Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH CRITICAL IIL

PENYAKIT KARDIOVASKULER

Dosen Pengampu :

Ary Krisnasary S.Gz.,M.Biomed

Disusun Oleh :

1. Wahyuni oktaviola P05130219076


2. Wiwik Palesa P05130219078

POLTEKES KEMENKES BENGKULU


PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2020 – 2021
BAB I
A. Pengertian Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi
transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan
darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh,
dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan
dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke
seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga
menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka,
baik karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah
tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama
untuk mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Pada waktu
jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan
oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama
sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan
serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian oksigen dan kebutuhan
jantung memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK ditandai dengan
nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau
berjalan jauh. Pemeriksaan Angiografi dan Elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan terjadinya iskemik
merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015).
B. Pengelompokan Sistem Kardiovaskuler

1. Serangan Jantung
Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan
masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Presentase kematian dini dari berbagai penyakit
kardiovaskuler sebanyak 4 % terjadi pada negara yang berpendapatan tinggi dan 42 % terjadi
pada negara dengan pendapatan rendah. Diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 23,6 juta
penduduk dunia meninggal karena penyakit kardiovaskuler, dan 60% dari seluruh kematian
diakibatkan oleh penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak (Mendis et.al.,
2011). Menurut British Heart Foundation (2011) penyakit jantung koroner menjadi penyebab
utama serangan jantung dan dapat mengancam kehidupan.
Penanganan penyakit jantung akut di RS disediakan tempat atau unit tersendiri yang
memiliki staf dan peralatan khusus ditujukan untuk menganggulangi pasien gawat karena
penyakit jantung serius yang disebut ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) atau ruangan
khusus kegawatan penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi yaitu ruang Intensive Care Unit
(ICU). Menjalani perawatan di ruang ICU/ICCU dapat menimbulkan stressor bagi pasien dan
keluarga. Stressor yang dialami pasien dapat berupa stressor fisik, lingkungan serta psikologis.
Faktor- faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stress pada pasien di ICU/ ICCU
diantaranya pengalaman dirawat sebelumnya, nyeri, kecemasan, lingkungan asing dan
ketakutan (Bally, 2010).
Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot
jantung (myocardium) akibat berkurangnya pasokan darah secara mendadak ke jantung.
Berkuranganya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu arteri
koroner atau akibat penggumpalan darah thrombus. Bagian otot jantung yang biasanya dipasok
darah oleh arteri mengalami blockade sehingga berhenti berfungsi dengan baik segera setelah
splasme reda dengan sendirinya, gejala-gejala akan hilang secara menyeluruh dan otot jantung
dapat berfungsi secara normal lagi.
Menurut Aaronson & Jeremy (2008), peningkatan stress fisik dan mental dapat
menyebabkan miokard infark dan kematian mendadak. Kecemasan yang dialami pasien
dengan penyakit jantung dapat memperberat dispnea dan meningkatkan kebutuhan oksigen
pada jantung. Perubahan haemodinamik sistem kardiovaskuler akibat kecemasan akan
mengaktivasi saraf sympatis sehingga meningkatkan produksi norepinephrine yang
menyebabkan peningkatan tahanan perifer. Kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
Proses tersebut sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency.
Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel yang bersangkutan
mengalami perubahan permanen hanya dalam beberapa jam saja dan bagian otot jantung
tersebut mengalami penurunan mutu atau rusak secara permanen. Otot yang mati tersebut
disebut infark.
2. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme tubuh Anda. Gagalnya aktivitas jantung
terhadap pemenuhan kebutuhan metabolik tubuh gagal.

Kondisi-kondisi penyebab gagal jantung secara umum dapat terjadi oleh mekanisme sebagai
berikut :

a. Penyempitan pembuluh darah koroner

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah


koroner. ini mengakibatkan otot jantung tidak berfungsi karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Ketidakmampuan otot jantung untuk melakukan gerakan memompa
seperti biasanya mengakibatkan isi cairan darah dan curah jantung menurun.

b. Tekanan darah tinggi


Hipertensi sistemik meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan kelainan serabut-serabut otot jantung. Perubahan otot jantung tersebut
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraksi jantung.
Beban tekanan dari sistol yang berlebihan di luar kemampuan ventrikel sehingga
menyebabkan hambatan pada pengeluaran aliran darah dari ventrikel yang menurunkan
curah ventrikel.
c. Volume cairan berlebihan
jika volume cairan berlebihan maka curah jantung mula-mula akan meningkat
sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah hingga
melampaui batas maka curah jantung justru akan menurun. Hal ini terjadi karena otot
jantung rusak akibat tekanan volume yang melebihi batas sehingga tidak mampu memompa
lagi sesuai volume yang ada.
d. Penyakit penurunan fungsi otot jantung
Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan
gagal jantung. Demikian juga akibat bertambahnya usia, jantung mengalami degenerasi.
Kerusakan serabut otot jantung menyebabkan penurunan fungsi bahkan mungkin tidak bisa
berfungsi sama sekali.
3. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak
(lemak, kolestrol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan menyumbat pasokan
darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Apabila terjadi pada
dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung koroner (coronary artery disease) atau
penyakit jantung iskemik. Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak Salah
satu gejala aterosklerosis jantung adalah angina pectoris, yaitu rasa nyeri/tidak enak di daerah
jantung dan dada karena berkurangnya pasokan darah ke otot jantung. Angina bisa terjadi baik
saat beraktivitas fisik maupun berisitirahat. Apabila berlanjut, angina bisa berkembang menjadi
infark miokard akut yang berbahaya.
4. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik/rheumatic Heart Disease (RHD) adalah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran,
terutama katup mitral (stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam rematik. Penyebab
jantung rematik ini diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh
demam rematik. Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut,
sub akut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setalah infeksi Streptococcus beta hemolyticus
group A pada saluran pernapasan bagain atas. .
5. Penyakit Jantung Koroner (Coronary Heart Disease)

Penyakit jantung koroner adalah penyempitan pembuluh darah arteri menuju jantung
atau terjadinya penyumbatan pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah
koroner. Penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di
dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar di
kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung.

Gejala jantung koroner di antaranya seperti: nyeri di dada, lebih spesifiknya nyeri di
dada bagian tengah yang menjalar sampai ke lengan kiri atau leher, bahkan sampai ke
punggung. Nyeri dada seperti ini adalah nyeri khas dari penyakit jantung koroner. Nyeri ini timbul
hanya ketika melakukan aktivitas fisik dan akan berkurang saat istirahat. Gejala penyerta lain:
seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.

6. Penyakit Jantung Hipertensi

Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak
sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Etiologi
penyakit ini dimulai dari adanya tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan
seiring dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung.

C. Fisiologi penyakit Kardiovaskuler

1.jantung sebagai pompa


Denyut Jantung

Jantung memiliki system yang memungkinkan mereka untuk berdenyut sendir i. System ini
disebut sistem penghantar yang terdiri dari simpul sinoatrial (SA node), lintasan antar
simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (AV node) dan berkas His (bundle of His) dan
cabangnya serta serabut Purkinje. Nodus SA letaknya pada muara dari vena cava inferior
dan nodus AV letaknya pada bagian posterior kanan septum antar atrium. Serabut antar
simpul atrium terdiri dari tiga berkas, yaitu bagian anterior (berkas Bachman), bagian
medial (Wenckebach) dan bagian posterior (Thorel).
Pada keadaan normal, SA node merupakan pencetus denyut jantung. Kecepatan cetusan
listriknya menentukan frekuensi jantung. Impuls tersebut kemudian berjalan melalui
lintasan antar simpul atrium menuju simpul AV, kemudian dari simpul ini menuju ke
berkas His. Akhirnya akan mencapai otot jantung melalui cabang berkas His dan serabut
Purkinje.
Depolarisasi dimulai dari nodus SA dan disebarkan secara radial ke seluruh atrium yang
kemudian seluruh impuls tersebut bertemu dengan nodus AV. Depolarisasi atrium
keseluruhan berlangsung selama 0,1 detik. Hantaran yang terjadi pada nodus AV lebih
lambat, sehingga terjadi perlambatan selama 0,1 detik sebelum impuls menyebar ke
ventrikel. Kemudian depolarisasi menyebar dengan cepat dalam serabut purkinje ke
seluruh ventrikel dalam waktu 0,08 – 0,1 detik. Pada manusia, depolarisasi otot ventrikel
dimulai di pada sisi kiri septum interventrikuler dan bergerak pertama-tama ke kanan
menyebrangi bagian tengah septum. Setelah itu menyebar ke bagian bawah septum menuju
puncak jantung. Kemudian menyebar di sepanjang dinding ventrikel kembali ke daerah
AV, berjalan terus dari bagian dalam jantung (endokardium) ke bagian luar (epikardium).
Bagian terakhir jantung yang mengalami depolarisasi adalah bagian posterobasal ventrikel
kiri. Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA sehingga irama
jantungnya disebut sebagai irama sinus. Pada keadaan istirahat, jantung berdenyut kira-
kira 70 kali per menit. Frekuensi akan lebih lambat pada waktu tidur (bradikardia) dan
bertambah cepat (takikardia) selama olah raga, emosi, demam, dan sebab lainnya Siklus Jantung
Urutan proses depolarisasi seperti yang telah diuraikan di atas akan memicu gelombang kontraksi
yang menyebar ke seluruh bagian pada otot jantung. Kontraksi pada satu sel otot
jantung dimulai segera setelah depolarisasi dam berakhir kira-kira 50 milidetik setelah
repolarisasi lengkap. Kontraksi otot jantung terjadi dalam satu rangkaian tertentu, sesuai
dengan perjalanan depolarisasi. Sehingga mengakibatkan serangkaian perubahan tekanan
dan aliran dalam ruang jantung. Rangkaian perubahan yang terjadi disebut juga sebagai
siklus jantung, yang terdiri dari
1. Akhir diastolik
Katup atrioventrikuler membuka dan katup pulmonal dan aorta menutup; darah
mengalir ke atrium dari sistem vena; darah mengalir secara pasif dari atrium ke
ventrikel; laju pengisian ventrikel menurun setelah ventrikel makin teregang
2. Sistole atrium
Kontraksi atrium mendorong sejumlah kecil darah tambahan ke ventrikel. Sebagian
besar (70 %) pengisian darah ventrikel terjadi selama pengisian pasif sebelumnya.
Kontraksi atrium mengakibatkan muara vena cafa semakin mengecil
3. Kontraksi isovolumetrik ventrikel
Kontraksi isovolumetrik (isovolumik dan isometric) mengakibatkan menutupnya
katup atrioventrikuler. Pada fase ini terjadi peningkatan tajam dari tekanan
intraventrikuler. Fase ini berlangsung kira-kira 0,05 detik, sampai tekanan dalam
ventrikel kiri dan kanan masing-masing melampaui tekanan dalam aorta (80
mmHg) dan arteri pulmonal (10 mmHg) dan katup aorta dan pulmonal membuka.
4. Ejeksi ventrikel
Dengan terbukanya katup aorta dan pulmonal, mulailan fase ejeksi ventrikel.
Puncak tekanan ventrikel kiri adalah sekitar 120 mmHg dan ventrikel kanan sekitar
25 mmHg
5. Relaksasi isovolumetrik ventrikel
Setelah seluruh otot ventrikel berelaksasi yang diikuti penutupan katup aorta dan
pulmonal, tekanan ventrikel akan menurun dengan tajam. Periode ini berlangsung
selama 0,04 detik. Periode relaksasi isovolumetrik ini berakhir ketika tekanan
intraventrikuler turun di bawah tekanan atrium dan katup atrioventrikuler
membuka
D. Kelainan atan ganguan penyakit Kardiovaskuler
a) .Penyakit Jantung Koroner
Kelainan yang terjadi pada pembuluh darah yang menyuplai otot jantung.
b) Stroke
Kelainan pada pembuluh darah yang berfungsi menyuplai otak.
c) Penyakit Arteri Perifer
Kelainan pada pembuluh darah yang berfungsi menyuplai ekstremitas (anggota gerak) atas dan
bawah.
d) Penyakit Jantung Rematik
Kerusakan yang terjadi pada otot dan katup jantung akibat komplikasi demam rematik.
e) Penyakit Jantung Bawaan
Kelainan struktural dari jantung dan pembuluh darah besar di dalam rongga yang sudah ada
sejak lahir
BAB II
MNT PADA PASIEN KARDIOVASKULER

A. Pengertian MNT (Medical Nutrition Therapy)


Medical Nutrition Therapy (MNT) dirumuskan oleh American Dietetic Association pada
pertengahan tahun 1990. Terapi ini bertujuan untuk mempromosikan peranan/manfaat gizi dalam
mengelola atau merawat suatu penyakit. Langkahlangkah dalam TGM mencakup asesmen status gizi
pasien dan pemberian modifikasi diet, konseling dan terapi gizi khusus. Terapi gizi medik merupakan
standar asuhan dengan penekanan pada apa yang harus dilakukan dan merupakan komponen
asuhan pada penyakit tertentu (Berg, Young and Grobler, 2012).
MNT dimulai dengan penilaian status gizi pasien dengan suatu kondisi. Penyakit atau cedera
yang menempatkan pasien pada risiko. Termasuk review dan analisis dari riwayat medis dan gizi, nilai
laboratorium dan pengukuran antropometri. Berdasarkan penilaian, rencana perawatan nutrisi, yang
paling tepat untuk dikelola kondisi atau mengobati penyakit atau cedera dirumuskan. MNT juga
mencakup intervensi dan evaluasi pencapaian hasil klinis yang diinginkan (Saha and Pathak, 2021).

1. Assessment
Menurut buku pedoman PAGT, 2014 Assesment bertujuan untuk mengidentifikasi
problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan interprestasi data
secara sistematis. Hal yang dilakukan pertama kali sebelum memberikan diet yaitu:
1) Mengumpulkan dan melihat data-data mengenai faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi dan penyakit pasien.
2) Data dikelompokkan dalam Riwayat gizi (FH), antropometri (AD),
laboratorium/biokimia date (BD), pemeriksaan fisik dan klinis, serta riwayat klien (CH)
3) Data diintervensi dan dibandingkan terhadap standar dan kriteria yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan, problem yang ada pada pasien
Data assesment ini dapat diperoleh dengan interview, wawancara, catatan medis,
observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk (Kemenkes, 2014).
a) Riwayat terkait gizi dan makanan
Data riwayat terkait gizi dan makanan yang dikumpulkan dari pasien meliputi asupan
makanan dan zat gizi, termasuk pola makan dan snack, diet yang diberikan saat ini atau
sebelumnya, penggunaan obat, pengetahuan/kepercayaan dan sikap/perilaku, dan
aktivitas fisik. Untuk asupan makanan dan zat gizi, meliputi data asupan energi dari
makanan maupun minuman, suplemen, baik enteral maupun parenteral. Untuk data
asupan makanan ini lebih spesifik menanyakan jenis makanan, jumlah makanan, pola
makan termasuk snack, dan variasi makanan yang biasa dikonsumsi.
b) Antopometri data
Pengukuran Antropometri dillakukan pengukuran Tinggi Badan, Berta Badan, Body mass
index (BMI), menentukan faktor risiko kelebihan berat badan (Obesitas)
c) Data biokimia
Pada data biokimia, hasil pemeriksaan laboratorium terkait penyakit.
Tabel 2. Data Biokimia Pada Pasien Penyakit Jantung
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Creatinin kinase W : <110 u/l

P : <130 u/l
CKMB < 16 IU
LDH < 0.85
SGOT 5–40 µ/L
CTcN < 1,0 g/l
CTnl < 0,1 g/l
HsCRP 0,3 mg/L
NT pro BNP < 125 pg/m
BNP < 100 pg/m
ST2 < 16 IU

d) Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi


Data fisik klinis merupakan karakteristik fisik yang memberikan gambaran secara
klinis tentang masalah gizi pada pasien. Data fisik klinis yang seringkali dikumpulkan
adalah penampilan keseluruhan, sistem jantung-paru, sistem pencernaan, adanya edema,
ekstremitas, keadaan gigi, kondisi menelan dan tanda-tanda vital.
Tabel 3. Pemeriksaan Clinis
Pemeriksaan Nilai normal
Tekanan darah (TD) 120/80 mmHg
Pernapasan (RR) 20 x/menit
Nadi 60-100 x/menit
Suhu 36-37o C

e) Data riwayat klien


Untuk riwayat klien, informasi ini memberikan gambaran saat ini maupun masa lalu
terkait riwayat personal, medis, keluarga, dan sosial. Pada data personal meliputi umur,
jenis kelamin, suku atau etnis, pendidikan, peran dalam keluarga, kebiasaan merokok,
keterbatasan fisik dan mobilitas. Pada riwayat medis pasien dan keluarga dapat digali
penyakit yang berdampak pada status gizi pasien, termasuk keluhan yang dialami
pasien terkait gizi. Sedangkan riwayat sosial dibutuhkan untuk mengetahui situasi rumah,
atau dukungan asuhan medis dan keterlibatan pasien dalam kelompok sosial.
2. Diagnosa Gizi
......Diagnosa gizi ditegakkan sesuai keadaan pasien saat itu. Adapun penentuan masalah
atau diagnosis gizi menurut PAGT yaitu dengan cara :
a. Mengintegritaskan dan menganalisis data assessment
b. Menetapkan problem, etiologi dan tanda/gejala dari masalah yang diduga merujuk kepada
terminologi
Dalam menyusun kaidah diagnosis gizi mengacu pada prinsip-prinsip taksonomi
diagnosis gizi terdiri dari :
- Tiga domain (domain asupan/intake, domain klinikdan domain perilaku/behavior dan
lingkungan
- Kelas
- Sub kelas
Domain asupan (NI) menyangkut masalah aktual yang berkaitan dengan asupan energi,
zat gizi, cairan, substansi bioaktif melalui diet oral maupun dukungan gizi (enteral dan parenteral
nutrisi. Domain klinis (NC) berkaitan dengan masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan
kondisi medis atau fisik. Sedangkan domain perilaku dan lingkungan (NB) berkaitan dengan
masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan,
lingkungan fisik, akses terhadap makanan atau keamanan makanan.
a. Domain Asupan
Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat
gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan yang melalui oral enteral.
 NI.1. Keseimbangan Energi
Perubahan aktual atau perkiraan perubahan menyangkut keseimbangan energi (kkal).
NI.1.1. Peningkatan energi ekspenditur
NI.1.2. Asupan energi tidak adekuat
NI.1.3. Kelebihan asupan energi
NI.1.4. Perkiraan asupan energi sub optimal
NI.1.5. Perkiraan kelebihan asupan energy
 NI.2. Asupan Melalui Oral atau Dukungan Gizi
Asupan makanan dan minuman yang aktual atau perkiraannya melalui diet oral atau
dukungan gizi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.2.1. Asupan oral tidak adekuat
NI.2.2. Kelebihan asupan oral
NI.2.3. enteral nutrisi tidak adekuat
NI.2.4. Kelebihan infusi enteral nutrisi
NI.2.5. Komposisi atau modalitas makanan enteral nutrisi kurang
optimal
NI.2.6. parenteral nutrisi tidak adekuat
NI.2.7. Kelebihan infusi parenteral nutrisi
NI.2.8. Komposisi atau modalitas nutrisi Parenteral kurang optimal
NI.2.9. Daya terima makanan terbatas
 NI.3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang aktual atau estimasi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.3.1. Asupan cairan tidak adekuat
NI.3.2. Kelebihan asupan cairan
b. Domain Klinis
Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ.
 NC.1. Fungsional
Perubahan fungsi fisik atau mekanis yang mengganggu atau menghambat dampak gizi
yang diharapkan/diinginkan
NC.1.1. Kesulitan menelan
NC.1.2. Kesulitan mengunyah/ mengigit
NC.1.3. Kesulitan menyusui
NC.1.4. Perubahan fungsi Gastrointestinal
 NC.2. Biokimia
Perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat (sebagai dampak) pemberian obat-
obatan, pembedahan, atau seperti yang ditunjukkan dalam perubahan nilai-nilai
laboratorium.
NC.2.1. Gangguan utilisasi zat gizi
NC.2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (sebutkan)
NC.2.3. Interaksi makanan dan obat (sebutkan)
NC 2.4. Prediksi interaksi makanan dan Obat (sebutkan)

 NC.3. Berat Badan


Status perubahan berat badan atau berat badan kronik dibandingkan dengan berat
badan biasanya atau berat badan idaman.
NC.3.1. Berat badan kurang/ underweight
NC.3.2. Penurunan BB yang tidak diharapkan
NC.3.3. Kelebihan BB / obesitas
NC.3.4. Kenaikan BB yang tidak diharapkan
NC.3.5. Percepatan pertumbuhan sub optimal
NC.3.6. Percepatan pertumbuhan berlebih
 NB.1. Pengetahuan dan kepercayaan
Pengetahuan atau kepercayaan yang aktual yang berhubungan
berdasarkan pengamatan atau dokumentasi.
NB.1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.2. Perilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung terkait dengan makanan dan
zat gizi (gunakan dengan hati-hati)
NB.1.3. Tidak siap untuk diet / merubah perilaku
NB.1.4. Kurang dapat menjaga/monitoring diri
NB.1.5. Gangguan pola makan
NB.1.6. Kurang patuh mengikuti rekomendasi gizi
NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah
 NB.2. Aktivitas fisik dan fungsi
Masalah aktifitas fisik aktual, kemandirian dan kualitas hidup berdasarkan laporan,
pengamatan dan dokumen.
NB.2.1. Aktivitas fisik kurang
NB.2.2. Aktivitas fisik yang berlebihan
NB.2.3. Tidak mampu/ tidak mau mengurus diri sendiri
NB.2.4. Kemampuan menyiapkan makanan terganggu
NB.2.5. Kualitas hidup yang buruk
NB.2.6. Kesulitan makan secara mandiri
 NB.3. Keamanan dan akses makanan
Masalah aktual berkaitan dengan akses makanan atau keamanan makanan, air atau
suplai gizi
NB.3.1. Asupan makanan yang tidak aman
NB.3.2. Akses makanan dan air terbatas
NB.3.3. Akses suplai gizi terbatas
c. Domain Perilaku/Lingkungan
d. Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses keamanan makanan.
3. INTERVENSI
Perencanaan dilakukan dengan menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan
derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien mulai dari kebutuhan energi,
dan zat gizi lainnya, rute pemberian serta bentuk makanan yang sesuai untuk pasien.
Pada pasien kardiovaskuler, asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan
karbohidrat) perlu diperhatikan secara spesifik. Energi dan zat gizi makro (protein, lemak,
dan karbohidrat) memiliki peranan penting dalam menjaga status gizi pasien agar tetap
berada pada rentang normal, mengingat akan terjadi perubahan metabolisme pada pasien
kardiovaskuler yang berdampak pada penurunan status gizi.
Kebutuhan akan asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat)
pada pasien kardiovaskuler berbeda setiap individu, kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa situasi dan kondisi yang terjadi di dalam tubuh pasien kardiovaskuler, mulai dari
tingkatan stress, tingkatan metabolisme yang terjadi dalam tubuh, serta kondisi komplikasi
dengan penyakit selain kardiovaskuler (Darmawan, 2019).

 Kebutuhan Energi
 Kebutuhan Protein
 Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat
 Kebutuhan Vitamin dan Mineral
 Kebutuhan Cairan
Syarat diet jantung :

o Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal


o Protein cukup 0,8 g/kg BB
o Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh
dan 10-15% lemak tidak jenuh.
o Kolesterol rendah
o Kolesterol < 300 mg (diet dislipidemia tahap I)
o Kolesterol < 200 mg (diet dislipidemia tahap II)
o Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium, kalium dan
magnesium jika dibutuhkan.
o Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema
o Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
o Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar (konstipasi)
o Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.

Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan porsi kecil.


Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Bahan makanan yang dianjurkan :
 Makanan pokok :  Nasi, roti, kentang, pasta,mie, tepung-tepungan
 Lauk hewani       :  Ikan, ayam tanpa kulit, susu rendah lemak, putih telur
 Lauk nabati        :  Kacang hijau, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu,
tempe
 Sayuran         : Sayuran yang tidak mengandung gas seperti buncis, kacang
panjang,   labu siam, wortel, tomat, toge, ketimun, oyong
 Buah buahan   : Buah buahan segar seperti pisang, apel, papaya, jeruk, melon,
semangka, alpukat.
 Lemak                     :  Minyak yang mengandung lemak tak jenuh seperti, minyak
jagung, minyak kedelai, minyak zaitun
 Minuman                :  Teh encer, sirup, youghurt
 Bumbu dan lain2     :  Semua bumbu segar, gula pasir, madu
 Makanan yang dibatasi :
 Makanan pokok  :  Bolu, roti manis, Biskuit
 Lauk hewani       :   Daging tanpa lemak, kuning telur.
 Lauk nabati        :    Kacang merah, kacang tanah, kacang mede
 Sayuran                 :  Asparagus, bayam, bit
 Lemak                  :  Minyak kelapa, santan encer
 Minuman             :  Coklat
 Bumbu                 :  Di batasi cabe, lada,
Makanan yang di hindari :
o Makanan pokok  : Kue yang mengandung lemak tinggi (cake, pastry), ketan, mie
instan, bahan makanan yang mengandung gas atau alkohol seperti ubi, singkong,
tape.
o Lauk hewani      : Daging berlemak, ayam dengan kulit, sosis, ham, limpa, babat,
otak, udang, cumi, kerang keju, susu full cream
o Sayuran                 :  Sayuran yang bergas kol, sawi, nangka muda, lobak.
o Buah                  :  Buah yang menimbulkan gas seperti nangka, durian, nanas
o Lemak               :  Mentega, santan kental
o Minuman          :  Teh kental, yang mengandung soda dan minuman beralkohol
o Bumbu            :  Bumbu olahan yang mengandung natrium seperti penyedap, kaldu
instan.
 
         Konsumsi makanan sesuai tujuan dan syarat diet jantung dengan makanan bergizi dan
seimbang, dimana konsumsi sayur dan buah sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral. Serat berperan penting dalam menurunkan berat badan, mengatur
pertumbuhan, pemeliharaaan dan pengganti sel-sel tubuh.
        Batasi makanan yang berkuah dan minumlah sesuai kebutuhan serta memasak
makanan sebaiknya dengan cara di tim, di kukus, di pepes, di rebus dan dipanggang.

4. MONEV (monitoring evaluasi)


Pemantauan pada pemberian nutrisi yang adekuat harus dilakukan secara rutin dan
teratur meliputi
1. Perubahan status medis bernama terapi dan masa pemulihan
2. Perubahan status nutrisi yang disebabkan efek samping terapi atau proses
penyakitnya sendiri sehingga asupan tidak adekuat
3. Perubahan kebutuhan nutrisi selama terapi dan masa pemulihan
4. Perubahan parameter laboratorium selama terapi dan pemulihan
bila terdapat perubahan pada salah satu hasil evaluasi maka perencanaan nutrisi
harus disesuaikan dapat berupa perubahan pilihan makanan waktu pemberian
makanan komposisi nutrient atau cara pemberian.
BAB III
MEKANISME DAN METABOLISME PASIEN kardiovaskuler
A. Perubahan Metabolik pada Pasien Kritis dengan Penyaki kardiovaskuler
Masalah gizi yang terkait dengan keganasan adalah penting, mulai dari efek
terlokalisasi yang diinduksi oleh tumor pada organ yang terlibat atau struktur yang berdekatan hingga
efek sistemik yang disebabkan oleh metastasis atau faktor humoral yang dihasilkan oleh sel-sel
tumor ini. Pasien kanker yang sakit kritis menunjukkan intoleransi glukosa yang signifikan,
peningkatan penipisan lemak, dan pergantian protein. Pasien yang kekurangan gizi dengan kanker
juga tidak dapat menghemat energi karena metabolisme yang tidak efisien (Gail Cresci, 2005).
Peningkatan pengeluaran energi biasanya sedikit (100 hingga 300 kkal/hari) tetapi, jika
tidak dikompensasi dengan peningkatan konsumsi, dapat menyebabkan hilangnya lemak tubuh 0,5-
1 kg atau 1 hingga 2,3 kg massa otot per bulan (lihat Tabel 1)
Tabel. 1 Kelainan Metabolik pada Pasien Kanker
Karbohidrat • Peningkatan glukoneogenesis dari asam
amino, laktat, dan gliserol.
• Peningkatan penghilangan glukosa dan daur
ulang.
• Resistensi insulin.

Lemak • Peningkatan lipolisis Peningkatan pergantian


gliserol dan asam lemak
• Oksidasi lipid tidak dihambat oleh glukosa
• Lipogenesis menurun
• Aktivitas lipoprotein lipase menurun
• Peningkatan kadar NEFA plasma yang tidak
konstan Peningkatan kadar lipid plasma yang
tidak konstan
Protein • Peningkatan katabolisme protein otot
• Peningkatan pergantian protein seluruh tubuh
• Peningkatan sintesis protein hati Penurunan
sintesis protein otot

B. Perubahan Metabolisme
Metabolisme berkaitan erat degan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Pada pasien kanker
metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan berpengaruh pada terjadinya penurunan berat
badan. Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker, peningkatan metabolisme ini sampai 50%
lebih tinggi dibanding pasien bukan kanker. Tetapi peningkatan metabolisme tersebut tidak terjadi
pada semua pasien kanker. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan metabolism ini berhubungan
dengan penurunan status gizi dan jenis serta besar tumor. Pada orang normal kecepatan metabolisme
menurun selama starvasi sebagai proses adaptasi normal tetapi pada pasien kanker proses tersebut
tidak terjadi.
1. Metabolisme Protein
Pada kondisi starvasi, penggunaan energi untuk otak oleh glukosa digantikan dengan
benda keton yang merupakan hasil pemecahan lemak. Protein otot dan protein visceral
dipergunakan sebagai prekursor glukoneogenesis sehingga terjadi penurunan katabolisme protein
dan penurunan glukoneogenesis dari asam amino di hati. Pada pasien kanker, asam amino tidak
disimpan sehingga terjadi deplesi dari massa otot dan pada sebagian pasien terjadi atrofi otot yang
berat.
Kehilangan massa otot merupakan akibat dari peningkatan degradasi protein dan
penurunan sintesis protein karena terpakai untuk pembentukan protein fase akut dan
glukoneogenesis. Beberapa penelitian menyatakan bahwa asam amino rantai cabang (AARC)
dapat meregulasi sintesis protein secara langsung dengan memodulasi translasi
mRNA.Proteolysis-inducing factor (PIF) merupakan glikoprotein sulfat yang dapat mengaktivasi
jalur proteolisis. Kehilangan massa otot pada pasien kanker dan hewan coba dengan kaheksia
menunjukkan korelasi dengan adanya PIF di dalam serum yang mampu menginduksi secara
seimbang degradasi protein dan penghambatan sintesis protein. PIF dihasilkan khususnya pada
pasien kanker kaheksia, dimana di dalam urin pasien kanker kaheksia dapat ditemukan adanya
PIF, sedangkan pada urin pasien dengan kondisi kehilangan BB seperti luka bakar, multiple
injuries, pasien bedah dengan katabolisme berat dan pada sepsis PIF tidak ditemukan.
Pada kanker terjadi ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi seperti TNF-Alfa, IL-
², IL-2, IL-6, interferon-gamma dan sitokin antiinflamasi seperti IL-4, IL-12, IL-15. Aktivasi sitokin
proinflamasi akan mengaktivasi nuclear transcripsi fator NF-B sehingga terjadi inhibisi sintesis
protein otot dan penurunan pro Myelin D, suatu faktor transkripsi yang berperan dalam modulasi
jalur signa darling perkembangan otot.
2. Metabolisme Lipid
Pada pasien kanker terjadi perubahan mobilisasi lipid berupa, penurunan lipogenesis,
penurunan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) dan peningkatan lipolisis. Peningkatan lipolysis
disebabkan oleh peningkatan hormone efinefrin, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACTH)
yang dimediasi melalui cyclic adenosine monophosphate (c-AMP). c-AMP akan mengaktivasi
hormone sensitive lipase (HSL) yang selanjutnya akan mengkonversi satu molekul trigliserida
menjadi tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol. Penurunan aktivitas LPL
disebabkan oleh sitokin pro inflamasi TNF-α, INF-γ dan IL-1β yang mencegah penyimpanan
asam lemak pada jaringan adiposa dan menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas dan
gliserol dalam sirkulasi.
Daftar Pustaka

Limpens, M. (2018) ‘Kanker’, PodoPost, 31(2), pp. 5–5. doi: 10.1007/s12480-018-0030-x.

Nurul, mas’ud waqiah (2013) ‘faktor-faktor yang memengaruhi sisa makanan pasien kanker di

RSUD Tugurejo Semarang’, Repository Unimus, 53(9), pp. 1689–1699. Available at:

http://repository.unimus.ac.id/430/3/12. .

Caesandri, S. D. P. & Adiningsih, S. Peranan Dukungan Pendamping Dan Kebiasaan Makan

Pasien Kanker Selama Menjalani Terapi. Media Gizi Indones.10, 157–165 (2015).

Cresci, Gail. 2005. Nutrition Support For The Critically Ill Patient A Guide To Practice. Taylor Dan

Francis Group. Hal:580-583

Darmawan & Adriani. 2019. Status Gizi, Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Pasien

Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.DOI:

10.2473/amnt.v3i3.2019.149-157.

Fuadiyah, dkk. 2017. Buku ajar Gizi dan Kanker. Malang : UB Press.

Habsari, A., Pradigdo, S. F. & Aruben, R. Hubungan beberapa faktor gizi dan kemoterapi dengan

status gizi penderita kanker. J. Kesehat. Masy.5, 593– 599 (2017). Persatuan Ahli Gizi Indonesia

& Asosiasi Dietisien Indonesia. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi; editor: S.A. Budi Hartati, Ed.

4. Jakarta: EGC.

WHO. Cancer Report 2018. (2018)

Marischa, S., Angraini, D. I., & Putri, G. T. (2017). Malnutrisi pada pasien kanker. MEDULA,

medicalprofession journal of lampung university, 7(4), 107-111.

Hariani, R. (2007). Kecukupan nutrisi pada pasien kanker. Indonesian journal of cancer, 1(4).

Anda mungkin juga menyukai