Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GAGAL JANTUNG


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Ns. Puji Purwaningsih S.Kep., M.Kes.

Di Susun Oleh :
1. Afia Malinda Era Karim 011191004
2. Risma Meinanda 011191002
3. Indah Puspita P 011191029
4. Yulianus Degey 011191109

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


2022/2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas pengetahuan tentang “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gagal Jantung”
yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai rintangan baik yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.

Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada Ibu Ns. Puji
purwaningsih S.Kep.,M.Kes deosen Keperawatan Gerontik yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya
menyadari makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Walaupun makalah ini kurang sempurna namun memiliki detail yang cukup
jelas dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik. Dan semua pihak yang
telah membantu penyusunan menyelesaikan makalah ini.

Ungaran,, 2022
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Gejala yang muncul sesuai dengan
gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan, terjadi di dada karena
peningkatan kebutuhan oksigen (Mansjoer, 2012). Gagal jantung merupakan
salah satu penyakit jantung yang angka kejadiannya di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Berdasarkan Hasil Riskesdas Kemenkes RI (2013),
prevalensi penyakit jantung coroner di Indonesia mencapai 0,5% dan gagal
jantung sebesar 0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
Gagal jantung merupakan penyakit primer pada orang berusia lanjut,
mengenai 6% sampai 10% orang berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit ini juga
merupakan kasus terbanyak yang menyebabkan orang berusia lanjut dirawat di
rumah sakit. Gagal jantung kongestif menyebabkan suplai darah ke paru-paru
menurun dan darah tidak masuk ke jantung. Keadaan ini menyebabkan
penimbunan cairan di paru-paru, sehingga menurunkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Salah satu intervensi keperawatan pada penderita gagal jantung
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi adalah pemberian oksigen.
Pemberian oksigen adalah bagian integral dari pengelolaan untuk pasien
yang dirawat di rumah sakit, khususnya pasien yang sedang mengalami
gangguan pernapasan yaitu untuk mempertahankan oksigenasi dalam tubuh.
Pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari udara ruangan
digunakan untuk mengatasi atau mencegah hipoksia (Syandi, 2016).
2. Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui definisi gagal jantung
b. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung
c. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung
d. Untuk mengetahui macam-macam gagal jantung
e. Untuk mengetahui diagnosis gagal jantung
f. Untuk mengetahui pencegahan gagal jantung
g. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gagal Jantung pada Lansia
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI GAGAL JANTUNG


Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat
dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelahatas
(atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalamsatuarah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung melemah sehingga tidak
mampu memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat terjadi
pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah
kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) bebanawal
dan beban akhir.

B. ETIOLOGI GAGAL JANTUNG


Menurut beberapa penelitian penyakit jantung disebabkanolehbeberapa hal
yaitu:
1. usia,
2. jenis kelamin,
3. konsumsi garam berlebihan,
4. keturunan,
5. stress,
6. obesitas,
7. olahraga tidak teratur,
8. merokok,
9. konsumsi alcohol dan kopi berlebihan,
10. hipertensi.

C. PATOFISIOLOGI GAGAL JANTUNG


Pada gagal jantung terjadi suatu kelainan multisistemdimana terjadi
gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistemsaraf
simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik
terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan
cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi
neurohormonal, sistem Renin–Angiotensin– Aldosteron (system RAA) serta
kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki
lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga. Patogenesis gagal
jantung cukup rumit dan melibatkan respons neurohormonal serta remodelisasi
ventrikel akibat jejas pada jantung dan di luar jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan berbagai penyakit dasar pada jantung maupun di luar jantung.
Hipertensi dan penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung, sedangkan obesitas dan diabetes mellitus juga diketahui meningkatkan
risiko kejadian gagal jantung.

D. MACAM-MACAM GAGAL JANTUNG


1. Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala
atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan
atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa
disfungsi sistolik atau disfungsi diastolic. Diagnosis gagal jantung akut
ditegakkan berdasarkan gejaladan penilaian klinis, didukung oleh
pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto thoraks, biomarker dan
ekokardiografi Doppler. Pasien segera diklasifikasikan apakah disfungsi
sistolik atau disfungsi diastolik.
2. Gagal Jantung Kronik
Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi, dimanaterdapat kegagalan
jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Gagal
jantung kronis juga di definisikan sebagai sindroma klinik yang komplek
yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatique baik dalam
keadaan istirahat maupun beraktifitas

E. DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG


Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan
pemeriksaanfisik dan penunjang. Gejala yang didapatkan pada pasien dengan
gagal jantung antara lain sesak nafas, edema paru, peningkatan JVP,
hepatomegali , edema tungkai. Pada pemeriksaan foto toraks seringkali
menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila
gagal jantung sudah kronis.
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada
sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T,
hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia. Ekokardiografi harus dilakukan
pada semua pasien dengan dugaanklinis gagal jantung.

F. PENGOBATAN GAGAL JANTUNG


Metode pengobatan gagal jantung akan disesuaikan dengan usia pasein,
penyebab dan tingkat keparahannya, serta penyakit lain yang menyertai. Metode
pengobatan gagal jantung dapat berupa :
1. Membatasi aktivitas fisik yang dapat menyebabkan kelelahan
2. Mengurangi konsumsi garam, kafein, alkohol
3. Obat-obatan
a. Diuertik, untuk mencegah pengumpulan cairan di dalam tubuh.
b. Penghambat beta, untuk memperlambat jantung dan menurunkan
tekanan darah.
c. ACE inhibitor, untuk menguranggi ketegangan pada pembuluh darah,
menurunkan tekanan darah, dan melancarkan aliran darah.
d. Digoxin, untuk meningkatkan kekuatan otot jantung.
e. Ivabradine, untuk memperlambat laju denyut jantung.
4. Operasi
5. Pemasangan implant
a. Alat pacu jantung
b. Implantable cardioverte-defibrillator
c. Left ventricular assist device

G. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG ADA LANSIA


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
2) Tanda – tanda vital
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau
takikkardi)
c) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien :
respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas d) Suhu
Badan Metabolisme menurun, suhu menurun.
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata : konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut : apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka : ekspresi, pucat
f) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada : gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta
kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit,
edema, clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus
cordis (normal : ICS ke5)
(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel
(3) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari
bilik pada permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan
arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira
pada permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah
daripada BJ I)
2. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
1) Hubungan antar keluarga
2) Hubungan dengan orang lain
b. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan – pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah emosional
meliuti :
1) Apakah klien mengalami susah tidur ?
2) Apakah klien merasa gelisah ?
3) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir ?
c. Pengkajian Kungsional Klien

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian
dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, F dan G

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik
jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap
lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin
meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :
1) Penurunan curah jantung bd perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif bd penurunan reflek batuk,
penumpukan secret
5. Perencanaan/Intervensi

N Diagnose keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Penurunan curah Setelah 1.Auskultasi 1.Biasanya terjadi
jantung bd perubahan diberikan nadi apical, takikardi
kontraktilitas asuhan observasi
miokardial/perubahan keperawatan frekuensi,
inotropik diharapkan irama
2. S1 dan S2 mungkin
tanda vital jantung lemah karena
dalam batas 2.Catat menurunnya kerja
pompa jantung.
yang dapat bunyi
diterima jantung.
3.Penurunan curah
(disritmia jantung dapat
menunjukkan
terkontrol
menurunnya nadi
atau hilang) 3. Palpasi radial,
popliteal,dorsalis,pedis
dan bebas nadi perifer
dan postibial.
gejala gagal
4.Pada Gagal jantung
jantung. dini, sedang atau
4.Pantau kronis, tekanan darah
KRITERIA Tekanan dapat meningkat
HASIL: Darah sehubungan dengan
meningkatnya kerja
-Melaporkan
jantung.
penurunan
5. pucat menunjukkan
episode menurunnya perfusi
dispnea, perifer sekunder
5. kaji kulit
terhadap tidak
angina. terhadap
adekuatnya curah
pucat dan
-Ikut serta jantung.
sianosis
dalam
aktivitas
yang
mengurangi
beban kerja
jantung
2 Bersihan jalan nafas Setelah 1.Auskultasi 1.Beberapa derajt bunyi
tidak efektif bd diberikan bunyi nafas. nafas redup dengan
penurunan reflek askep Catat adanya ekspirasi mengi
batuk, penumpukan diharapkan bunyi nafas, (emfisema) atau tidak
secret kepatenan missal adanya bunyi nafas
jalan nafas mengi, (asma berat).
klien terjaga krekels,
dengan ronki. 2.Takipnea biasanya
ada pada beberapa
KRITERIA 2.Pantau derajat dan dapat
HASIL frekuensi ditemukan selama
• RR dalam pernafasan. distress.
batas normal Catat rasio
• Irama inspirasi dan 3. sudut posisi tidur 45
nafas dalam ekspirasi. derajat akan lebih
batas normal membantu menurunkan
• Pergerakan 3.Ajarkan kosumsi oksigen dan
sputum klien posisi meningkatkan ekspansi
keluar dari fowler paru-paru maksimal.
jalan nafas dengan
• Bebas dari sudut 45 4.Memberikan klien
suara nafas derajat beberapa cara untuk
tambahan mengatasi dan
mengontrol dispnea.

5.Hidrasi air membantu


menurunkan kekentalan
4.Dorong/ secret, mempermudah
bantu latihan pengeluaran secret.
nafas
abdomen
atau bibir

5.Memberik
an air
hangat.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Demikian atas ulasan dari makalah ini untuk memperjelas dalam
pembahasan Dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung. Bidang apabila ada kekeliruan atau tidak jelasnya dalam
membuat makalah ini dapat menghubungi penyusun, dan apabila ada
kekurangan dari materi ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam
memperbaiki makalah ini.

2. SARAN
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling
sering terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka
mortalitas, morbiditas dan juga berdampak secara finansial terutama bagi
lanjut usia. Rehospitalisasi merupakanmasalah umum yang sering terjadi
pada pasien gagal jantung yang sebagain besar disebabkan oleh
keterlambatan dalam pengenalan gejala, pengobatan dan ketidakpatuhan
diet serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai