Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF

“Manajemen Perawatan Paliatif Care pada kelompok dewasa dengan


End Stage Heart Disease”

Dosen Pengampu: Siti Fadillah, S.Kep., Ns, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Ayu Putri Purwandini (19130035)


2. Selvana Sonia C. Dumatubun (19130025)
3. Chelsy Rambu Leki Tuga (19130026)
4. Rivano Thomas Masela (19130027)
5. Muhammad Sigit Prabowo (19130028)
6. Ronnie Agus Lewotana (19130031)
7. I Putu Yuda Erlangga (19130032)
8. Jahra Parjer (19130033)
9. Martina Henis (19130034)
10. Hanissa Oktavianti (19130036)
11. Tika (19130037)
12. Leonora Tuhumena (19130038)
13. Yuni Yulandari B (19130040)
14. Ardila Meigina N. Wahida (19130050)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat Rahmat dan karunia-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah seminar yang berjudul
‘Perawatan Paliatif Care pada Penderita ‘ Gagal Jantung Kronis’ ini dengan tepat pada
waktunya. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini
kami susun berdasarkan beberapa sumber buku, jurnal yang telah kami peroleh. Kami
berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang saran dan kritik untuk penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari
rekan-rekan pembaca serta penulis untuk penyempurnaan pada tugas makalah-makalah
berikutnya.

Yogyakarta, 14 Juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan penyakit kardiovaskuler yang mengakibatkan tingginya
angka mortalitas, morbiditas, dan berdampak secara finansial. Pengalaman pasien
gagal jantung menunjukkan sikap yang beragam dalam melaksanakan perawatan
mandiri. Pentingnya perawatan mandiri yang dilakukan oleh pasien merupakan faktor
pendukung dalam proses pengobatan, lingkungan sosial seperti
keluarga dan masyarakat juga memiliki peran penting untuk meningkatkan motivasi
bagi pasien selain informasi yang didapatkan dari pelayanaan kesehatan. Studi
literatur ini bertujuan untuk mengambarkan perawatan diri yang dapat dilakukan pada
pasien gagal jantung untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas
hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, derajat NYHA, dan manajemen diri. Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara perawatan diri dengan peningkatan kualitas hidup. Perawatan diri
yang dapat dilakukan pada pasien gagal jantung antara lain teratur minum obat,
olahraga secara rutin, dan menurunkan konsumsi garam dalam diet. Terdapat
peningkatan kualitas hidup pada pasien gagal jantung yang melakukan perawatan diri
secara mandiri. Pasien gagal jantung perlu diberikan metode perawatan diri yang
beragam, agar kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat sehingga pasien
memiliki harapan hidup yang lebih baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen perawatan pada pasien dengan penyakit End Stage
Heart Failure atau Gagal Jantung.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui definisi dari End Stage Heart Failure
b) Mengetahui etiologi dari End Stage Heart Failure
c) Mengetahui manifestasi klinis dari End Stage Heart Failure
d) Mengetahui penatalaksanaan dari End Stage Heart Failure
e) Mengetahui manajemen perawatan pada pasien dengan End Stage
Heart Failure
f) Mengetahui pencegahan dari End Stage Heart Failure
g) Mengetahui komplikasi dari End Stage Heart Failure
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi End Stage Heart Failure


End Stage Heart Failure atau gagal jantung adalah sindrom klinis yang
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan
tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung
memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan.
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama secara
global dengan prevalensi saat ini lebih dari 5, 8 juta kasus di Amerika Serikat dan
lebih dari 23 juta kasus di seluruh dunia. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat, lebih
dari 550.000 orang yang didiagnosis dengan gagal jantung untuk pertama kalinya dan
ada risiko seumur hidup pada satu dari 5 kasus yang akan berkembang menjadi
sekumpulan gejala menjadi suatu sindroma. Gagal jantung mempunyai risiko besar
baik morbiditas maupun mortalitas meskipun manajemen untuk gagal jantung telah
mengalami banyak kemajuan. Lebih dari 2, 4 juta pasien yang menjalani rawat inap
memiliki gagal jantung sebagai diagnosis primer atau sekunder, dan hampir 300.000
kematian setiap tahunnya secara langsung dikaitkan dengan gagal jantung. 2 Pada
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 disebutkan bahwa gagal jantung merupakan
penyebab 13.395 orang menjalani rawat inap dan 16.431 orang menjalani rawat jalan
di seluruh rumah sakit di Indonesia serta mempunyai persentase Case Fatality Rate
sebesar 13, 42%, kedua tertinggi setelah infark.

B. Etiologi End Stage Heart Failure


Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard, endokard, perikardium,
pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup dan gangguan irama. Di Eropa dan
Amerika disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit Perubahan struktur
atau fungsi dari ventrikel kiri dapat menjadi factor predisposisi terjadinya gagal
jantung pada seorang pasien, meskipun etiologi gagal jantung pada pasien tanpa
penurunan Ejection Fraction (EF) berbeda dari gagal jantung dengan penurunan EF.
Terdapat pertimbangan terhadap etiologi dari kedua keadaan tersebut tumpang tindih.
Di negara-negara industri, Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab
predominan pada 60-75% pada kasus gagal jantung pada pria dan wanita. Hipertensi
memberi kontribusi pada perkembangan gagal jantung pada 75% pasien, termasuk
pasien dengan PJK. Interaksi antara PJK dan hipertensi memperbesar risiko pada
gagal jantung, seperti pada diabetes mellitus.Beberapa faktor risiko yang berperan
terhadap kejadian Gagal Jantung antara lain adalah tekanan darah yang tinggi,
penyakit arteri koroner, serangan jantung, diabetes, konsumsi beberapa obat diabetes,
sleep apnea, defek jantung kongenital, penyakit katup jantung, virus, konsumsi
alkohol, rokok, obesitas, serta irama jantung yang tidak regular.
C. Patofisiologi End Stage Heart Failure
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh
karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel .
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan
diastolic yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut
jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah
sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi - adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium
terjadinya iskemia pada pasien - pasien dengan penyakit arteri coroner sebelumnya
dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti  pulmoner. Aktivasi sitem saraf
simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini dirancang untuk
mempertahankan perfusi ke organ - organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler
perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas
simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek
penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan.
Sitem rennin – angiotensin - aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga
bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung, terjadi
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah pada tingkatan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan, ataupun dapat menjalankan fungsinya tetapi dengan
tekanan pengisian yang lebih tinggi dari normal. Onset dapat tidak terlihat maupun
bersifat akut.
Pada kebanyakan kasus gagal jantung, jantung tidak dapat mengikuti ritme
kebutuhan dasar jaringan perifer. Pada beberapa kasus, gagal jantung terjadi akibat
peningkatan kebutuhan jaringan akan darah yang meningkat (high-output failure).
Pada definisi perlu dieksklusikan kondisi dimana cardiac output yang tidak adekuat
yang terjadi karena kehilangan darah maupun proses lain yang menyebabkan
penurunan pengembalian darah ke jantung. Secara mekanis, jantung yang gagal tidak
dapat lagi memompakan darah yang telah dikembalikan melaui sirkulasi vena.
Cardiac output yang tidak adekuat (forward failure) hampir selalu diikuti oleh
peningkatan kongesti sirkulasi vena (backward failure), dikarenakan kegagalan
ventrikel untuk mengejeksi darah vena yang diterimanya. Hal ini menyebabkan
peningkatan volume end-diastolic pada ventrikel, yang mengakibatkan peningkatan
tekanan end-diastolic, dan pada akhirnya meningkatkan tekanan vena.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung dapat diperhatikan secara relatif dari derajat
latihan fisik yang diberikan. Pada pasien gagal jantung, toleransi
terhadap latihan fisik akan semakin menurun dan gejala gagal jantung akan muncul
lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Gejala awal yang umumnya terjadi pada
penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak napas), mudah lelah dan adanya
retensi cairan. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu kondisi mendadak
bangun karena dyspnea yang dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND
merupakan salah satu manifestasi yang spesifik dari gagal jantung kiri.Backward
failure pada sisi kanan jantung dapat meningkatkan tekanan vena jugularis
Penimbunan cairan dalam ruang interstisial dapat menyebabkan edema dan jika
berlanjut akan menimbulkan edema anasarka.Forward failure pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ tubuh seperti kulit pucat dan
kelemahan otot rangka. Makin menurunnya curah jantung dapat isertai insomnia,kege
lisahan, dan kebingungan. Bahkan pada gagal jantung kronis yang berat, dapat terjadi
kehilangan berat badan yang progresif.

E. Komplikasi Gagal Jantung


Terdapat beberapa komplikasi dari gagal jantung. Komplikasi utama tersaji
 dibawah: Aritmia
Atrial Fibrilasi (AF) bisa menjadi penyebab atau menjadi akibat dari gagal jantung. Pr
evalensi AF bertambah seiring dengan semakin parahnya gagal jantung. Pasien gagal j
antung pada NYHA kelas I mempunyai prevalensi AF kurang dari atau sama dengan
5%, sementara pasien gagal jantung pada NYHA kelas IV mempunyai prevalensi 50
%.Banyak penelitian menunjukkan bahwa pasien gagal jantung dengan AF mempuny
ai prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gagal jantung tanpa AF. Pasien
gagal jantung dengan AF meningkatkan angka rawat inap dan meningkatkan angka ke
matian.
 Depresi
Sepertiga orang yang menderita gagal jantung mengalami depresi berat dan berkepanj
angan. Depresi berhubungan dengan kualitas hidup yang buruk, keterbatasan fungsi, k
eterbatasan dalam merawat diri sendiri, mahalnya biaya kesehatan dan hasil yang buru
k untuk semua pasien dengan penyakit kardiovaskular.
3. Stroke dan Tromboemboli
Gagal jantung mempengaruhi pasien untuk terkena tromboemboli
(termasuk stroke, trombosis vena dalam dan emboli paru). Faktor yang berkontribusi
meningkatkan resiko ini adalah cardiac output yang rendah (dengan kecenderungan da
rah yang menetap pada ruangan jantung yang berdilatasi). dari setiap 1000 pasien gag
al jantung menderita stroke 1 tahun setelah mereka terdiagnosis gagal jantung. Angka
stroke meningkat sampai maksimum 47,4 per 1000 setelah 5 tahun terdiagnosis.
4. Kaheksia
Kaheksia adalah komplikasi yang serius pada gagal jantung kronis dan mempengaruhi
10 sampai 15% dari pasien gagal jantung kronis. Malnutrisi klinis atau subklinis umu
m terjadi pada pasien dengan gagal jantung yang parah. Biasanya terjadi dengan dysp
nea yang parah (sesak nafas) dan kelemahan .
5. Disfungsi seksual
Disfungsi seksual adalah komplikasi umum pada gagal jantung. Ini berkaitan dengan
penyakit kardiovaskular, fatigue, kelelahan, kelemahan, pengobatan (seperti beta blok
ers), depresi dan kecemasan.

F. Penalataksanaan
Terapi yang dilakukan kepada pasien gagal jantung dilakukan agar pen
derita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa mem
perbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakuk
an melalui tiga segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangk
an faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung, dan mengobati gagal jantun
g.Terapi bagi penderita gagal jantung berupa terapi non-farmakologis dan terapi fa
rmakologis. Tujuan dari adanya terapi yakni untuk meredakan gejala, memperlambat
perburukan penyakit, dan memperbaiki harapan. Terapi non-farmakologi pada pend
erita gagal jantung berbentuk manajemen perawatan mandiri. Manajemen perawatan
mandiri diartikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas f
isik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala a
wal perburukan gagal jantung. Manajemen perawatan diri berupa ketaatan berobat, pe
mantauan berat badan, pembatasan asupan cairan,pengurangan berat badan (stadium
C), pemantauan asupan nutrisi, dan latihan fisik. Terapi non-farmakologis juga dapat
dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah garam dan rend
ah kolesterol, tidak merokok, dan dengan melakukan olahraga.Sedangkan terapi farma
kologis bertujuan untuk mengatasi gejala akibat gagal jantung, contohnya kongesti da
n mengurangi respon kompensasi. Salah satu mekanisme respon kompensasi digamba
rkan dengan model neurohormonal. Adanya aktivasi neurohormonal akibat norepi
nefrin, angiotensin II, aldosteron, vasopressin, serta beberapa jenis sitokin meni
mbulkan respon kompensasi yang memperburuk kondisi gagal jantung. Oleh sebab
itu, pengobatan pada pasien gagal jantung biasanya memiliki mekanisme kerja yang b
erkaitan dengan aktivitas neurohormonal.Selain untuk mengurangi gejala, terapi fa
rmakologis juga digunakan untuk memperlambat perburukan kondisi jantung dan men
gatasi terjadinya
kejadian akut akibat respon kompensasi jantung. Adapun biasanya pengobatan baik u
ntuk gagal jantung diastolik maupun sistolik adalah sama. Golongan obat-obatan yan
g digunakan adalah diuretik, antagonis aldosteron, ACE-inhibitor (Angiotensin-
Converting Enzyme inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), beta blocker,
glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, bypiridine, dan natriuretic peptide.Urutan
terapi pada pasien gagal jantung biasanya diawali dengan diuretik untuk meredaka
n gejala kelebihan volume. Kemudian, ditambahkan Angiotensin Receptor Blocker
atau ARB jika ACE-inhibitor tidak ditoleransi. Namun, penambahan ARB dilakuka
n hanya setelah terapi diuretik diberikansecara optimal. Dosis diatur secara bertahap h
ingga dihasilkan curah jantung optimal. Beta blockersdiberikan setelah pasien stabi
l dengan pemberian ACE-inhibitor. Sedangkan glikosida jantung (digoxin)
diberikan jika pasien masih mengalami gagal jantung meskipun telah diberikan terapi
kombinasi.

G. Manajemen Perawatan
Pasien dengan gagal jantung akan mengalami penurunan kualitas hidup dikare
nakan pada penderita gagal jantung muncul perasaan lelah pada otot tungkai dan men
girimkannya ke jantung dan otak. Pasien gagal jantung sering ditemukan kehilangan
memori atau perasaan disorientasi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan jumlah zat
tertentu didalam darah, seperti sodium yang dapat menyebabkan penurunan kerja imp
uls saraf. Hal tersebut bila terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan penurunan
kualitas hidup (AHA, 2017). Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang mengungk
apkan bahwa program pemberian asuhan keperawatan pendidikan suportif yang dilak
ukan selama 12 mingguefektif dalam mengurangi kelelahan dan meningkatkan kualita
s hidup pada pasien gagal jantung (Wanget al., 2016). maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien gagal jantung yang melakukan
perawatan diri secara mandiri. Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, derajat NYHA,dan
manajemen diri. Dalam upaya memperbaiki keberhasilan terapi yang diberikan,
pengendalian faktorresiko sangat diperlukan, terutama pada faktor resiko yang dapat
dimodifikasi, seperti tingkat depresi,dukungan keluarga, dan manajemen perawatan
diri.Pasien gagal jantung yang memiliki kualitas hidup yang rendah akan
memperlambat prosespemulihan fungsional dan menurunkan kualitas hidupnya. Oleh
karena itu, pasien gagal jantung diharapkan bisa memahami keterbatasan fisiknya dan
menerima perubahan-perubahan yang dialami dalam kehidupanya sekarang dan
keluarga disarankan untuk lebih memperhatikan kebutuhan pasien gagal jantung,
lebih memahami dan mengerti kondisi yang dialami pasien gagal jantung, serta
selalumemberikan dukungan kepada pasien gagal jantung. didapatkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien gagal jantung dalam
perawatan secara mandiri. Faktor tersebut tidak hanya edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan. Ada faktor yang lain yang berpengaruh seperti pengalaman dan
keterampilan, dukungan, motivasi, kebiasaan, keyakinan dan nilai budaya,
kemampuan fungsional dan kognitif, pengetahuan, kepercayaan, serta akses ke tempat
perawatan. Derajat menurut NYHA memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
kualitas hidup pasien gagal jantung. Klasifikasi kelas fungsional jantung berdasarkan
klasifikasi NYHA I, II, III dan IV merupakan salah satu sistem untuk menilai status
fungsional penderita gagal jantung. Derajat NYHA yaitu sebuah ukuran gejala yang
ditimbulkan akibat gagal jantung berupa gejala fisik seperti adanya sesak napas,
dypnea, cepat lelah, dan edema. Kondisi fisik ini sangat mempengaruhi kemampuan
dan fungsi pasien sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien (Kristinawati
& Khasanah, 2019).Faktor lainnya yang juga berhubungan dengan kualitas hidup
adalah jenis kelamin dan pekerjaan. Jenis kelamin laki-laki memiliki hormon estrogen
yang lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Hormon tersebut akan semakin
berkurang jumlahnya ketika sudah memasuki usia menoupose. Hormon estrogen
dapat memberikan efek proteksi atau perlindungan didalam aliran darah dari jantung
ke seluruh tubuh atau sebaliknya. Sehingga ketika memasuki masa menoupause, baik
perempuan maupun laki-laki memiliki peluang yang sama mengalami gangguan
kardiovaskuler (Utomoet al., 2019). Seseorang yang memiliki pekerjaan berat yang
dilakukan secara terus-menerus dan kurang beristirahat dapat meningkatkan beban
kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kessing et al., 2017). Pendidikan
memiliki hubungan positif terhadap kualitas hidup yang menyatakan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula kualitas hidup pasien. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki maka semakin mudah pula menerima informasi yang diberikan. Karena
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mudah menyerap
informasi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada seseorang yang tingkat
pendidikanya lebih rendah (Pudiarifanti et al., 2015). Pendidikan berpengaruh
terhadap daya tangkap dan kemampuan seseorang dalam memahami pengetahuan
yang diperoleh dalam penerimaan informasi, dalam hal ini informasi mengenai gagal
jantung, dimana responden yang berpendidikan lebih tinggi akan semakin mudah
untuk menerima informasi. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap upaya
seseorang dalam memperoleh sarana kesehatan, mencari pengobatan untuk penyakit
yang dideritanya, dan mampu memilih serta memutuskan tindakan yang dijalani
untuk mengatasi masalah kesehatanya (Purnamawati et al.,2018).

BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. A umur 25 tahun di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap di ruang
ICU,dengan alat bantu nafas ,diagnose medispasien yaitu gagal jantung kelas IV
Pasien mengeluh sesak nafas , mudah lelah saat melakukan aktivitas, batuk, keluar
keringat dingin, kaki bengkak , hasil TTV; TD : 140/90 mmHg, N : 100x/menit, RR :
28x/menit, S : 36,5 ℃, pitting oedem derajat 2 kedalaman 3mm. Bagian leher
terdapat pembesaran vena jugularis.Tn. A mengtatakan sudah 1 di minggu di rawat di
Rumah Sakit, sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Fatimah
Cilacap selama 1 minggu, tapi pasien meminta pulang paksa.Saat di rumah selama 5
bulan terakhir pasien sering mengalami sesak nafas, disamping itu pasien tidak
merubah perilakunya yaitu masih merokok dan jarang minum obat yang di resepkan
dokter, padahal sebelumnya pasien sudah di beri tau bahwa dirinya menderita
penyakit gagal jantung dan harus rutin minum obat serta pasien juga belum berhenti
bekerja sebagai kuli bangunan . Lingkungan tempat tinggal pasien dekat dengan
pabrik holsim Dari pihak keluarga tidak tahu cara mengatasi sesak yang di alami
pasien , sehingga keluarga membawanya ke Rumah Sakit .Pada saat ini pasien terlihat
putus asa , pasien mengatakan cemas akan kondisinya sekarang yang semakin
memburuk serta pasien merasa bersalah kepada keluarganya karena ia sudah tidak
bisa bekerja dan menghidupi keluarganya .Pasien merasa hidupnya sudah tidak
berguna lagi dan pasien tidak pernah melakukan beribadah kepada Allah SWT selama
sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PALIATIFA.DATA DEMOGRAFI


1.Nama : Tn.A
2.Tempat dan Tanggal lahir: Cilacap 11 Maret 1964
3.Usia : 55 Tahun
4.Jenis kelamin : Laki-laki
5.Agama : Islam
6.Alamat: Jl. Nakula no 17 cilacap tengah
7.Pendidikan terakhir : SMA
8.Status : Kawin
9.No. RM : 0123456789
10.Diagnose Medis: Gagal Jantung
11.Tanggal masuk RS: 5 Mei 201912.
Tanggal pengkajian :
12 Mei 2019
13.Riwayat penggunaan obat :
Nama Obat: DosisCatropil6,25 3x/hariValsartan40 2x/hari Eplerenon25
1x/hariBisoprolol1,25 1x/hari
14.Hasil Pemeriksaan Penunjang :EKG: Tidak terkaji,Foto torax: Tidak terkaji,
Pemeriksaan laboratorium : Tidak terkaji, Ecokardiografi : Tidak terkaji

B.PENGKAJIAN FISIK
1.Tanda tanda vital pasien
TD: 140/90 mmHg
Suhu : 36,5℃
Respirasi (RR): 28x/menit
Nadi : 100x/menit

2.Nyeri :Penilaian nyeri berdasarkan PQRST


1.Provokatif / situasi yang menimbulkan nyeri:Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
2.Quality/ kualitas nyeri Nyeri seperti di tertekan beban berat
3.Region/ lokasi nyeriDada sebelah kiri
4. Skala Nyeri : Skala nyeri 6 (sedang )
5.Time/ waktu terjadinya nyeri Nyeri hilang timbul.

3.Riwayat Obat yang digunakan dan dosisnya untuk mengatasi nyeri


Tidak terkaji
KONDISI SOSIAL DAN PEKERJAAN
1.Dukungan Keluarga
a.Siapa yang tinggal bersama anda?Pasien mengatakan ia tinggal bersama Istri dan 3 a
naknya  
b. Ketika anda sakit, siapa yang merawat anda?Pasien mengatakan ketika sakit pasien
di rawat oleh istrinya
c.Siapa orang yang terdekat dengan anda?Pasien mengatakan orang yang paling deng
an dengan dia adalah istrinya
d.Siapa orang yang mengingatkan anda untuk berobat?Pasien mengatakan yang selalu
mengingatkan ia untuk berobat yaitu istrinya

2.Dukungan Emosional dan Social


a.Apakah anda memiliki dukungan dari pihak lain? Keluarga besar, teman,tetangga? P
asien mengakatan dirinya tinggal jauh dari saudaranya, dan tidak begitu dekatdengan t
etangga sekitar  
b.Apakah anda memerlukan dukungan dari pihak lain?Ya perlu dukungan dari saudar
a terdekat

3.Kondisi Praktikal
a.Apakah ada kesulitan dalam bergerak, melakukan pekerjaan?Pasien mengatakan seb
elum sakit masih bisa melakukan aktifitas (bekerja), namunsetelah sakit pasien lebih b
anyak melakukan aktifitas di tempat tidur. 
b.Apakah ada pikiran lain mengenai siapa yang merawat untuk hari kedepan,finansial?
Pasien mengatakan tidak memiliki saudara, yang dia harapkan hanya dariistrinya

4.Harapan Pasien
a.Apa harapan anda mengenai tujuan perawatan?Pasien mengatakan bahwa dengan di
lakukan perawatan ia berharap kondisinyayang sekarang cepat membaik  
b.Tempat untuk perawatan? Rumah sakit, rumah, atau tempat lain?Pasien mengatakan
ia ingin di rawat di rumah saja agar tidak membebaniekonomi keluarganya

D.Kondisi Psikologis
1.Kondisi Pikiran dan Suasana Hati (mood)
a.Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan:Merasa putus asa atau merasa tidak  b
erdaya?
Pasien mengatakan 1 bulan terakhir ia merasa putus asa, cemas karena penyakitnya ti
dak sembuh dan ia tidak bisa bekerja lagi untuk mengihidupikeluarganya

 b.Kehilangan minat? Pasien mengatakan merasa sudah tidak mempunyai harapan hid
up, tidak berdaya
c.Apakah anda merasa depresi? (merujuk ke format Hamilton Anxiety Rating Scale(H
ARS))Pasien mengatakan ia sangat putus asa dan tidak tau harus melakukan apa.

d.Apakah anda merasa tegang atau cemas? (merujuk ke format Hamilton AnxietyRati
ng Scale (HARS))Pasien mengatakan ia merasa cemas karena kondisi sakitnya saat in
i dancemas karena ia tidak bisa menghidupi keluarganya.

e.Apakah anda pernah mengalami serangan panik? (merujuk ke format HamiltonAnxi


ety Rating Scale (HARS))Pasien mengatakan ia pernah mengalami serangan panic ket
ika sesak nafas itumuncul.

f.Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?Pasien mengatakan ia sangat menghara
pkan sekali akan kesembuhannya.

Kondisi Psikologis
1.Kondisi Pikiran dan Suasana Hati (mood) a.Apakah dalam bulan terakhir anda mera
sakan:Merasa putus asa atau merasa tidak berdaya?
Pasien mengatakan 1 bulan terakhir ia merasa putus asa, cemas karena penyakitnya ti
dak sembuh dan ia tidak bisa bekerja lagi untuk mengihidupikeluarganya b.Kehilanga
n minat? Pasien mengatakan merasa sudah tidak mempunyai harapan hidup, tidak ber
daya c.Apakah anda merasa depresi? (merujuk ke format Hamilton Anxiety Rating Sc
ale(HARS))Pasien mengatakan ia sangat putus asa dan tidak tau harus melakukan apa.
d.Apakah anda merasa tegang atau cemas? (merujuk ke format Hamilton AnxietyRati
ng Scale (HARS))Pasien mengatakan ia merasa cemas karena kondisi sakitnya saat in
i dancemas karena ia tidak bisa menghidupi keluarganya.e.Apakah anda pernah meng
alami serangan panik? (merujuk ke format HamiltonAnxiety Rating Scale (HARS))Pa
sien mengatakan ia pernah mengalami serangan panic ketika sesak nafas itumuncul.f.
Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?Pasien mengatakan ia sangat mengharap
kan sekali akan kesembuhannya.
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Skor : 0 = Tidak ada 1 = Ringan 2 = Sedang 3 = Berat 4 = Berat sekaliTotal Skor : Ku
rang dari 14= Tidak ada kecemasan14 – 20 = Kecemasan ringan21 – 27 = Kecemasan
sedang28 – 41 = Kecemasan berat42 – 56 = Kecemasan berat sekali

NO Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
 Cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri
 Mudah tersinggung
2 Keterangan
 Merasa tegang
 Mudah menangis
 Gelisah
 Tidak bisa istirahat tenang

3 Ketakutan
 Pada orang asing
 Ditinggal sendiri

4 Gangguan tidur
 Tidak nyenyak

5 Perasaan depresi
 Sedih

6 Gejala somatik (otot)


 Sakit dan nyeri di otot-otot

7 Gejala somatik (sensorik)


 Merasa lemah
 Penglihatan kabur

8 Gejala kardiovaskuler
 Nyeri di dada
 Detak jantung menghilang (berhenti)

9 Gejala respiratori
 Nafas pendek atau sesak
 Sering menarik nafas
 Rasa tertekan atau sempit di dada

10 Gejala otonom
 Pusing
 Sakit kepala
 Mudah berkeringat

Skor Total = 28 (Kecemasan berat)

2. Penyesuaian Terhadap SakitApa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali den
gan hati-hati ekspektasi pasienPasien mengatakan sudah paham mengenai, tetapi pasie
n masih belum percayadengan kondisinya saat ini.
3.Sumber – sumber dan Hal yang MenguatkanApakah sumber dukungan anda? Misal
nya: orang-orang, hobi, iman dan kepercayaanPasien mengatakan sumber dukungan d
ari keluarganya

Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol) Adakah masalah psikologis, sosi
al, spiritual yang dialami yang berkontribusiterhadap gejala yang dialami?
Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah marah karena tidak percaya dengan
kondisi yang di alami saat ini
Sakit Sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risikostress psi
kologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan mental
harapan)
Apa yang memberi anda harapan (atau kekuatan, nyaman, dan damai) pada saat sakit?
Pasien mengatakann yang membuatnya semangat yaitu anak anaknya ,namun saat dir
umah sakit anak terakhirnya tidak di perbolehkan untuk masuk ke ruang rawat karena
ketentuan rumah sakit.

2.Penyesuaian Terhadap SakitApa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali deng
an hati-hati ekspektasi pasienPasien mengatakan sudah paham mengenai, tetapi pasien
masih belum percayadengan kondisinya saat ini.
3.Sumber – sumber dan Hal yang MenguatkanApakah sumber dukungan anda? Misal
nya: orang-orang, hobi, iman dan kepercayaanPasien mengatakan sumber dukungan d
ari keluarganya
Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol) Adakah masalah psikologis, sosi
al, spiritual yang dialami yang berkontribusiterhadap gejala yang dialami?
Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah marah karena tidak percaya dengan
kondisi yang di alami saat ini
Sakit Sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risikostress psi
kologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan mental

Kondisi Spiritual (gunakan format HOPE)


O (Organised religion/Organisasi agama)
Apakah anda bagian dari organisasi agama atau kepercayaan? Dalam halapa dan baga
imana hal tersebut mendukung anda?Pasien mengatakan tidak mengkuti organisasi ke
agamaaan
P (Personal spirituality & practices/tindakan spiritualitas pribadi)
Bagian apa dalam kepercayaan spiritual anda yang paling bermakna secara pribadi?Pa
sien mengatakan ia percaya adanya Allah SWT. Dan percaya akan hukuman-Ny
E (Effect on medical care and end of life issues/ efek dari perawatan dan isuakhir kehi
dupan)
Dari hal yang anda sebutkan tadi, apa yang anda harapkan dari kami sebagai timkeseh
atan untuk memfasilitasi kebutuhan anda dalam beberapa hari ke depanini? Bahkan m
inggu atau bulan ke depan?Pasien mengatakan ia ingin bertemu dengan anaknya yang
terakhir 

1. Spiritual Pain Spiritual pain merupakan ekspresi atau ungkapan dariketidaknyaman


an pasien akan hubungannya dengan Tuhan.Apakah pada saat anda sakit merasa nyam
an dalam beribadah?Pasien mengatakan pada saat sakit ia merasa tidak nyaman dalam
beribadah bahkantidak pernah beribadah selama sakit.
2.Pengasingan Diri (spiritual alienation) Ketika anda sakit apakah masih percaya pada
tuhan? Pasien mengatakan pada saat sakit ia merasa kecewa karena penyakit ini harus
dideritanya.
3.Kecemasan (spiritual anxiety)Ketika sakit apakah anda merasa bahwa itu hukuman
dari Allah SWT?Pasien mengatakan pada saat sakit ia merasa sedang di beri hukuman
oleh allah SWT
4.Rasa Bersalah (spiritual guilt) Apakah anda merasa bahwa sakit anda itu karena peri
laku yang salah?Pasien mengatakan sepertinya sakitnya di karenakan perilakunya jara
ng beribadah
5.Marah (spiritual anger)Ketika anda sakit apakah anda marah pada Tuhan?Pasien me
ngatakan pada saat sakit ia merasa kecewa pada allah swt 6.Kehilangan (spiritual loss)
Ketika anda sakit apakah anda merasa tidak berguna atau tudak bisa melakukan apa-a
pa?Pasien mengatakan ia tidak berdaya, tidak bisa melakukan apaapa hanya bisa berb
aring di tempat tidur 7.Putus Asa (spiritual despair)Ketika anda sakit apakah anda mer
asa Tuhan tidak peduli dengan anda?Pasien mengatakan pada saat sakit tuhan seperti t
idak peduli pada dirinya

Ketika anda sakit apakah anda merasa tidak berguna atau tudak bisa melakukan apa-a
pa?Pasien mengatakan ia tidak berdaya, tidak bisa melakukan apaapa hanya bisa berb
aring di tempat tidur 7.Putus Asa (spiritual despair)Ketika anda sakit apakah anda mer
asa Tuhan tidak peduli dengan anda?Pasien mengatakan pada saat sakit tuhan seperti t
idak peduli pada dirinya.

ANALISA DATA
N ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Pasien mengatakan sesak Ketdakefektifan p
nafas, lemas, mudahlelah, sesak ola nafas
nafas meningkat pada saat
melakukanaktivitas.

DO : TD : 140/90 mmHg, N
100x/menit, RR : 28x/menit.
Pasien terlihat bernafas dengan
cuping hidung,sianosis pada kaki,
suhu dingin.
2 DS: Pasien mengatakan kaki kiri Kelebihan volum
nya bengkak kadang terasa kebas, e cairan
pasien mengatakan bak nya berku
rang selama sakit

DO:TD :140/90 mmHg, N:100x/


menit
Kaki kiri klien terlihat bengkak,pi
ting oedema kembali lebih dari d
ua detik,kedalaman oedema 3mm
3 DS :Pasien mengatakan cemas ak Ancaman pada status Ansietas
an kondisinya sekarang yang sem terkini
akin memburuk serta pasien mera
sa bersalah kepada keluarganya k
arena ia sudah tidak bisa bekerja
dan menghidupi keluargannya.

DO:Pasien terlihat gelisah,tidak t


enang,wajah klien tampak tegan
g.
Score Hamilton Anxiety Rating S
cale (HARS):35 yang berrti menu
njukan kecemasaan berat
4 DS:Pasien mengatakan sudah 1 Konflik Pengambilan Ketidakefektifan
minggu di rsud sebelumnya perna Keputusan Manajemen Kese
h di RSI Fatimah 1 minggu,memi hatan
nta pulang paksa,5 bulan terahkir
sering merasakan sesak,masih ser
ing merokok dan jarang minum o
bat yang sudah disarankan.
DO:pasien masih bekerja sebagai
kuli bangunan,lingkungan dekat
dengan pabrik holsim

5 DS:Pasien mengatakan cemas ak Kurangnya dukungan Distress Spiritual


an kondisinya yang semakin buru keluarga
k,merasa bersalah kepada keluarg
a,pasien mengatakan merasa hidu
pnya tidak berguna lagi,tidak per
nah melakukan ibadah
DO:pasien terlihat putus asa,muk
a cemas,dan tidak melakukan akti
fitas ibadah

RENCANA TINDAKAN
1. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF (D.0005)
No Data Diagnosa SLKI SIKI
1 Pola nafas abnormal, Pola napas Pola napas Manajemen jalan
Pernapasan cuping tidak efektif (L.01004) napas (I.01011)
hidung (D.0005)
Setelah Observasi
dilakukan  monitor
tindakan selama pola napas
7x24 jam, (frekuensi,
diharapkan pola kedalaman)
napas meningkat  monitor
dari skala 1 bunyi napas
menjadi skala 4, tambahan
dengan kriteria  monitor
hasil sebagai skutum
berikut : (jumlah
warna,
1. Pola napas aroma)
meningkat dari
skala 1 menjadi Terapeutik
skala 4  Pertahankan
kepatenan
2.Penggunaan jalan napas
otot bantu napas head-tiilt
meningkat dari dan chinlife
skala 1 menjadi  Posisikan
skala 4 semi-flower
stsu fowler
3. Frekuensi  Berikan
napas meningkat minum
dari skala 1 hangat
menjadi skala 4
Edukasi
4. kedalaman
 Anjurkan
napas meningkat
asupan
dari skala 1
cairan 2000
menjadi skala 4
ml/hari
 Ajarkan
 Pola
Teknik
napas
batuk
tidak
efektif
efektif
 Ventilasi
Kolaborasi
semenit
meningk  Kolaborasi
at pemberian
 Kapasitas bronkodiato
vital r,
meningk ekspektoran
at , mukolitik
 Tekanan jika perlu
ekspirasi
meningk  Monitor
at bunyi napas
 Tekanan tambahan
inspirasi (berikan
meningk minuman
at hangat)
 Dispenea
menurun  Posisikan
semi-fowler
dan fowler

 Berikan
oksigen jika
perlu

 Ajarkan
Teknik
batuk
efektif

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Pola napas tidak efektif Manajemen jalan napas S:
(D.0005) (I.01011)  Pasien masih sulit
untuk bernapas
Observasi  Pasien belum
 monitor pola napas mampu mengontrol
(frekuensi, tekanan ekspirasi
kedalaman) dan tekanan
inspirasi
 monitor bunyi
napas tambahan O:
 monitor skutum
(jumlah warna,  Pasien masih
aroma) melakukan
fisioterapi dada dan
Terapeutik diberikan oksigen
 Pertahankan
kepatenan jalan A:
 Masalah teratasi
napas head-tiilt dan
sebagian, yang
chinlife dapat ditandai dari
 Posisikan semi- monitor pola
flower stsu fowler napas, belum
 Berikan minum sepenuhnya
terpenuhi usaha
hangat untuk mengatur
pola napas yang
Edukasi baik
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari p:
 Ajarkan Teknik lanjutkan intervensi
batuk efektif

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodiator,
ekspektoran,
mukolitik jika perlu

 Monitor bunyi
napas tambahan
(berikan minuman
hangat)

 Posisikan semi-
fowler dan fowler

 Berikan oksigen
jika perlu

 Ajarkan Teknik
batuk efektif

Anda mungkin juga menyukai