KEPERAWATAN PALIATIF
Disusun Oleh:
Kelompok 3
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat Rahmat dan karunia-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah seminar yang berjudul
‘Perawatan Paliatif Care pada Penderita ‘ Gagal Jantung Kronis’ ini dengan tepat pada
waktunya. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini
kami susun berdasarkan beberapa sumber buku, jurnal yang telah kami peroleh. Kami
berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang saran dan kritik untuk penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari
rekan-rekan pembaca serta penulis untuk penyempurnaan pada tugas makalah-makalah
berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan penyakit kardiovaskuler yang mengakibatkan tingginya
angka mortalitas, morbiditas, dan berdampak secara finansial. Pengalaman pasien
gagal jantung menunjukkan sikap yang beragam dalam melaksanakan perawatan
mandiri. Pentingnya perawatan mandiri yang dilakukan oleh pasien merupakan faktor
pendukung dalam proses pengobatan, lingkungan sosial seperti
keluarga dan masyarakat juga memiliki peran penting untuk meningkatkan motivasi
bagi pasien selain informasi yang didapatkan dari pelayanaan kesehatan. Studi
literatur ini bertujuan untuk mengambarkan perawatan diri yang dapat dilakukan pada
pasien gagal jantung untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas
hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, derajat NYHA, dan manajemen diri. Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara perawatan diri dengan peningkatan kualitas hidup. Perawatan diri
yang dapat dilakukan pada pasien gagal jantung antara lain teratur minum obat,
olahraga secara rutin, dan menurunkan konsumsi garam dalam diet. Terdapat
peningkatan kualitas hidup pada pasien gagal jantung yang melakukan perawatan diri
secara mandiri. Pasien gagal jantung perlu diberikan metode perawatan diri yang
beragam, agar kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat sehingga pasien
memiliki harapan hidup yang lebih baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen perawatan pada pasien dengan penyakit End Stage
Heart Failure atau Gagal Jantung.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui definisi dari End Stage Heart Failure
b) Mengetahui etiologi dari End Stage Heart Failure
c) Mengetahui manifestasi klinis dari End Stage Heart Failure
d) Mengetahui penatalaksanaan dari End Stage Heart Failure
e) Mengetahui manajemen perawatan pada pasien dengan End Stage
Heart Failure
f) Mengetahui pencegahan dari End Stage Heart Failure
g) Mengetahui komplikasi dari End Stage Heart Failure
BAB II
TINJAUAN TEORI
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung dapat diperhatikan secara relatif dari derajat
latihan fisik yang diberikan. Pada pasien gagal jantung, toleransi
terhadap latihan fisik akan semakin menurun dan gejala gagal jantung akan muncul
lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Gejala awal yang umumnya terjadi pada
penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak napas), mudah lelah dan adanya
retensi cairan. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu kondisi mendadak
bangun karena dyspnea yang dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND
merupakan salah satu manifestasi yang spesifik dari gagal jantung kiri.Backward
failure pada sisi kanan jantung dapat meningkatkan tekanan vena jugularis
Penimbunan cairan dalam ruang interstisial dapat menyebabkan edema dan jika
berlanjut akan menimbulkan edema anasarka.Forward failure pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ tubuh seperti kulit pucat dan
kelemahan otot rangka. Makin menurunnya curah jantung dapat isertai insomnia,kege
lisahan, dan kebingungan. Bahkan pada gagal jantung kronis yang berat, dapat terjadi
kehilangan berat badan yang progresif.
F. Penalataksanaan
Terapi yang dilakukan kepada pasien gagal jantung dilakukan agar pen
derita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa mem
perbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakuk
an melalui tiga segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangk
an faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung, dan mengobati gagal jantun
g.Terapi bagi penderita gagal jantung berupa terapi non-farmakologis dan terapi fa
rmakologis. Tujuan dari adanya terapi yakni untuk meredakan gejala, memperlambat
perburukan penyakit, dan memperbaiki harapan. Terapi non-farmakologi pada pend
erita gagal jantung berbentuk manajemen perawatan mandiri. Manajemen perawatan
mandiri diartikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas f
isik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala a
wal perburukan gagal jantung. Manajemen perawatan diri berupa ketaatan berobat, pe
mantauan berat badan, pembatasan asupan cairan,pengurangan berat badan (stadium
C), pemantauan asupan nutrisi, dan latihan fisik. Terapi non-farmakologis juga dapat
dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah garam dan rend
ah kolesterol, tidak merokok, dan dengan melakukan olahraga.Sedangkan terapi farma
kologis bertujuan untuk mengatasi gejala akibat gagal jantung, contohnya kongesti da
n mengurangi respon kompensasi. Salah satu mekanisme respon kompensasi digamba
rkan dengan model neurohormonal. Adanya aktivasi neurohormonal akibat norepi
nefrin, angiotensin II, aldosteron, vasopressin, serta beberapa jenis sitokin meni
mbulkan respon kompensasi yang memperburuk kondisi gagal jantung. Oleh sebab
itu, pengobatan pada pasien gagal jantung biasanya memiliki mekanisme kerja yang b
erkaitan dengan aktivitas neurohormonal.Selain untuk mengurangi gejala, terapi fa
rmakologis juga digunakan untuk memperlambat perburukan kondisi jantung dan men
gatasi terjadinya
kejadian akut akibat respon kompensasi jantung. Adapun biasanya pengobatan baik u
ntuk gagal jantung diastolik maupun sistolik adalah sama. Golongan obat-obatan yan
g digunakan adalah diuretik, antagonis aldosteron, ACE-inhibitor (Angiotensin-
Converting Enzyme inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), beta blocker,
glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, bypiridine, dan natriuretic peptide.Urutan
terapi pada pasien gagal jantung biasanya diawali dengan diuretik untuk meredaka
n gejala kelebihan volume. Kemudian, ditambahkan Angiotensin Receptor Blocker
atau ARB jika ACE-inhibitor tidak ditoleransi. Namun, penambahan ARB dilakuka
n hanya setelah terapi diuretik diberikansecara optimal. Dosis diatur secara bertahap h
ingga dihasilkan curah jantung optimal. Beta blockersdiberikan setelah pasien stabi
l dengan pemberian ACE-inhibitor. Sedangkan glikosida jantung (digoxin)
diberikan jika pasien masih mengalami gagal jantung meskipun telah diberikan terapi
kombinasi.
G. Manajemen Perawatan
Pasien dengan gagal jantung akan mengalami penurunan kualitas hidup dikare
nakan pada penderita gagal jantung muncul perasaan lelah pada otot tungkai dan men
girimkannya ke jantung dan otak. Pasien gagal jantung sering ditemukan kehilangan
memori atau perasaan disorientasi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan jumlah zat
tertentu didalam darah, seperti sodium yang dapat menyebabkan penurunan kerja imp
uls saraf. Hal tersebut bila terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan penurunan
kualitas hidup (AHA, 2017). Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang mengungk
apkan bahwa program pemberian asuhan keperawatan pendidikan suportif yang dilak
ukan selama 12 mingguefektif dalam mengurangi kelelahan dan meningkatkan kualita
s hidup pada pasien gagal jantung (Wanget al., 2016). maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien gagal jantung yang melakukan
perawatan diri secara mandiri. Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, derajat NYHA,dan
manajemen diri. Dalam upaya memperbaiki keberhasilan terapi yang diberikan,
pengendalian faktorresiko sangat diperlukan, terutama pada faktor resiko yang dapat
dimodifikasi, seperti tingkat depresi,dukungan keluarga, dan manajemen perawatan
diri.Pasien gagal jantung yang memiliki kualitas hidup yang rendah akan
memperlambat prosespemulihan fungsional dan menurunkan kualitas hidupnya. Oleh
karena itu, pasien gagal jantung diharapkan bisa memahami keterbatasan fisiknya dan
menerima perubahan-perubahan yang dialami dalam kehidupanya sekarang dan
keluarga disarankan untuk lebih memperhatikan kebutuhan pasien gagal jantung,
lebih memahami dan mengerti kondisi yang dialami pasien gagal jantung, serta
selalumemberikan dukungan kepada pasien gagal jantung. didapatkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien gagal jantung dalam
perawatan secara mandiri. Faktor tersebut tidak hanya edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan. Ada faktor yang lain yang berpengaruh seperti pengalaman dan
keterampilan, dukungan, motivasi, kebiasaan, keyakinan dan nilai budaya,
kemampuan fungsional dan kognitif, pengetahuan, kepercayaan, serta akses ke tempat
perawatan. Derajat menurut NYHA memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
kualitas hidup pasien gagal jantung. Klasifikasi kelas fungsional jantung berdasarkan
klasifikasi NYHA I, II, III dan IV merupakan salah satu sistem untuk menilai status
fungsional penderita gagal jantung. Derajat NYHA yaitu sebuah ukuran gejala yang
ditimbulkan akibat gagal jantung berupa gejala fisik seperti adanya sesak napas,
dypnea, cepat lelah, dan edema. Kondisi fisik ini sangat mempengaruhi kemampuan
dan fungsi pasien sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien (Kristinawati
& Khasanah, 2019).Faktor lainnya yang juga berhubungan dengan kualitas hidup
adalah jenis kelamin dan pekerjaan. Jenis kelamin laki-laki memiliki hormon estrogen
yang lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Hormon tersebut akan semakin
berkurang jumlahnya ketika sudah memasuki usia menoupose. Hormon estrogen
dapat memberikan efek proteksi atau perlindungan didalam aliran darah dari jantung
ke seluruh tubuh atau sebaliknya. Sehingga ketika memasuki masa menoupause, baik
perempuan maupun laki-laki memiliki peluang yang sama mengalami gangguan
kardiovaskuler (Utomoet al., 2019). Seseorang yang memiliki pekerjaan berat yang
dilakukan secara terus-menerus dan kurang beristirahat dapat meningkatkan beban
kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kessing et al., 2017). Pendidikan
memiliki hubungan positif terhadap kualitas hidup yang menyatakan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula kualitas hidup pasien. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki maka semakin mudah pula menerima informasi yang diberikan. Karena
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mudah menyerap
informasi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada seseorang yang tingkat
pendidikanya lebih rendah (Pudiarifanti et al., 2015). Pendidikan berpengaruh
terhadap daya tangkap dan kemampuan seseorang dalam memahami pengetahuan
yang diperoleh dalam penerimaan informasi, dalam hal ini informasi mengenai gagal
jantung, dimana responden yang berpendidikan lebih tinggi akan semakin mudah
untuk menerima informasi. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap upaya
seseorang dalam memperoleh sarana kesehatan, mencari pengobatan untuk penyakit
yang dideritanya, dan mampu memilih serta memutuskan tindakan yang dijalani
untuk mengatasi masalah kesehatanya (Purnamawati et al.,2018).
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. A umur 25 tahun di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap di ruang
ICU,dengan alat bantu nafas ,diagnose medispasien yaitu gagal jantung kelas IV
Pasien mengeluh sesak nafas , mudah lelah saat melakukan aktivitas, batuk, keluar
keringat dingin, kaki bengkak , hasil TTV; TD : 140/90 mmHg, N : 100x/menit, RR :
28x/menit, S : 36,5 ℃, pitting oedem derajat 2 kedalaman 3mm. Bagian leher
terdapat pembesaran vena jugularis.Tn. A mengtatakan sudah 1 di minggu di rawat di
Rumah Sakit, sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Fatimah
Cilacap selama 1 minggu, tapi pasien meminta pulang paksa.Saat di rumah selama 5
bulan terakhir pasien sering mengalami sesak nafas, disamping itu pasien tidak
merubah perilakunya yaitu masih merokok dan jarang minum obat yang di resepkan
dokter, padahal sebelumnya pasien sudah di beri tau bahwa dirinya menderita
penyakit gagal jantung dan harus rutin minum obat serta pasien juga belum berhenti
bekerja sebagai kuli bangunan . Lingkungan tempat tinggal pasien dekat dengan
pabrik holsim Dari pihak keluarga tidak tahu cara mengatasi sesak yang di alami
pasien , sehingga keluarga membawanya ke Rumah Sakit .Pada saat ini pasien terlihat
putus asa , pasien mengatakan cemas akan kondisinya sekarang yang semakin
memburuk serta pasien merasa bersalah kepada keluarganya karena ia sudah tidak
bisa bekerja dan menghidupi keluarganya .Pasien merasa hidupnya sudah tidak
berguna lagi dan pasien tidak pernah melakukan beribadah kepada Allah SWT selama
sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN
B.PENGKAJIAN FISIK
1.Tanda tanda vital pasien
TD: 140/90 mmHg
Suhu : 36,5℃
Respirasi (RR): 28x/menit
Nadi : 100x/menit
3.Kondisi Praktikal
a.Apakah ada kesulitan dalam bergerak, melakukan pekerjaan?Pasien mengatakan seb
elum sakit masih bisa melakukan aktifitas (bekerja), namunsetelah sakit pasien lebih b
anyak melakukan aktifitas di tempat tidur.
b.Apakah ada pikiran lain mengenai siapa yang merawat untuk hari kedepan,finansial?
Pasien mengatakan tidak memiliki saudara, yang dia harapkan hanya dariistrinya
4.Harapan Pasien
a.Apa harapan anda mengenai tujuan perawatan?Pasien mengatakan bahwa dengan di
lakukan perawatan ia berharap kondisinyayang sekarang cepat membaik
b.Tempat untuk perawatan? Rumah sakit, rumah, atau tempat lain?Pasien mengatakan
ia ingin di rawat di rumah saja agar tidak membebaniekonomi keluarganya
D.Kondisi Psikologis
1.Kondisi Pikiran dan Suasana Hati (mood)
a.Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan:Merasa putus asa atau merasa tidak b
erdaya?
Pasien mengatakan 1 bulan terakhir ia merasa putus asa, cemas karena penyakitnya ti
dak sembuh dan ia tidak bisa bekerja lagi untuk mengihidupikeluarganya
b.Kehilangan minat? Pasien mengatakan merasa sudah tidak mempunyai harapan hid
up, tidak berdaya
c.Apakah anda merasa depresi? (merujuk ke format Hamilton Anxiety Rating Scale(H
ARS))Pasien mengatakan ia sangat putus asa dan tidak tau harus melakukan apa.
d.Apakah anda merasa tegang atau cemas? (merujuk ke format Hamilton AnxietyRati
ng Scale (HARS))Pasien mengatakan ia merasa cemas karena kondisi sakitnya saat in
i dancemas karena ia tidak bisa menghidupi keluarganya.
f.Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?Pasien mengatakan ia sangat menghara
pkan sekali akan kesembuhannya.
Kondisi Psikologis
1.Kondisi Pikiran dan Suasana Hati (mood) a.Apakah dalam bulan terakhir anda mera
sakan:Merasa putus asa atau merasa tidak berdaya?
Pasien mengatakan 1 bulan terakhir ia merasa putus asa, cemas karena penyakitnya ti
dak sembuh dan ia tidak bisa bekerja lagi untuk mengihidupikeluarganya b.Kehilanga
n minat? Pasien mengatakan merasa sudah tidak mempunyai harapan hidup, tidak ber
daya c.Apakah anda merasa depresi? (merujuk ke format Hamilton Anxiety Rating Sc
ale(HARS))Pasien mengatakan ia sangat putus asa dan tidak tau harus melakukan apa.
d.Apakah anda merasa tegang atau cemas? (merujuk ke format Hamilton AnxietyRati
ng Scale (HARS))Pasien mengatakan ia merasa cemas karena kondisi sakitnya saat in
i dancemas karena ia tidak bisa menghidupi keluarganya.e.Apakah anda pernah meng
alami serangan panik? (merujuk ke format HamiltonAnxiety Rating Scale (HARS))Pa
sien mengatakan ia pernah mengalami serangan panic ketika sesak nafas itumuncul.f.
Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?Pasien mengatakan ia sangat mengharap
kan sekali akan kesembuhannya.
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Skor : 0 = Tidak ada 1 = Ringan 2 = Sedang 3 = Berat 4 = Berat sekaliTotal Skor : Ku
rang dari 14= Tidak ada kecemasan14 – 20 = Kecemasan ringan21 – 27 = Kecemasan
sedang28 – 41 = Kecemasan berat42 – 56 = Kecemasan berat sekali
NO Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2 Keterangan
Merasa tegang
Mudah menangis
Gelisah
Tidak bisa istirahat tenang
3 Ketakutan
Pada orang asing
Ditinggal sendiri
4 Gangguan tidur
Tidak nyenyak
5 Perasaan depresi
Sedih
8 Gejala kardiovaskuler
Nyeri di dada
Detak jantung menghilang (berhenti)
9 Gejala respiratori
Nafas pendek atau sesak
Sering menarik nafas
Rasa tertekan atau sempit di dada
10 Gejala otonom
Pusing
Sakit kepala
Mudah berkeringat
2. Penyesuaian Terhadap SakitApa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali den
gan hati-hati ekspektasi pasienPasien mengatakan sudah paham mengenai, tetapi pasie
n masih belum percayadengan kondisinya saat ini.
3.Sumber – sumber dan Hal yang MenguatkanApakah sumber dukungan anda? Misal
nya: orang-orang, hobi, iman dan kepercayaanPasien mengatakan sumber dukungan d
ari keluarganya
Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol) Adakah masalah psikologis, sosi
al, spiritual yang dialami yang berkontribusiterhadap gejala yang dialami?
Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah marah karena tidak percaya dengan
kondisi yang di alami saat ini
Sakit Sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risikostress psi
kologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan mental
harapan)
Apa yang memberi anda harapan (atau kekuatan, nyaman, dan damai) pada saat sakit?
Pasien mengatakann yang membuatnya semangat yaitu anak anaknya ,namun saat dir
umah sakit anak terakhirnya tidak di perbolehkan untuk masuk ke ruang rawat karena
ketentuan rumah sakit.
2.Penyesuaian Terhadap SakitApa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali deng
an hati-hati ekspektasi pasienPasien mengatakan sudah paham mengenai, tetapi pasien
masih belum percayadengan kondisinya saat ini.
3.Sumber – sumber dan Hal yang MenguatkanApakah sumber dukungan anda? Misal
nya: orang-orang, hobi, iman dan kepercayaanPasien mengatakan sumber dukungan d
ari keluarganya
Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol) Adakah masalah psikologis, sosi
al, spiritual yang dialami yang berkontribusiterhadap gejala yang dialami?
Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah marah karena tidak percaya dengan
kondisi yang di alami saat ini
Sakit Sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risikostress psi
kologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan mental
Ketika anda sakit apakah anda merasa tidak berguna atau tudak bisa melakukan apa-a
pa?Pasien mengatakan ia tidak berdaya, tidak bisa melakukan apaapa hanya bisa berb
aring di tempat tidur 7.Putus Asa (spiritual despair)Ketika anda sakit apakah anda mer
asa Tuhan tidak peduli dengan anda?Pasien mengatakan pada saat sakit tuhan seperti t
idak peduli pada dirinya.
ANALISA DATA
N ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Pasien mengatakan sesak Ketdakefektifan p
nafas, lemas, mudahlelah, sesak ola nafas
nafas meningkat pada saat
melakukanaktivitas.
DO : TD : 140/90 mmHg, N
100x/menit, RR : 28x/menit.
Pasien terlihat bernafas dengan
cuping hidung,sianosis pada kaki,
suhu dingin.
2 DS: Pasien mengatakan kaki kiri Kelebihan volum
nya bengkak kadang terasa kebas, e cairan
pasien mengatakan bak nya berku
rang selama sakit
RENCANA TINDAKAN
1. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF (D.0005)
No Data Diagnosa SLKI SIKI
1 Pola nafas abnormal, Pola napas Pola napas Manajemen jalan
Pernapasan cuping tidak efektif (L.01004) napas (I.01011)
hidung (D.0005)
Setelah Observasi
dilakukan monitor
tindakan selama pola napas
7x24 jam, (frekuensi,
diharapkan pola kedalaman)
napas meningkat monitor
dari skala 1 bunyi napas
menjadi skala 4, tambahan
dengan kriteria monitor
hasil sebagai skutum
berikut : (jumlah
warna,
1. Pola napas aroma)
meningkat dari
skala 1 menjadi Terapeutik
skala 4 Pertahankan
kepatenan
2.Penggunaan jalan napas
otot bantu napas head-tiilt
meningkat dari dan chinlife
skala 1 menjadi Posisikan
skala 4 semi-flower
stsu fowler
3. Frekuensi Berikan
napas meningkat minum
dari skala 1 hangat
menjadi skala 4
Edukasi
4. kedalaman
Anjurkan
napas meningkat
asupan
dari skala 1
cairan 2000
menjadi skala 4
ml/hari
Ajarkan
Pola
Teknik
napas
batuk
tidak
efektif
efektif
Ventilasi
Kolaborasi
semenit
meningk Kolaborasi
at pemberian
Kapasitas bronkodiato
vital r,
meningk ekspektoran
at , mukolitik
Tekanan jika perlu
ekspirasi
meningk Monitor
at bunyi napas
Tekanan tambahan
inspirasi (berikan
meningk minuman
at hangat)
Dispenea
menurun Posisikan
semi-fowler
dan fowler
Berikan
oksigen jika
perlu
Ajarkan
Teknik
batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodiator,
ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Monitor bunyi
napas tambahan
(berikan minuman
hangat)
Posisikan semi-
fowler dan fowler
Berikan oksigen
jika perlu
Ajarkan Teknik
batuk efektif