Anda di halaman 1dari 16

CARDIAC

ARREST

Dwi Resti Alfioni (1811011049)


Rumaisya Milhan A. S. (1811011050)
Rusmiati (1811011051)
Nur Diah Ayu Pitaloka (1811011053)
Dwi habibburohman (2011011153)
 
CARDIAC Henti jantung atau cardiac arrest Cardiac arrest merupakan hilangnya

ARREST
merupakan keadaan yang dapat terjadi fungsi jantung secara tiba-tiba guna
dimana saja dan memerlukan tindakan mempertahankan sirkulasi normal
segera salah satunya dalam setting darah yang berfungsi untuk
intraoperatif. Hilangnya fungsi jantung menyuplai oksigen ke otak dan organ
secara tiba-tiba akan menyebabkan vital lainnya, yang ditandai dengan
berhentinya aliran darah ke semua organ tidak ditemukan adanya denyut nadi
sehingga kondisi perfusi dan akibat ketidakmapuan jantung untuk
metabolisme dari organ yang dapat berkontraksi dengan baik.
mendukung fungsi masing-masing akan Kematian pada cardiac arrest terjadi
juga hilang. Kejadian cardiac arrest ketika jantung secara tiba-tiba
dapat terjadi setiap saat, dimana saja berhenti bekerja dengan benar.
dan pada siapa saja sehingga (Muthmainnah, 2019)
mengharuskan setiap tenaga medis
memiliki kemampuan melakukan
Henti jantung (cardiac arrest) adalah
Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan
keadaan di mana sirkulasi darah
baik dan efektif. Henti jantung
berhenti akibat kegagalan jantung
menyebabkan kematian mendadak
untuk ber-kontraksi secara efektif.
ketika sistem kelistrikan jantung tidak
Keadaan henti jantung ditandai
dapat berfungsi dan menghasilkan irama
dengan tidak adanya nadi dan tanda-
yang tidak normal. Henti jantung
tanda sirkulasi lainnya (American
merupakan salah satu risiko anestesi,
Heart Association, 2015).
operasi, dan prosedur intervensi. (Irianti
et al., 2018)
ETIOLOGI Penyebab yang sering melandasi henti jantung ini adalah ventrikular
fibrilasi, blok AV yang biasanya menyebabkan irama jantung sangat
rendah dimana penghantaran atau kondisi elektrik pada rangsangan
jantung ke bilik jantung diperlambat atau terganggu. (Roifah, 2014)
Riwayat penyakit pada henti jantung adalah diabetes militus, penyakit
ginjal, stroke, penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia,dan lain-lain.
Henti jantung disebabkan oleh beberapa factor yang diantaranya:
1. Penyakit kardiovaskular: penyakit jantung iskemik, infark miokardial akut,
embolus paru, fibrosis pada sistem konduksi (penyakit lenegre, Sindrom
Adams-Strokes, noda sinus sakit).
2. Kekurangan oksigen akut: henti nafas, benda asing di jalan nafas,
sumbatan jalan nafas oleh sekresi.
3. Kelebihan dosis obat: digitalis quinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen,
adrenalin, isoprenalin.
4. Gangguan Asam-Basa / Elektrolit : kalium serum yang tinggi atau rendah,
magnesium serum rendah, kalsium serum serum tinggi, asidosis.
5. Kecelakaan, tersengat listrik, tengelam.
6. Refleks vagal : peregangan sfingter ani, penekanan / penarikan bola mata.
7. Anestesia dan pembedahan
8. Terapi dan tindakan diagnostic medis.
9. Syok (hipovolemik, neurologi, toksik, analfilaksis). (Ners, Tinggi, Kesehatan,
Elisabeth, & Wardhany, 2018)
.
PATOFISIOLOGI
Henti jantung yang diawali dengan fibrilasi ventrikel atau takikardia tanpa
denyut sekitar (80-90 %) kasus, kemudian diusul oleh asistol (10%) dan
terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik (5%). Dua jenis henti jantung yang
terakhir lebih sulit ditanggulangi karena akibat gangguan pacemaker
jantung. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis,
femoralis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan
berhenti atau satu-satu (gosping, apnea), dilatasi pupil tak bereaksi
terhadap rangsangan cahaya dan pasien tidak sadar. Pengiriman O2 ke
otak tergantung padah curah jantung, kadar hemoglobin (Hb), saturasi Hb
terhadap O dan fungsi pernapasan. Iskemik melebihi 3-4 menit pada suhu
normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun
setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.
Bantuan Hidup Dasar dilakukan untuk mencegah berhentinya sirkulasi
atau berhentinya pernapasan (respirasi). (Ners et al., 2018)
WOC
Manifestasi Klinis
1. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi
akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
2. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran (collapse).
3. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak
ditangani dalam 5 menit, selanjutnya akan terjadi
kematian dalam 10 menit.
4. Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea
(tidak bernafas).
5. Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak
ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri.
6. Tidak ada denyut jantung
Pemeriksaan Penunjang
Gejala klinis
Manifestasi yang menonjol pada cardiac arrest adalah
berdebar-debar, dizzy sampai synkope, gangguan
hemodinamik, sesak nafas, angina pektoris, kelemahan
umum, nafsu makan menurun.
EKG EKG (elektrokardiografi)
Tes yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan
elektrokardiogram (EKG). Saat dipasang EKG, sensor
akan dipasang pada dada dan dibagian ekstremitas atas
dan bawah. EKG berfungai untuk mengukur waktu dan
durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat
menggambarkan gangguan pada irama jantung. Karena
cedera otot jantung tidak melakukan impuls listrik normal,
EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah
terjadi. EKG dapat mendeteksi pola listrik abnormal,
seperti interval QT berkepanjangan, yang dapat
meningkatkan risiko kematian mendadak. Kemudian
ditunjukkan dengan gelombang QRS Melebar.

Gambar 1. Interval QT berkepanjangan


EKG pasien dengan sinus takikardia, QRS rate 135x/’,
axis normal, gelombang P normal, PR interval 0,12 s,
durasi QRS 0,06 s, gelombang R meningkat di V1-V3,
ST depresi sedikit landai di V4-V6 (Elfi, 2015)
Dalam kebanyakan kasus, kematian tidak terduga dan
terjadi dalam waktu singkat (biasanya dalam waktu 1
jam setelah timbulnya gejala). Jika tidak ada denyut
nadi yang teraba / keluar, upaya resusitasi harus
dimulai. Defibrilator otomatis eksternal harus diterapkan
ke semua pasien henti jantung untuk memastikan ritme
jantung yang mendasarinya. Untuk pasien dengan
"ritme yang dapat diberi kejutan" (misalnya, VT atau
VF), defibrilasi harus dilakukan. Setelah resusitasi
efektif, serangkaian studi diagnostik biasanya
diperoleh. Ini termasuk EKG 12-lead untuk menilai bukti
Gambar 2 ACS, khususnya mencari elevasi segmen ST, yang
harus segera mempertimbangkan revaskularisasi
koroner yang muncul. Perlu dicatat, bagaimanapun,
bahwa banyak pasien akan mengalami perubahan
segmen ST dan gelombang T setelah serangan jantung
dengan ada atau tidak adanya penyakit koroner
epikardial yang signifikan. Dapat ditunjukkan dengan
gambar sebagai berikut.
Berdasarkan etiologinya cardiac arrest didasari oleh
ventrikel takikardi tanpa nadi, venteikel fibrilasi,
pulseless elektrical activity (PEA), dan asytole.

Gambar 3. Elevasi segmen ST .


Studi diagnostik lain sering kali mencakup skrining /
CT kepala non-kontras untuk mengevaluasi
perdarahan intrakranial atau kecelakaan
serebrovaskular dan kimiawi serum untuk
menyingkirkan gangguan elektrolit yang mungkin
telah memicu aritmia. Pemeriksaan laboratorium
lainnya, tes pencitraan, dan prosedur diagnostik
mungkin diperlukan tergantung pada presentasi dan
Gambar 4
temuan pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu dapat masuk ke dalam darah jika terjadi
serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden
cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim
ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung
2. Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita bisa mengetahui elektrolit- elektrolit yang ada
pada jantung, di antaranya adalah kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit
adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang membantu
menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada elektrolit dapat
memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
3. Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk
menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut
merupakan obat-obatan terlarang.
4. Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme atau produksi hormon tiroksin yang
terlalu tinggi dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac
arrest.
5. Pemeriksaan Foto Torak
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh
darah. Hal ini dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal
jantung
6. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara yang akan menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi
apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak
memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi),
atau apakah ada kelainan katup.
Penatalaksanaan
Pasien yang mendadak kolaps ditangani melalui 5
tahap, yaitu:
1. Respons awal
2. Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar
(basic life support)
3. Penanganan dukungan kehidupan lanjutan
(advanced life support)
4. Asuhan pasca resusitasi
5. Penatalaksanaan jangka panjang
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cardiac Arrest

Penampilan klinik pasien dengan cardiac arrest pada umumnya sebagai berikut:
1. Tahap awal : cemas, gelisah, keringat dingin, sesak napas.
2. Tahap lanjut : takiaritmia, peningkatan kerja napas, akral dingin, penurunan
kesadaran, hipoksia jaringan.
3. Tahap akut : pasien tidak sadar, tidak bernapas, tidak ada denyut nadi, EKG VT/VF
non pulse, asistole atau PEA

Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan perubahan preload, afterload, dan
kontraktilitas
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung menurun
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai Oksigen tidak adekuat
Intervensi
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan preload, afterload, dan dengan suplai Oksigen tidak adekuat
kontraktilitas • Berikan O2 sesuai indikasi
• Lakukan pijat jantung • Pantau GDA Pasien
• Berikan oksigen tambahan dengan kanula • Pantau pernapasan klien
nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
• Palpasi nadi perifer
• Pantau Tekanan Darah
• Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan


kemampuan pompa jantung menurun.
• Berikan vasodilator misalnya nitrogliserin, nifedipin
sesuai indikasi
• Posisikan kaki lebih tinggi dari jantung
• Pantau adanya pucat, sianosis dan kulit dingin
atau lembab
• Pantau pengisian kapiler (CRT)
DAFTAR PUSTAKA
Irianti, D. N., Irianto, M. G., Jausal, A. N., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., … Lampung, U. (2018). Henti Jantung Intra
Operatif Intra-operative cardiac arrest. 7, 217–221.
Manado, P. R. D. K. (2018). PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO. Jurnal Keperawatan, 6(2).
Muthmainnah, M. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus Tentang Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan
Karakteristik Usia di RSUD X Hulu Sungai Selatan. Healthy-Mu Journal, 2(2), 31. https://doi.org/10.35747/hmj.v2i2.235
Roifah, I. (2014). METODE CARDIO PULMONARY RESUSCITATION UNTUK MENINGKATKAN SURVIVAL RATES PASIEN
POST CARDIAC ARREST. KEPERAWATAN , 34-38.
Winanda Rizki Bagus Santosa, T. A. (2015). ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA RETURN
OF SPONTANEOUS CIRCULATION PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI IGD RSUD Dr ISKAK TULUNGAGUNG. THE
INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE , 8-18.
Martono. (2015). PENURUNAN RESIKO HENTI JANTUNG PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG DILAKUKAN
HEMODIALISA MELALUI PENGENDALIAN OVERLOAD CAIRAN KALIUM SERUM. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 1-5.
Ners, P. S., Tinggi, S., Kesehatan, I., Elisabeth, S., & Wardhany, I. V. O. A. Y. U. (2018). ST be th Me da n ST isa th Me da n.
 
 
Alkatiri J (2007). Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Torpy JM (2006). Cardiac arrest. The Journal of the American Medical Assosiation, 295(1). Medscape (2014). Sudden
Cardiac Death. Emedicine. http://emedicine.medscape.com/article/151907-overview - Diakses Juni 2016
Latief SA (2007). Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit FKUI. American Heart association,
Guidelines for CPR and ECC Comparison Chart of Key Changes. 2010 Diambil dari URL:
http://www.scribd.com/doc/39645526/AHA-Guidelines-for-CPR-and-ECC-Comparison-Chart-of-Key-Changes-2010
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai