Nama Mahasiswa
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
inidapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasihatas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baikmateri maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyakkekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................
DAFTAR ISI.................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................
A. Latar Belakang..........................................
B. Rumusan Masalah.......................................
C. Tujuan................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................
A. Kesimpulan..............................................
B. Saran...................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit
melaluiidentifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
Organization(WHO), 2016). Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk
dalam perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%,
kanker34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan
memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 jutaorang
meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif.Kebanyakan
orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan
usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, padausia 0-14 tahun yaitu 6%.
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu
BenuaPasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014). Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung
dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).Penyakit dengan perawatan pali
atif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016)
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan
psikososial,emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan
yangtepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien.
Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan
terapi lain danmenggunakan pendekatan tim kesehatan yang serius. CHF (Congestive
Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan dalam sistem kardiovaskular,
yang angkakejadiannya terus meningkat. Menurut data WHO dilaporkan bahwa ada
sekitar 3000warga Amerika Serikat menderita CHF. Menurut American
Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika
Serikat yang menderita gagal jantung (Padila, 2012). Penderita gagal jantung di Indonesia
pada tahun 2012menurut data Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita
yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Resiko kematian yag diakibatkan oleh CHF
adalah skitar 5-10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi
3040% pada gagl jantung berat. Menurut penelitia, sebagian besar lansia yang didiagnosi
s menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak, 2011)
1.2. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami definisi dan perawatan paliatif.
b. Mengetahui dan memahami definisi dari gagal jantung kongestif.
c. Mengetahui dan memahami klasifikasi gagal jantung kongestif.
d. Mengetahui dan memahami manifestasi pada gagal jantung kongestif.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan gagal jantung kongestif
f. Mengetahui dan memahami perawatan paliatif pada gagal jantung kongestif.
BAB II
PEMBAHASAN.
A. Definisi Perawatan Paliatif
d. Stage D
Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan ataupunintervensi
khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan istirahat,serta pasien yang perlu
dimonitoring secara ketat.
The New York Heart Association (Yancy et al., 2013) mengklasifikasikan gagal
jantung dalam empat kelas, meliputi :
a. Kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
tidakmenyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
b. Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normalmenyebabkan
kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild CHF)
c. Kelas III
Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja
mampumenimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
d. Kelas IV
Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang berat
(severe CHF).
Aktivitas akan melatih kekuatan otot jantung sehingga gejala gagal jantung
semakin minimal. Aktivitas ini akan dapat dilakukan secara informal dan lebih efektif
apabila dirancang dalam program latihan fisik yang terstruktur (Nicholson, 2007).
Aktivitas latihan
fisik pada pasien dengan gagal jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik
tubuh, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan
dan membantu pasien untuk dapat kembali beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami
gangguan jantung (Arovah, 2010).
Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu pilihan latihan
fisik dan alternatif solusi rendahnya partisipasi pasien mengikuti latihan fisik. Pasien
yang stabil dan dirawat dengan baik dapat memulai program home based exercise
training setelah mengikuti tes latihan dasar dengan bimbingan dan instruksi.
Tindak lanjut yang sering dilakukan dapat membantu menilai
manfaat program latihan di rumah, menentukan masalah yang tidak terduga, dan akanme
mungkinkan pasien untuk maju ke tingkat pengerahan yang lebih tinggi jika tingkat kerja
yang lebih rendah dapat ditoleransi dengan baik (Piepolli, 2011).
1. Mendengarkan Murrotal
Gelombang suara dari pembacaan ayat Al Quran akan masuk melalui telinga,
kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta
menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea. Selanjutnya melalui saraf Koklearis
menuju ke otak. Tiga jaras Retikuler yang berperan dalam gelombang suara yaitu jaras
retikuler-talamus, hipotalamus.
Gelombang suara diterima langsung oleh Talamus yaitu suatu bagian otak yang
mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak
yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kemudian melalui Hipotalamus
memengaruhi struktur basal forebrain termasuk sistem limbik. Hipotalamus merupakan
pusat saraf otonom yang mengatur fungsi perna-pasan, denyut jantung, tekanan darah,
pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Selanjutnya, melalui akson
neuron berdifusi mempersarafi neo-korteks (Qadri, 2003).
I. Peran Perawat Dalam Penatalaksanaan Proses Perawatan Paliatif Menurut Matzo dan
Sherman (2006) dalam Ningsih (2011) peran perawat paliatif meliputi:
a. Praktik di Klinik
b. Pendidik
c. Peneliti
e. Penasihat (Consultan)
Perawat berkolaborasi dan berdiskusi dengan dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk
menentukan tindakan yang sesuai dalam pertemuan/rapat tentang kebutuhan-kebutuhan pasien
dan keluarganya. Dalam memahami peran perawat dalam proses penatalaksanaan perawatan
paliatif sangat penting untuk mengetahui proses asuhan keperawatan dalam perawtan paliatif.
Asuhan keperawatan paliatif merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien paliatif dengan menggunakan
pendekatan metodologi proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi
etika profesi dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab perawat yang mencakup seluruh
proses kehidupan, dengan pendekatan yang holistic mencakup pelayanan
biopsikososiospiritual yang komprehensif, dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (Ilmi, 2016)
Kongestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di mana kelainan
fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan
pengisian (Fachrunnisa & dkk, 2015). Umumnya pasien yang mengalami penyakit ini yang
sudah berada pada fase akhir sulit untuk melakukan aktivitas dan biasanya pasien sudah tidak
kooperatif lagi untuk melakukan berbagai macam hal dalam proses penyembuhan, sehingga
diperlukan peranana perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga pasien dalam
proses menjelang ajal dalam keadaan damai.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca makalah ini mengetahui hal apa saja yang dapat dilakukan
dalam melakukan penanganan pada pasien yang menderita penyakit terminal, pasien menjelang
ajal. seorang perawat harus senantiasa memperbarui ilmu pengetahuannya sehingga ketika turun
di lapangan seorang perawat tersebut mampu mengaplikasikannya dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arovah, N. I. (2010). Program Latihan Fisik Rehabilitatif pada Penderita Gagal Jantung.
Medikora (Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga), Vol. 6, No. 1, 11-22. Balady, G. (2007). Core
Components of cardiac rehabilitation/secondary prevetion
Ilmi, N. (2016). Analisi Perilaku Perawat dalam Melakukan Perawatan Paliatif Pada pasien
Gagal Ginjal Kronik Du RSI Faisal Makassar Dan RSUD Labuang Baji Makassar. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 66-72.
Jaarsma, T. e. (2009). Palliative care in heart failure: a position statement from the palliative care
workshop of the Heart Failure Association of the European Society of Cardiology. European
Journal of Heart Failure, 433-443.
McPhee, S. J. (2010). Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta: EGC.
Nicholson, C. (2007). Heart Failure, A Clinical Nursing Handbook. John Willey &
Sons.
Piepolli, M. F. (2011). Exercise training in heart failure: from theory to practice. A consensus
document of the Heart Failure Association and the European Association for Cardiovascular
Prevention and Rehabilitation. European Journal of Heart Failure, Volume 13, Issue 4, 347-357.
Rilla, E. (2014). Terapi Murttal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri Dibandingkan Terapi Musik
Pada Pasien Pasca Bedah. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, No.2, Juli 2014, hal 74-80,
74-80.