Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis,sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah AIK 2 yang berjudul “Islam dan Masalah Harta dan
Jabatan”.
Terima kasih saya ucapkan kepada :
1)    Orang tua yang selalu menyemangati kami.
2)    Bapak Dosen yang telah membimbing kami.
3)    Teman-teman yang saling membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat
kesalahan.
                                                                                               

          

Tasikmalaya, 31 Maret 2019

                                                                                                               Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Kata Penghantar...............................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harta...........................................................................2
2.2 Pandangan Islam Mengenai Harta................................................2
2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah...............3
2.4 Kewajiban Mencari Nafkah3
2.5 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan...............................................4
2.6 Pendayagunaan Harta dan jabatan di Jalan Allah...........................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................5
Daftar Pustaka.....................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara


lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya
memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan
lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa
sandang, pangan dan papan.
Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang
kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah
bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.
Istilah harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam
ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu
berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki
unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu
barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan
berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti
berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis,
dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau
melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pda nilai ekonomis
(al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta
tergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi
patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu
barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengertian harta dan jabatan?


Bagimanakah pandangan islam terhadap harta?
Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah?
Bagaimanakah sikap terhadap Harta dan Jabatan?
Bagaimanakah pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?

1.3 Tujuan

1.Memahami pengertian harta


2.Memahami pandangan islam terhadap harta
3.Memahami harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia dari allah
4.Memahami sikap terhadap harta dan jabatan
5.Memahami pendayagunaan harta dan jabatan dijalan allah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarati
condong, cenderung, atau miring.  Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi,
maupun manfaat.
[1] Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Selain itu, harta juga merupakan perhiasan kehidupan
dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana
untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.
[2] Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia karena tanpa harta
kehidupan manusia tidak akan tegak.
[3] Menurut bahasa, jabatan artinya  sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang
diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu  atau
terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya
jabatan.

2.2 Pandangan Islam Mengenai Harta

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut :


Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini
adalah Allah swt. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk
melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya
(QS al_Hadiid: 7).
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
‘‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya
untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana
didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’
Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :
Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang
amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
Harta sebagai perhiasan dunia
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia ... (Q.S. Al-Kahfi:46)
Harta sebagai cobaan
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar.(Q.S.At-Taghaabun:15)
Harta sebagai perhiasan hidup
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S.Ali-Imron:14)
Harta sebagai bekal ibadah
dan infaqkanlah sebagian apa yang Allah telah memberi rezeki kepadamu
sebelum maut mendatangimu (Q.S. Al- Munafiqun:10)
2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik


yang menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya.
Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat  yang tidak
beriman itu di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya
(yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah.
Disebut sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan
semata-mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari
Allah, juga  sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya,
tetapi juga buat kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah,
maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar,
sebab satu saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.
Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal.

2.4 Kewajiban Mencari Nafkah

Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata


pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-
Baqarah:267)
‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang
bekerja keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan
mujahid di jalan Allah’’ (HR Ahmad).
‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR
Thabrani)
‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan
sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).
Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah...(Al-Jumuah:10)
...dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32)
Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dkehendaki-Nya,
dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al- Jumu’ah: 4)
Dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-
Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9),
melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada
sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7)
Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah:
273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri
merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin:
1-6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui
suap menyuap (HR Imam Ahmad).
Dalam mencari dan memprolaeh harta, Amir Syarifudin.[4] menegaskan secara
perinci sebagai berikut :
Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harat
selama yang denikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang berlaku, yaitu
halal dan baik.  Hal ini berarti Islam tidak melarang seseorang untuk mencari
kekayaan sebanyak mungkin. Karena bagaimanapun yang menentukan kekayaan
yang dapat diperoleh seseorang adalah Allah swt. sendiri. Di samping itu, dalam
pandangan Islam harta itu bukanlah tujuan, tetapi, merupakan alat untuk
menyempurnakan kehidupan dan untuk mencapai keridhaan Allah.

2.5 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan

Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah
SWT, maka kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita
wajib berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita
sebagai bahagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang
jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus
untuk memperolehnya.
Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup didunia. Namun,
dalam memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk
dilakukan oleh setiap muslim :
Israf, yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk
kepentingan hidup sendiri.
Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
senang kepada orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.Al-A’raf:31)
Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak
diperlukan dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Janganlah kmau menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat
kafir (ingkar) terhadap Tuhannya. (Q.S.Al-Isra’:26 &27)
Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap  amal
dirinya sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan. [5]
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang
maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan
bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan
atau menjaga amanah bagi yabg tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah
disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat
Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 :
Artinya:
54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai
orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia,
Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Artinya:
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
2.6 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-
orang yang saleh? (Al-Munafiqun:10)
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan
mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila
yang dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini
sesuaidengansabdaNabiSAW yang berbunyi:

Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah
meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu
yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang
mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi.   (SunanDarimi
1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat
kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggunganjawabnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan


jabatan adalah hal yang menjadi prioritas manusia didunia, namun kembali pada
sebuah hadis yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat. Bekerjalah
untuk tetap dapat hidup didunia menambah amalan diakhirat kelak. Karena harta
dan jabatan adalah amanah dari yang maha kuasa.
DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana


Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah
Rasjid, Sulaiman. 1990. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Biru
Syarifudin, Amir. 2003.  Garis-garis Besar Fiqh. Bogor:Kencan
[1] Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana. Hlm 17.
[2] Ibid hlm  20.
[3] Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 67
[4] Syarifudin, Amir. 2003.  Garis-garis Besar Fiqh, Bogor:Kencana. Hlm 182.
[5] Rasjid, Sulaiman. 1990. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru

Anda mungkin juga menyukai