Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa penyakit jantung

koroner Salah satunya adalah IMA telah menyebabkan 36,33% dari total

kematian di Indonesia dan juga merupakan penyebab kematian tertinggi.

Kasus miokard infark yang terjadi di provinsi Lampung sendiri masih dibawah

rata-rata kasus di Indonesia secara umum yaitu diangka 1.3 %dan Lampung

menempatkan diurutan ke-19 dalam daftar (Riskesdas, 2018).

Prasurvey peneliti pada tanggal 02 April 2019 di RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung didapatkan data bahwa pasien yang mengalami Infark

Miokard dari bulan Januari-Februari Tahun 2019 didapatkan 34 pasien yang

mengalami infark miokard, dan 40 pasien yang mengalami penyakit jantung

iskemik lainya (Rekam Medik RSUD dr.Hi. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung, 2019).

Salah satu masalah keperawatan yang selalu sering muncul pada penderita

IMA adalah rasa nyeri yang sangat. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif

bagi tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Mekanisme terjadinya nyeri pada

penderita miocard infark disebabkan adanya ateroklerosis diarteri koroner

sehingga menyebabkan suplai darah ke miokard menurun (kondisi iskemik).

Akibat dari iskemik adalah meningkatnya metabolisme anaerob yang di sertai

dengan peningkatan asam laktat yang menimbulkan rasa nyeri dada yang

hebat (Nurarif & Kusuma, 2015).


Tingkat kematian yang di akibatkan oleh miocard infark yang mencapai 17,7

juta jiwa di tahun 2016 menunjukan bahwa buruknya penanganan awal pada

menderita miocard infark.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah “ bagaimana

asuhan keperawatan pada pasien infark miokard akut dengan masalah nyeri

akut di Ruang Tulip RSUD Dr. Hi Abdul Moeloek Provinsi Lampung?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien infark miokard akut dengan

masalah keperawatan nyeri akut

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien infark miokard


akut dengan masalah keperawatan nyeri akut

b. Menetapkan masalah keperawatan pada pasien infark miokard akut

dengan masalah keperawatan nyeri akut

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien infark miokard akut dengan


masalah keperawatan nyeri akut

d. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien infark miokard


akut dengan masalah keperawatan nyeri akut.

e. Melakukan evaluasi/hasil dari tindakan keperawatan pada pasien infark


miokard akut dengan masalah keperawatan nyeri akut
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan diskusi dan sumber data bagi penelitian yang

memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian

dengan masalah keperawatan yang sama demi kesempurnaan

penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Infard Miokard Akut

1. Definisi

Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard mengalami

kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan

suplai darah adekuat karena terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga

aliran darah keotot jantung tidak cukup akan menyebabkan otot jantung

mengalami kematian (Margareth, 2012).

Infark miokard akut dikenal sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau

hanya “koroner”, yang merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai

dengan pembentukan area nekrotik local didalam miokardium. Infark

miokard akut biasanya mengikuti oklusi mendadak dari arteri koroner dan

henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung.Jadi otot

jantung harus berfungsi terus menerus, penyumbatan darah ke otot serta

munculnya area nekrotik merupakan suata yang patal. Berdasarkan data

penelitian Framingham, sekitar 45% dari semua kasus infark miokard akut

terjadi pada orang yang lebih muda dari 65 tahun dan 5% terjadi pada

orang yang lebih muda dari 40 tahun. 85% orang meninggal karena infark

miokard berusia 65 tahun atau lebih (Black & Hawks, 2014).

Infark miokard adalah suatu keadaan ketika secara tiba tiba pembatasan

atau Pemutusan aliran darah ke jantung yang menyebabkan kematian

jaringan pada otot jantung (miokardium) karena kekurangan suplai

oksigen, proses iskemik miokardium lama yang mengakibatkan kematian

(nekrosis) jaringan otot miokardium tiba- tiba (Aspiani, 2015).


2. Etiologi

Infark miokard akut terjadi jika suplai oksigen tidak sesuai dengan

kebutuhan dan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan

kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan

gangguan oksigenisasi tersebut diantaranya:

a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard

Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh 3 faktor berikut ini.

1) Faktor pembuluh darah

Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan

darah mencapai sel jantung. Beberapa hal yang dapat menganggu

kepatenan pembuluh darah diantaranya aterosklerosis, spasme, dan

arteritis. Spasme pembuluh darah dapat juga terjadi pada orang

yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan

biasanya dihubungkan dengan beberapa hal, seperti mengonsumsi

obat-obatan tertentu, stress emosi atau nyeri, terpajan suhu dingin

yang ekstrem, dan merokok.

2) Faktor sirkulasi

Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung

ke seluruh tubuh hingga kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini

tidak akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang

dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi

diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang

terjadi pada katup jantung (aorta, mitralis, trikuspidalis)

menyebankan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung

yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan beberapa

bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam


hal ini otot jantung.

3) Faktor darah

Darah merupakan pengangkut oksigen dengan menuju suluruh

bagian tubuh. Jika daya angkut berkurang maka sebagus apapun

pembuluh darah dan pemompaan jantung tetap tidak cukup

membantu. Hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut

darah, antara lain anemia, hipoksemia, dan polisitemia.

b. Meningkatnya kebutuhan oksigen pada tubuh

Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu

dikompensasi tubuh dengan meningkatkan denyut jantung untuk

meningkatkan curah jantung. Akan teteapi, jika orang terssebut telah

mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada

akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen

semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah, oleh

sebab itu, segala aktivitas yang menyebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya, aktivitas berlebih,

emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertrofi miokard dapat

memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus

disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari

pemompaan yang tidak efektif.

c. Faktor lainnya

1) Sumbataan pada arteri koroner

serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri

koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya alliran darah

kesuatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau brkurangnya


aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka

jaringan jantung akan mati. Plak aterosklerotik dapat menyebabkan

suatu bekuan darah setempat (trombus) dan akan menyumbat

arteria. Trombus dimulai pada tempat plak aterosklerotik yang

telah tumbuh sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan

intima sehingga langsung bersentuhan dengan aliran darah. Karna

plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi

darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel

darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan

tersebut terlepas dari tempat melekatnya ( pada plak aterosklerotik)

dan mengalir kecabang arteria koronaria yang lebih perifer pada

arteri yang sama.

2) Sirkulasi kolateral didalam jantung

Bila arteri koronaria perlahan menyempit dalam periode bertahun-

tahun, pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang sama

dengan perkembangan aterosklerotik. Akan tetapi, pada akhirnya

proses sklerotik berkembang diluar batas penyediaan pembuluh

koloteral untuk memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini

terjadi maka hasil kerja otot jantung menjadi sangat terbatas,

terkadang demikian terbatas sehingga jantung tidak dapat

memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.

Penurunan kemampuan memompa jantung berhubungan dengan

luas dan lokasi kerusakan jaringan infark. Jika lebih dari separuh

jaringan jantung yang mengalami kerusakan , biasanya jantung

tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian. Bahkan

kerusakan tidak luas , jantung tidak mampu memompa dengan baik


sehingga terjadi gagal jantung atau syok. Jantung yang mengalami

kerusakan dapat membesar dan sebagian besar merupakan usaha

jantung untuk mengompensasi kemampuan memompa yang

menurun ( karna jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih

kuat). Jantung yang membesar juga merupakan gambaran dari

kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah

suatu sserangan jantung memberi prognosis yang lebih buruk.

3. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya infark miokard akut dibagi menjadi dua golongan,

yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat

diubah.

a. Faktor resiko yang dapat diubah

1) Mayor, seperti merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia,

hiperkolesterolemia, dan pada pola makan (diit tinggi lemak dan

tinggi kalori)

2) Minor, seperti stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif,

ambivalen) dan kurang aktivitas fisik

b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Faktor resiko ini meliputi hereditas/keturunan, usia lebih dari 40

tahun, ras (insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam), wanita post

menopause, dan secara umum pria lebih sering mengalami penyakit

infark miokard (Aspiani,2015).

4. Patofisiologi

Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau

lebih faktor resiko seperti obesitas, merokok, hipertensi dan lain lain.

Faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein


ditunika intima yang dapat menyebabkan infeksi fibrin dan patelet

sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi

tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk

plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat

menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila rupture dapat

terjadi trombus.

Trombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah

berkurang sehinnga suplai oksigen yang diangkut darah kejaringan

miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam

laktat yang meningkatkan menyebabkan nyeri dan perubahan PH yang

pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga

jantung mengalami distrimia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30

menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian

otot jantung (infark).

Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak

lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim

dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan

laboratorium . otot jantung yang infark mengalami perubahan selama

penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark tampak

memar dan sianotik karena darah didaerah sel tersebut terhenti dalam

jangka waktu 24 jam timbul edema sel dan terjadi respons peradangan

yang disertai infiltrasi leukosit.

Infark miokard yang menyebabkan fungsi ventrikel terganggu karena otot

kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemik disekitarnya jugta

mengalami gangguan dalam daya kontraksi. Secara fungsional, infark


miokardium akan mengakibatkan perubahan pada daya kontraksi, gerakan

dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi ,

peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik

ventrikel. Keadaan tersebut menyebabkan kegagalan jantung dalam

memompa darah (dekompensasi kordis). Ketika darah tidak lagi dipompa,

suplai darah, dan oksigen sistemik menjadi tidak adekuat sehingga

menimbulkan gejala kelelahan. Selain itu dapat terjadi akumulasi cairan di

paru (edema paru) dengan manisfestasi sesak nafas.

Kebanyakan klien mencari pengobatan karena manisfestasi nyeri dada

seperti angina tapi lebih hebat. Serangan tersebut terjadi ketika klien

dalam keadaan istirahat, sering terjadi di dini hari. Paling nyata dirasakan

didaerah subternal kemudian menjalar kedua lengan, kerongkong atau

dagu atau abdomen sebelah atas (sering kali mirip dengan kolik

kolelitiatis, kolelitiasis akut, ulkus peptikum akut, atau pankreatitis akut).

Mual dan muntah sering kali menyertai nyeri (Aspiani, 2015).


5. Pathways
Gambar 2.1 Pathway Miokard Infark

Faktor Resiko Proses Kimiawi


Terbentuk Lipoprotein Di Tunika Interaksi Fibrin Dan Platelet
Cendera Endotel Pembuluh Darah Koroner Invasi dan Akumulasi Lipid
Plak Fibrosa Trombus
Aliran Darah Tersumbat

Aliran Darah Koroner

Suplai oksigen ke miokard

Metabolisme anaerob meningkat

Penimbunan Asam Laktat

Iskemi Nyeri akut Perubahan pH

Infark Perubahan Sistem

Gangguan Kontraksi Dan Keluarnya Enzim Disritm

Gangguan Fungsi

(Aspiani,2015).

6. Manisfestasi Klinis

Tanda dan gejala pada infark miokard akut, antara lain sebagai berikut:

a. Nyeri dada sebelah kiri nyeri menjalar ke lengan kiri, bahu, rahang

kiri, punggung kiri, dan area nyeri epigastrik. Sifat nyeri seperti

ditekan, rasa tertindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan
dipelintir, durasi nyeri ≥30 menit.

b. Sesak napas

c. Gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, cegukan.

d. Gejala lain, seperti palpitasi, rasa pusing atau sinkop dan gejala akibat

emboli arteri (Aspiani, 2015).

7. Komplikasi

a. Mati mendadak

b. Aritmia

c. Nyeri menetap

d. Angina

e. Gagal jantung

f. Ketidakmampuan mitral

g. Pericarditis

h. Ruptur jantung

i. Thrombosis mural

j. Aneurisma ventrikel

k. Emboli pulmo ( Hariyanto & Sulistyowati, 2015).

8. Pemeriksaan penunjang

a. Elektrokardiografi

Hasil pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard

akut didapatkan adanya gelombang patologik disertai peninggian

segmen ST yang konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan

simetrik, Q menjadi lebar (lebih dari 0,04 detik) dan dalam (Q/R lebih

dari ¼)
b. Laboratorium

Pemeriksaan enzim jantung, yaitu adanya peningkatan pada enzim CK

(kreatinkinase) utamanya pada CKMB

1) CPK (creatinin fosfakinase)

Isoenzim ini meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24

jam, kembali normal dalam 36-48 jam setelah serangan.Isoenzim

ini dikeluarkan jika terjadi kerusakan otot jantung. Normalnya 0-1

mU/mL.

2) LDH ( dehydrogenase laktat)

LDH kurang normal dari 195 mU/mL.kadar enzim ini baru naik

biasanya sesuadah 48 jam, akan kembali kenilai normal antara hari

ke-7 dan 12.

3) SGOT (serum glutamic oxalotransaminase test)

SGOT normal kurang dari 12 mU/mL.kadar enzim ini biasanya

kembali kenilai normal pada hari ke-4 hingga 7


4) Pemeriksaan lainnya,ditemukan peningkatan LED, leukositosis

ringan dan terkadang hiperglikemia ringan.

5) Kateterisasi

Angiografi coroner untuk mengetahui derajat obstruksi.

6) Radiologi

Hasil radiologi tidak menunjukan secara spesifik adanya infark

miokardium, hanya menunjukkan adanya pembesaran dari jantung

(Aspiani, 2015).

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1. Pemberian oksigen

Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen yang dihirup

akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektifitas teraupetik

oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama

pertukaran pernapasan, dan pasien mampu bernafas dengan mudah.

Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan

pulsa-oksimetri.

2. Morfin

Morfin adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sakit atau nyeri

yang parah. Morfin masuk ke dalam kategori analgesic narkotika.

3. Nitrogliserin

Merupakan golongan obat nitrat yang digunakan untuk mengurangi

intensitas serangan angina (nyeri dada) guna untuk melebarkan

pembuluh darah, serta meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke


otot jantung contoh nama merk dagang nitrat (tablet sublingual)

dosis 1 tablet 300-600 mcg.

4. Aspilet

Aspilet merupakan salah satu nama obat dari aspirin. Aspirin

mempunyai efek menghambat siklooksigenase platelet secara

ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi tromboksan A2.

Pemberian aspirin untuk penghambatan agregasi platelet diberikan

dosis awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkan dosis 80-325 mg

per hari ( Smelthzer, 2002, Nurarid & Kusuma, 2015).

b. Penatalaksanaan keperawatan

Tindakan keperawatan ditujukan untuk mendeteksi terjadinya

komplikasi,

1) Klien istirahat total 24 jam pertama

2) Posisi semi fowler

3) Beri O2 2-4 L/m binasal

4) Pantau tanda-tanda vital tiap jam hingga keadaan stabil

5) Pantau EKG

6) Pasang jalur IV

7) Pemeriksaan laboratorium

8) Pemeriksaan EKG 12 sadapan setiap hari atau bila diperlukan

9) Pemberian obat sesuai dengan rencana pengobatan

a) Untuk mengurangi nyeri dada,misalnya: morfin sulfat, petidin

b) Obat anti aritmia

c) Sedatife bila klien gelisah


10) Diet

a) Biasanya dipuasakan selama 8 jam pertama setelah serangan

b) Bila keluhan berkurang/hilang diberikan diet bertahap dimulai

dengan diet jantung I

11) Mobilisasi dan latihan

a) Hari I

Latihan nafas dalam, melakukan pergerakan pasif dari ekstermitas

dengan cara dorsofleksi dan ekstensi 3x/hari. Makan sendiri

dengan posisi duduk, badan dan lengan bersandar.Perawatan diri

seperti mandi dilakukan dengan bantuan perawat.

b) Hari II

Melakukan gerakan aktif anggota gerak, tiap gerakan 5x, duduk

dipinggir tempat tidur denagn kaki kebawah atau diletakkan

diatas kursi selama 20 menit 2x sehari.Berikan pendidikan

kesehatan tentang factor risiko dan pengendaliaanya.

c) Hari III

Mengulangi latihan hari II, boleh turun dari tempat

tidur.Perawatan diri dilakukan sendiri tanpa bantuan, posisi

makan dengan duduk ditempat tidur.Klien diizinkan membaca

bacaan ringan.

d) Hari IV

Jalan disekitar ruangan 2x/hari.Berikan pendidikan kesehatan

tentang serangan jantung (Aspiani,2015).

12) Tindakan pemasangan Stent Jantung

Ring jantung adalah sebuah alat berbentuk tabung kecil, tersusun dari
kawat-kawat seperti jala yang ditempatkan pada pembuluh darah

koroner di jantung. Tujuan dari pemasangan ring jantung adalah

untuk membuka pembuluh darah yang menyempit dan

mempertahankannya sehingga otot-otot jantung mendapatkan

kembali suplai darah yang cukup. Pemasangan ring jantung atau

sering juga disebut dengan stent jantung merupakan salah satu

tindakan medis yang sering dikombinasikan dengan angioplasty.

Perbedaannya adalah pada angioplasty, tindakan medis yang

dilakukan hanya bertujuan untuk mengembalikan diameter pembuluh

darah jantung yang menyempit atau tersumbat. Sedangkan

pemasangan ring jantung dilakukan sesaat setelah angioplasty

dilakukan. Setelah lumen pembuluh darah terbuka, dokter akan

memasukan ring atau stent di lokasi sumbatan untuk

mempertahankan agar pembuluh darah tetap terbuka. Ring jantung

tersebut berbentuk seperti tabung kecil yang tersusun dari kawat-

kawat seperti jala. Pemasangan ring jantung ini bersifat menetap,

sekali dipasang maka tidak dapat dilepas kembali. Oleh karena

itu penggunaan bahan untuk stent jantung harus yang aman bagi

tubuh. Pembuluh darah jantung yang dimaksud adalah arteri koroner,

tugasnya memasok aliran darah ke otot-otot jantung sehingga jantung

dapat bekerja dengan baik. Penyempitan atau sumbatan arteri koroner

biasanya terjadi karena adanya timbunan lemak atau plak di dalam

lumen pembuluh darah, yang disebut aterosklerosis. Adanya

timbunan lemak di dalam lumen pembuluh darah dapat mengurangi

aliran darah yang menuju otot jantung sehingga dapat menimbulkan

nyeri dada dan apabila pembuluh darah sudah tersumbat secara total
dapat terjadi serangan jantung (penyakit jantung koroner), bahkan

infark miokard (Husilin, 2016)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi

tiga aktivitas dasar yaitu: mengumpulkan data secara sistematis, kedua,

memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, dan ketiga,

mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali

( Tarwoto & Wartonah, 2011).


a. Aktivitas/Istirahat

1) Gejala:

a) Kelemahan, kelelahan

b) Tidak dapat tidur

c) Pola hidup menetap, olahraga tidak teratur.

2) Tanda: takikardia, dispnea, pada istirahat/aktivitas

b. Sirkulasi

1) Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, gagal

jantung kongestif, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus.

2) Tanda:

a) Tekanan darah dapat normal atau naik turun: perubahan dicatat

dari posisi tidur hingga duduk atau berdiri.

b) Nadi: dapat normal; penuh/tidak adekuat, atau lemah/kuat

kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat: tidak teratur

(distrimia) mungkin terjadi.

c) Bunyi jantung: S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau


penurunan kontraktivitas atau keluhan ventrikel.

d) Murmur: bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot

papilaris

e) Edema: distensi vena jugular, edema dependen/perifer, edema

umum, cracklesmungkin ada dengan gagal jantung, atau ventrikel.

f) Warna: pucat atau sianosis atau kulit abu-abu, kuku datar, pada

membrane mukosa atau bibir.

g) Irama jantung: dapat teratur atau tidak teratur.

c. Integritas ego

1) Gejala:

Menyangkal, takut mati, marah pada penyakit atau perawatan yang

“tak perlu”, khawatir tentang keluarga,karier, dan keuangan.

2) Tanda:

menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,

perilaku menyerang, focus pada diri sendiri/nyeri.

d. Eliminasi

1) Tanda: normal atau bunyi usus menurun.

e. Makanan/cairan

1) Gejala: mual, kehilangan nafsu makan nyeri ulu hati, bersendawa.

2) Tanda: penurunan turgor kulit; kulit kering/berkeringat, muntah,

perubahan berat badan.

f. Hygiene

1) Gejala/tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan.

g. Neurosensori

1) Gejala: pusing

2) Tanda: perubahan mentaldan kelemahan.


h. Nyeri/ketidaknyamanan (focus pengkajian tentang nyeri)

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya

orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi

perasaan tersebut (Hariyanto & Sulistyowati,2015).

1) Gejala:

a) Nyeri yang timbul mendadak, nyeri tidak hilang dengan istirahat

atau nitrogliserin, biasanya membutuhkan narkotik analgetik

(morfin)

b) Lokasi pada dada anterior dan substernal

c) penyebaran: menyebar ke tangan i, leher, bahu kiri, wajah, rahang,

abdomen, punggung, dan nyeri juga dapat dijumpai pada daerah

epigastrium,

d) sifat nyeri : seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda

berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.

e) lama nyeri (≥30 menit)

f) Intensitas: nilai nyeri biasanya 10 pada skala 0-10; mungkin

pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.

Gambar 2.2
Skala Numeric

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri sedang Nyeri
Nyeri hebat

Gambar 2.2 skala Numeric


Keterangan :

skala 0-2 : yaitu nyeri hampir tidak ada

skala 3-4 : yaitu nyeri ringan nyeri seperti tertimpa beban berat,

skala 5-6 : yaitu nyeri sedang nyeri seperti tertusuk-tusuk

skala 7-8 : yaitu nyeri berat seperti terbakar

skala 9-10 : yaitu nyeri sangat berat „ yaitu nyeri seperti diremas-

remas.

2) Tanda:

a) Wajah meringis

b) Perubahan postur tubuh

c) Menangis, merintih, meregang, menggeliat,menarik diri, dan

kehilangan kontak mata.

3) Respon otomatik

Perubahan frekuensi/irama jantung, TD, penapasan, warna

kulit/kelembaban, kesadaran.

i. Pernafasan

1) Gejala: dispnea, dispnea nocturnal, batuk dengan/ tanpa produsi

sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.

2) Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, pucat atau

sianosis, bunyi nafas bersih atau crackle atau mengi, sputum bersih,

merah muda kental (Aspiani, 2015).


2. Analisa data

Tabel Analisa Data


DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif Cendera Endotel Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan nyeri di dada Pembuluh
bagian kiri Darah Koroner
2. Nyeri menjalar hingga ke punggung dan
kedua tangan Plak Fibrosa
3. Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti tertekan benda berat Trombus
4. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Aliran Darah
dengan durasi 10-25 menit
Tersumbat

Data obyektif Suplai oksigen ke


1. Pasien terlihat sering memegangi dadanya miokard menurun

2. Wajah pasien terlihat meringis Metabolisme


anaerob
3. Skala nyeri 6
meningkat
4. Ck-Nac : 2.233 U/L
5. Ck-Mb : 2.538 U/L
penumpukan
Asam Laktat
Pada
miokard

Nyeri Akut
3. Diagnosa Keperawatan

Dianogsa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah actual atau resiko kedalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan mengurangi,

mencegah, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada

tanggung jawabnya (Carpenito 1983 dalam Tarwoto, 2011).

a. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran darah ke alveoli atau

kegagalan utama paru

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik,kerusakan otot

jantung, penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria

c. Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri

ditandai dengan penurunan curah jantung

d. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik,


penurunan karakteristik miokard

e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen

miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard

4. Rencana keperawatan

Pada tahap perencanaan masalah infark miokard dengan nyeri dada, ada

empat hal yang harus diperhatikan yaitu : Menentukan prioritas masalah,

menentukan tujuan, menentukan kriteria hasil, dan merumuskan intervensi

(Tarwoto & Wartonah, 2011).

Tabel Rencana Keperawatan


Dianogsa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
iskemia jaringan keperawatan selama 3x 24 1. Pantau/catat 1. Variasi
sekunder terhadap jam diharapkan pasien karakteristik penampilan dan
sumbatan arteri dapat mengontrol nyeri nyeri, catat prilaku pasien
dengan : laporan verbal, karena nyeri
 Pain level ( petunjuk terjadi sebagai
Gejala: tingkat nyeri) nonverbal, dan temuan
a) Nyeri yang timbul respons pengkajian.
mendadak, nyeri tidak  Pain control ( hemodinamik(cont Kebanyakan
hilang dengan istirahat kontrol nyeri) oh meringis, pasien dengan
atau nitrogliserin, menangis, gelisah, IMA tampak
biasanya berkeringat, sakit, distraksi,
membutuhkan narkotik  Comfort level mencengkram dan berfokus pada
analgetik (morfin) (tingkat dada, napas cepat, nyeri. Pernapasan
kenyamanan) TD/frekuensi mungkin
b) Lokasi pada dada jantung berubah meningkat sebagai
anterior dan akibat nyeri dan
substernal kriteria hasil: berhubungan
1. Mampu mengontrol dengan cemas,
nyeri(tahu sementara
c) Penyebaran: menyebar ke penyebab nyeri, hilangnya stress
tangan kiri, leher, bahu mampu Menimbulakan
kiri, wajah, rahang, menggunakan
abdomen, punggung, teknik
dan nyeri juga dapat nonfarmakologi
dijumpai pada daerah untuk mengurangi
epigastrium,

d) Sifat nyeri : seperti


ditekan, rasa terbakar, nyeri, mencari katekolamin akan
rasa tertindih benda bantuan) meningkat
berat, seperti ditusuk, 2. Melaporkan nyeri 2. Ambil gambaran kecepatan jantung
rasa diperas, dan berkurang lengkap terhadap dan TD.
dipelintir. dengan nyeri dari pasien 2. Nyeri sebagai
e) Lama nyeri (≥30 menit) menggunakan termasuk lokasi; pengalaman
managemen nyeri intensitas (0-10); subjektif dan
Tanda: 3. Mampu lamanya; harus
a) Wajah meringis memngenali nyeri kualitas(dangkal/m digambarkan oleh
b) Perubahan postur tubuh (skala, enyebar) dan pasien. Bantu
c) Menangis, merintih, intensitas,frekunsi, penyebaran. uuntuk menilai
meregang, dan tanda nyeri) nyeri dengan
menggeliat,menarik 4. Menyatakan membandingkann
diri, dan kehilangan rasa nyaman 3. Anjurkan pasien ya dengan
kontak mata. setelah nyeri untuk pengalamn lain
d) EKG berkurang melaporkan nyeri 3. Penundaan
STEMI: terdapat dengan segera pelaporan nyeri
ST elevasi menghambat
NSTEMI: tanpa segmen peredaan nyeri/
ST elevasi memerlukan
e) CPK-MB 4. Bantu melakukan peningkatan dosis
teknik relaksasi obat
Respon otomatik ( relaksasi benson) 4. Membantu dalam
Perubahan frekuensi/irama penurunan
jantung, TD, penapasan, respons nyeri
warna kulit/kelembaban, memberikan
kesadaran. kontrol situasi,
5. Periksa tanda- meningkatkan
tanda vital prilaku positif
sebelum dan 5. Hipotensi/depresi
sesudah obat pernapasan dapat
narkotik terjadi sebagai
akibat pemberian
narkotik. Masalah
ini dapat
meningkatakan
kerusakan
miokardia pada
6. Pastikan adanya kegagalan
bahwa istirahat ventrikel.
telah cukup 6. Istirahat fisik
dapat mengurangi
Kolaborasi konsumsi oksigen
7. Berikan oksigen jantung
tambahan Kolaborasi
dengan kanul 7. Meningkatkan
nasal atau jumlah oksigen
masker sesuai yang ada untuk
indikasi pemakaian
miokardia dan
juga mengurangi
ketidaknyamanans
ehubungan
dengan iskemia

jaringan
8. Berikan obat 8. Nitrat berguna
sesuai untuk control
indikasi,contoh nyeri dengan efek
nitrogliserin vasodilatasi
(ISDN) koroner, yang
meningkatkan
aliran darah
koroner dan
perfusi miokardia.
Efek vasodilatasi
perifer
menurunkan
volume darah
kembali ke
jantung(preload)
sehingga
menurunkan kerja
otot jantung dan
kebutuhan
oksigen.

9. Berikan analgesic 9. Obat ini untuk


narkotik menurunkan
Fondaparinux kemampuan darah
(Arixtra) untuk membeku
dengan cara
menghambat
aktivitas factor
pembekuan darah,
sehingga
mencegah
terjadinya
penggumpalan
darah
( Aspiani 2015, Smeltzer, 2002, Doenges,2012).

Tabel Implementasi
Diagnosa 11 juni 2019 Paraf 12 juni 2019 Paraf 13 juni 2019 Paraf
Keperawata
n
Pasien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Nyeri 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Akut b.d 1. Memantau/catat 1.Memantau/catat 1.Memantau/catat
iskemia karakteristik nyeri, catat karakteristik nyeri, karakteristik nyeri,
jaringan laporan verbal, catat laporan verbal, catat laporan verbal,
sekunder petunjuk nonverbal, dan petunjuk nonverbal, petunjuk nonverbal,
respons hemodinamik dan respons dan respons
R: hemodinamik hemodinamik
Klien mengatakan maih R: R:
merasakan nyeri Klien mengatakan Klien mengatakan
H: terkadang masih masih merasakan
Klien masih terlihat merasakan nyeri nyeri
gelisah dan terkadang H: H:
memegangi dadanya Klien terkadang Klien tidak terlihat
memegangi dadanya gelisah
09.30
2. Ambil gambaran 09.30 WIB 09.30 WIB
lengkap terhadap nyeri 2.Mengambil 2. Mengambil
dari pasien termasuk gambaran lengkap gambaran lengkap
lokasi; intensitas (0-10); terhadap nyeri dari terhadap nyeri dari
lamanya; pasien termasuk pasien termasuk
kualitas(dangkal/menyeb lokasi; intensitas (0- lokasi; intensitas (0-
ar) dan penyebaran. 10); lamanya; 10); lamanya;
kualitas(dangkal/meny kualitas(dangkal/me
R : klien mengatakan ebar) dan penyebaran. nyebar) dan
nyeri seperti di tertekan penyebaran.
benda berat R : klien mengatakan
H : skala nyeri 6 nyeri seperti di tertekan R : klien
benda berat namun mengatakan nyeri
sudah berkurang seperti di tertekan
10.00 WIB H : skala nyeri 5 benda berat
3. Menganjurkan pasien H : skala nyeri 4
untuk melaporkan nyeri 10.00 WIB
dengan segera 3.Menganjurkan pasien 10.00 WIB
R : klien masih sering untuk melaporkan 3.Menganjurkan
mengeluh nyeri nyeri dengan segera pasien untuk
H : klien mengeluhkan R : klien masih melaporkan nyeri
nyeri di lokasi yang mengeluh nyeri dengan segera
sama H : klien mengeluhkan R : klien terkadang
nyeri di lokasi yang mengeluh nyeri
10.30 WIB sama yang datang
4.Mengajarkan teknik H : klien
relaksasi 10.30 WIB mengeluhkan nyeri
( relaksasi benson) 4.Mengajarkan teknik di lokasi yang
R : klien mengatakan ( relaksasi benson) sama
lebih merasa nyaman R : klien mengatakan 10.30 WIB
H : klien terlihat lebih lebih merasa nyaman 4.Mengajarkan
tenang setelah terapi ketika di berikan trapi teknik relaksasi
benson ( relaksasi benson)
11.00 WIB H : klien terlihat lebih R : klien
5.Memeriksa tanda- tenang setelah terapi mengatakan lebih
tanda vital sebelum dan merasa nyaman dan
sesudah 11.00 WIB merasa lebih baik
R: 5.Periksa tanda- tanda setelah di lakukan
Klien mengatakan nyeri vital sebelum dan terapi benson
sudah sedikit berkurang sesudah H : klien terlihat
H : TTV R: lebih tenang dan
Sebelum : Klien mengatakan nyaman setelah
TD : 130/80 mmHg nyeri sudah sedikit terapi
N : 110x/ mnt berkurang
S : 36, 40C H : TTV 11.00 WIB
RR : 21x/ menit Sebelum : 5.Periksa tanda-
Setelah : TD : 140/80 mmHg tanda vital sebelum
TD : 130/80 mmHg N : 108x/ mnt dan sesudah
N : 112x/ mnt S : 36, 80C R:
S : 36, 40C RR : 22x/ menit Klien mengatakan
RR : 20x/ menit Setelah : nyeri sudah sedikit
TD : 130/80 mmHg berkurang
11.30 WIB N : 110x/ mnt H : TTV
6.Memastikan bahwa S : 36, 60C Sebelum :
istirahat telah cukup RR : 20x/ menit TD : 130/80 mmHg
R : klien mengatakan N : 114x/ mnt
sudah banyak beristirahat 11.30 WIB S : 36, 20C
H : klien terlihat selalu 6. Memastikan bahwa RR : 22x/ menit
berbaring di tempat tidur istirahat telah cukup Setelah :
R : klien mengatakan TD : 130/80 mmHg
12.00 WIB sudah banyak N : 110x/ mnt
7.Memberikan oksigen beristirahat S : 36, 40C
tambahan dengan kanul H : klien terlihat RR : 20x/ menit
nasal 3 L/menit berbaring di tempat tidur
R : klien mengatakan 11.30 WIB
lebih merasa nyaman 6.Memastikan
Hasil : nafas klien mulai 12.00 WIB bahwa istirahat
lebih teratur 7.Memberkan oksigen telah cukup
tambahan dengan kanul R : klien mengatakan
12.30 WIB nasal 2L/menit sudah banyak
8.Berkolaborasi R : klien mengatakan beristirahat
pemberian terapi obat lebih merasa nyaman H : klien terlihat
R: pasien mengatakan Hasil : nafas klien selalu berbaring di
masih nyeri dan lemah terlihat lebih lancar tempat tidur
H:pemberian obat
simvastatin 10 mg/24 12.30 WIB8. 7.Memberikan
jam, ramipril 5 mg/24 8. Berkolaborasi oksigen tambahan
jam, aspilet 80 mg/24 pemberiaan terapi obat dengan kanul nasal
jam dan terinjeksi obat R: Pasien masih 2L/menit
arixtra 2,5 mg/24 jam mengeluh nyeri dan R : klien mengatak
lemah lebih merasa nyaman
H: terinjeksi obat Hasil : nafas klien
arixtra 2.5mg/24 jam lebih tertur
dan pemberian obat
ramipril 5mg/24 jam, 8. Berkolaborasi
clopidogrel 75 mg/8 jam pemberikan terapi
dan aspilet 80 mg/24 obat
jam R: pasien
mengatakan nyeri
berkurang
H:terinjeksi obat
arixtra 2.5mg/24 jam

5. EVALUASI
Tabel Evaluasi

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3


Pasien 1
Diagnosa S: S: S:
Klien mengatakan Klien Klien
masih merasakan mengatakan mengatakan
nyeri terkadang masih masih merasakan
klien mengatakan merasakan nyeri nyeri
nyeri seperti di Klien mengatakan klien mengatakan
tertekan benda nyeri seperti di nyeri seperti di
berat tertekan benda berat tertekan benda berat
klien mengatakan namun sudah
lebih merasa Klien terkadang
berkurang mengeluh nyeri
nyaman
klien mengatakan yang datang: klien
Klien mengatakan
lebih merasa nyaman mengeluhkan nyeri
nyeri sudah sedikit
ketika di berikan trapi di lokasi yang sama
berkurang
benson Klien mengatakan
klien mengatakan
sudah banyak Klien mengatakan lebih merasa
beristirahat nyeri sudah nyaman dan merasa
O: sedikit berkurang lebih baik setelah di
Klien masih terlihat klien lakukan terapi
gelisah dan mengatakan benson
terkadang sudah banyak Klien mengatakan
memegangi beristirahat nyeri sudah sedikit
dadanya berkurang
skala nyeri 6 O:
klien masih sering Klien terkadang O:
mengeluh nyeri memegangi dadanya Klien tidak
klien mengeluhkan Skala nyeri 5 terlihat gelisah
nyeri di lokasi yang klien mengeluhkan
sama nyeri di lokasi yang
klien terlihat lebih sama skala nyeri 4
tenang setelah klien terlihat lebih
Klien terlihat lebih
tenang setelah terapi tenang dan nyaman
setelah terapi
TTV
terapi Sebelum : TTV
TTV TD : 140/80 mmHg Sebelum :
Sebelum : N : 108x/ mnt TD : 130/80 mmHg
TD : 130/80 mmHg S : 36, 80C N : 114x/ mnt
N : 110x/ mnt RR : 22x/ menit S : 36, 20C
S : 36, 40C Setelah : RR : 22x/ menit
RR : 21x/ menit TD : 130/80 mmHg Setelah :
Setelah : N : 110x/ mnt TD : 130/80 mmHg
TD : 130/80 mmHg S : 36, 60C N : 110x/ mnt
N : 112x/ mnt RR : 20x/ menit S : 36, 40C
S : 36, 40C RR : 20x/ menit
RR : 20x/ menit klien terlihat
berbaring di tempat A:
klien terlihat selalu
tidur Masalah nyeri akut belum
berbaring di
A: teratasi
tempat tidur:
Masalah nyeri akut belum P:
A:
teratasi Lanjutkan intervensi
Masalah nyeri akut belum
P: 1. Pantau/catat
teratasi
Lanjutkan intervensi karakteristik nyeri,
P:
1. Ambil gambaran catat laporan verbal,
Lanjutkan intervensi
lengkap terhadap petunjuk nonverbal,
1. Ambil gambaran
nyeri dari pasien dan respons
lengkap terhadap
termasuk lokasi; hemodinamik
nyeri dari pasien
intensitas (0-10); 2. Ambil gambaran
termasuk lokasi;
lamanya; lengkap terhadap
intensitas (0-10);
kualitas(dangkal/men nyeri dari pasien
lamanya;
yebar) dan termasuk lokasi;
kualitas(dangkal/m
penyebaran. intensitas (0-10);
enyebar) dan
2. Pantau/catat lamanya;
penyebaran.
karakteristik nyeri, kualitas(dangkal/me
2. Pantau/catat
catat laporan nyebar) dan
karakteristik
verbal, petunjuk penyebaran.
nyeri, catat
nonverbal, dan 3. Anjurkan pasien
laporan verbal,
respons untuk melaporkan
petunjuk
hemodinamik nyeri dengan segera
nonverbal, dan
3. Anjurkan pasien 4. Bantu melakukan
respons
untuk melaporkan teknik relaksasi
hemodinamik
nyeri dengan ( relaksasi benson)
3. Anjurkan pasien
segera 5. Periksa tanda- tanda
untuk melaporkan
4. Bantu melakukan vital sebelum dan
nyeri dengan
teknik relaksasi sesudah
segera
( relaksasi benson) 6. Kolaborasi
4. Bantu melakukan
5. Periksa tanda- pemberian oksigen
teknik relaksasi
( relaksasi benson) tanda vital sebelum 7. Kolaborasi
dan sesudah pemberian analgesik
5. Periksa tanda-
tanda vital sebelum 6. Kolaborasi
dan sesudah pemberian oksigen
6. Pastikan 7. Kolaborasi
bahwa istirahat pemberian analgesik
telah cukup
7. Kolaborasi
pemberian oksigen
8. Kolaborasi
pemberian
analgesik
intensitas (0-10); teratasi lengkap terhadap
lamanya; P: Lanjutkan intervensi nyeri dari pasien
kualitas(dangkal/m 1. Ambil gambaran termasuk lokasi;
enyebar) dan lengkap terhadap intensitas (0-10);
penyebaran. nyeri dari pasien lamanya;
2. Pantau/catat termasuk lokasi; kualitas(dangkal/me
karakteristik intensitas (0-10); nyebar) dan
nyeri, catat lamanya; penyebaran.
laporan verbal, kualitas(dangkal/men 2. Pantau/catat
petunjuk yebar) dan karakteristik nyeri,
nonverbal, dan penyebaran. catat laporan verbal,
respons 2. Pantau/catat petunjuk nonverbal,
hemodinamik karakteristik nyeri, dan respons
3. Anjurkan pasien catat laporan hemodinamik
untuk melaporkan verbal, petunjuk 3. Anjurkan pasien
nyeri dengan nonverbal, dan untuk melaporkan
segera respons nyeri dengan segera
4. Bantu melakukan hemodinamik 4. Bantu melakukan
teknik relaksasi 3. Anjurkan pasien teknik relaksasi
( relaksasi benson) untuk melaporkan ( relaksasi benson)
5. Periksa tanda- nyeri dengan 5. Periksa tanda- tanda
tanda vital sebelum segera vital sebelum dan
dan sesudah 4. Bantu melakukan sesudah
6. Pastikan teknik relaksasi 6. Pastikan bahwa
bahwa istirahat ( relaksasi benson) istirahat telah cukup
telah cukup 5. Periksa tanda- 7. Kolaborasi
7. Kolaborasi tanda vital sebelum pemberian oksigen
pemberian oksigen dan sesudah 8. Kolaborasi
8. Kolaborasi 6. Pastikan bahwa pemberian analgesic
pemberian istirahat telah
analgesik cukup
7. Kolaborasi
pemberian oksigen
8. Kolaborasi
pemberian analgesik

.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulisan mengambil suatu kesimpulan dari karya tulis ilmiah

yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien yang mengalami Miocard

Infark dengan masalah Nyeri Akut di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung 2019.

1. Pengkajian

Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian pasien 1 dan 2

mempunyai keluhan yang sama yaitu nyeri dada sebelah kiri yang

menyebar ke punggung dan kedua tangan, kedua pasien memiliki

kebiasaan merokok tetapi pasien pertama sudah tidak merokok lagi sejak 2

tahun yang lalu, sedangkan pasien kedua masih merokok.

2. Diagnosis keperawatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian maka penulis

menegakan diagnosis keperawatan nyeri akut derhubungan dengan

iskemia jaringan sekunder

3. Rencana keperawatan

Perencanaan atau intervensi yang penulis lakukan pada kedua pasien untuk

menangani nyeri akut adalah ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari

pasien termasuk lokasi; intensitas (0-10); lamanya; kualitas (dangkal/

menyebar) dan penyebaran, Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan


verbal, petunjuk nonverbal, dan respons hemodinamik, Anjurkan pasien

untuk melaporkan nyeri dengan segera, Bantu melakukan teknik relaksasi

(relaksasi benson), Periksa tanda- tanda vital sebelum dan sesudah,

Pastikan bahwa istirahat telah cukup.

4. Implementasi

Implementasi yang harus dilakukan pada kedua subyek penelitian sesuai

rencana keperawatan dengan masalah nyeri akut yaitu: Ambil gambaran

lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi; intensitas (0-10);

lamanya; kualitas(dangkal/menyebar) dan penyebaran, Pantau/catat

karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons

hemodinamik, Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera,

Bantu melakukan teknik relaksasi ( relaksasi benson), Periksa tanda- tanda

vital sebelum dan sesudah, Pastikan bahwa istirahat telah cukup.

5. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pada

evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien

selama 3 hari perawatan didapatkan bahwa masalah nyeri akut dari pasien

satu teratasi sebagian intensitas nyeri sudah turun dari hari pertama skala 6

dan beransur menurun setiap harinya dengan skala 4, dan pada pasien

kedua nyeri berkurang pada hari kedua dengan skala 4 dan nyeri tidak

berkurang dihari ketiga.


B. Saran

1. Bagi perawat

Agar dapat meningkatkan keterampilan sehingga mampu

melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif

2. Bagi institusi

Agar dapat menjadikan karya tulis ini sebagai salah satu rujukan untuk

teori tentang asuhan keperawatan penyakit MCI dengan masalha

keperawatan nyeri akut.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & kusuma, Hardhi.(2015). Aplikasi Asuhan keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Jakarta: EGC

Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC Jakarta: EGC

Amir, Hanafiah.2012 Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarta, Buku


kedokteran

Aziz Alimul, Hidayat 2011. Metode Penelitian dan teknik analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika

Balck, J. M dan J.H. Hawks. (2014). Keperawatan medical bedah: Manajemen


klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8. Vol 3. Singapura: ELSEVIER.

Brunner & Suddarth,( 2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,edisi 8
volume 2. Jakarta:EGC

Cipto Susilo (2013). Pengaruh terapi nafas dalam dalam penanganan nyeri yang
terjadi pada penderita MCI. Jurnal Keperawatan. JKA 2015: 1-9

Dharma. Kusuma Kalena,2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta, Trans
Info Mediad

Doengoes, Marilyn E., M.F. Moorhouse dan A. C. Geissler. 2012. Rencana


Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Hariyanto, A & Sulistyowati,R.(2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1.


Yogyakarta :Ar-ruzz Media

Institute for Health Metrics and Evaluation, (2016). Kasus miokard infark yang
terjadi di Dunia. Diakses pada tanggal 29 Maret 2019
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/13/penyakit-kardiovaskuler-
penyebab-kematian-terbesar-di-dunia.
Kemenkes RI (2018). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: kemenkes RI
DIakses pada tanggal 17 maret 2019

Kemenkes RI (2014). Pusat Data dan Informasi Situasi Kesehatan Jantung.


Jakarta: kemenkes RI Diakses pada tanggal 18 maret 2019

Lestari, (2017) keefektifan penanganan nyeri yang terjadi pada penderita miokard
infark. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol:4, No. 1, Mei 2016;

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo S.( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta:


Jakarta

Rekam Medik dr. Hi. Abdul Moeloek, (2019). Data Miokard Infark.

Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. Kementrian RI: Jakarta.

Smeltzer, Bare, Hinkle, and cheever. 2010.Textbook Of Medical Surgical Nursing


Volume 3. America: Library of Congress Catologin.

SDKI, DPP & PPNI.2017. standard Diagnosis keperawatan Indonesia: definisi


indicator diagnostic. (Edisi 1). Jakarta:DPPPPNI.

Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan dasar manusia dan


proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tisa Kurniawati, (2018). Pengaruh terapi alternative terhadap penurunan


entisitas nyeri pada miocard infark. Jurnal Keperawatan. Vol (1-9). Vol:2 No 2.
ISSN:2338-3321.

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.

Rienstra M, McManus DD, Benjamin EJ (2011). Novel risk factors for


atrial fibrillation: Useful for risk prediction and clinical decision
makingCirculation, 125: e941-e946

Vijaganti, 2010. Hubungan antara cardiomegaly dan jantung normal berdasarkan


fotothorax. Jurnal of nursing.15-16 dilihat 27 juni 2019. www. Gagal jantung.
Thorax.ac.id

Anda mungkin juga menyukai