Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN CONGESTIVE HEART FAILURE

PADA Tn.M DIRAWAT INAP KENANGA

RSUD DR.SOEDIRMAN

Dosen Pembimbing:

Deden Iwan S., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

1. Ni Putu Nia Fitri Andayani (19160129)


2. Putu Yusya Sara Dewi (19160130)
3. Flaviana Aprilia Frisca S (19160100)
4. Widya Erlanda (19160032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah presentasi “ASUHAN
KEPERAWATAN CONGESTIVE HEART FAILURE PADA Tn.M DIRAWAT INAP
KENANGA RSUD DR.SOEDIRMAN

Kami menyadari bahwa dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung proses penulisan makalah proposal
penelitian ini sehingga membawa hasil yang diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Deden Iwan Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Dosen Pembimbing
2. Ibu Eni Sulistyawati, S.Kep., Ns sebagai clinical instructur yang telah banyak
memberika bimbingan dan saran
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah presentasi kasus ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka daripada itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan, namun demikian tetap berharap semoga
makalah proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 18 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Ufara (2016) penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab
terbanyak kasus kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit gagal jantung
kongestif telah menjadi pembunuh nomor satu. Prevalensi penyakit jantung di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun (2013), provinsi dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada
umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(4,4%). Kemudian disusul oleh Sulawesi Tengah (3,8%) dan Sulawesi Selatan (2,9%).
Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau (0,3%), Lampung (0,4%),
Jambi (0,5%), dan Banten (0,2%).
Di Indonesia prevalensi penyakit gagal jantung tahun 2013 sebesar 0,13% atau
diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan gejala yang muncul
sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Estimasi jumlah penderita
penyakit gagal jantung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 6.943
orang (0,25%) (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Kelangsungan hidup pasien dengan
gagal jantung dipengaruhi beratnya kondisi yang dialami masing –masing pasien.
Setiap tahun mortalitas pasien dengan gagal jantung berat lebih dari 50 %, mortalitas
pada pasien dengan gagal jantung ringan lebih dari 10 %, sedangkan morbiditas
pasien gagal jantung juga dipengaruhi oleh beratnya penyakit masing – masing
pasien. Pasien dengan gagal jantung berat hanya mampu melakukan aktivitas yang
sangat terbatas, sementara itu pasien dengan gagal jantung yang lebih ringan juga
harus tetap melakukan pembatasan terhadap aktivitasnya. Pembatasan terhadap
aktivitas menjadi salah satu penyebab pasien gagal jantung mempunyai kapasitas
latihan yang menurun, walaupun pasien sudah menjalani pengobatan modern.
Menurut Karmitasari, 2016 CHF menimbulkan berbagai gejala klinis
diantaranya; dipsnea, ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal
Dyspnea (PND), asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling
sering dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba
dan menyebabkan penderita terbangun. Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien
gagaljantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu
kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya adalah tidur seperti adanya nyeri
dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur.
Penatalaksaan pasien dengan diagnosa medis CHF yaitu sesuai dengan
protokol terapi yang diberikan oleh dokter, sedangkan implementasi keperawatannya
yaitu memposisikan pasien setengah duduk atau semifowler, mengelola oksigenasi,
membatasi aktivitas, mengelola nutrisi, dan memberikan lingkungan yang nyaman
bagi pasien.

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar Congestive Heart Failure dan asuhan
keperawatan pasien dengan kebutuhan oksigenasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari CHF
b. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi dari CHF
c. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi terkait dari CHF
d. Untuk mengetahuu dan memahami etiologi dari CHF
e. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari CHF
f. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari CHF
g. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari CHF
h. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari CHF
i. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dari CHF
j. Untuk mengetahui dan memahami pathway dari CHF
k. Untuk mengetahui Basic Promoting Of Health Oksigenasi
l. Untuk mengetahui dan memahami dokumentasi keperawatan dari CHF
m. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan dari pasien dengan CHF
dan kebutuhan dasar Oksigenasi
BAB II

TINJAUAN TEORI (KASUS PENYAKIT)

1. Definisi
Menurut Wijaya & Yessie Mariza (2013) gagal jantung congestive adalah

kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya

oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Menurut

Smeltzer & Bare (2010) Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan.

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan cardiac output untuk memenuhi

kebutuhan tubuh untuk suplai oksigen dan mengeluarkan karbondioksida (Sherwood,

2012).

2. Etiologi Congestive Heart Failure

Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) beberapa kondisi yang menyebabkan

terjadinya gagal jantung

a. Disfungsi miokard paling sering disebabkan oleh penyakit arteri koroner,

kardiomiopati, hipertensi, atau gangguan katup. Pasien dengan diabetes

mellitus juga berisiko tinggi untuk gagal jantung. Aterosklerosis dari arteri

koroner adalah penyebab utama dari gagal jantung. Iskemia menyebabkan

disfungsi miokard karena ia menghilangkan sel-sel jantung dari oksigen dan

menyebabkan asidosis dari akumulasi asam laktat. Infark miokard

menyebabkan nekrosis otot jantung fokal, kematian sel miokard, dan

hilangnya kontraktilitas; luasnya infark berhubungan dengan tingkat

keparahan gagal jantung. Revaskularisasi arteri koroner dengan intervensi

koroner perkutan (PCI) atau dengan operasi bypass arteri koroner (CABG)

dapat meningkatkan fungsi oksigenasi dan ventrikel miokard.


b. Cardiomyopathy adalah penyakit miokardium. Ada tiga jenis: dilatasi,

hipertrofik, dan restriktif. Kardiomiopati dilatasi, tipe kardiomiopati yang

paling umum, menyebabkan nekrosis seluler difus dan fibrosis, menyebabkan

penurunan kontraktilitas (kegagalan sistolik). Kardiomiopati dilatasi dapat

menjadi idiopatik (penyebab tidak diketahui) atau dapat terjadi akibat proses

inflamasi, seperti miokarditis, atau dari agen sitotoksik, seperti alkohol atau

doxorubicin (Adriamycin). Kardiomiopati hipertropik dan kardiomiopati

restriktif menyebabkan penurunan distensibilitas dan pengisian ventrikel

(kegagalan diastolik). Biasanya, gagal jantung karena kardiomiopati menjadi

kronis dan progresif. Namun, kardiomiopati dan gagal jantung dapat terjadi

setelah pengangkatan agen penyebab, seperti dengan penghentian konsumsi

alkohol.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan afterload (resistensi terhadap

ejeksi), yang meningkatkan beban kerja jantung dan mengarah ke hipertrofi

serabut otot miokard, hal ini dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi

karena meningkatnya kontraktilitas. Namun, hipertrofi dapat merusak

kemampuan jantung untuk mengisi dengan benar selama diastole, dan

ventrikel yang mengalami hipertrofi pada akhirnya dapat melebar dan gagal.

d. Penyakit katup jantung juga merupakan penyebab gagal jantung. Katup

memastikan bahwa darah mengalir ke satu arah. Dengan disfungsi katup,

darah semakin sulit bergerak maju, meningkatkan tekanan di dalam jantung

dan meningkatkan beban kerja jantung, yang mengarah ke gagal jantung.

Beberapa kondisi sistemik, (Smeltzer & Bare, 2010) mengemukakan bahwa termasuk

gagal ginjal progresif dan hipertensi yang tidak terkontrol, berkontribusi terhadap

perkembangan dan keparahan gagal jantung. Penyakit akut seperti radang paru-paru
dengan demam dan hipoksia juga dapat meningkatkan laju metabolisme dan dapat

memicu gagal jantung, semua kondisi ini membutuhkan peningkatan CO untuk

memenuhi kebutuhan oksigen sistemik, dan mereka menekankan miokardium.

Disritmia jantung dapat menyebabkan gagal jantung atau mungkin disebabkan oleh

gagal jantung, dengan kata lain, rangsangan listrik yang berubah dapat merusak

kontraksi miokard dan menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi miokard. Faktor

lainnya, seperti asidosis (pernafasan atau metabolik), kelainan elektrolit, dan obat

antiaritmia, dapat memperburuk fungsi miokard.

3. Manifestasi klinis congestive heart failure

Menurut (Smeltzer & Bare, 2010), tanda dan gejala dari gagal jantung adalah sebagai

berikut :

a. Umum

a) Kelelahan

Kelelahan diakibatkan kurangnya perfusi pada otot rangka.

b) Toleransi aktivitas menurun

c) Edema

Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intersisial

d) Kenaikan berat badan

b. Kardiovaskular

a) Suara jantung ketiga (S3)

b) Ciri khas gagal ventrikel kiri, gallop ventrikel terjadi selama diastolik

awal dan disebabkan oleh pengisisan cepat pada ventrikel yang tidak

lentur atau terdistensi.

c) Impuls apikal yang membesar dengan pemindahan lateral kiri

d) Pucat dan sianosis


Vasokontriksi perifer, karena makin berkurangnya curah jantung dan

meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi menyebabkan terjadinya

sianosis.

e) Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)

Tekanan vena sentral dapat meningkat secara paradoks selama inspirasi

jika jantung kanan yang gagal tidak dapat menyesuaikan terhadap

peningkatan aliran balik vena ke jantung selama inspirasi, hal ini dikenal

sebagai tanda kusmaul.

c. Pernafasan

a) Dispnea saat beraktivitas

Peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskular paru yang

mengurangi kelenturan paru.

b) Batuk yang tidak produktif

Batuk nonproduktif dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada

posisi berbaring.

c) Orthopnea

Dispnea saat berbaring disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari

bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah sirkulasi sentral.

d) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

Mendadak terbangun karena dispnea, dipicu oleh timbulnya edema paru

intersitial. PND merupakan manifestasi dari gagal jantung kiri.

d. Cerebrovascular

a) Kebingungan yang tidak dapat dijelaskan atau status mental yang berubah

b) Lightheadedness
e. Ginjal

a) Oliguria dan frekuensi menurun sepanjang hari

b) Nocturia

Redistribusi cairan dan reabsorpsi pada waktu berbaring, dan juga

berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat.

f. Gastrointestinal

a) Anorexia dan mual

Anorexia dan mual disebabkan karena kongesti hati dan usus.

b) Hepatomegali

c) Asites

d) Refluks hepatojugularis

Terjadi insufisiensi katup trikuspidalis, ataupun disebabkan karena

jantung yang kana gagal tidak dapat menyesuaikan dengan peningkatan

alir balik vena.

4. Patofisiologi congestive heart failure

Pada patofisiologi (Smeltzer & Bare, 2010) memaparkan bahwa Gagal jantung

hasil dari berbagai kondisi kardiovaskular, termasuk hipertensi kronis, penyakit arteri

koroner, dan penyakit katup. Kondisi ini dapat mengakibatkan kegagalan sistolik,

kegagalan diastolik, atau keduanya. Disfungsi miokard yang signifikan biasanya

terjadi sebelum pasien mengalami tanda dan gejala CHF seperti sesak napas, edema,

atau kelelahan. Ketika CHF berkembang, tubuh mengaktifkan mekanisme kompensasi

neurohormonal. Mekanisme ini mewakili upaya tubuh untuk mengatasi CHF dan

bertanggung jawab atas tanda dan gejala yang akhirnya berkembang.

Memahami mekanisme ini penting karena pengobatan CHF ditujukan untuk

menentang mereka dan menghilangkan gejala. Sistolik CHF menghasilkan penurunan


volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel. Peregangan ventrikel yang menurun

dirasakan oleh baroreseptor di aorta dan karotid tubuh. Sistem saraf simpatik

kemudian dirangsang untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin. Tujuan dari

respons awal ini adalah untuk meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas serta

mendukung kegagalan miokardium, tetapi respons yang berkelanjutan memiliki

beberapa efek negatif. Stimulasi simpatis menyebabkan vasokonstriksi di kulit,

saluran pencernaan, dan ginjal. Penurunan perfusi ginjal karena CO rendah dan

vasokonstriksi kemudian menyebabkan pelepasan renin oleh ginjal. (Smeltzer & Bare,

2010)

Renin mempromosikan pembentukan angiotensin I, zat tidak aktif jinak.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) dalam lumen pulmonal pembuluh darah

mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang kemudian

meningkatkan tekanan darah dan afterload. Angiotensin II juga merangsang pelepasan

aldosteron dari korteks adrenal, menghasilkan retensi natrium dan cairan oleh tubulus

ginjal dan stimulasi hormon antidiuretik. Mekanisme-mekanisme ini menyebabkan

volume cairan yang berlebihan yang biasa terlihat di CHF. Angiotensin, aldosterone,

dan neurohormones lainnya (misalnya endotelin, prostasiklin) menyebabkan

peningkatan preload dan afterload, yang meningkatkan stres pada dinding ventrikel,

yang menyebabkan peningkatan beban kerja jantung (Smeltzer & Bare, 2010).

Mekanisme counterregulatory dicoba melalui pelepasan peptida natriuretik.

Peptida natriuretik atrium (ANP) dan tipe B (mis., Tipe otak) peptida natriuretik

(BNP) dilepaskan dari ruang jantung yang terlalu overdistended. Zat-zat ini

mempromosikan vasodilatasi dan diuresis. Namun, mereka efek biasanya tidak cukup

kuat untuk mengatasi efek negatif dari mekanisme lain. Ketika beban kerja jantung

meningkat, kontraktilitas serat otot miokard menurun. Penurunan kontraktilitas


menghasilkan peningkatan volume darah diastolik akhir di ventrikel, meregangkan

serat otot miokard dan meningkatkan ukuran ventrikel (pelebaran ventrikel) (Smeltzer

& Bare, 2010).

Peningkatan ukuran ventrikel lebih meningkatkan stres pada dinding ventrikel,

menambah beban kerja jantung. Salah satu cara jantung mengkompensasi peningkatan

beban kerja adalah meningkatkan ketebalan otot jantung (hipertrofi ventrikel).

Namun, hipertrofi menghasilkan proliferasi sel-sel miokard yang abnormal, suatu

proses yang dikenal sebagai ventrikel remodelling. Di bawah pengaruh

neurohormones (misalnya, angiotensin II), sel-sel miokard besar diproduksi yang

disfungsional dan mati dini, meninggalkan sel-sel miokard normal lainnya untuk

berjuang mempertahankan CO (Smeltzer & Bare, 2010).

Mekanisme kompensasi dari CHF telah disebut “lingkaran setan dari CHF.

”Karena jantung tidak memompa cukup darah ke tubuh, yang menyebabkan tubuh

menstimulasi jantung untuk bekerja lebih keras; dengan demikian, hati tidak dapat

merespon dan kegagalan menjadi lebih buruk. CHF diastolik berkembang karena

beban kerja terus meningkat pada jantung, yang merespon dengan meningkatkan

jumlah dan ukuran sel miokard (yaitu, hipertrofi ventrikel dan perubahan fungsi

seluler (Smeltzer & Bare, 2010).

Tanggapan ini menyebabkan resistensi terhadap pengisian ventrikel, yang

meningkatkan tekanan pengisian ventrikular meskipun volume darah normal atau

berkurang. Kurang darah dalam ventrikel menyebabkan penurunan CO. CO rendah

dan tekanan pengisian ventrikel tinggi dapat menyebabkan respons neurohormonal

yang sama seperti yang dijelaskan untuk sistolik.


5. Pathway congestive heart failure

Disfungsi miokardial :

peny. Jantung iskemik, hipertiroid, infark miokard,


penyakit katup, konsumsi alkohol, hipertensi

Penurunan cardiac output Pengaktifan baroreseptor :


Aktivasi renin-angiotensin-
aldosteron sistem Ventrikel kiri, lengkungan aorta dan
Penurunan tekanan darah sistemik sinus karois
Penurunan perfusi ke ginjal

Stimulasi dari regulasi vasomotor di


Angiotensin medula

Renin Angiotensin I Peningkatan katecolamine


Korteks adrenal
melepas aldosteron Paru-paru

Dx : Hipertensi
Angiotensin II

Peningkatan aldosteron : Dx : Penurunan Curah


Vasokontriksi : jantung
Retensi air garam, hormon
ADH Peningkatan afterload,
tekanan darah dan nadi
Dx : Kelebihan Dx : Intoleran
volume cairan aktivitas
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

6. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG

Electocardiography Tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LHV

tetapi hanya merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventricular aritmia)

sebagian factor sekunder dalam mengamati perubahan anatomi. Hasil pemeriksaan

ECG tidak spesifik menunjukkan adanya adanya gagal jantung (Loscalzo et al., 2008)

b. Radiologi

Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung.

Kardiomegali biasanya ditunjukan dengan adanya peningkatan cardiothoracic ratio /

CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini tidak

dapat menentukan gagal jantung pada fisfungsi sitolik karena ukuran bias terlihat

normal (National Clinical Guideline Center, 2010).

c. Echocardiografi

Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini

membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan fungsi. Kelemahan

echocardiography adalah relative mahal, hanya ada di rumah sakit dan tidak tersedia

untuk pemeriksaan skrining yang rutin untuk hipertensi pada praktek umum (National

Clinical Guideline Center, 2010).

7. Komplikasi congestive heart failure

Menurut Wijaya & Yessie, 2012 komplikasi terdiri dari

a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri

b. Syok kardiogenik

Stadium dari gagal jantung kiri kongestif akibat penurunan curah jantung dan perfusi

jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak)

c. Episode trombolitik

Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas

trombus dapat menyumbat pembuluh darah

Program Pendidikan Profesi Ners 13


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

d. Efusi perikardial dan tamponade jantung

Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium

sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik vena kejantung (tamponade

jantung)

Sedangkan menurut

e. Efusi pleura

Efusi pleura merupakan hasil dari peningkatan tekanan pada pembuluh kapiler pleura.

Peningkatan tekanan menyebabkan cairan teransudat pada pembuluh kapiler pleura

berpindah ke dalam pleura. Efusi pleura menyebabkan pengembangan paru – paru

tidak optimal sehingga oksigen yang diperoleh tidak optimal

f. Aritmia

Pasien dengan gagal jantung kongestof kronik memiliki kemungkinan besar

mengalami aritmia. Hal tersebut dikarenakan adanya pembesaran ruang jantung

(peregangan jaringan atrium dan ventrikel) menyebabkan gangguan kelstrikan jatung.

Gangguan kelistrikan yang sering terjadi adalah fibrilasi atrium. Pada keadaan

tersebut, kelistrikan yang sering terjadi adalah fibrilasi atrium. Pada keadaan tersebut,

depolarisasi otot jantung timbul secara cepat dan tudak terorganisir sehingga jantung

tidak mampu berontruksi secara normal. Hal tersebut menyebabkan penurunan

cardiac output dan risiko pembentukan thrombus ataupun emboli. Jenis aritmia lain

yang sering dialami oleh pasien gagal jantung kongestif adalah ventricular

takiaritmia, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada penderita

g. Pembentukan thrombus pada ventrikel kiri

Penyumbatan trombus pada ventrikel kiri dapat terjadi pada pasien gagal jantung

kongestif akut maupun kronik. Kondisi tersebut diakibatkan oleh adanya pembesaran

ventrikel kiri dan penurunan curah jantung. Kombinasi kedua kondisi tersebut

meningkatkan terjadinya pembentukan trombus di ventrikel kiri. Hal yang paling

berbahaya adalah bila terbentuk emboli dari trombus tersebut karena besar

kemungkinan dapat menyebabkan stroke.

h. Pembesaran Hati (Hepatomegaly)

Program Pendidikan Profesi Ners 14


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Pembesaran hati dapat terjadi pada gagal jantung berat, terutama dengan kegagalan

ventrikel kanan. Lobulus hati akan mengalami kongesti dari darah vena. Kongesti

pada hati menyebabkan kerusakan fungsi hati. Keadaan tersebut menyebabkan sel

hati akan mati, terjadi fibrosis dan sirosis dapat terjadi.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

a. Teraapi farmakologis

American Heart Association (AHA) memberikan terapi farmakologi yang kepada

pasien gagal jantung dengan gejala yang berat dan terdapat tanda gagal jantung serta

memiliki komplikasi adalah berupa pemberian obat golongan diuretik, ACE inhibitor,

Bblocker, nitrat, dan digitalis. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah oksigenasi 3

liter per menit, pemberian oksigen untuk pencegahan hipoksia serta mengurangi beban

jantung pada pasien yang mengalami sesak napas. Pemberian diuretik intravena seperti

furosemid akan menyebabkan venodilatasi yang akan memperbaiki gejala walaupun

belum ada diuresis. (Sari, 2016)

1) Diuretics

2) vasodilator

(a) Nitrat

(b) Hydralazine (terutama apabila ditambah dengan regimen digoxin dan terapi

diuretic).

(c) Ace inhibitors (captopril, enalapril) : obat ini bekerja dengan menghambat

conversi angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 melalui angiotensin- converting

enzyme (ACE).

(d) ACE2 reseptor blocker (losartan) : obat

ini mengeblok reseptor A2, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat prolifer

asi dari sel otot. Obat ini biasanya digunakan pada pasien yang intolerance

terhadap ACE inhibitor, akibat efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu

batuk. (National Clinical Guideline Centre, 2010)

(e) Inotropic Drugs

Digitalis glycosides (digoxin)

Program Pendidikan Profesi Ners 15


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

(f) Beta blockers

Obat ini memiliki fungsi untuk  memperbaiki fungsi

ventrikelkiri,gejala, dan functional class, serta memperpanjag survival dari pasie

n  CHF.beta blocker juga memiliki peranan dalam memodifikasi cytokine

(interleukin-10, tumor necrosis alpha (TNF-alpha) dan soluble TNF reseptor

dilakukan pada gagal jantung klas  akhir.

b. Terapi peratama

Yang dapat dilakukan adalah mengoreksi atau stabilisasi berbagai keabnormalan yang

terjadi yang dapat menginduksi munculnya CHF, misalkan iskemia dapat dikontrol

dengan terapi medis atau pembedahan, hipertensi harus selalu terkontrol, dan kelainan

pada katup jantung dapat ditangani dengan perbaikan pada katup tersebut (National

Clinical Guideline Centre, 2010)

c. Terapi Non Farmakologi

Dapat dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah garam

dan rendah kolesterol, tidak merokok, olahraga (National Clinical Guideline Centre,

2010)

9. Basic Promoting Physiologi Of Health

a. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara

normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas.

Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler

dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2013). Terapi oksigen adalah

pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan

terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah

Program Pendidikan Profesi Ners 16


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium

(Mutaqin, 2010). Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan

oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,

mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Haswita, 2017) tanpa

oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan

menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitifterhadap

kekurangan oksigen. Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5

menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih ari 5 menit, dapat terjadi

kerusakan sel otak secara permanen (Kozier, et all, 2010).

b. Fisiologi/Pengaturan

Menurut Mutaqin (2010) ada 3 sistem yang bekerja dalam penyampaian oksigen ke

jaringan tubuh yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi.

Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa

ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi abdomen,

dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada sistem respirasi ada tiga langkah

dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya

sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan

tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi

tekananintrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760

mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveli. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatenan ventilasi yaitu kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi

jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru),

adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan dan

pengempisan paru, kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal

interkosta, internal interkosta, otot abdominal (Mutaqin, 2010).

2. Perfusi Paru Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk

dioksigenasi dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam

arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses

Program Pendidikan Profesi Ners 17


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama

sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke paru-paru

agar dapat terjadi pertukaran gas. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.

Dengan demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan

ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehatpada saat istirahat ventilasi alveolar

(volume tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q)

sekitar 5 lt/menit (Mutaqin, 2010).

3. Difusi Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli dan

darah. Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada sistem

respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel

lain dari area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli,

O2melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi kedalam darah karena

danya perbedaan tekanan PO2yang tinggi dialveolus (100 mmHg) dan tekanan pada

kapiler lebih rendah (PO240 mmHg), sedangkan CO2 berdifusi keluar alveoli akibat

adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Proses

difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran, luas permukaan membran,

komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Kozier et all, 2010 faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

mempengaruhi sistem kardiovaskular sertaa mempengaruhi sistem pernafasan. Faktor

– faktor ini terdiri atas usia, lingkungan, gaya hidup, status kesehatan, pengobatan

dan stress.

1) Usia

Faktor perkembangan merupakan oksigenasi yang sangat penting dalam

fungsi pernafasan. Saat lahir perubahan yang jelas terjadi dalam sistem pernafasan.

Air yang terdapat dalam paru akan keuar, PCO2 meningkat, dan akan berkembang

pada setiao pernafasan berikutnya, mencapai inflamasi penuh pada 2 minggu.

Program Pendidikan Profesi Ners 18


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

2) Lingkunngan

Kemungkinan panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Semakain

tinggi perukaan tanah. Selmakin rendah PO2 dalam pernafasan individu akibatnya,

orang yang berada di ketinggian mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan

frekuensi denyut nadu serta peningkatan kedalaman pernafasan, yang biasanya

menjadi paling jelas terlihat saat infividu berolah raga.

3) Gaya hidup

Olahraga fisik atau aktifitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman

pernafasan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh,

sebaliknya orang yang banyak duduk, kurang memiliki ekspansi alveolar dan pola

nafas dalam seperti tratur mereka tidak mampu berespons secara efektif terhadap

stresor pernafasan.

4) Status kesehatan

Pada orang sehat, sistem pernafasan dapat memberikan cukup oksigen untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Namun, penyakit sistem pernafasan dapat

mempengaruhi oksigenasi darah secara buruk.

5) Medikasi

Beragam pengobatan dapat mempengaruhi frekuensi dan kedalaman pernafasa

n. Obat yang paling sering menyebabkan efek ini adalah hipnotik – sedative

benzoidazpin dan obat antiansietas (mis diazepam (valium), influenzepam

(dalmane). Midazolam (versed), barbiturate (misas fenobarbital), dan narkotik

seperti morfin dan meperidin hidroklorida.

6) Stres

Apabila stres dan stressor dihadapi, baik respon psikologis maupun fisiologis

dapat mempengaryhi oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami hiperventilasi

sebagai respon terhadap stres. Apabila ini terjadi PO2 arteri meningkat dan PCO2

Program Pendidikan Profesi Ners 19


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

menurun.akibatnya orang dapat mengalami berkunang – kunang dan kebas serta

kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan sekitar mulut.

d. Nilai-nilai normal dan cara perhitungan

Menurut Kozier (2010), tebagi atas :

1) Pemberian Oksigen Melalui Nasal Prong (ocygen Canule).

Idikasi penggunaan nasal kanul adalah pada pasien yang membutuhkan oksigen

sekitar 30 – 40 % dan pada pasien yang tidak nyaman menggunakan simple

mask, kenul nasal mengalirkan oksigen berkonsentrasi relative rendah (24 – 45

%) dengan laju aliran 2 – 6 liter/menit Diatas 6/menit, klien cenderung menelan

udara dan FIO2 tidak mengalami peningkatan.

2) Pemberian oksigen dengan masker wajah

Masker wajah yang menutupi hidung dan mulut klien dapat digunakan untuk

inhalasi oksigen, berikut berbagai macam jenis masker wajah dan pemberiannya:

a) masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan konsentrasi dari 40 %

sampai 60 % pada volume aliran masing – masing sebesar 5 – 8 L/menit.

b) masker partial rebreater mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60 % - 90

% pada volume aliran masing – masing 6 – 10 l/menit. kantung rebreater

partial tidak boleh mengempis secara total selama inspirasi untuk

menghindari terbenuknya karbon dioksida.

c) Masker breather. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi yaitu

hingga 99 % - 100 % dengan cara selain intubasi untuk menghindari

terbentuknya karbon dioksida.

d) Masker venturi mengalirkan oksigen dengan konsentrasi bervariasi dari 24 %

sampai 40 % atau 50 % pada aliran 4 – 10 l/menit.

3) Fase Tent dapat menggantikan masker oksigen jika masker kurang tepat/kurang

dapat ditoleransi oleh klien. Fase Tent menyediakan beragam konsentrasi oksigen

mitralnya 30 % sampai 50 % konsentrasi oksigen pada 2 – 5 L/menit.

4) Pemberian oksigen dengan Transtrake dapat digunakan untuk klien yang

bergantung oksigen. Oksigen di hantarkan melui prosedur bedah membaur kulit

Program Pendidikan Profesi Ners 20


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

secara langsung ke trakea, dan sebuah pengikay di sekeliling leher menahan

kateter tetap di tempatnya .

Nilai normal dan cara perhitungan oksigenasi yaitu :

1. Volume paru-paru

a) Volume tidal (VT/TV) 500 Ml atau 5-10 mL/kg

b) Volume cadangan inspirasi (IRV) : 3000 Ml

c) Volume cadangan ekspirasi (ERV) : 1100 Ml

d) Volume residu (RV) : 1200 Ml

2. Kapasitas Paru-paru

a) Kapasitas Vital (VC) : 4600 Ml

Rumus : VC = TVF IRV + ERV

b) Kapasitas inspirasi (IC) : 3500 ML

Rumus : IC = TV + IRV

c) Kapasitas residual fungsional (FRC) : 2300 ML

Rumus : FRC = ERV + RV

d) Total kapasitas paru (TLC) : 5800 Ml

Rumus : TLC = TV + IRV+ ERV+RV

e. Jenis Gangguan

1) Hipoksia

Hipoksia adalah suatu kondisi ketidak cukupan oksigen di tempat manapun di

dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan

dengan setiap bagian dalam pernafasan – ventilasi , difusi gas, atau transport gas

oleh darah dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau

semua bagian dalam proses tersebut.

2) Perubahan pola pernafasan

Pola pernafasan menunjukan frekuensi, volume, irama, dan kemudahan relative

atau upaya pernafasan. Respirasi normal (eupnea) bersiat tenang, berirama, dan

tanpa mengeluarkan usaha.

Program Pendidikan Profesi Ners 21


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

a) Takipnea ( frekuensi nafas cepat) dijumpai pada saat demam, asidosis

metabolic, nyeri, dan hiperkapnia atau hipoksemia.

b) Bradipnea adalah frekuensi pernafasan lambat secara abnormal, yang dapat

dijumpai pada klien yang menggunakan obat – obatan seperti morfin, yang

mengalami alkalosis metabolic, atau yang mengalami peningkatan tekanan

intracranial (mis akibat cidera otak),

c) Apnea adalah henti nafas.

3) Obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan nafas total atau parsial dapat terjadi di manapun, di sepanjang

saluran pernafasan atas atau bawah. Obstruksi jalan nafas atas yaitu hidung,

faring atau laring dapat terjadi karena benda asing seperti makanan, karena

lidah akan terjatuh ke belakang menutup orofaring saat seseorang tidak sadar,

atau saat sekresi menumpuk di saluran napas. (kozier, 2010)

10. Pengkajian Keperawatan

1) Identifikasi : nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, alamat,

diagnose medis dan tanggal masuk rumah sakit.

2) Keluhan utama : rasa tertimpa beban berat pada dada kiri.

3) Riwayat kesehatan :

a. Riwayat penyakit sekarang : datang dengan keluhan nyeri dada dirasakan

menjalar

b. Riwayat penyakit dahulu

c. Riwayat penyakit keluarga

4) Pengkajian kebutuhan dasar klien

a. Aktivitas dan latihan : kelemahan, kelelahan, takikardi.

b. Tidur dan istirahat : tidur gelisah, tidak nyenyak

c. Kenyamanan dan nyeri : wajah meringis, perubahan TD

d. Nutrisi : kurang nafsu makan

e. Cairan, elektrolit dan asam basa : hypervolemia

f. Oksigenasi : dyspnea, sianosis

Program Pendidikan Profesi Ners 22


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

g. Eliminasi fekal

h. Eliminasi urine

i. Sensori, persepsi kognitif : perubahan mental, kelemahan

5) Pemeriksaan fisik

Tanda : dyspnea, takipnea, takikardi, edema, nyeri dada anterior

6) Psikososial budaya dan spiritual

7) Pemeriksaan penunjang

a. EKG : menunjukan ada infark miokard

8) Terapi medis

11. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi yang ditandai dengan dispnea

b. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung yang ditandai dengan

takikardia

c. Kelebihan volume cairanb.d kelebihan asupan cairan yang ditandai dengan gangguan

integritas kulit

Program Pendidikan Profesi Ners 23


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Perawat : Nia

Tanggal Pengkajian : 10 September 2019

Jam pengkajian : 09:00 WIB

1. Biodata :

a. Pasien

Nama : Tn. M
Umur : 72 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kebumen
Tanggal Masuk RS : 09 September 2019
Jam MRS : 17.15 WIB
Diagnosa Medis : CHF
b. Penanggung Jawab

Nama : Ny A
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam

Program Pendidikan Profesi Ners 24


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kebumen
Hubungan dengan : Anak menantu

klien
2. Keluhan utama :

Sesak nafas ± 1 minggu

3. Riwayat Kesehatan :

1) Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napas, dibawa oleh keluarga ke puskesmas

tanahan dan diopnam di ICU 7 hari pulang, setelah itu pasien control 1 bulan, setelah itu

pasien mengalami batuk dan masih mengalami sesak dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Dr

Soedirman Kebumen selama 1 minggu dirawat di IGD, masuk ICCU, HCU dibawa ke

bangsal dahlia 1 hari dan terakhir dibawa ke bangsal kenanga

2) Riwayat Penyakit Dahulu :

1) Penyakit yang pernah dialami

a. Kanak-kanak : Tidak ada

b. Kecelakaan : Tidak ada

c. Pernah dirawat : Pasien mengatakan tidak pernah

d. Operasi : Pasien mengatakan tidak pernah operasi

2) Alergi : Tidak ada

3) Imunisasi : Pasien mengatakan lupa

4) Kebiasaan : Tidak ada

5) Obat-obatan

a. Lamanya : ± 2 Tahun

b. Macam : Antasida

3) Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

Program Pendidikan Profesi Ners 25


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Genogram

Tn M

Keterangan Genogram:

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

: Pasien

: Hubungan Keluarga

Program Pendidikan Profesi Ners 26


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

4. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktivitas dan latihan

1) Sebelum Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat beraktivitas

seperti biasanya sendiri tanpa ada gangguan

2) Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien tidak dapat

beraktivitas hanya terbaring ditempat tidur

DO : Pasien tampak terbaring ditempat tidur

Kemampuan ambulasi & ADL(Indeks Barthel):

Aspek Kriteria Sebelum sakit Selama sakit

Makan/minu 0 : Tidak mampu 2 1


m
1 :Butuh bantuan memotong,
menyuap
2 : mandiri

Mandi 0:Tergantug orang lain 1 0


1 : Mandiri

Perawatan 1 0
0 :Membutuhkan bantuan orang lain
diri
(Grooming) 1 : Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur

Berpakaian/b 0 :  Tergantung 2 0


erdandan
orang lain
1 : Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2  :  Mandiri

BAK 0  : inkontinensia 2 0
atau pakai kateter
dan tidak
terkontrol

Program Pendidikan Profesi Ners 27


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

1  : Kadang Inkontinensia (maks,


1x24 jam)
2 :   Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)

Buang air 0  : Inkontinensia (tidak teratur atau 2 0


besar perlu enema)
(Bladder)
1: Kadang
Inkontensia (sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)

Penggunaan 0 : Tergantung 2 0


toilet
bantuan orang
lain
1 : Membutuhkanbantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 :  Mandiri

Berpindah 0 : Tidak mampu 3 0


1 : Butuh bantuan untuk bisa duduk
(2 orang)
2 : Bantuan kecil (1orang)
3 :Mandiri

Berjalan/mo 0 : Immobile (tidak mampu) 3 0


bilitas
1  :Menggunakan kursi roda
2  : Berjalan dengan bantuan satu
orang
3  : Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)

Naik turun 1 :  Tidak mampu 2 0


tangga 1:Membutuhkan bantuan
1 (alat bantu)
2 :    Mandiri

Nilai
Interpretasi hasil

Ketergantungan total 0–4

Ketergantungan Berat 5-8

Ketergantungan Sedang 9-11

Ketergantungan ringan 12-19

Program Pendidikan Profesi Ners 28


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Mandiri 20

Hasil interpretasi Penilaian pasien: Ketergantungan total

Tabel skala jatuh dari morse :

No Pengkajian Skala Nilai Ket

1 Riwayat jatuh : apakah jatuh Tidak 0 0 Tidak


dalam 3 bulan terakhir.
Ya 25

2 Diagnosa sekunder : Apakah Tidak 0 0 Tidak


memiliki lebih dari satu penyakit.
Ya 15

3 Alat Bantu jalan : 0 0


     Bedrest / dibantu
perawat

      Kruk / tongkat / walker. 15

     Berpegangan pada benda 30


– benda sekitar. (Kursi,
lemari,meja).

4 Terapi intravena : Apakah saat Tidak 0 20 Ya


ini terpasang infus.
Ya 20

5 Gaya Berjalan / cara 0 20


Berpindah:
      Normal / Besrest /
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)

      Lemah tidak bertenaga. 10

      Gangguan atau tidak 20


normal(pincang /diseret).

6 Status mental: 0 15
      Menyadari kondisi
dirinya.

M mengalami keterbatasan 15
daya ingat.

Total nilai 55

Tingkatan Resiko Nilai MPS

Program Pendidikan Profesi Ners 29


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Tidak Beresiko 0 – 24

Resiko Rendah 25 – 50

Resiko Tinggi ≥51

Hasil interpretasi Penilaian pasien: Resiko Tinggi

5. Tidur dan istirahat

a. Sebelum Sakit

DS : Pasien mengatakan ssebelum sakit pasien tidur sekitar 5-6 jam saat

malam hari dan tidak pernah tidur siang.

b. Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien susah

tidur karena sesak

DO : terdapat kantung mata. Pasien tampak lemas dan mengantuk

6. Kenyamanan dan nyeri

a. Sebelum Sakit

DS : pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah nyeri seperti sekarang

ini, biasanya hanya nyeri karena sakit kepala saja.

b. Selama Sakit

Data Subyektif

Onset : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

Paliatif : pasien mengatakan nyeri berkurang ketika posisi setengah duduk

Provocatif : pasien mengatkan nyeri bertambah ketika bergerak atau berubah

posisi

Quality : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk

Region : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dibagian dada

Program Pendidikan Profesi Ners 30


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Nyeri dada

Severity/Scale : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dari skala 1-10 yaitu 5

Time : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan datangnya selama kurang

lebih 1 menit

Data Obyektif : pasien tampak menahan nyeri, pasien menunjukkan nyeri di bagian

dada kiri

7. Nutrisi

a. Sebelum Sakit

DS : pasien mengatakan sebelum sakit makan 3-4 x sehari, adapun

makanan yang pasien sukai yaitu sayur sop

b. Selama Sakit

DS : pasien mengatakan selama sakit nafsu makannya berkurang karena

rasa makanan yang agak hambar, yang dimakan hanyar bubur saja.

DO : makanan pasien masih tersisa sayur 1 porsi dan lauk 1 porsi, bubur

habis ¾ porsi

A : BB=70 kg, TB=160 cm, IMT = BB (kg)

8. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa

a. Sebelum Sakit

DS : keluarga pasien mengatakan sebelum sakit minum air putih 4-6 gelas

belimbing atau sekitar 800-1200 cc perhari.

Program Pendidikan Profesi Ners 31


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

b. Selama Sakit

DS : keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien hanya

mengkonsumsi air putih sebanyak 3-4 gelas belimbing atau sekitar 600-800 cc perhari.

DO : pasien terpasang infus RL 15 tpm, turgor kulit tidak elastis, mukosa

bibir kering.

Dari Pukul .............................sampai dengan pukul .................................

Input Output

Makan Urin 1000 cc

Minum 300 ml Feses

Air metabolisme 5x48 = 240 cc IWL 720 cc

Infus* 1250 ml Drainage*

Nutrisi NGT* Perdarahan*

Obat* 30 cc Muntah*

Lainnya Lainnya

Total 1790 Total 1720

*kalau ada

Balance cairan = Input – Output

= 1790 - 1720

= 70 cc

9. Oksigenasi

a. Sebelum Sakit

DS : Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien tidak mengalami sesak

napas

b. Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien mengalami sesak

napas

DO : Pasien terpasang oksigen 5 liter, Rr : 28x/menit

Program Pendidikan Profesi Ners 32


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

10. Eliminasi Fekal/Bowel

a. Sebelum Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB satu kali

sehari, BAB lembek berwarna kuning kecoklatan.

b. Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien BAB 1 kali selama

dirawat di RS

DO : Tidak terkaji

11. Eliminasi urin

a. Sebelum Sakit

DS : Keluarga mengatakan sebelum sakit BAK pasien bisa 5-6 kali dalam

sehari

b. Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit BAK pasien tidak menentu

DO : Pasien terpasang kateter, dari jam19.00-06.00 sebanyak 1500 cc dan

jam 07.00-19.00 sebanyak 1000 cc

12. Sensori, persepsi dan kognitif

a. Sebelum Sakit

DS : Keluarga mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan pada fungsi

pendengaran, penglihatan dan penciuman.

b. Selama Sakit

DS : Keluarga mengatakan selama sakit pendengeran pasien sedikit

terganggu, diajak bicara sedikit tidak nyambung

DO : Pasien tampak bingung mendengarkan ajakan bicara keluarga

Program Pendidikan Profesi Ners 33


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

13. Pemeriksaan Fisik :

1) Keadaan Umum :

Kesadaran : Composmentis

GCS :E:4 V:5 M : 6 = 15

Vital Sign : TD : 160/80 mmHg

Nadi : Frekuensi : 75 x/mnt

Irama : Reguler

Kekuatan/isi : Kuat

Respirasi : Frekuensi : 28 x/mnt

Irama : Reguler

Suhu : 37 oC

2) Kepala :

Kulit Kepala : Kotor, tidak ada benjolan

Rambut : rambut pasien teraba kering warna putih beruban

Muka : bentuk muka pasie oval, warna kulit sawo matang

Mata

Palpebra : tidak ada benjolan

Kornea : keruh

Sklera : ikterik

Pupil : ishokor kanan dan kiri

Lensa : lensa mata pasien hitam

Program Pendidikan Profesi Ners 34


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Visus : ………………………………………………………………………

Hidung : bersih, terdapat 2 lubang

Mulut : tidak ada stomatitis

3) Telinga : simetris kanan dan kiri

4) Leher : Tidak tampak ada bejolan pada leher, tidak ada gangguan menelan

5) Punggung : tidak ada luka tirah baring

6) Pinggang : tidak tampak ada jejas atau memar

7) Dada : Bentuk : tidak simetris

a) Pulmo : Inspeksi : perkembangan dada dextra dan sinistra tidak sama besar

Palpasi : tampak pembesaran cardiomegaly di dada sebelah kiri

Perkusi : Redup

Auskultasi : Ronchi

b) Cor : Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak tampak ictus cordis 5

Palpasi : Tidak teraba massa

Perkusi : Redup

Auskultasi : Suara S1 lebih besar dari suara S2

8) Abdomen

Inspeksi : Tidak terdapat striase dan jejas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus 8x/ment

9) Genetalia :

DS : Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguan digenetalia pasien

DO : Tidak terkaji

10) Rectum :

DS : Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguang directum pasien

DO : Tidak terkaji

Program Pendidikan Profesi Ners 35


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

11) Ektremitas :

DS : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menggerakkan kaki dan

tangan

DO : terdapat odem di kaki kanan kaki kiri tangan kanan tangan kiri

14. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :

Psikologis :

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : pasien mengatakan ingin cepat sembuh.

Cara mengatasi perasaan tersebut : pasien hanya bisa berdoa.

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : pasien akan mengikuti prosedur

pengobatan sampai sembuh, dan jika sudah sembuh pasien bisa berkumpul dengan keluarga

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : pasien akan mengikuti prosedur pengobatan di

RS sampai ia sembuh

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : pasien mengatakan ia hanya tahu kalau

ia sakit karna faktor usia

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : pasien mengatakan peran nya dimasyarakat hanya

sebagai masyarakat biasa

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : lingkungan yang kotor

cara mengatasinya : pasien setiap pagi membantu bersih-bersih dirumah

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : pasien mengatakan tidak tahu

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Jawa

Program Pendidikan Profesi Ners 36


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: pasien mengatakan tidak ada

Spiritual :

Aktivitas ibadah sehari-hari : sholat 5 waktu

Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : ke masjid

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami: pasien

mengatakan tidak tahu

Program Pendidikan Profesi Ners 37


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

15. Pemeriksaan Penunjang :

(Hasil pemeriksaan laboratorium,radiology, EKG,EEG dll)

Pemeriksaan Laboratorium :

Tanggal :6 - 09 - 2019, Jam :10:41

Jenis Pemeriksaan Hasil Harga Normal Satuan Interpretasi hasil

Hemoglobin 11,6 13,2-17,3 g/dL Indikasi anemia

Leukosit 3,0 3.8-10,6 10^3/uL Resiko infeksi

Hematocrit 32 40-52 % Resiko indikasi anemia

Eritrosit 4,2 4.40-5.90 10^6/uL Resiko indikasi anemia

Trombosit 134 150-440 10^3/Ul Resiko indikasi anemia

Eosinofil 1,00 2-4 % Ada reaksi alergi atau


infeksi

Basofil 0,30 0-1 % Tidak ada reaksi alergi

Limfosit 12,60 22-40 % Resiko trauma

Monosit 11,60 2-8 % Ada indikasi stress

SGOT < 37 214 U/L Tidak ada indikasi


anemia

SGPT < 42 162 U/L Tidak ada kerusakan


hati

Creatinin 0,65 0,8-1,3 Mg/dl Resiko kerusakan


ginjal

Ureum 98 10-50 Mg/dl Terjadi kerusakan


ginjal

Program Pendidikan Profesi Ners 38


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Pemeriksaan Radiologi, EKG/EEG/USG/SCANNING/dsb :

Tanggal :…, Jam :…………..

Jenis Pemeriksaan Hasil Bacaan Kesan Interpretasi hasil

USG Mengarah

hepatitis kronis

disertai asitis,tak

tampak pelebaran

vena

hepatitis,seludge

visika velka,

penebalan dinding

VF EC edema VF

Rontgen Cardiomegali

Odema Pulmo

Aortoskleroisis

Program Pendidikan Profesi Ners 39


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

1) Terapi Medis :

Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi

Cairan IV Asering 14 tpm Infus Mengganti cairan tubuh

Obat parenteral Cefrianxone 2x1 gram IV Meredakan nyeri

Ranitidin 2x50 mg IV Mual muntah

Vitamin K 3X1 2 mg IV Sebagai suplemen

Citicolin 2x250 mg IV Untuk mencegah


kerusakan otak

Obat peroral OBH sirup 3x1 Oral Untuk mengencerkan


dahak

Curcuma 1x1 Oral Sebagai suplemen

Digoxin 2x ½ tab Oral Untuk mengobati penyakit


jantung

Coten 1x1 Oral Untuk menurunkan


kolesterol

Urdahex 3x1 Oral Untuk mengatasi batu


empedu

Obat Topikal

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Program Pendidikan Profesi Ners 40


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. M No. Register : 410047

Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat :Kenanga Alamat : Kebumen


TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

10/9/2019 DS : Pasien mengatakan ia merasa sesak Keletihan otot Hambatan Ventilasi

pernafasan Spontan
DO : RR : 28 x/menit

Terdapat retraksi dinding dada

SaO2 : 75%

Program Pendidikan Profesi Ners 41


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

10/9/2019 DS : Pasien mengatakan ia merasa sesak Perubahan frekuensi Penurunan Curah

jantung Jantung
DO : Pasien terpasang Nasal Kanul 5 L

Nadi : 100 x/menit RR : 28 x/menit

EKG : Sinus Takikardia

Possible Myocardial infarction

Program Pendidikan Profesi Ners 42


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Program Pendidikan Profesi Ners 43


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

10/9/2019 DS : Pasien mengatakan kedua tangan Kelebihan asupan Kelebihan Volume

dan tungkai kakinya bengkak cairan Cairan

DO : Tampak tangan dan kedua kaki

pasien bengkak

Piting odema lambat

Hematokrit = 32 (normal 40-52)

Hemoglobin = 11,6 (normal 13,2-17,3)

Program Pendidikan Profesi Ners 44


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Hambatan Ventilasi Spontan b.d keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan penurunan
saturasi oksigen, dispnea, peningkatan frekuensi jantung
2. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi jantung yang ditandai dengan perubahan
Elektrokardiogram, dispnea, perubahan tekanan darah
3. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan yang ditandai dengan edema, dipsnea,
bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas

Program Pendidikan Profesi Ners 45


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

RENCANA TINDAKAN

Nama klien : Tn.M No. Register: 410047


Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis: CHF
Ruang : Kenanga Alamat : Kebumen

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasionalisasi Nama/


Keperawatan Hasil TTD
1 Hambatan NOC : status NIC:monitor 1. Agar dapat memantau
Ventilasi pernafasan (0415) pernafasan(33 irama pernafasan
Spontan b.d 40) 2. Agar dapat memantau
keletihan otot Setelah dilakukan 1. Memonitor suara nafas tambahan
pernafasan tindakan kecepatan, pasien
yang ditandai keperawatan 3x24 irama 3. Agar dapat memantau
dengan jam diharapkan kedalaman dan saturasi oksigen
penurunan status pernafasan kesulitan 4. Memantau hasil
saturasi pasien ditingkatkan bernafas thoraks dapat
oksigen, dari level 2 2. Memonitor
peningkatan (devisiasi yang suara nafas
frekuensi, cukup besar dari tambahan
dispnea kisaran normal ) seperti ngorok
(00033) menjadi level 4 atau mengi
(devisiasi ringan 3. Memonitor
kisaran normal) saturasi oksigen
dengan kriteria pada pasien
hasil : yang tersedasi,
sesuai dengan
1. frekuensi
protokol yang
pernafasan
ada
2. irama
4. Memonitor hasil
pernafasan
thoraks
3. suara auskultasi
nafas
NIC: Terapi
4. saturasi oksigen
oksigen
( 3320) 1. Agar dapat
1. Pertahankan mempertahankan
kepatenan jalan kepatenan jalan nafas
nafas 2. Agar dapat memonitor
2. Monitor aliran aliran oksigen
oksigen 3. Agar dapat memonitor
3. Monitor efektivitas oksigen
efektivitas terapi
oksigen

NIC :
Manajemen
jalan nafas 1. Agar dapat
1. Memposisikan memposisikan pasien
pasien untuk untuk meringankan

Program Pendidikan Profesi Ners 46


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

meringankan sesak nafas


sesak n afas 2. Agar dapat melakukan
2. Melakukan fisioterapi
fisioterapi dada 3. Agar dapat membantu
sebagaimana kelola nebulizer
semestinya 4. Agar dapat membantu
3. Mengelola pasien bernafas pelan
nebulizer
ultrasonik
sebagainya
mestinya
4. Memotifasi pasien
untuk bernafas
pelan
2 Penurunan NOC: Keefektifan NIC : Perawatan
curah jantung Pompa Jantung Jantung (4040)
b.d (0400) 1. Memonitor tanda- 1. Untuk mengetahui
perubahan Setelah dilakukan tanda vital secara hasil TTV pasien
frekuensi tindakan rutin 2. Agar mengetahui
jantung yang keperawatan 3x 24 2. Memonitor EKG, apakah ada kelainan
ditandai jam diharapkan adalah perubahan atau perubahan EKG
dengan status keefektifan segmen ST, 3. Agar dapat mengatasi
dispnea, pompa jantung sebagaimana nyeri yang dirasakan
perubahan pasien ditingkatkan mestinya pasien
tekanan dari level 2 (deviasi 3. Mengevaluasi
darah, yang cukup besar episode nyeri
perubahan dari kisaran normal) dada
elektrokardio ke level 4 (deviasi (intensitas,lokasi,
gram ringan dari kisaran radiasi, durasi dan
normal dengan faktor yang
kriteria hasil: memicu serta
1. Tekanan darah meringankan
sistole nyeri dada
2. Tekanan darah Perawatan Jantung
diastole Rehabilitatif (4046)
3. Denyut nadi 1. Monitor toleransi 1.agar mengetahui
perifer pasien terhadap kemampuan pasien
4. Dyspnea pada aktivitas dalam melakukan
saat istirahat 2. instruksikan aktivitas
5. Dyspnea pada kepada pasien dan 2. agar pasien dapat
saat istirahat keluarga mengenai merubah pola dan
6. Dyspnea dengan modifikasi faktor kebiasaan yang
aktivitas ringan risiko jantung dilakukan
3. instruksikan pasien 3. agar dapat
dan keluarga menginstruksikan
mengenai aktivitas yang bisa
pertimbangan khusus dilakukan dan tidak
terkait aktivitas bisa dilakukan pada
sehari-hari pasien jantung
Pemberian Obat
(2300)
1. Memonitor
kemungkinan
alergi terhadap
obat, interaksi dan
kontraindikasi,
termasuk obat-

Program Pendidikan Profesi Ners 47


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

obatan diluar
konter dan obat-
obatan herbal
2. Mengikuti
prosedur lima
benar dalam 1. Agar mengetahui
pemberian obat apakah pasien alergi
3. Memberikan atau tidak
obat-obatan 2. Agar tidak salah dalam
sesuai dengan memberikan obat
teknik dan cara 3. Agar rute dan cara
yang tepat pemberian yang
4. Mendokumentasi diberikan tidak salah
kan pemberian 4. Agar pasien dapat
obat dan respon mengetahui obat apa
klien pemberian saja yang sudah
(misalnya, nama diberikan
generik obat,
dosis, waktu,
cara, alasan
pemberian obat
dan efek yang
dicapai) sesuai
dengan protokol
Kelebihan NOC : NIC :
volume Keseimbangan pengecekan
cairanb.d cairan kulit (3590)
kelebihan 1. Amati warna,
asupan cairan Setelah dilakukan kehangatan, 1.agar dapat
yang ditandai keperawatan 3x24 bengkak, memonitor edema
dengan jam, status pulsasi, tekstur, pada pasien
edema, keseimbangan cairan edema, dan
dipsnea, ditingkatkan dari ulserasi pada
bunyi nafas level 2 (banyak ekstremitas.
tambahan, terganggu) ke level 2. Lakukan
gangguan 4 (sedikit terganggu) langkah – 2.agar dapat
pola nafas dengan kriteria langkah untuk memantau kerusakan
hasil: mencegah pada lapisan kulit
kerusakan lebih
1. Keseimbangan
lanjut
intake dan output
misalnya,
dalam 24 jam
(melapisi
2. Turgor kulit kasur,
menjadwalkan
3. Edema perifer reposisi)
3. Mengajarkan
anggota 3.agar keluarga dapat
keluarga atau mengetahui dan
pemberi asuhan mencegah kerusakan
mengenai pada kulit pasien
tanda-tanda
keruskan kulit
dengan cepat.

Program Pendidikan Profesi Ners 48


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Manajemen
Cairan (4120)
1. Menjaga
intake/asupan 1. Agar dapat memantau
yang akurat pemasukan dan
dan catat pengeluaran pasien
output pasien 2. Agar mengetahui hasil
2. Memonitor laboratorium pasien
hasil normal atau tidaknya
laboratorium 3. Agar dapat memantau
yang relevan asupan makanan/
dengan retensi cairan pasien
cairan 4. Agar pasien
(misalnya, mendapatkan terapi
peningkatan obat-obatan terkait
berat jenis, penyakit yang dialami
penigkatan
BUN,
penurunan
hematokrit,
dan
peningkatan
kadar
osmolalitas
urin)
3. Memonitor
makanan/caira
n yang
dikonsumsi
dan hitung
asupan kalori
harian
4. Memberikan
terapi IV
seperti yang
ditentukan

Program Pendidikan Profesi Ners 49


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn.M No. Register :410047


Umur : 72 Tahun Diagnosa Medis: CHF
Ruang : Kenanga Alamat : Kebumen

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD


1. Hambatan 10/9/19 09:00 1. Memonitor kecepatan, irama S=
kedalaman dan kesulitan pasien mengatan
Ventilasi bernafas sesak nafas sudah
DS : pasien mengatakan cukup berkurang
Spontan sulit untuk bernafas dari sebelumnya
DO : RR: 28 O=
Pasien tampak sulit menarik terpantau
nafas RR 28 nasalkanul
2. Memonitor aliran oksigen terpasang
DO: pasien terpasang nasalkanul 5L
09:10
oksigen dengan nasal kanul A=
5L Setelah dilakukan
3. Memonitor efektivitas terapi tindakan
09:20 oksigen keperawatan 3x24
DS : Pasien mengatakan jam diharapkan
sesak sudah berkurang, status pernafasan
karena sudah terpasang pasien
oksigen ditingkatkan dari
DO : Pasien masih tampak level 2 (devisiasi
retraksi dinding dada yang cukup besar
4. Memposisikan pasien untuk dari kisaran normal
09:30 meringankan sesak nafas ) menjadi level 4
DS : Pasien mengatakan (devisiasi ringan
terasa sesak jika berbaring kisaran normal)
DO : pasien diposisikan Tujuan belum
semivouler tercapai
09:35 5. Memotifasi pasien untuk P=
bernafas pelan Lanjutkan
DS : pasien mengatakan intervensi
susah untuk bernafas normal 1. Memonitor
DO : pasien tampak susah kecepatan, irama
untuk bernafas pelan tanpa kedalaman dan
bantuan oksigen kesulitan bernafas
6. Memonitor saturasi oksigen 2. Memonitor
09:35 pada pasien yang tersedasi, aliran oksigen
sesuai dengan protokol yang 3. Memonitor
ada efektivitas terapi
DO : 75% oksigen
7. Memonitor hasil thoraks 4. Memposisikan

Program Pendidikan Profesi Ners 50


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

DO : Terdapat Cardiomegali pasien untuk


Odem pulmo meringankan
10:30 Aortosklerosis sesak nafas
5. Memonitor
saturasi oksigen
pada pasien yang
tersedasi, sesuai
dengan protokol
yang ada

2. Penurunan 10/9/19 11:00 1. Memonitor tanda-tanda vital S=


secara rutin Pasien mengatakan
Curah Jantung DS : Pasien mengatakan masih merasa sesak
masih merasa sesak, pusing O=
DO : TD = 160/80 TD = 160/80
N = 75 S = 37C RR = 28 mmHg N = 75 S =
x/menit 37 RR = 28 x/menit
2. Memonitor EKG, adalah Obat-obatan
09:00
perubahan segmen ST, diberikan melalui
sebagaimana mestinya intravena dan oral
DS : - A=
DO : Ada ST elevasi Setelah dilakukan
3. Mengevaluasi episode nyeri tindakan
11:00 dada (intensitas,lokasi, keperawatan 3x 24
radiasi, durasi dan faktor jam diharapkan
yang memicu serta status keefektifan
meringankan nyeri dada pompa jantung
DS : pasien ditingkatkan
Onset = pasien mengatakan dari level 2 (deviasi
nyeri yang dirasakan hilang yang cukup besar
timbul Paliatif = Pasien dari kisaran
mengatakan nyeri berkurang normal) ke level 4
ketika posisi setengah duduk (deviasi ringan dari
Provocatif = Pasien kisaran normal
mengatakan nyeri bertambah Tujuan belum
ketika bergerak atau berubah tercapai
posisi P=
Quality = Pasien mengatakan Lanjutkan
nyeri yang dirasakan seperti intervensi
ditusuk-tusuk 1. Memonitor
Region = Pasien mengatakan tanda-tanda
nyeri yang dirasakan dibagian vital secara
dada rutin
Severity/Scale = Pasien 2. Mengevaluasi
mengatakan nyeri yang episode nyeri
dirasakan skala 1- 10 yaitu 3 dada
DO: Pasien tampak menahan (intensitas,lokas
nyeri di bagian dada kiri i, radiasi, durasi
11:10 4. Monitor toleransi pasien dan faktor yang
terhadap aktivitas memicu serta
DS : Pasien mengatakan ia meringankan
lemas nyeri dada
DO : Pasien tampak bedres 3. Monitor
ditempat tidur toleransi pasien
5. Menginstruksikan kepada terhadap
pasien dan keluarga mengenai aktivitas

Program Pendidikan Profesi Ners 51


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

11: 11 modifikasi faktor risiko 4. Memberikan


jantung obat-obatan
DS : Pasien mengatakan ia sesuai dengan
dapat mengerti bahwa harus teknik dan cara
mengikuti diet seperti tidak yang tepat
boleh minum banyak
DO : Pasien diberikan
penjelasan bahwa harus
membatasi cairan
11:12 6. Menginstruksikan pasien dan
keluarga mengenai
pertimbangan khusus terkait
aktivitas sehari-hari
DS : -
DO : Pasien dan keluarga
diberi penjelasan bahwa
dengan keadaanya saat ini ia
perlu membatasi aktivitasnya.
09.00 7. Monitor kemungkinan alergi
terhadap obat, interaksi dan
kontraindikasi, termasuk
obat-obatan diluar konter dan
obat-obatan herbal
DS: Pasien mengatakan tidak
ada alergi obat
DO: Tidak tampak gatal-gatal
atau kemerahan pada tangan
dan kaki pasien
09.05 8. Memberikan obat-obatan
sesuai dengan teknik dan cara
yang tepat
DS : Pasien mengatakan
nyerinya sudah berkurang
saat diberikan obat
DO : Pasien diberikan obat
ketorolac 30 mg 1x1. Pasien
tidak tampak menahan nyeri
09.10 9. Mendokumentasikan
pemberian obat dan respon
klien pemberian (misalnya,
nama generik obat, dosis,
waktu, cara, alasan pemberian
obat dan efek yang dicapai)
sesuai dengan protokol
DS: Pasien mengatakan
sedikit mengerti tentang
penjelasan obat yang
diberikan
DO: Obat diberikan melalui
IV dan Oral. Ketika ditanya
kembali tentang penjelasan
obat pasien sedikit mengerti
dan memahami

3. Kelebihan 10/9/19 16:00 1. Mengamati warna, S :

Program Pendidikan Profesi Ners 52


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

volume kehangatan, bengkak, Pasien mengatakan


pulsasi, tekstur, edema, dan kedua tangan dan
cairan ulserasi pada ekstremitas. kaki pasien bengkak
DS: Pasien mengatakan dan terasa panas
kedua kaki bengkak dan O:
terasa panas Terdapat piting
DO:kedua tangan dan kaki odema
pasien terlihat bengkak Pasien
terasapanas piting oedema menggunakan
2. Melakukan langkah –langkah kateter urine pasien
16:00
untuk mencegah kerusakan 1000 cc. Pasien
lebih lanjut misalnya, diberikan infus RL
(melapisi kasur, 1250 cc/hari
menjadwalkan reposisi) A:
DS: Pasien mengatakan akan Setelah dilakukan
lebih nyaman keika bantal keperawatan 3x24
diletakan dibawah kaki jam, status
DO : pasien terlihat nyaman keseimbangan
dengan bantal dibawah kedua cairan ditingkatkan
kaki dari level 2 (banyak
3. Mengajarkan anggota terganggu) ke level
17:00
keluarga atau pemberi asuhan 4 (sedikit terganggu
mengenai tanda-tanda Tujuan belum
keruskan kulit dengan cepat. tercapai
DO:memberikan edukasi P:
kepada keluarga tentang cara Lanjutkan
mengurangi bengkak dengan intervensi
cara meninggikan kaki pasien 1. Amati warna,
agar bengkaknya berkurang kehangatan,
dan keluarga memperhatikan bengkak,
18:00 5. Menjaga intake/asupan yang pulsasi, tekstur,
akurat dan catat output pasien edema, dan
DS : Pasien mengatakan ulserasi pada
selama sakit ia hanya minum ekstremitas.
air sedikit 3 gelas sekitar 300 5. Menjaga
ml intake/asupan
DO : Pasien menggunakan yang akurat dan
kateter urine pasien 1000 cc. catat output
Pasien diberikan infus RL pasien
1250 cc/hari 6. Memonitor
6. Memonitor hasil laboratorium hasil
yang relevan dengan retensi laboratorium
cairan (misalnya, peningkatan yang relevan
19:00 berat jenis, penigkatan BUN, dengan retensi
penurunan hematokrit, dan cairan
peningkatan kadar osmolalitas (misalnya,
urin) peningkatan
DS : - berat jenis,
DO : Hematokrit =32% (nilai penigkatan
normal 40-52) tidak ada BUN,
indikasi anemia penurunan
Ureum =98 mg/Dl (nilai hematokrit, dan
normal 10-50) ada indikasi peningkatan
gangguan ginjal kadar
Creatinin = 0,65mg/Dl (nilai osmolalitas
normal 0,8-1,3) tidak ada urin)
indikasi kerusakan ginjal 7. Memonitor

Program Pendidikan Profesi Ners 53


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

7. Memonitor makanan/cairan makanan/cairan


yang dikonsumsi dan hitung yang
19:10 asupan kalori harian dikonsumsi dan
DS : Pasien mengatakan hitung asupan
selama sakit ia hanya minum kalori harian
susu yang diberikan oleh 8. Memberikan
petugas rumah sakit. Sekitar terapi IV
200 cc dan hanya dihabiskan seperti yang
setengah gelas saja ditentukan
DO : Susu yang diberikan berikan cairan
dari RS tampak masih tersisa dengan tepat
½ gelas
8. Memberikan terapi IV seperti
20:00 yang ditentukan berikan
cairan dengan tepat
DS : Pasien mengatakan saat
diberikan suntikan obat ia
merasa sedikit membaik
DO : Pasien diberikan infus
RL 14 tpm
Ceftriaxone 2x1 gram
Ranitidin 2x50 mg
Vit.K 3x1 1 ampul Citicolin
2x250 mg
1. Hambatan 11/9/19 05:00 1. Memonitor kecepatan, irama S=
kedalaman dan kesulitan pasien mengatan
Ventilasi bernafas sesak nafas sudah
DS : pasien mengatakan berkurang dari
Spontan sesaknya sudah berkurang sebelumnya
dari sebelumnya O:
DO :RR: 26x/m RR 26 nasalkanul
Pasien tampak sulit menarik 5L
05:00 nafas A:
2. Memonitor aliran oksigen Setelah dilakukan
DO: pasien terpasang oksigen tindakan
dengan nasal kanul 5L keperawatan 3x24
3. Memonitor efektivitas terapi jam diharapkan
05:10 oksigen status pernafasan
DS : Pasien mengatakan pasien
sesak sudah berkurang, ditingkatkan dari
sedikit karena sudah level 2 (devisiasi
terpasang oksigen yang cukup besar
DO :pasien tidak terlihat dari kisaran normal
bernafas cepat atau ) menjadi level 4
mengapan (devisiasi ringan
05:20 4. Memposisikan pasien untuk kisaran normal)
meringankan sesak nafas Tujuan belum
DS:pasien mengatakan terasa tercapai
sesak jika berbaring P : Lanjutkan
05:20
DO:pasien diposisikan intervensi
semivouler 1. Memonitor
5. Memonitor saturasi oksigen kecepatan,
pada pasien yang tersedasi, irama
sesuai dengan protokol yang kedalaman dan
ada kesulitan
DO : SaO2 85% bernafas
2. Memonitor

Program Pendidikan Profesi Ners 54


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

aliran oksigen
3. Memonitor
efektivitas
terapi oksigen
4. Memonitor
saturasi oksigen
pada pasien
yang tersedasi,
sesuai dengan
protokol yang
ada

2. Penurunan 11/9/19 1. Memonitor tanda-tanda S:


vital secara rutin Pasien mengatakan
Curah 11:00 DS : Pasien mengatakan tidak merasa pusing
tidak merasa pusing Pasien mengatakan
jantung DO : TD = 102/69 mmHg nyeri dadanya
RR = 26 x/menit Nadi = sudah berkurang
84 x/menit Suhu= 37,2 C O:
2. Mengevaluasi episode TD = 102/69
nyeri dada RR = 26x/menit
(intensitas,lokasi, radiasi, Nadi = 84x/menit
11:10
durasi dan faktor yang Suhu = 37,2 C
memicu serta Skala nyeri 1
meringankan nyeri dada A:
DS : Setelah dilakukan
Onset = pasien tindakan
mengatakan nyeri yang keperawatan 3x 24
dirasakan hilang timbul jam diharapkan
Paliatif = Pasien status keefektifan
mengatakan nyeri pompa jantung
berkurang ketika posisi pasien ditingkatkan
setengah duduk dari level 2 (deviasi
Provocatif = Pasien yang cukup besar
mengatakan nyeri dari kisaran
bertambah ketika bergerak normal) ke level 4
atau berubah posisi (deviasi ringan dari
Quality = Pasien kisaran normal
mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk- Tujuan belum
tusuk tercapai
Region = Pasien P : Lanjutkan
mengatakan nyeri yang intervensi
dirasakan dibagian dada 1. Memonitor
Severity/Scale = Pasien tanda-tanda
mengatakan nyeri yang vital secara
dirasakan skala 1- 10 yaitu rutin
1 2. Mengevaluasi
DO : Pasien tidak episode nyeri
tampang menahan nyeri dada
08:00 3. Memonitor toleransi (intensitas,loka
pasien terhadap aktivitas si, radiasi,
DS : Pasien mengatakan durasi dan
sudah merasa lebih faktor yang
mendingan dari kondisi memicu serta
sebelumnya meringankan
DO : Pasien dapat nyeri dada

Program Pendidikan Profesi Ners 55


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

melakukan pergerakan 3. Memberikan


walaupun tebatas obat-obatan
4. Memberikan obat-obatan sesuai dengan
sesuai dengan teknik dan teknik dan cara
cara yang tepat yang tepat
DS : Pasien mengatakan
merasa sudah sedikit
mebaik setelah minum
obat
DO : Pasien diberikan
obat OBH Syrup 3x1 15
ml
Obat Digoxin
2x ½
Obat Qten 1x1
Obat Kurkuma 1x1
Obat urdahex 3x1
3. Kelebihan 11/9/19 16:00 1. Mengamati warna, S:
kehangatan, bengkak, pulsasi, Pasien mengatakan
volume tekstur, edema, dan ulserasi kedua tangan dan
pada ekstremitas. kakinya masih
cairan DS : Pasien mengatakan bengkak
kedua tangan dan kakinya Pasien mengatakan
masih bengkak tetapi tidak selama sakit ia
separah kemarin hanya minum air
DO : Kaki pasien masih sedikit 3 gelas
tampak odema, terdapat sekitar 300 ml
piting odema O:
2. Menjaga intake/asupan yang Pasien
akurat dan catat output pasien menggunakan
18:00 DS : Pasien mengatakan kateter, urine pasien
selama sakit ia hanya minum 1500 cc
air sedikit 3 gelas sekitar 300 A:
ml Setelah dilakukan
DO : Pasien menggunakan keperawatan 3x24
kateter, urine pasien 1000 cc jam, status
Pasien diberikan infus RL 14 keseimbangan
tpm 1250 cc/ hari cairan ditingkatkan
3. Memonitor makanan/cairan dari level 2 (banyak
yang dikonsumsi dan hitung terganggu) ke level
asupan kalori harian 4 (sedikit terganggu
DS : Pasien mengatakan di Tujuan belum
hari kedua ia diberikan bubur tercapai
dan makanan yang diberikan P : Lanjutkan
oleh petugas dimakan ½ porsi intervensi
16:00 saja karena tidak suka 1. Mengamati
DO : Bubur pasien tampak tersisa warna,
½ porsi kehangatan,
4. Memberikan terapi IV seperti bengkak,
yang ditentukan berikan pulsasi, tekstur,
cairan dengan tepat edema, dan
DS : Pasien mengatakan saat ulserasi pada
diberikan suntikan obat ia ekstremitas.
merasa sedikit membaik 2. Menjaga
DO : Pasien diberikan infus intake/asupan
20:00 RL 14 tpm yang akurat dan
Ceftriaxone 2x1 gram catat output

Program Pendidikan Profesi Ners 56


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Ranitidin 2x50 mg pasien


Vit.K 3x1 1 ampul 3. Memonitor
Citicolin 2x250 mg makanan/cairan
yang
dikonsumsi dan
hitung asupan
kalori harian
4. Memberikan
terapi IV
seperti yang
ditentukan
berikan cairan
dengan tepat

1. Hambatan 12/9/19 12:00 1. Memonitor kecepatan, irama S=


kedalaman dan kesulitan Pasien mengatakan
Ventilasi bernafas sesaknya sudah
DS : pasien mengatakan berkurang
Spontan sesaknya sudah berkurang O=
DO:RR: 24x/m RR 24 x/menit
Pasien mampu bernafas Tidak tampak
secara teratur retraksi dinding
2. Memonitor aliran oksigen dada
DO: pasien terpasang oksigen A=
12:10 dengan nasal kanul 3L Setelah dilakukan
3. Memonitor efektivitas terapi tindakan
oksigen keperawatan 3x24
DO :tidak tampak retraksi jam diharapkan
12:20 dinding dada status pernafasan
4. Memonitor saturasi oksigen pasien
pada pasien yang tersedasi, ditingkatkan dari
sesuai dengan protokol yang level 2 (devisiasi
ada yang cukup besar
DO : SaO2 : 92% dari kisaran normal
12:20
) menjadi level 4
(devisiasi ringan
kisaran normal)
Tujuan tercapai
P=
Hentikan intervensi
Pasien pulang
2. Penurunan 12/9/20 12:00 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
secara rutin Pasien mengatakan
curah 19 DS : Pasien mengatakan tidak merasa pusing
tidak merasa pusing Pasien mengatakan
jantung DO : TD = 102/69 mmHg tidak merasa nyeri
RR = 24 x/menit Nadi = 84 dada lagi
x/menit Suhu= 37,2 C O : TD =
2. Mengevaluasi episode nyeri RR= Nadi =
12:20 dada (intensitas,lokasi, Suhu =
radiasi, durasi dan faktor Pasien tidak tampak
yang memicu serta menahan nyeri
meringankan nyeri dada A:
DS : Pasien mengatakan
sudah tidak merasa nyeri Setelah dilakukan
dada lagi tindakan

Program Pendidikan Profesi Ners 57


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

DO : Pasien tidak tampak keperawatan 3x 24


menahan nyeri jam diharapkan
08:00 3. Memberikan obat-obatan status keefektifan
sesuai dengan teknik dan pompa jantung
cara yang tepat pasien ditingkatkan
DS : Pasien mengatakan dari level 2 (deviasi
sudah membaik setelah yang cukup besar
minum obat dari kisaran normal)
DO : Pasien diberikan obat ke level 4 (deviasi
OBH Syrup 3x1 15 ml Obat ringan dari kisaran
Digoxin normalTujuan
2x ½ Obat Qten 1x1 tercapai
Obat Kurkuma 1x1 P : Hentikan
Obat urdahex 3x1 Intervensi
Pasien pulang
3. Kelebihan 12/9/19 17:00 1. Mengamati warna, S:
volume kehangatan, bengkak, pulsasi, Pasien mengatakan
cairan tekstur, edema, dan ulserasi kedua tangan dan
pada ekstremitas. kakinya masih
DS : Pasien mengatakan bengkak tetapi
kedua tangan dan kakinya sudah merasa
masih bengkak tetapi sudah sedikit membaik
merasa sedikit membaik O:
DO : Kaki pasien tampak Kaki pasien tampak
sedikit membaik sedikit membaik
2. Menjaga intake/asupan yang Pasien diberikan
16:00 akurat dan catat output pasien Infus RL 1000
DS : Pasien mengatakan cc/hari
selama sakit ia minum 300 cc A:
perhari Setelah dilakukan
DO : Pasien menggunakan keperawatan 3x24
kateter, urine pasien 1000 cc jam, status
Pasien diberikan Infus RL keseimbangan
1250 cc/hari cairan ditingkatkan
3. Memonitor makanan/cairan dari level 2 (banyak
yang dikonsumsi dan hitung terganggu) ke level
16:10 asupan kalori harian 4 (sedikit terganggu
DS : Pasien mengatakan ia Tujuan tercapai
hanya makan bubur ½ porsi sebagian
saja P : Hentikan
DO : Bubur pasien tidak intervensi
tersisa ½ porsi Pasien pulang
4. Memberikan terapi IV seperti
yang ditentukan berikan
cairan dengan tepat
20:00 DS : Pasien mengatakan saat
diberikan suntikan obat ia
merasa membaik
DO : Pasien diberikan infus
RL 14 tpm
Ceftriaxone 2x1 gram
Ranitidin 2x50 mg
Vit.K 3x1 1 ampul
Citicolin 2x250 mg

Program Pendidikan Profesi Ners 58


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Program Pendidikan Profesi Ners 59


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa

medis Congestive Heart Failure dan kebutuhan dasar Oksigenasi Adapun ruang lingkup dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan (Smeltzer & Bare, 2010) . Oksigenasi

adalah sebuah pertukaran gas antara indevidu dengan lingkungan. Proses pernafasan

melibatkan dua komponen : Ventilasi paru atau pernafasan; perpindahan udara antara

lingkungan dan alveolus paru. Difusi oksigen karbon dioksida antara alveolus dan kapiler

paru.

Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien CHF dan dengan kebutuhan dasar

oksigenasi adalah Nyeri dada, Kelelahan, Suara jantung ketiga (S3), Pucat dan sianosis,

Dispnea saat beraktivitas, Batuk yang tidak produktif, Orthopnea, Nocturia, Anorexia dan

mual .

Selanjutnya akan di uraikan pembahasan kasus mengenai asuhan keperawatan yang di

berikan pada Tn. M adalah sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga di sesuaikan dengan

kondisi klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup

terbuka dan sudah terjalin hubungan terbuka antara klien dan keluarga dengan penulis

sehingga mempermudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini

Program Pendidikan Profesi Ners 60


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

dibuktikan dengan keluarga klien mau menjawab pertanyaan dan menerima saran

yang diberikan oleh penulis. Data yang di dapat pada saat pengkajian pada Ny.M

yaitu pasien memiliki riwayat Hipertensi Hasil pemeriksaan didapatkan: TD = 160/80

N = 75 S = 37C RR = 28 x/menit. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan

analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus

dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian kepada Tn.T diagnosa yang muncul dari data hasil

pengkajian pada Tn.T yaitu :

1. Hambatan Ventilasi Spontan b.d keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan

penurunan saturasi oksigen, dispnea, peningkatan frekuensi jantung

2. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi jantung yang ditandai dengan

perubahan Elektrokardiogram, dispnea, perubahan tekanan darah

3. Kelebihan volume cairanb.d kelebihan asupan cairan yang ditandai dengan

gangguan integritas kulit

C. Perencanaan

Perencanaan yang dibuat pada Tn.M dengan diagnosa hambatan ventilasi

spontan b.d keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan penurunan saturasi

oksigen, peningkatan frekuensi, dispnea perencanaan tindakan yaitu dengan monitor

kecepatan, irama kedalaman dan kesulitan bernafas monitor suara nafas tambahan

seperti ngorok atau mengi, monitor saturasi oksigen, memposisikan pasien untuk

meringankan sesak nafas.

Diagnosa kedua yaitu Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi

jantung yang ditandai dengan perubahan Elektrokardiogram, dispnea, perubahan

tekanan darah perencanaan tindakan yaitu Memonitor tanda-tanda vital secara rutin,

Program Pendidikan Profesi Ners 61


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Memonitor EKG, adalah perubahan segmen ST, sebagaimana mestinya,

Mengevaluasi episode nyeri dada (intensitas,lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang

memicu serta meringankan nyeri dada, Memberikan obat-obatan sesuai dengan teknik

dan cara yang tepat.

Diagnosa yang ketiga yaitu Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan

cairan yang ditandai dengan gangguan integritas kulit perencanaan tindakan yaitu

Mengamati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada

ekstremitas, Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien, Memberikan

terapi IV seperti yang ditentukan berikan cairan dengan tepat

D. Pelaksanaan

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan

pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau

tindakan yang diberikan pada Tn.M dengan menerapkan pengetahuan dan

kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan

dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat

dapat terlaksana dengan baik.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam

proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang

akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,

sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,

direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk

memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan

keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya

dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu.

Program Pendidikan Profesi Ners 62


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

Pada tahap evaluasi yang penulis lakukan pada Tn.M adalah melihat apakah masalah

yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan. Dari ketiga

diagnosa yang diangkat, tujuan intervensi tercapai pada hari ketiga tindakan dan

pendokumentasian.

Program Pendidikan Profesi Ners 63


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa

darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan (Smeltzer &

Bare, 2010). Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital

dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel

tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali

bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi

kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2013).

Tanda gejala yang bisa muncul adalah Nyeri dada, Kelelahan, Suara jantung

ketiga (S3), Pucat dan sianosis, Dispnea saat beraktivitas, Batuk yang tidak

produktif, Orthopnea, Nocturia, Anorexia dan mual.

Pada Tn.M 72 Tahun, dengan kebutuhan dasar Oksigenasi didapatkan 3

diagnosa :

4. Hambatan Ventilasi Spontan b.d keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan

penurunan saturasi oksigen, dispnea, peningkatan frekuensi jantung

5. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi jantung yang ditandai dengan

perubahan Elektrokardiogram, dispnea, perubahan tekanan darah

6. Kelebihan volume cairanb.d kelebihan asupan cairan yang ditandai dengan

gangguan integritas kulit

Program Pendidikan Profesi Ners 64


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

B. Saran

1. Bagi perawat

Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan

praktik asukan keperawatan, serta pengetahuannya khususnya tentang kebutuhan

oksigenasi pada pasien CHF sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya

2. Bagi mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu

dalam pembuatan asuhan keperawatan dan bisa menambah referensi yang ada.

Program Pendidikan Profesi Ners 65


Universitas Respati Yogyakarta
Format Pengkajian
Stase Ketrampilan Dasar profesi

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heater. 2018. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi : 2018-2020.


Jakarta : EGC.
Karmitasari. (2016). Hubungan Tingkat Stress Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Dinamika Kesehatan Vol. 7 No 1, 241-245.

Kozier Barbara. (2011). Fundamental Keperawatan. Alih bahasa Karyuni Eko Fundamental
Of Nursing. Jakarta . buku kedokteran EGC.

National Clinical Guideline Centre. 2010. Chronic Heart Failure: National Clinical Guideline
for Diagnosis and Management in Primary and Secondary Care: Partial Update.
National Clinical Guideline Centre ,34–47

Nursing intervention Classification (NIC). FIFth Edition. 2008. USA : Molsby Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC). FIifth Edition.2008. USA : Molsby Elseveir.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Dan Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.

Perry, Potter. (2010). Fundamental Of Nursing, Salemba Medika, Jakarta

Sari Desti Pradila, dkk. (2016). Penatalaksanaan Gagal jantung NYHA II disertai
Pleurapneumonia pada Laki – laki Usia 28 tahun.

Sherwood, L. (2012). Fundamentals of Human Physiology, Fourth Edition. USA:


Brooks/Cole.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing. — 12th ed. /. Hongkong: Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams &
Wilkins.

Ufara, A. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian Rawat Inap ulang
Pada Pasien Gagal jantung Kongestif Di RSU Kabupaten Tangerang. JKFT Edisi
Nomor 02, 77-88.

Program Pendidikan Profesi Ners 66


Universitas Respati Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai