CARDIAC ARREST
OLEH :
KELOMPOK V
KELAS B15A
NI LUH DIAH ANGGRENI 223221305
NI WAYAN SUMADEWI ESTY ADHININGSIH 223221311
KETUT ARNAMI 223221319
NI PUTU IKA LISYAWATI 223221349
I GEDE PALGUNA 223221361
DENPASAR
2023
ii
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
a. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab
tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam
jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung
adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien
dengan penyakit jantung atherosclerotic.
Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118
(2010) yaitu:
Gejala yang paling umum adalah munculnya rasa tidak nyaman atau nyeri
dada yang mempunyai karakteristik seperti perasaan tertindih yang tidak nyaman,
diremas, berat, sesak atau nyeri. Lokasinya ditengah dada di belakang sternum.
Menyebar ke bahu, leher, rahang bawah atau kedua lengan dan jarang menjalar ke
perut bagian atas. Bertahan selama lebih dari 20 menit. Gejala yang mungkin ada
atau mengikuti adalah berkeringat, nausea atau mual, sesak nafas (nafas pendek-
pendek), kelemahan, tidak sadar (Suharsono & Ningsih, 2012).
2
1.4 Patofisiologi cardiac arrest
1. Fibrilasi ventrikel
2. Takhikardi ventrikel
4. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan
pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.
Menurut Blogg Boulton, 2014 tes diagnostik pada cardiac arrest dapat dilakukan
dengan :
3
1. Elektrokardiogram
2. Tes darah
b. Elektrolit Jantung
c. Test Obat
d. Test Hormon
3. Imaging tes
c. Ekokardiogram
Jika diperlukan, tes ini biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah
sembuh dan jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum
ditemukan. Dengan jenis tes ini, mungkin mencoba untuk menyebabkan
aritmia,Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia dimulai.
Selama tes, kemudian kateter dihubungkan dengan electrode yang
menjulur melalui pembuluh darah ke berbagai tempat di area jantung.
Setelah di tempat, elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik
melalui jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan
elektroda untuk merangsang jantung pasien untuk mengalahkan penyebab
yang mungkin memicu atau menghentikan aritmia. Hal ini memungkinkan
untuk mengamati lokasi aritmia.
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest
adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah.Ini dapat
menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa yang
dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang
dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi
normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen
meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi
dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung
Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.
5
6. Coronary catheterization (angiogram)
1.6 Komplikasi
2. Hipoksia Cerebral
3. Kematian
1.7 Prognosis
6
Pathway
Multi faktor
Perubahan Status
Suplai O2 Ke Plak pada
Kesehatan
Paru Menurun dinding arteri
Kelemahan otot
Dipsnea Suplai oksigen tubuh
ke jantung
menurun
Pola napas Resiko cidera
tidak efektif Hipoksia dan
asidosis Kerusakan otot
respiratorik jantung Resiko Perfusi
Serebral Tidak
Henti jantung Penurunan Efektif
Curah Jantung
Gangguan
sirkulasi
spontan
1.8 Penatalaksanaan
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,
sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan
prognosis; 30-45 detik. Sesudah henti jantung terjadi, akan terlihat dilatasi
pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa (Ulfah AR, 2010) :
a. Masase jantung.
Dengan ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian dengan
telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat
7
di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria
pumonalis dan aorta. Masase jantung yang baik terlihat hasilnya dari
terabanya kembali nadi arteri-atreri besar. Sedangkan pulihnya sirkulasi ke
otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.
b. Pernapasan buatan.
1. Periksa Kesadaran
8
Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama korban, lihat
apakah korban bergerak atau memberikan respon, jika tidak berikan stimulasi
dengan menggerakkan bahu korban. Pada korban yang sadar, dia akan
menjawab dan bergerak. Setelah tindakan identifikasi kesadaran, lakukan
pemeriksaan untuk mencari kemungkinan adanya cedera dan pengobatan
yang diperlukan, namun jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar,
maka segera panggil bantuan.
2. Posisi Korban
Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang datar
dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja yang keras.
Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminial mungkin gerakan
pada leher dan kepala (posisi stabil miring).
Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah jatuh ke
belakang. Oleh karena itu penolong harus segera membebaskan jalan nafas
dengan beberapa teknik berikut :
a. Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan nafas
dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi jangan menekan
jaringan lunak dibawah dagu karena akan menyebabkan sumbatan.
9
terdapat dua penolong maka yang satu harus melakukan imobilisasi tulang
servikal
Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka, dapat dilakukan teknik
Heimlich maneuver yaitu korban di depan penolong kemudian lakukan
hentakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2 kepalan tangan di antara
prosesus xifoideus dan umbilikus hingga benda yang menyumbat dapat
dikeluarkan,
10
Gambar: Teknik Chest Thrust Gambar: Teknik Abdominal Thrust
5. Periksa nafas
Jika obstruksi telah dikeluarkan maka periksa apakah korban bernafas atau
tidak, lakukan dalam waktu < 10 detik, dengan cara:
Lakukan 5 kali bantuan nafas untuk mendapatkan 2 kali nafas efektif. Hal itu
dapat dilihat dengan adanya pengembangan dinding dada. Bila dada tidak
mengembang reposisikan kepala korban agar jalan nafas dalam keadaan
terbuka. Teknik bantuan nafas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bag valve mask ventilation atau tanpa alat,
yaitu pada bayi dilakukan teknikmouth-to-mouth-and-nose, sedangkan pada
anak menggunakan teknik mouth-to-mouth.
11
7. Periksa Nadi
Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat maka
lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat perbedaan teknik
yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua jari
(two finger chest compression technique ). Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan menggunakan kedua tangan pada posisi satu jari di bawah garis
imajiner intermamae (two thumb-encircling hands) jika didapatkan dua
penolong.
12
9. Defibrilasi / AED (Automated External Defibrillator)
1. Pastikan anda dan korban tidak berada dalam situasi yang bisa
membahayakan hidup anda berdua seperti misalnya pada korban yang
tersengat listrik, pastikan aliran listrik yang masih menempel pada korban
telah diputuskan terlebih dahulu. Korban kecelakaan yang berada di tengah
keramaian lalu lintas harus dipinggirkan ke tempat yang aman sebelum mulai
diberikan pertolongan pertama.
4. Bila korban tidak memberikan respon periksa apakah korban yang tidak
sadarkan diri ini bernafas; dengan cara melihat pergerakan dada dan
mendengarkan suara-suara yang keluar dari mulut korban.
6. Ambil stiker pad, tempelkan pada dada korban dan pastikan pad menempel
kuat dengan kulit dada korban (alat pencukur jenggot tersedia dalam paket
plastik kecil di kotak AED, termasuk handuk kecil untuk mengeringkan dada
korban apabila basah).
7. Ikuti perintah yang diberikan AED yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru
atau CPR sampai selama kurang lebih 2 menit. AED kemudian akan
memeriksa kondisi detak jantung korban dan memerintahkan semua orang
yang terlibat untuk tidak menyentuh korban: “Don’t Touch Patient
Analyzing.”
13
8. AED akan memutuskan bila korban membutuhkan shock atau tidak dengan
menganalisa detak jantung korban. Apabila AED menemukan salah satu dari
dua jenis detak jantung ini yaitu Ventricular Febrillation (tidak teratur),
Ventricular Tachycardia (sangat cepat), AED akan memerintahkan penolong
untuk menekan tombol Shock dengan perintah: “Shocking Advised”.
11. Penolong harus terus melanjutkan set yang sama sesuai perintah AED
sampai paramedik datang memberikan bantuan tambahan dan mengambil alih
proses pertolongan pertama.
12. AED tidak akan memberikan perintah berhenti RPJ atau “Stop CPR” atau
memberitahu penolong bahwa korban sudah meninggal. AED akan terus
memerintahkan penolong untuk tetap melakukan RJP/CPR sampai korban
sadarkan diri.
14
Alogaritma Cardiac Arrest
Henti jantung tanpa nadi 1
3 2 9
Periksa irama jantung,
VT/VF Asistol/PEA
perlu febrilasi ?
4 1
Beri 1 kali shock Lakukan CPR segera sebanyak 5 siklus 0
ketika telah tersedia IV/IO, beri vasopresor.
Manual biphasic : dengan ukuran 0
Epinephrine 1 mg IV/IO. Ulangi setiap 3-5
khusus (120 – 200 J) menit atau beri 1 dosis vasopressin 40 unit
IV/IO untuk menggantikan epinephrine
AED dengan ukuran Khusus
dosis pertama dan kedua. Atropine 1 mg
Monophasic : 360 J IV/IO untuk asistol atau PEA dengan
5 prekuensi lambat. Ulangi tiap 3-5 mrnit
Lakukan CPR segera (sampai 3 dosis)
Periksa irama jantung,
perlu febrilasi ? 1
Periksa irama jantung, 1
6 perlu febrilasi ? 2
Lanjutkan pemberian CPR sementara defibrillator di –
charge kemudian berikan 1 kali shock. 0
Pengkajian
A. Identitas klien
B. Keluhan utama
C. Riwayat Penyakit
Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga dari anak yang mengalami
penyakit jantung.
D. Pengkajian Primer
1. Airway/Jalan Napas
16
c) Feel : merasakan ada aliran udara pernapasan,apakah ada krepitasi,adanya
pergeseran/deviasi trakhea,ada hematoma pada leher,teraba nadi karotis
atau tidak.
d. Buka mulut bayi/anak dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang
lidah dan rahang bawah dan tengadah dengan perlahan.
2. Breathing/Pernapasan
3. Circulation/Sirkulasi
3. Disability
d. Tidak berespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri.
Cara pengkajian :
2. Diagnosa Keperawatan
18
Perencanaan
19
jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
21
Atur ventilator agar PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
22
Edukasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
4.Implementasi
5.Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
24
American Heart Association. Basic Life Support : 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and emergency
cardiovascular care. Circulation 2010
Guyton AC, Hall JE, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11, Jakarta:
EGC.h. 163.
Ulfah AR. 2010. Advance Cardiac Life Sipport, Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita. Jakarta. 2003AHA Guidelines For CPR and ECC.
25