Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat
kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Kata Penghantar...............................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harta...........................................................................2
2.2 Pandangan Islam Mengenai Harta................................................2
2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah...............3
2.4 Kewajiban Mencari Nafkah3
2.5 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan...............................................4
2.6 Pendayagunaan Harta dan jabatan di Jalan Allah...........................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................5
Daftar Pustaka.....................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarati
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi,
maupun manfaat.
[1] Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Selain itu, harta juga merupakan perhiasan kehidupan
dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana
untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.
[2] Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia karena tanpa harta
kehidupan manusia tidak akan tegak.
[3] Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang
diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau
terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya
jabatan.
Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah
SWT, maka kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita
wajib berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita
sebagai bahagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang
jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus
untuk memperolehnya.
Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup didunia. Namun,
dalam memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk
dilakukan oleh setiap muslim :
Israf, yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk
kepentingan hidup sendiri.
Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
senang kepada orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.Al-A’raf:31)
Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak
diperlukan dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Janganlah kmau menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat
kafir (ingkar) terhadap Tuhannya. (Q.S.Al-Isra’:26 &27)
Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal
dirinya sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan. [5]
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang
maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan
bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan
atau menjaga amanah bagi yabg tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah
disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat
Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 :
Artinya:
54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai
orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia,
Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Artinya:
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
2.6 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-
orang yang saleh? (Al-Munafiqun:10)
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan
mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila
yang dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini
sesuaidengansabdaNabiSAW yang berbunyi:
Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah
meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu
yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang
mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi. (SunanDarimi
1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat
kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggunganjawabnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan