Dosen pengampu :
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena anugerah dari-Nya kelompok 4 dapat
menyelesaikan makalah tentang “Askep Pada Lansia Dengan Masalah Pemenuhan
Kebutuhan Sirkulasi (HT), Cronic Heart Failure (CHF), Cerebrovascular Accident (CVA)”
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu
Nabi Muhammad SAWyang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kelompok 4 selalu bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas mata kuliah keperawatan gerontik.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui Askep Pada Lansia Dengan Masalah
Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi (HT), Cronic Heart Failure (CHF), Cerebrovascular
Accident (CVA). Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kelompok 4 sampaikan
dan apabila ada kata-kata yang tidak sopan tolong dimaafkan sebesar-besarnya.
Demikian yang dapat kelompok 4 sampaikan , semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
diperbaiki.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
H. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya pasien dengan CHF muncul tanda dan gejala yang berbeda
disetiap letak gagal jantungnya seperti pada gagal jantung ventrikel kanan
mempunyai tanda dan gejala edema, anoreksia, mual, asites, dan sakit daerah perut.
Sedangkan pada gagal jantung ventrikel kiri mempunyai tanda dan gejala badan
lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, anoreksia, dan keringat
dingin. Jika tanda dan gejala tersebut tidak dapat diatasi dengan cepat dan tepat,
maka akan terjadi komplikasi, seperti: hepatomegali, edema paru, hidrotoraks, syok
kardiogenik, dan tamponade jantung (Kasron, 2012; LeMone, 2016).
Dari uraian prevalensi diatas terlihat kasus stroke pada lansia terus
meningkat. Ini dikarenakan kecenderungan stroke pada orang lanjut usia terjadi
sebenarnya karena gaya hidup orang lanjut usia pada saat masih muda. Perawat perlu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Cara yang paling penting
untuk menurunkan morbiditas, morbilitas dan disabilitas yang berhubungan dengan
stroke adalah untuk mengurangi insidensi stroke yang pertama kali dan terjadinya
kembali stroke. Dari aspek promotif memberikan pendidikan kesehatan merupakan
suatu komponen yang sangat penting. Pendidikan kesehatan ditunjukan ke arah gaya
hidup sehat, seperti mengurangi merokok yang berisiko tinggi terhadap terjadinya
penyakit kardiovaskuler, diet rendah lemak, garam, gula serta memberikan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri. Aspek preventif dengan
cara memonitor tanda-tanda vital secara rutin, latihan secara teratur seperti senam
stroke yang menjadi suatu komponen penting dari jadwal lansia. Menganjurkan
menjaga personal hygiene dapat juga berperan sebagai pencegahan untuk mencegah
terjadinya gangguan perawatan diri. Aspek kuratif yaitu dengan berkolaborasi
pemberian obat-obatan seperti antihipertensi, antikoagulan serta antikonvulsan dan
membantu dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri sehari-hari. Aspek
rehabilitatif yaitu dengan melakukan latihan-latihan fisik tertentu, seperti fisioterapi
manual seperti melakukan Range Of Motion (ROM) ekstermitas secara
berkelanjutan (Stanley, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan stroke pada
lansia?
2. Apa saja klasifikasi penyakit hipertensi, gagal jantung kongestif, dan stroke pada
lansia?
3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi, gagal jantung kongestif, dan
stroke pada lansia?
4. Apa saja tanda dan gejala hipertensi, gagal jantung kongestif, dan stroke pada
lansia?
6. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi, gagal jantung kongestif,
dan stroke?
9. Apa saja rencana tindakan yang dibutuhkan pada lansia denagn hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan stroke?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
d. Mampu dan mengetahui tanda dan gejala pada pasien lansia dengan
hipertensi, gagal jantung kongestif, dan stroke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi stroke
1. Stroke Hemoragik
b. Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata,
ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di
Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk
wanita. Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4%
wanita. Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan
13,7% wanita.
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis yang
dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah jantung
dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk
memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada tekanan vena
sentral normal.
Etiologi Cerebrovaskuler Accident (CVA)
Penyebab stroke pada lansia disebabkan karena menurunnya fungsi
pembuluh darah pada sistem neurologi akibat usia yang semakin bertambah. Aliran
darah ke otak bisa menurun dengan beberapa cara. Pecahnya arteriosklerotik kecil
yang menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Perdarahan lazimnya besar,
tunggal dan merupakan bencana. Perdarahan akibat dari aneurisma kongenital,
arteriovenosa, aau kelainan vaskular lainnya, trauma, aneurisma mycotic, infrak otak
(infrak hemoragik), primer atau metastasis tumor otak, antikoagulasi berlebihan,
dyscrasia darah, perdarahan atau gangguan vaskulitik jarang terjadi. Iskemia terjadi
ketika suplai darah ke bagian dari otak terganggu atau tersumbat total. Kemampuan
bertahan yang utama pada jaringan otak yang iskemik bergantung pada lama waktu
kerusakan ditambah dengan tingkatan gangguan dari metabolism otak. Iskemia
biasanya terjadi karena trombosis atau embolik. Stroke yang terjadi karena trombosis
lebih sering terjadi dibandingkan karena embolik (Black, 2014).
D. Tanda dan Gejala Hipertensi, Gagal Jantung Kongestif, serta Stroke Pada
Lansia
Tanda dan gejala hipertensi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung,
1995)
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemah, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun
Tanda dan Gejala Congestif Heart Failure (CHF)
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri
1) Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu
pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea (kesulitan bernafas
saat berbaring) yang dinamakan paroksimal nokturnal dispnea
(PND).
2) Mudah lelah
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah
batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam
jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan pada
bronki.
5) Denyut jantung cepat (Takikardi)
E. Patofisiologi Hipertensi, Congestif Heart Failure (CHF), Dan Stroke Pada Lansia
Patofisiologi hipertensi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
pada organ organ seperti jantung.
Patofisiologi gagal jantung kongestif
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel
dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak
adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
Patofisiologi stroke
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal
dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis
dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest.
F. Komplikasi
Kompliasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain dalam
tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa menimbulkan
penyakit-penyakit serius, seperti:
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi
a) Penatalaksanaan non Farmakologis
- Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurusan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah disertai dengan penurunan
aktifitas rennin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma.
- Aktifitas Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan serta
berjalan, jogging atau berenang.
b) Penatalaksanaan farmakologis
Sesuai dengan rekomendasi WHO / ISH dengan mengingat kondisi pasien,
sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut :
- Mulai dosis rendah yang bersedia, naikkan bila respon belum optimal,
contoh : agen beta bloker ACE.
- Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis
tinggi. Contoh : diuretik dengan beta bloker.
- Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping
ganti DHA yang lain.
- Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan.
- Pasien dengan DM dan insufisiensi ginjal terapi mulai lebih dini yaitu
pada tekanan darah normal tinggi ( Suyono, 2001 ).
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif
Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:
1. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan
mengurangi edema
3. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh
4. Terapi Diuretik
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air
dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat,
volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan
volume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Sedatif
Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada
klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat
Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat yang ketat merupakan tindakan
penanganan gagal jantung.
Penatalaksanan stroke
H. Asuhan Keperawatan
3.