Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)

Oleh :
Resika andriad (2220243137)
Surya Ningsih (2220243138)
Yenita Gusti (2220243139)

Dosen Pembimbing :
Ns. Ida Suryati, M. Kep

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA(UPERTIS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat dengan gangguan Sistem Kardiovaskuler “Henti
Jantung (Cardiac Arrest)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semuanya.

Bukittinggi, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ......................................................................................................................... 5
B. Etiologi ............................................................................................................................. 6
D. Patofisiologi...................................................................................................................... 7
E. Tanda Gejala ..................................................................................................................... 7
F. Pemerikasaan Penunjang .................................................................................................. 8
G. Komplikasi ....................................................................................................................... 10
I. Penatalaksanaan........................................................................................................ 10
J. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Henti jantung berdasarkan The Pediatric Utstein Guidline adalah terhentinya aktivitas
mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon dari perabaan pada denyut nadi
sentral, dan henti nafas. Pada anak, henti jantung biasanya lebih banyak disebabkan oleh
asfiksia sebagai akibat sekunder dari henti nafas. Hal ini berbeda dengan kejadian henti
jantung pada dewasa yang sebagian besar disebabkan oleh masalah primer pada jantung.

Penyebab henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung.
Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap normal.
Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang abnormal, disebut
aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu
lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia terjadi, jantung memompa
sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.

Data yang didapatkan menyebutkan bahwa, lebih kurang 2 – 4 % pasien yang


dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) mengalami henti jantung. Angka kejadian
henti jantung dan nafas pada anak di Amerika Serikat sekitar 16.000 setiap tahunnya, hanya
30 % yang menerima resusitasi jantung paru dan sebagian besarnya terjadi pada anak dengan
usia kurang dari 1 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Hans Steiner dan Gerald Neligan (1975) mendapatkan
hasil bahwa lamanya henti jantung berhubungan dengan insiden kerusakan otak, semakin
lama bayi mengalami henti jantung, semakin berat kerusakan otak yang akan dialaminya. Hal
tersebut dikarenakan henti jantung yang lama akan menyebabkan tidak adekuatnya Cerbral
Perfusion Pressure (CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada kejadian iskemik yang
menetap dan infark kecil di suatu bagian otak.
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio Pulmonary
Resuscitation (CPR) akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup dan komplikasi
yang ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi dan anak. Resusitasi jantung paru
segera yang dilakukan dengan efektif berhubungan dengan kembalinya sirkulasi spontan dan
kesempurnaan pemulihan neurologis. Hal ini disebabkan karena ketika jantung berhenti,
oksigenasi juga akan berhenti sehingga akan menyebabkan kematian sel otak yang tidak akan
dapat diperbaiki walaupun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa menit.\
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
2. Bagaimana epidemiologi dan etiologi Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
3. Apa saja tanda dan gejala Henti Jantung (Cardiac Arrest)?
4. Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang Henti
Jantung (Cardiac Arrest)?
5. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Henti Jantung (Cardiac Arrest)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian henti jantung
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Henti Jantung (Cardiac Arrest);
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi Henti Jantung
(Cardiac Arrest);
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan
penunjang Henti Jantung (Cardiac Arrest); dan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Henti
Jantung (Cardiac Arrest).
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Definisi Penyakit
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat
begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association, 2015). Jameson, dkk
(2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah
akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di
atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest
adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi
normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
2. Etiologi
Penyebab henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam
jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung
tetap normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung
yang abnormal, disebut aritmia. Ada empat ritme listrik jantung yang menyebabkan
terjadinya henti jantung, yaitu pulseless ventricular tachycardia (VT), ventricular
fibrilation (VF), pulseless electric activity (PEA), dan asystole. Ritme-ritme jantung
tersebut menyebabkan jantung tidak dapat memompa untuk membuat darah mengalir
secara signifikan.
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai
risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
a. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.
b. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy)
c. Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung
d. Kelistrikan jantung yang tidak normal
e. Pembuluh darah yang tidak normal
f. Penyalahgunaan obat.
3. Manifestasi Klinis
Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2010)
yaitu:
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di
pundak ataupun cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).

4. Deskripsi patofisiologi
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia: fibrilasi
ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol
(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
a. Fibrilasi ventrikel
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada
keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya
mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah
CPR dan DC shock atau defibrilasi.
b. Takhikardi ventrikel
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena adanya
gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan
konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel
kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang
sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik stabil,
pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VTdengan
gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian
terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.
c. Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah
tindakan yang harus segera dilakukan.
d. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan
pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.(Diklat Ambulans Gawat Darurat
118, 2010).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Darah
untuk mengecek kadar potassium, magnesium, dan bahan kimia lainnya dalam
darah Anda yang memainkan peran penting dalam sinyal listrik jantung
6. Pemeriksaan Penunjang
a EKG
Mendeteksi aktifitas listrik jantung dan menentukan sumber penyebab masalah
henti jantung
b Echocardiografy
Pemeriksaan ini menggunakan aliran gelombang untuk membuat gambaran
bentuk jantung, ukuran dan seberapa baik katup janutng bekerja
c MRI
untuk mendapatkan gambar dari detak jantung dan untuk melihat struktur danfungsi
jantung.
d Kateterisasi Jantung
prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi jantung
tertentu
7. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. CPR
Hasil penelitian Adielson et al menunjukan bahwa data perspefktif jangka
panjang antara pasien yang mengalami irama VF atau VT diberi tindakan CPR
memiliki kelangsungan hidup yang baik. Hasil penelitian Berdowski dan rekan
penggunalan defibrillator dapat meningkatkan kelangsungan hidup neurologis dari
14,3% menjadi 49,6%. Mekanisme awal terjadinya henti jantung di mulai dengan
irama VT dan VF.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa kompresi dada yang
segera dan defibrilasi merupakan intervensi yang paling penting untuk
meningkatkan hasil dari serangan jantung mendadak dibandingkan dengan
diberikan ventilasi.
8. Terapi Farmakologis
a Ventrikel Aritmia (VF dan VT)
Penatalaksanaan VF atau VT muncul pada pasien henti jantung diberikan obat
Epinefrin (1 mg q3-5min) atau vasopresin (40 U dosis tunggal) yang
diberikan. Amiodaron (push 300 mg IV dan 150 mg ulangi IV dorongan jika
diperlukan) dan lidocaine (1 mg / kg mendorong IV q3-5min sampai 3 dosis) dapat
digunakan sebagai obat antiaritmia jika defibrilasi tidak mengontrol VF / VT.
Dalam kasus VT polimorfik atau dicurigai hypomagnesemia, 1-2 g dorongan IV
magnesium dianjurkan
b PEA (Pulsuless Electrical Activity)
Epinefrin (1 mg q3-5min) dapat digunakan karena tidak ada bukti yang mendukung
penggunaan vasopressin di PEA. Atropin (1 mg q3-5min) harus digunakan dalam
kasus bradikardia. Natrium bikarbonat (1 meq / kg) harus diberikan jika ada
dikaitkan hiperkalemia dan penggunaannya dapat dianggap dalam interval
penangkapan panjang dan diduga asidosis metabolik.
c Asistol
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa vasopressin lebih efektif dibandingkan
dengan efinefrin
9. Pemeriksaan fisik
a. Pengkajian primer
1. Airway
Pemeriksaaan/pengkajian menggunakan metode look,listen,feel.
Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :
- Penilaian untuk memastikan tingkat kesadaran adalah dengan menyentuh,
menggoyang dan di beri rangsangan atau respon nyeri.
- Periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
- Periksa apakah anak/bayi tersebut mengalami kesulitan bernapas.
- Buka mulut dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang lidah dan
rahang bawah dan tengadah dengan perlahan.
- identifikasi dan keluarkan benda asing ( darah,muntahan, sekret,ataupun
benda asing) yang menyebabkan obstruksi jalan napas baik parsial maupun
total dengan cara memiringkan kepala pasien ke satu sisi (bukan pada
trauma kepala).
- Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas.
- Pertahankan dan lindungi tulang servikal.
2. Breathing
Pemeriksaan/pengkajian menggunakan metode look listen, feel.
Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah :
- Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ekspansi dinding dada.
- Berikan therapy O2 (oksigen).
- Beri bantuan napas dengan menggunakan masker/bag valve mask
(BMV)/endo tracheal tube (ETT) jika perlu.
- Tutup luka jika didapatkan luka terbuka pada dada.
- Kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya edema
pulmonal
3. Circulation
Pemeriksaan/pengkajian :
- Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi),kualitas dan
karakternya
- Periksa perubahan warna kulit seperti sianosis tindakan yang harus di
lakukan perawat : lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan indikasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi adalah pemeriksaan di mulai dari status keseluruha pasien. Apakah
pasien sadar atau tidak, penampilan secara umum pasien (general apperance)
Rapi atau berantakan, melihat apakah pasien bernapas dengan tersengal-
sengal, bagaimana warna kulit dan mukosa, apakah ada memar, perdarahan,
atau bengkak. Perhatiakan postur dan pergerakan tuuh apakah ada nyeri,
gangguan neurologis,orthopedi, dan status mental.
2. Auskultasi adalah di gunakan untuk pemeriksaan paru-paru, jantung dan suara
peristaltik. Periksa kualitas suara, intensitas, dan durasi. Lakukan pemeriksaan
auskultasi sebelum di lakukan palpasi dan perkusi.
3. Palpasi adalah di periksa untuk karasteristik permukaan seperti, tekstur
kulit,sensitifitas, tugor dan suhu tubuh. Gunakan palpasi ringan untuk
memeriksa denyut nadi, deformitas, kekuatan otot, sedangkan palpasi dalam
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi adanya massa, nyeri, ukuran, organ
dan adanya kekakuan.
4. Perkusi adalah dapat di lakukan untuk mengevaluasi organ atau kepadatan
tulang dan dapat di gunakan untuk membedakan struktur padat, berongga,
atau adanya cairan.
10. Patoflow

Penyakit jantung Kelainan bawaan Obat-obatan


Perubahan struktur

Aritmia

Penurunan
curah jantung Cardiac Arrest

Suplai O2 menurun

Gangguan
Hipoksia serebral perfusi serebral

Anxietas Penurunan Kesadaran

Pola nafas tidak


Henti nafas efektif

Jantung henti mendadak

Kematian jika tidak ditangani dalam 10 menit

11. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Ds : Etiologi (penyakit jantung, Penurunan curah jantung


Pasien mengatakan lelahdan kelainan bawaan, obat)
sesak
Aritmia
Do:
- Gambaran
EKGaritmia Cardiac arrest

- Bradikardi / takikardi
- Distensi vena jugularis Penurunan curah jantung
- TD meningkat/
menurun
- CRT > 2 detik
Ds: Etiologi (penyakit jantung, Pola nafas tidak efektif
Pasien mengatakan sesak kelainan bawaan, obat)
Do:
- Kapasitas Aritmia

vitalmenurun
Cardiac arrest
- Bradipnea atau
takipnea
Suplai O2 menurun
- Pola nafas abnormal
- Ventilasi menurun
Henti nafas
dalam satu menit
- Kapasitas
Pola nafas tidak efektif
vitalmenurun

Ds: pasien mengatakan Etiologi (penyakit jantung, Gangguan perfusi serebral


sesak kelainan bawaan, obat)
Do:
- Penggunaan otot bantu Aritmia

nafas
Cardiac arrest
- Pola nafas abnormal
- Ventilasi menurun
Suplai O2 menurun
- Pernafasan cuping
hidung
Hipoksia serebral
Pernafasan pursed-lip

Penurunan kesadaran

Gangguan perfusi serebral

Ds: Etiologi (penyakit jantung, Anxietas


- Keluarga merasa kelainan bawaan, obat)
bingung
- Keluarga merasa takut Aritmia

terhadap akibat dari


Cardiac arrest
kondisi yang dihadapi
- Keluarga merasa tidak
Suplai O2 menurun
Berdaya
Do:
- Tampak gelisah Hipoksia serebral
- Tampak tegang
- TD meningkat Penurunan kesadaran
- RR meningkat
- Nadi meningkat Anxietas
- Tampak pucat

11. Diagnosa Keperawatan


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan jantung
memompakan darah
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan
ekspirasi
c. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak efektifnya daya
pompa jantung
d. Cemas keluarga berhubungan dengan ancaman kematian anggota keluarga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Monitor adanya dispnea - Memantau
ketidakmampuan jantung maka didapat keefektivan - Mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, perubahan sesak
memompakan darah ditandai pompa jantung dengan kriteria lokasi, durasi) pasien
oleh hasil : - Mencatat adanya disritmia - Mengetahui adanya
Ds : 1. Tanda-tanda vital dalam - Memonitor status kardiovaskuler gangguan irama
Pasien mengatakan lelah dan rentang normal (tekanan - Memonitor adanya perubahan tekanan darah jantung
sesak darah , nadi, respirasi) - Atur periode latihan dan istirahat untuk - Memantau tanda-

Do: 2. Dapat mentoleransi menghindari keletihan tanda vital pasien

- Gambaran EKG aktivitas, tidak ada - Anjurkan untuk menurunkan stress - Memantau tingkat
aritmia kelelahan - Melakukan terapi infuse RL 16tpm nyeri pasien

- Bradikardi / takikardi 3. Tidak ada edema parudan


- Distensi vena Monitoring tanda vital
perifer
jugularis - Monitor TD, nadi, suhu dan RR

- TD meningkat/ - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan

menurun sesudah aktifitas

CRT > 2 detik - Monitor jumlah dan irama jantung


- Monitor bunyi jantung.
2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Monitoring pernafasan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan - Menjaga respirasi
hambatan upaya nafas maka didapat status pernafasan : usaha pada pernapasan agar tetap paten
ditandai dengan : kepatenan jalan nafas dengan - Monitor dyspnea dan peristiwa yang - Menjaga jalan nafas
Ds: kriteria hasil : meningkatkan dan memperburuk agar tidak
Pasien mengatakan sesakDo: 1. Penggunaan otot bantu menghambat proses
Manajemen jalan nafas
- Kapasitas vital nafas (-) pernafasan
- Berikan bronkodilator jika perlu.
menurun 2. Dispnea (-)
- Monitor respirasi dan status O2.
- Bradipnea atau 3. Frekuensi napas normal
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
takipnea 4. Irama nafas reguler
ventilasi
- Pola nafas
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
abnormal
tambahan
- Ventilasi menurun
- Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift and jaw
dalam satu menit
thrust bila perlu
- Kapasitas vital
menurun Oxygen Therpy
1. Mempertahankan kepatenan jalan napas
2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Pertahankan posisi pasien
3 Gangguan perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen defibrilator
jaringan serebral selama 1x24 jam maka Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan tidak tercapai status neurologi dan - Kaji nadi karotis, pernapasan meliputi suara, - Meningkatkan perfusi
efektifnya daya pompa perfusi jaringan serebral frekuensi dan irama serebralpasien
jantung ditandadengan : dengan kriteria hasil: - Pasang bed side monitor - Memberikan
Ds: - Tekanan systole dan - Lakukan BHL sesuai algoritma pelayanan yang
- Penurunan diastole dalam rentang - Observasi dan catat tanda-tanda vital, warna kulit, maksimal dan tidak
kesadaran yang diharapkan temperature dan urine output merugikan pasien

Do: - Komunikasi jelas - Monitor elektrolit


- Penurunan - Menunjukkan - Kaji penyebab lain irama jantung
kesadaran konsentrasi dan - Kolaborasi medik pemberian oksigen, obat-obat

orientasi antiaritmia, inotropik, analgesia dan sedative

- tingkat kesadaran - Lakukan defibrilasi bila diperlukan.

mambaik,
- tidak ada gerakan
gerakan involunter
4 Cemas keluarga Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan
berhubungan dengan selama 1x24 jam maka - Gunakan pendekatan yang menenangkan - Menjalin BHSP
ancaman kematian tercapai tingkat kecemasan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pasien dengan pasien dan
anggota keluarga ditandai dengan kriteria hasil: - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakanselama keluarga
oleh - Gelisah berkurang prosedur - Agar komunikasi
Ds: - Mampu mengambil - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan terjalin dengan
- Keluarga merasa keputusan mengurangi takut terapetik
bingung - Mengungkapkan rasa - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, - Memberikan
- Keluarga merasa takut takut secara lisan tindakan prognosis dukungan
terhadap akibatdari - Mampu menyelesaikan - Dorong keluarga untuk menemani pasien psikologis pada
kondisi yang dihadapi masalah - Dengarkan dengan penuh perhatian pasien dan
- Keluarga merasa - Identifikasi tingkat kecemasan keluarga
tidak berdaya - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
Do: kecemasan
- Tampak gelisah - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Tampak tegang ketakutan
- TD meningkat - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- RR meningkat
- Nadi meningkat
- Tampak pucat
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot jantung secara
tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran oksigen dan
pengeluarankarbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia lama karena terjadinya henti
nafasyang merupakan akibat terbanyak henti jantung pada bayi dan anak.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena
sirkulasioksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah
yangmenjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat
mungkinuntuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban.Hal
yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun teknik yangdigunakan
adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat yang aman, menilaikesadaran korban
dan segera meminta bantuan.
B. Saran
Informasi dan pelatihan tatalaksana henti nafas dan henti henti jantung sebaiknya
dapatdiberikan kepada masyarakat umum, mengingat bahwaresusitasi dapat memberikan
pertolongan awal. Dampak yang di timbulkan semakin berat jika waktu datangnya pertolongan
semakin lama.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. Pediatric Basic Life Support : 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and emergency cardiovascular care.
Circulation 2010
Behram ,Kliegman, Jensen,. 2000. Buku Teks Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi ke 18,Volume
ke 1, Jakarta: EGC,Blogg Boulton, 2014. Anestesiologi. Jakarta : EGC
Eliastam Breler, 2000. Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta : EGC.Guyton AC, Hall JE2008.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11, Jakarta: EGC,2008.h. 163.
Hakim, DDL.2013. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat(Resusitasi Jantung Paru pada Bayi
danAnak). Jakarta: Badan penerbit IDAI
Hackley, Baughman, 2009. Keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta : EGCMuttaqin, A. (2009).
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan SistemKardiovaskular. Jakarta:
Salemba
Medika.Tress, Erika E et al. Cardiac Arrest in Children. Journal of Emergencies, Trauma, andSh
ock 2010; 3(III), 267-77Ulfah AR. 2010. Advance Cardiac Life Sipport, Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita.Jakarta. 2003AHA Guidelines For CPR and ECC

Anda mungkin juga menyukai