Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DENGAN HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Hirza Ainin Nur, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh:

1. Maulida Ainur Rahmatika (20201562)


2. Niken Ayu Anggun Safitri (20201566)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya, kami
dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan yang berjudul "Henti Jantung (Cardiac
Arrest)” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
dan Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
henti jantung bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hirza Ainin Nur, S.Kep, Ns, M.Kep
selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 4 Oktober 2022


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien injuri atau sakit yang
mengancam kehidupan (Dewantoro, 2018). Kasus kegawat daruratan yang sering terjadi
ialah kasus cardiac arrest atau henti jantung dimana harus segera dilakukan tindakan
bantuan hidup dasar (Hasanah, 2015).
Cardiac arrest atau henti jantung adalah suatu keadaan di mana sirkulasi darah
berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Secara klinis, keadaan
henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi lainnya. Ketika
berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung
koroner (Subagjo A, 2011).
Data World Heart Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang
di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di
seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Angka kejadian cardiac arrest
atau henti jantung berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun
dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000- 350.000 kejadian (Indonesia Heart
Association, 2015). Profil Kesehatan Sumatera Utara memaparkan bahwa kasus cardiac
arrest atau henti jantung terjadi sekitar 1,3 % dan menempati urutan ke 21 (Riskesdas,
2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari henti jantung atau cardiac arrest ?
2. Apa saja tanda dan gejala dari henti jantung atau cardiac arrest ?
3. Apa penyebab terjadinya henti jantung ?
4. Bagaimana Faktor Resiko cardiac arrest ?
5.
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Cardiac arrest atau henti jantung adalah suatu keadaan di mana sirkulasi darah
berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Secara klinis,
keadaan henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi
lainnya. Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari
penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest
adalah penyakit jantung koroner (Aminuddin, 2013). Kematian jantung mendadak atau
cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang
telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Cardiac arrest atau henti
jantung juga ditandai dengan menghilangnya tekanan darah arteri (Juliana,Selly, 2018).
Henti jantung adalah istilah yang digunakan untuk kegagalan jantung dalam
mencapai curah jantung yang adekuat akibat terjadinya asistole ataudisritmia (biasanya
fibrilasi ventrikel). (Blogg Boulton, 2014). Waktu kejadiannya juga tidak diduga-duga,
yakni segera setelah timbul keluhan. Kejadian cardiac arrest yang menyebabkan
kematian mendadak terjadi ketika sistem kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi
dengan baik dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal, yaitu hantaran listrik
jantung menjadi cepat (ventricular tachycardia) atau tidak beraturan (ventricular
fibrillation). Irama denyut jantung yang tidak teratur (arrhytmia) menyebabkan jantung
berhenti berdenyut secara mendadak. Namun ada beberapa kejadian cardiac arrest
disebabkan karena perlambatan denyut jantung yang berlebihan (bradycardia)
(Aminuddin, 2013).
2. Tanda Gejala Cardiac Arrest
Tanda gejala seseorang yang terkena cardiac arrest atau henti jantung
(AHA,2015) adalah :
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di
pundak atau cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafsan normal ketika jalan
pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
3. Penyebab Terjadinya Henti Jantung
Menurut (Andrianto, 2019) ada beberapa penyebab terjadinya henti jantung, yakni:
a. Sebab-sebab pernapasan
Pemutusan aliran oksigen ke otak dan seluruh organ dapat menjadi salah
satu penyebab dari henti jantung. Sehingga kurangnya aliran oksigen juga akan
menyebabkan terjadinya hipoksia, hal ini terjadi akibat gangguan fungsi respirasi
atau gangguan pertukaran gas di dalam paru. Menurut lokasinya, gangguan ini
dapat dibedakan, apakah terjadi di jalan napas atau di pertukaran gasnya, atau
dapat pula disebut perifer. Hipoksia akibat gangguan jalan napas yang selanjutnya
akan mengalami sumbatan pada pangkal lidah di hipofaring pada orang yang
tidak sadar. Sumbatan nafas juga bisa terjadi karena aspirasi isi lambung dan atau
cairan lambung. Hipoksida dapat pula disebabkan oleh depresi pernapasan
(keracunan), kelumpuhan otot-otot pernapasan, atau overdosis obat.
b. Pemutusan aliran oksigen
Pemutusan aliran oksigen bisa juga menjadi akibat henti sirkulasi atau
kelainan jantung primer. Jenis gangguan ini dapat terjadi karena kegagalan
kontraksi otot jantung, gangguan hantaran, dan otomatisasi seperti gangguan
gerakan mekanis jantung. Kematian henti jantung sering disebabkan oleh infark
miokardium dan penyakit-penyakit serebrovaskular. Akan tetapi, kegagalan daya
pompa miokardium oleh karena kerusakan serabut-serabut otot miokardium pada
infark atau miokarditis jarang menyebabkan henti jantung mendadak. Kegagalan
daya pompa mula-mula tampak dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri dan
bendungan paru (dyspnea, edema paru) dan gejala-gejala penurunan aliran
oksigen (sionosis).
c. Masalah sirkulasi pada system hemodinamika
Penyebab sirkulasi Masalah pada sistem hemodinamika dapat menyebabkan
henti sirkulasi apabila fungsi transportasi terganggu. Beberapa keadaan berikut
adalah penyebab sirkulasi yang dapat menyebabkan henti jantung:
1) Syok hipovolemik karena perdarahan, hilangnya plasma dan cairan vascular,
dapat menurunkan transport oksigen ke organ-organ. Penyebab lain
kegagalan kardiosirkulasi adalah sumbatan aliran darah karena emboli seperti
pada emboli paru.
2) Reaksi anafilaktik terhadap obat, gigitan serangga, dan makanan yang proses
terjadinya sangat cepat dapat menyebabkan henti sirkulasi.
3) Kasus tenggelam dalam air tawar atau air asin, hipoksia dipandang sebagai
salah satu sebab utama terjadinya perpindahan cairan dari intravascular ke
ruang ekstravaskular.
4) Takar lajak (oversodis) obat, misalnya obat anestesi telah disebut sebagai
penyebab depresi fungsi respirasi. Obat tersebut juga menyebabkan henti
sirkulasi sebagai akibat depresi miokardium secara langsung.
5) Ketidakseimbangan elektrolit, seperti gangguan endoktrin, gangguan fungsi
ginjal, atau obat-obatan.
6) Gangguan automatisasi dan hantaran dengan manifestasi gangguan irama
jantung yang mengakibatkan penurunan kekuatan pemompaan yang hebat
sehingga terjadi henti sirkulasi yang ditandai dengan pulsar arteri karotis tak
teraba.
4. Faktor Resiko cardiac arrest
Menurut (American Heart Association, 2018), seseorang dikatakan mempunyai
risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
a. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.
Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu
cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam bulan
pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko
tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit jantung
atherosclerotic.
b. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).
Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya
karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang
cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c. Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung.
Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena beberapa
kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia) justru
merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest. Kondisi
seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa
mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah (misalnya
penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan
cardiac arrest.
d. Kelistrikan jantung yang tidak normal.
Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal
seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang QT yang
memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.
e. Pembuluh darah yang tidak normal.
Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari
dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda.
Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik yang berat,
bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.
f. Penyalahgunaan obat.
penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya cardiac arrest pada
penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ jantung.
g. Olahraga yang berat
Seseorang yang sering melakukan olahraga atau melakukan aktivitas fisik yang
berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan
pembuluh darah yang tidak normal.
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk
CPR dan ECC. American: Guidelnes CPR dan ECC.
AHA. (2018). About Heart Attacks. American Heart Association.
https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/about-heart-attacks
Aminuddin. (2013). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Perawat dalam
menangani Cardiac Arrest di ruangan ICCU dan ICU RSU Anutapura Talu. Jurnal
Keperawatan Sudirman. Dari https://media.neliti.com/media/publications/105998-ID-
analisisfaktor-yang-berhubungan-dengan.pdf Pada 2 November 2020,Vol.8 No.3 ,
193-204.
Andrianto dan Anang Firmansyah. 2019. Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan
Praktik. Jakarta : CV. Qiara Media
Blogg Boulton, 2014. Anestesiologi. Jakarta : EGC
Dewantoro, E. 2016. Kegawatdaruratan dan Bencana. Jakarta: Rayyana Komunikasi Indo.
Hasanah, Umi Nur. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat
dalam Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di RSUD Kabupaten
Karanganyar. Skripsi Strata Satu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada,
Surakarta.
IHA, (2015). Perhimpunan Jantung Indonesia di akses pada tanggal 4 Oktober 2022.
Juliana, S. S. (2018). Gambaran Pengetahuan Perawat dalam melakukan Bantuan Hidup
Dasar (BHD) di ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSUD DR. Pirngadi Medan. Dari
https://e-journal.sari-mutiara.ac.id di akses pada 21 September 2020. Jurnal Onliine
Keperawatan Indonesia , 17-22.
Nana, Hasanah, dkk. 2015. Analisis Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Exstrovert-Introvert dan Ggender.
Jurnal. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Riskesdas. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar dari https://www.depkes.go.id.com pada 4
Oktober 2022.
Subagjo A, Achyar,Ratnaningsih E, sugiman T, Kosasih A,Agustinus R.2011.Bantuan Hidup
Jantung Dasar BSCL Indonesia.Edisi 2011.Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia ( PERKI) Latief S.A. Petunjuk Praktis Anestesologi. Edisi
kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.2010 Sudiharto & Sartono.(2011). Basic Trauma
Cardiac Life Support. Jakarta: CV.Sagung Seto.
World Health Organization. World Health Statistics. (2012).

Anda mungkin juga menyukai