Mengetahui,
Penguji 1 Penguji 2
0
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
1.1 Pengertian
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu (S.Harun, 1996: 1098). Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang
(Brunner & Sudarth, 2002). Infark miocard acut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah
ke otot jantung terganggu (Suyono, 1999).
1.2 Etiologi
Pada umumnya etiologi dari infark miokard akut didasari oleh adanya aterosklerotik
pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan
total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil,
juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan
irreversibel dalam 3 – 4 jam. Secara morfologis, infark miokard akut ini dapat terjadi secara
transmural atau subendocardial. Akut Miokard Infark transmural mengenai seluruh bagian
dari dinding miokard dan juga terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya
pada kejadian Akut Miokard Infark subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam
dinding ventrikel jantung.
Etiologi infark miokard akut ini pada dasarnya adalah terjadi bila suplai oksigen yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga hal tersebut bisa
menyebabkan kematian daripada sel-sel jantung tersebut. Jadi karena adanya hal yang
menyebabkan gangguan dalam oksigenasi jantung.
Gangguan oksigenasi dapat terjadi karena beberapa faktor dan diantaranya yaitu :
1. Berkurangnya daripada suplai oksigen ke miokard itu sendiri. Penyebab dari berkurangnya
suplay oksigen ini bisa karena :
Faktor pembuluh darah. Hal ini berkaitan dengan kepatenan dari pembuluh darah
sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu
kepatenan pembuluh darah diantaranya yaitu karena spasme, aterosklerosis, dan
arteritis. Spasme pembuluh darah khususnya pembuluh darah koroner ini bisa juga
terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan
1
biasanya terkait dengan beberapa hal juga dan diantara hal tersebut adalah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu
dingin yang ekstrim, dan juga merokok.
Faktor Sirkulasi. Faktor sirkulasi ini terkait dengan kelancaran peredaran darah dari
jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan
lepas dari faktor pemompaan dan juga pada volume darah yang dipompakan. Kondisi
yang menyebabkan adanya gangguan pada sirkulasi diantaranya adalah keadaan saat
hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta,
mitral, atau trikuspidalis) menyebabkan menurunnya Cardiac Out Put (COP).
Penurunan Cardiac Out put yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan
bebarapa bagian tubuh tidak tersuplay darah dengan baik serta adekuat, termasuk
dalam hal ini otot jantung sendiri.
Faktor darah. Darah dalam hal ini merupakan pengangkut oksigen menuju ke seluruh
bagian tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan itu
(pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak akan cukup
membantu. Hal-hal yang bisa menyebabkan terganggunya daya angkut darah ini
diantaranya yaitu antara lain keadaan anemia, hipoksemia, dan juga polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh.
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi dengan
baik yaitu dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan cardiac out
put. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, maka
mekanisme kompensasi ini justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya
karena hal tersebut otomatis akan membuat kebutuhan oksigen semakin meningkat,
sedangkan dari suplai oksigen itu sendiri tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen akan memicu terjadinya infark miokard ini. Aktifitas yang memicu
terjadinya akut miokard infark diantaranya yaitu aktifitas yang berlebihan, emosi,
makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard ini bisa memicu terjadinya
infark karena semakin banyak sel yang harus disuplay oksigen, sedangkan asupan
oksigen itu sendiri menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif.
4
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah).
1.5.13 Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase IMA kecuali mendekati bedah
jantung angioplasty atau emergensi.
1.5.14 Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan pembuluh darah yang mengarah ke
atau dari jantung.
1.5.15 Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
1.5.16 Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
(Doenges, 2000).
1.6 Komplikasi
1.6.1 Aritmia
Karena aritmia lazim ditemukan pada fase akut IMA, hal ini dapat dipandang sebagai
bagian perjalanan penyakit IMA. Aritmia perlu diobati bila menyebabkan gangguan
hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan akibat mudahnya perluasan
infark atau bila merupakan predisposisi untuk terjadinya aritmia yang gawat seperti takikardia
ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol.
1. Bradikardia Sinus
Umumnya disebabkan oleh vagotonia dan sering menyertai IMA inferior atau posterior.
Bila hal ini menyebabkan keluhan, hipotensi, gagal jantung, atau bila disertai peningkatan
iritabilitas ventrikel diberi pengobatan dengan sulfas atropine intravena. Bila atropine
gagal perlu dipikirkan pemasangan pacu jantung.
2. Irama Nodal
Yang umumnya timbul karena protective escape mechanism dan tak perlu diobati, kecuali
bila amat lambat dan menyebabkan gangguan hemodinamik. Dalam hal terakhir ini dapat
diberi atropine atau dipasang pacu jantung temporer.
3. Gangguan Hantaran Atrioventrikular
Blok AV derajat I umumnya ditemukan pada IMA inferior dan tak perlu diobati.
5
Blok AV derajat II umumnya menyertai IMA inferior dan merupakan b;lok AV Mobits
jenis I. Pengobatan hanya diperlukan bila irama ventrikel terlalu lambat dan/atau
iritabilitas ventrikel meningkat atau bila desertai gagal jantung.
Blok AV derajat II Mbits jenis II jarang dan umumnya menyertai IMA anterior. Blok AV
ini cenderung memburuk menjadi blok AV total. Respon terhadap atrovin sering buruk
dan secepatnya perlu dipasang pacu jantung
Blok AV derajat III (blok AV total) pada IMA inferior umumnya didahului blok AV
derajat II dan bermanifestasi sebagai irama nodaldengan kompleks QRS normal dan
frekuensi 50-60/menit. Curah jantung umumnya tidak terlalu banyak menurun dan
prognosis relative lebih baik. Sebaliknya blok AV derajat III pada IMA inferior
mempunyai prognosis jelek. Di sini blok AV disebabkan karena nekrosis jaringan
konduksi yang sering menyertai IMA yang luas. Karena itu blok AV yang sering timbul
tiba-tiba dan gelombang ventrikel yang timbul mempunyai kompleks QRS yang lebar
(lebih dari 0,12) dan frekuensi amat lambat. Gangguan haemodinamik yang berat sering
terjadi. Mortalitas disini tinggi walaupun dipasang pacu jantung. Mortalitas umumnya
disebabkan gagal jantung berat.
4. Gangguan hantaran
Kombinasi Right Budel Brach Block ( RBBB) dan left posterior hemiblock atau tiap
bentuk trifascicular block lebih sering menyertai IMA anterior dari pada IMA
inferoposterior. Pasien seperti ini cenderung mengalami block AV pemasangan pacu
jantung temporer secara umum kurang memberikan hasil memuaskan dan banyak
kematian berkaitan dengan gagal jantung atau renjan akibat lebih luasnya IMA yang
mendasari gagngguan hantaran tersebut walaupun demikian pacu jantung tetap harus di
pasang karena pada kasus tertentu kadang-kadang masih dapat menolong. Bila fasilitas
elektrifisiologi ada, maka pemanjangan interval AV merupakan indikasi pemasangan pacu
jantung.
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Infark Miokard Akut adalah antara lain:
Rawat ICCU, puasa 8 jam
Tirah baring, posisi semi fowler.
Monitor EKG
Infus D5% 10 - 12 tetes/ menit
Oksigen 2 - 4 lt/menit
Analgesik : morphin 2,5-5 mg (iv) atau petidin 25 - 50 mg
6
Nitrat (Nitrogliserin) seperti Farsorgid, ISDN, cedocard, isoket dapat diberikan 0,4 mg
(bila Tekanan Sistolik > 90) dapat diulang tiap 5 u/g
Antagonis kalsium yaitu verapanil, diltiazem dan nifedipine.
Aspirin oral seperti ascardia, trompoaspilet, farmasal diberikan dosis awal 160-325
mg.
Clopidogred/CPG 300 mg/oral
Obat sedatif : diazepam 2 - 5 mg
Bowel care : laksadin
Antikoagulan : heparin tiap 4 - 6 jam /infuse (dosis 20.000-40.000 unit / 24jam)
Diet rendah kalori dan mudah dicerna
Psikoterapi untuk mengurangi cemas (Arif Mansjoer, 2000)
7
1.8 WOC (Web of Caution) Aterosklerosis, Trombosis, Konstriksi arteri koronari
Cemas
Metabolisme an aerob Seluler hipoksia
2. Pengkajian
2.1 Identitas Pasien
Berisi tentang nama, usia, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat dan penanggung
jawab. Umur di atas 40 tahun sering mengalami IMA. Insiden IMA pada pria tinggi,
sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause. Juga terjadi pada pekerja dengan
stressor tinggi beresiko terkena IMA. Ras kulit hitam lebih sering mengalami IMA
(NANDA, 2012).
2.2 Riwayat Keperawatan
2.2.1 Keluhan utama
Pada pasien IMA, biasanya pasien mengalami nyeri dada seperti tertusuk-tusuk yang
dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
2.2.2 Riwayat penyakit sekarang
Dimulai dari awal gejala IMA muncul, terapi yang diberikan sampai pasien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapat pertolongan lanjutan. Biasanya berkaitan dengan nyeri.
2.2.3 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat merokok dan penyakit pernafasan kronis, riwayat penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi dan penyakit vaskuler perifer. (Doenges, 2000).
2.2.4 Riwayat psikososial
Gejala psikis pada pasien IMA seperti menyangkal gejala penting atau adanya kondisi
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan, kerja, keluarga. Tanda psikis seperti: menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri. Gejala sosial
pada pasien IMA seperti stres dan kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS. Tandanya seperti kesulitan istirahat dengan tenang. respon terlalu emosi
(marah terus-menerus, takut), dan menarik diri.
2.3 Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
2.3.1 Nutrisi
Pada pasien IMA cenderung mengalami mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar. Selain itu, terjadi penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan (Doenges, 2000).
9
2.3.2 Eliminasi
Pada pasien IMA cenderung mengalami penurunan bunyi bising usus berakibat terjadi
konstipasi dan bila pasien kurang dalam pemahaman cara mengejan, maka beresiko buruk
pada kerja jantung (Doenges, 2000). Pada pasien IMA terjadi penurunan produksi urin
terutama pada pasien yang mengalami syok kardiogenik.
2.3.3 Aktivitas dan istirahat
Pada pasien IMA cenderung mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur dan
dispnea pada istirahat atau aktifitas (Doenges, 2000).
2.3.4 Hygiene perseorangan
Pada pasien IMA yang nyeri dada pasien harus bedrest sehingga cenderung bergantung
kepada orang disekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hygiene perseorangannya (Doenges,
2000).
2.4 Pemeriksaan Fisik
2.4.1 Keadaan umum
Pada pasien IMA, sering mengalami keletihan dan kelemahan. Hal ini disebabkan oleh
penurunan curah jantung yang mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh berkurang
sehingga seseorang mengalami keletihan (NANDA, 2010).
2.4.2 B1 Breath
Sumbatan atau penumpukan secret dan Wheezing atau krekles. Sesak dengan aktifitas
ringan atau istirahat, Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal, Ekspansi dada
tidak penuh, Penggunaan otot bantu nafas (Doenges, 2000)..
2.4.3 B2 Blood
Pada pasien IMA biasanya tekanan darah dapat normal / naik / turun. Nadi dapat
normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,
tidak teratus (disritmia). Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel. Irama
jantung dapat teratur atau tidak teratur. Edema : Distensi vena juguler, edema dependent,
perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel. Warna :
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukossa atau bibir (Doenges, 2000)..
2.4.4 B3 Brain
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat).
Tanda : perubahan mental, kelemahan. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau
tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
10
kebanyakan nyeri dalam dan viseral). Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher. Kualitas : "Crushing ", menyempit,
berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat (Doenges, 2000).
2.4.5 B4 Bladder
Cenderung mengalami penurunan jumlah urine, berkaitan dengan penurunan kerja
atau curah jantung (Doenges, 2000).
2.4.6 B5 Bowel
Bunyi usus normal atau berkurang. Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri
ulu hati/terbakar. Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, Muntah, Perubahan berat
badan (Doenges, 2000)..
2.4.7 B6 Bone dan integumen
Keringat dingin, kulit pucat, edema pada ekstremitas, dan kelemahan (Doenges, 2000).
2.5 Diagnosa Keperawatan (Doenges, 2000)
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
ditandai dengan keluhan nyeri dada dengan/tanpa penyebaran, wajah meringis,
gelisah, perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi, tekanan darah.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload,/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miocard, kerusakan structural seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum yang ditandai dengan tidak mampu mempertahankan stabilitas
hemodinamik, haluaran urine tidak adekuat dan adanya distrimia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan gangguan frekuensi jantung
dan tekanan darah, disritmia, perubahan warna kulit/kelembaban, angina karena kerja,
lemah.
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatan yang ditandai
dengan perilaku takut, gelisah, wajah tegang, menantang atau menghindar, ragu-ragu.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma yang di tandai dengan ketidak mampuan mempertahankan
keseimbangan cairan, ada distensi vena perifer/ vena dan ada edema dependen, paru
tidak bersih berat badan tidak stabil.
11
6. (Resiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
2.6 Intervensi dan Rasional
No Tujuan Intervensi
NOC Label >> Respiratory Status: tidur atau sediakan meja di atas tempat tidur
14
Intake dan output cairan terpantau
Tanda-tanda adanya kelebihan
cairan, edema dan kejang
berkurang
7 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> NIC Label: Bathing
keperawatan selama … x … jam
Bantu klien mandi di tempat tidur yang
Diharapkan perawatan diri mandi
sesuai atau diinginkan.
klien terpenuhi Bantu klien mencuci rambut, sesuai yang
15
Membantu klien agar melakukan perawatan
mulut rutin.
Gunakan pelembab untuk melembabkan
bibir dan mukosa oral klien
Monitor gigi klien dari adanya warna
kekuningan dan adanya bekas makanan
Identifikasi risiko dari adanya perkembangan
stomatitis sekunder dari terapi obat
Mendorong dan mengawasi klien dalam
membilas mulut
8 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> NIC Label: Dressing
keperawatan selama … x … jam
Pakaikan pasien pakaian setelah selesai
Diharapkan perawatan diri
membersihkan diri sendiri seperti mandi
berpakaian klien terpenuhi Membantu menggunakan dan memilih
16
Memanipulasi makanan Identifikasi diet yang dibutuhkan
Menelan makanan Mendiskusikan pemberian makanan lewat
Menelan cairan
Melengkapi asupan makanan NGT
Sediakan oral hygiene sebelum makan
Catat intake makanan jika sesuai
berikan makan dengan perlahan/ tidak buru-
buru
Ajarkan keluarga untuk memberi makan
pasien
10 Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Perineal care
keperawatan selama … x … jam
Membantu untuk menjaga hygiene pasien.
Diharapkan perawatan diri toileting Menjaga daerah perineum tetap kering
klien terpenuhi Menggunakan cold pack, jika diperlukan
Instruksikan kepada pasien rasional dan
NOC Label >> Self-Care : Toileting penggunaan sitz bath
Mengosongkan kandung kemih Menyediakan sitz bath
Mengosongkan bowel Membersihkan daerah perineum secara
Membersihkan diri setelah
menyeluruh dengan teratur
berkemih / bak
Pertahankan pasien tetap dalam posisi yang
Membersihkan diri setalah buang
nyaman
air besar / bab
Menggunakan pembalut penyerap untuk
menyerap drainase, jika diperlukan.
2.7 Evaluasi
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan merokok ditandai
dengan kulit tanpak dingin dan pucat.
Label NOC>>Circulation Status
Tekanan darah sistolik dbn
Tekanan darah diastolik dbn
Kekuatan nadi dbn
Rata-rata tekanan darah dbn
Nadi dbn
Tekanan vena sentral dbn
Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
Tidak ada angina
AGD dbn
Kesimbangan intake dan output 24 jam
Perfusi jaringan perifer efektif
Kekuatan pulsasi perifer
17
Tidak ada pelebaran vena
Tidak ada distensi vena jugularis
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dada seperti diremas-remas dan menjalar ke lengan kiri, klien mengatakan nyeri
dirasakan sejak seminggu yang lalu dan dirasakan makin memberat, Klien mengatakan
skala nyeri 9, TTV 170/110mmHg, Nadi 100x/menit dan RR 22x/menit
Label NOC>>Circulation Status
- Tekanan darah sistolik dbn
- Tekanan darah diastolik dbn
- Kekuatan nadi dbn
- Rata-rata tekanan darah dbn
- Nadi dbn
- Tekanan vena sentral dbn
- Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
- Tidak ada angina
- AGD dbn
- Kesimbangan intake dan output 24 jam
- Perfusi jaringan perifer efektif
- Kekuatan pulsasi perifer
- Tidak ada pelebaran vena
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Tidak ada edema perifer
- Tidak ada asites
18
- Kekuatan nadi dbn
- Rata-rata tekanan darah dbn
- Nadi dbn
- Tekanan vena sentral dbn
- Tidak ada bunyi hipo jantung abnormal
- Tidak ada angina
- AGD dbn
- Kesimbangan intake dan output 24 jam
- Perfusi jaringan perifer efektif
- Kekuatan pulsasi perifer
- Tidak ada pelebaran vena
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Tidak ada edema perifer
- Tidak ada asites
19
kurang bersih, Mulut klien tampak kurang bersih dan berbau., Kuku klien tampak
panjang dan kotor, Rambut klien tampak kusut dan kotor.
NOC Label >> Self-care : Bathing
- mandi di bak
- mencuci wajah
- mencuci tangan
- mencuci kaki
- membersihkan area perianal
- mengeringkan badan
NOC Label >> Self care : Hygiene
- mencuci tangan
- mencuci daerah perineal
- mencuci telinga
- menjaga kelembaban dan kebersihan hidung
- mengontrol kebersihan mulut
- mengeramaskan rambut
- menyisir/menyikat rambut
- mencukur
- merawat kuku tangan
- merawat kuku kaki
- menjaga kebersihan tubuh
- Mengambil pakaian
- Memakai pakaian untuk tubuh bagian atas seperti Baju, Pakaian Dalam
- Memakai pakaian untuk tubuh lebih rendah / bagian bawah seperti celana
- Mengancingkanpakaian
- Melepaskan pakaian
- Melepaskan Celana
21
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Carolyn M. Hudak. 1999. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardi. 2012. Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Media Hardy.
Long, B.C. 1996. Essential of medical - surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran.
Lynda Juall Carpenito. 2001. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 1994. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2000. Brunner and Suddarth's textbook of medical - surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Susan Martin Tucker. 1998. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC.
Suyono, S, et al. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
A. Identitas pasien
Nama : Ny.S
Usia : 85 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Status : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Desa Kebonsari, RT 2/2, Kademangan.
Penanggung Jawab : Anak pasien
Penghasilan : Rp 3.000.000
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengungkapkan lemas.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
I. Darah lengkap
Leukosit : 5,6 x 109/L
Eritrosit : 3,93 x 109/L
Hb :12,2
PCV : 38,0
Trombosit : 320
LED : 66-105
Gol. Darah :O
Bilirubin Direct :0,23 mg/dl
Bilirubin total : 0,30 mg/dl
24
SGOT : 31 U/L
SGPT : 25 U/L
GAMMA GT :39 U/L
Alkali phospat : 259
Faal ginjal
Creatinin : 3,69 mg/dl
Urid acid : 16,0 mg/dl
BUN : 80,4 mg/dl
Urea :172 mg/dl
III. Elektrolit
Normal : Hasil :
Kalium mmol/L 3,4-5,3 4,14
Natrium mmol/L 135-155 133,8
Chlorida mmol/L 95-105 101,4
Calsium 1,010 – 1,012 1,91
BJ Plasma - -
b. Foto Thorax tanggal 27 -02-2018 dan Hasil EKG
Hasil thorax foto terdapat kardiomegali. Hasil EKG adalah ST elevasi V1-V4.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien lemah
2. B1 breath
KU lemah, Pernafasan spontan, retraksi ringan, wheezing -/-, rhonki -/-, sesak
saat istirahat, RR 17 x /menit, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, SpO2
100%, batuk tidak ada, pergerakan dada simetris, tidak ada sianosis.
3. B2 blood
TD 82/39 mmHg
Nadi 102 x/menit
Suhu 37,5°C
Akral teraba hangat
CRT <2 detik
Conjungtiva tidak anemis,sklera putih.
Nadi teraba kuat, irama regular.
25
Gambaran ECG sinus ritme
4. B3 brain
Kesadaran : Somnolen
Pupil : isokor/isokor , diameter 3mm/3mm
GCS 3-2-5
5. B4 bladder
Produksi urin saat pengkajian 5cc/jam. Ukur urin 35cc/3jam, Balance cairan +
122cc. Pasien menggunakan kateter.18 x/menit.
6. B5 Bowel
Tidak ada mual muntah, bising usus tidak terdengar.
7. B6 bone dan integument
Refleks patela negatif
Posisi tidur semi fowler
Tugor kulit tidak elastis
Tidak ada edema
F. Terapi
Terapi yang di dapat
- Infus : RL 18 tetes x/menit dengan drip lidokain 6 ampul
- Syring pump dobutamin 15 gama
- Syring pump Dopamin 8 gama
- Cefotaxime 3 x 1gr IV (ISO 2011)
Indikasi: untuk infeksi saluran napas bawah,saluran kemih, saluran pencernaan.
Bakterimia dan septikimia.
- Rantin 3 x 1 ampul (iv) (MIMS 2007-2008)
Indikasi: untuk terapi pemeliharaan tukak peptic akut.
kontraindikasi: gangguan fungi ginjal, hati, ibu hamil, laktasi, anak dan kanker
lambung.
Efek samping: sakit kepala, pusing, ruam kulit.
- Cortidex 3x1 ampul (iv) (ISO 2011)
Indikasi: untuk semua penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid,
antiperadangan, gangguan pada darah
kontraindikasi: ulkus peptikum, psikosis.
- Nicholin 3x250 mg iv (ISO 2011)
Indikasi: untuk keadaan akut, kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, gangguan
saraf dan psikis.
Farsix (ISO 2011)
Indikasi: untuk edeme, hipertensi ringan sampai sedang.
kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, hematologi, SSP serta kulit.
- Gentamisin 2x80mg (iv) (ISO 2011)
26
Indikasi: untuk septikemia, ISK, infeksi saluran nafas, meningitis.
kontraindikasi: hipersensitif terhadap aminoglikosida, insufisiensi ginjal.
Efek samping: ototoksisitas, nefrotoksisitas.
- Fluxum 2x0,6 (sc) (ISO 2011)
Indikasi: untuk obat anti koagulan IMA dan mencegah pembekuan darah.
kontraindikasi: perdarahan.
Efek samping: perdarahan, trombositopenia, reaksi alergi.
27
ANALISA DATA
28
DIAGNOSA KEPERAWATAN
29
NURSING CARE PLAN
30
100% dan produksi ritme Jam: 10.30 WIB sinus Ritme, HR 100 x/mnt,
urine 35cc/3jam. - Produksi urine 0,5- 3. Kolaborasi : 3.Memberikan fluxom
produksi balance cairan +
- Pemberian O2 masker secara ic di paha. Dan
1cc/KgBB/jam 1496,2
- Tidak ada oedeme. NRM farsix 10cc via iv.
- Pemberian Syiring pump
dobutamin dan dopamin. Jam 14.00 WIB
- Pemberian antiaritmia Pasien tidak sesak, TD
- Pemberian antikoagulan
133/40 mmHg, balance
- Pemberian sedatif
cairan +347,9 cc/ 3jam
31
2. Selasa 27 Penurunan perfusi NOC: Circulation Status NIC: Circulation Care
1. Jelaskan kepada
Februari jaringan berhubungan Pasien menunjukkan Jam 10.40 WIB Jam 10.55 WIB
keluarga penyebab
2018 dengan penurunan perfusi yang adekuat 1. Menjelaskan kepada Keluarga pasien mengerti
penurunan perfusi
aliran darah koroner dalam waktu 24 jam kelurga pentingnya tentang penyebab
jaringan.
ditandai dengan kulit dengan kriteria hasil: asupan nutrisi bagi penurunan perfusi jaringan.
tangan hangat, kulit - Kulit akral hangat pasien untuk
kaki dingin, tidak ada - TD 120-80 mmHg. pemunuhan kebutuhan
- Suhu 36,5-37,5OC
sianosis, CRT < 2 tubuhnya.
- Urine 0,5-
Jam 14.00, 21.00 WIB
detik, TD 82/39mmHg, Jam 14.10 WIB
1cc/KgBB/jam 2. Melakukan observasi
2. Lihat pucat, sianosis,
HR 102 x/mnt, GCS 3- - RR 16-20 x/mnt CRT < 2 detik, akral hangat,
akral, nadi, dan
O - HR 60-100 x/mnt kulit dingin/lembab.
2-5, Suhu 37,5 C, HR 99 x/mnt. GCS 3-3-5
kesadaran.
- GCS 4-5-6 Catat kekutan nadi
SpO2 100%, RR 17
- CRT <2 detik perifer, pantau
x/menit, produksi - Tidak ada sianosis Jam 21.10 WIB
kesadaran.
urine 35 cc/3jam. CRT <2 detik, akral hangat,
3. Melakukan observasi
HR 100x/mnt, GCS 3-3-5
3. Observasi Pantau RR
pernapasan, catat kerja
Jam 14.10 WIB
pernapasan. Jam 14.00, 21.00 WIB
Pasien tidak sesak, RR 16
3.Mengobservasi RR
x/mnt, posisi semifowler.
32
Jam 14.10 WIB
Pasien tidak sesak, RR 16
x/mnt, posisi semifowler.
4. Melakukan observasi
pemasukkan, dan
4. Observasi Jam 21.00 WIB
balance cairan.
pemasukan dan catat Pasien tidak sesak, RR 23
perubahan haluaran urin. x/mnt, posisi semifowler.
Catat berat jenis sesuai
indikasi. 5. Infuse RL; rehidraasi Jam 14.00 WIB
cairan. Darta Lab Balance cairan + 347,9 /
5. Kolaborasi : sebagai indikator +863,9
- Dalam pemberian perfusi / fungsi organ.
infuse RL 500 cc, 18 Jam 21.00 WIB
tts/mnt. Balance cairan + 149,2 /
- Data laboratorium,
+1315,2
contoh GDA, BUN, Jam 10.15 WIB
Memberikan fluxom Jam 14.00 WIB
kreatinin, elektrolit.
- Pemberian obat seperti TD 133/40 mmHg, HR 99
x/mnt, Sp O2 100%
antikoagulan, trombolitik
(heparin), dan antasida.
Jam 14.00 WIB
33
Urid Acid 16,0 mg/dl
BUN 80,4 mg/dl
Kreatinin 3,69 mg/dl
Elektrolit (Natrium) 133,8
Mmol/L
34
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny.S
Umur : 85 Tahun
No.Reg : 145xxx
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
35
- Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00,
13.00, 14.00, 21.00 WIB
Observasi frekuensi jantung dan irama, TD,
balance cairan.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- Pasien sesak ringan
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- HR 100x/mnt
- TD 150/80 mmHg
- RR 32 x/mnt
28 Februari S: Pasien mengungkapkan lemah.
Penurunan perfusi jaringan
2018 O:
berhubungan dengan
- Keadaan umum: lemah
penurunan aliran darah - Akral dingin
koroner ditandai dengan - CRT <2 detik
- TD 168/89 mmHg
kulit tangan hangat, kulit
- Suhu 360C
kaki dingin, tidak ada - Balance cairan +122cc
sianosis, CRT < 2 detik, TD - RR 31 x/mnt
82/39mmHg, HR 102 - GCS 4-5-6
- SpO2 98%
x/mnt, GCS 3-2-5, Suhu
A: Masalah teratasi sebagian
37,5OC, SpO2 100%, RR 17
P:
x/menit, produksi urine 35
- Intervensi no. 1 dihentikan.
cc/3jam.
- Intervensi 2, 3, 4, dan 5
I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1 ampul
iv.
Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00,
14.00, 21.00 WIB
Observasi pucat, sianosis, kulit dingin,
kekuatan nadi perifer
Observasi pernafasan dan pemasukan-
pengeluaran cairan.
36
Data laboratorium nilai BUN 80,4, Kreatinin
3,69, nilai elektrolit / Natrium 133,8
CATATAN PERKEMBANGAN
37
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
1 Maret 2018
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - RR 28 x/mnt
- HR 87x/mnt
mengungkapkan lemah,
- TD 170/70 mmHg
pasien sesak ringan, akral - Akral hangat
tangan hangat, akral kaki - Nadi regular
- Tidak oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular,
bawah.
Takikardi, HR 102
A: Masalah teratasi sebagian.
x/menit, RR 17 x/menit,
P:
TD 82/39 mmHg,
gambaran EKG sinus - Intervensi 2 dan 3 dilanjutkan.
I:
ritme, tidak odeme di - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
ekstremitas atas dan Pemberian O2 masker NRM 6 L/mnt
Infus RL 500cc 18 tts/mnt
bawah, SpO2 100% dan
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
produksi urine 35cc/3jam.
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
- Jam 08.00, 14.00, 21.00 WIB
Observasi frekuensi jantung dan irama, TD.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- HR 60x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit
- Akral hangat
- Pasien sesak
1 Maret 2018 Penurunan perfusi S: Pasien mengungkapkan lemah.
jaringan berhubungan O:
dengan penurunan aliran - Keadaan umum: lemah
darah koroner ditandai - Akral hangat
- CRT <2 detik
dengan kulit tangan
- TD 170/70 mmHg
hangat, kulit kaki dingin, - Suhu 360C
tidak ada sianosis, CRT < - GCS 4-5-6
- RR 28 x/mnt
2 detik, TD 82/39mmHg,
- HR 87x/mnt
HR 102 x/mnt, GCS 3-2-
A: Masalah teratasi sebagian.
38
5, Suhu 37,5OC, SpO2 P:
100%, RR 17 x/menit, - Intervensi 2, 3, 4, dan 5
produksi urine 35 cc/3jam. I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
Jam 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00,
14.00, 21.00 WIB
Observasi pucat, sianosis, kulit dingin,
kekuatan nadi perifer
Observasi pernafasan dan pemasukan-
pengeluaran cairan.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- Sesak ringan
- Retraksi ringan
- Akral hangat
- HR 60x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit
- CRT <2 detik
- Suhu 360C
- GCS 4-5-6
39
CATATAN PERKEMBANGAN
40
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - RR 31 x/mnt
- HR 100x/mnt
mengungkapkan lemah,
- TD 180/40 mmHg
2 Maret 2018 pasien sesak ringan, akral - Akral hangat
tangan hangat, akral kaki - Irama regular
- Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular,
bawah
Takikardi, HR 102
x/menit, RR 17 x/menit,
A: Masalah teratasi.
TD 82/39 mmHg,
P:
gambaran EKG sinus
- Intervensi 2 dan 3 tetap dipertahankan.
ritme, tidak odeme di I:
ekstremitas atas dan - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian O2 masker NRM 6 L/mnt
bawah, SpO2 100% dan Infus RL 500cc 18 tts/mnt
produksi urine 35cc/3jam. Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- HR 102x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Akral hangat
- Pasien tidak sesak
- Irama nadi regular
- tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
bawah
41
dengan penurunan aliran O:
darah koroner ditandai - Keadaan umum: lemah
dengan kulit tangan - Akral hangat
- CRT <2 detik
hangat, kulit kaki dingin,
- TD 180/40 mmHg
tidak ada sianosis, CRT < - Suhu 360C
2 detik, TD 82/39mmHg, - GCS 4-5-6
HR 102 x/mnt, GCS 3-2-
A: Masalah teratasi.
5, Suhu 37,5OC, SpO2
P:
100%, RR 17 x/menit,
- Intervensi 2, 3, 4, dan 5 tetap
produksi urine 35 cc/3jam.
dipertahankan
I:
Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
Pemberian infus RL 500cc 18tts/mnt
Shirink pump dobutamin 5 gamma dan
dopamin 8 gamma.
Pemberian farsix 1 ampul iv, cortidex 1
ampul iv.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- RR 30 x/mnt
- Pasien tidak sesak
- Akral hangat
- HR 102x/mnt
- TD 140/70 mmHg
- Produksi urin sedikit
42
CATATAN PERKEMBANGAN
43
Penurunan curah jantung S: Pasien mengungkapkan lemah.
berhubungan dengan O:
infark/diskinetik miocard - Keadaan umum: lemah
ditandai dengan pasien - HR 108x/mnt
- TD 140/90 mmHg
3 Maret 2018 mengungkapkan lemah,
- Akral hangat
pasien sesak ringan, akral - Irama nadi regular
tangan hangat, akral kaki - Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
dingin, irama regular, bawah
Takikardi, HR 102
A: Masalah teratasi.
x/menit, RR 17 x/menit,
P:
TD 82/39 mmHg,
- Intervensi 2 dan 3 tetap dipertahankan.
gambaran EKG sinus
I:
ritme, tidak odeme di - Jam: 08.00, 16.00, 24.00 WIB
2
ekstremitas atas dan Pemberian O masker NRM 10 L/mnt
Infus RL 500cc 18 tts/mnt dan calsium
bawah, SpO2 100% dan
glukonas 3x1ampul
produksi urine 35cc/3jam.
E:
S: Pasien mengungkapkan masih lemah.
O:
- Keadaan umum: lemah
- HR 108x/mnt
- TD 140/90 mmHg
- Akral hangat
- Pasien sesak ringan
- Tidak ada oedeme di ekstremitas atas dan
bawah
Catatan:
Pukul 16.30, pasien pulang paksa. Intervensi
2 dan 3 dihentikan.
3 Maret 2018 S: Pasien mengungkapkan lemah.
Penurunan perfusi
jaringan berhubungan
O:
dengan penurunan aliran
- Keadaan umum: lemah
darah koroner ditandai
44
dengan kulit tangan - Akral hangat
hangat, kulit kaki dingin, - CRT <2 detik
- TD 160/70 mmHg
tidak ada sianosis, CRT <
- Suhu 37,20C
2 detik, TD 82/39mmHg, - Irama nadi ireguler
HR 102 x/mnt, GCS 3-2- - Tidak ada sianosis.
5, Suhu 37,5OC, SpO2 A: Masalah teratasi.
100%, RR 17 x/menit, P:
produksi urine 35 cc/3jam. - Intervensi 2, 3, 4, dan 5 dihentikan
I:
Memberikan health education kepada pasien
dan keluarga untuk aktif kontrol tentang
kondisi pasien. Selain itu, rutin untuk minum
obat untuk mengatasi IMA. Dan menjaga
makanan yang tinggi natrium seperti garam
atau ikan asin.
45