- Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
bawah

Catatan:
Pukul 16.30, pasien pulang paksa. Intervensi
2 dan 3 dihentikan.
3 Maret 2018 S: Pasien mengungkapkan lemah.
Penurunan perfusi
jaringan berhubungan
O:
dengan penurunan aliran
- Keadaan umum: lemah
darah koroner ditandai

44
dengan kulit tangan - Akral hangat
hangat, kulit kaki dingin, - CRT <2 detik
- TD 160/70 mmHg
tidak ada sianosis, CRT <
- Suhu 37,20C
2 detik, TD 82/39mmHg, - Irama nadi ireguler
HR 102 x/mnt, GCS 3-2- - Tidak ada sianosis.
5, Suhu 37,5OC, SpO2 A: Masalah teratasi.
100%, RR 17 x/menit, P:
produksi urine 35 cc/3jam. - Intervensi 2, 3, 4, dan 5 dihentikan

I:
Memberikan health education kepada pasien
dan keluarga untuk aktif kontrol tentang
kondisi pasien. Selain itu, rutin untuk minum
obat untuk mengatasi IMA. Dan menjaga
makanan yang tinggi natrium seperti garam
atau ikan asin.

45

Anda mungkin juga menyukai