Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIK ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS PENYAKIT DALAM


RSU AN NI’MAH
WANGON
2019
GAGAL JANTUNG KRONIK
Gagal jantung kronik merupakan Sindrom klinis yang kompleks
Pengertian ( Definisi )
akibat kelainan fungsi atau struktural jantung yang mengganggu
kemampuan jantung untuk berfungsi sebagai pompa.
Anamnesis 1. Dispnea d’effort
2. Orthopnea
3. Paroxysmal nocturnal dispnea
4. Lemas
5. Anoreksia dan mual
6. Gangguan mental pada usia tua
Komplikasi 1. Syok kardiogenik
2. Infeksi paru
3. Gangguan keseimbangan elektrolit
Pemeriksaan Fisik 1. Takikardia
2. Gallop bunyi jantung ketiga
3. Peningkatan/ekstensi vena jugularis
4. Refluks hepatojugular
5. Pulsus alternans
6. Kardiomegali
7. Ronkhi basah halus di basal paru, dan bias meluas di kedua
lapang paru bila gagal jantung berat
8. Edema pretibial pada pasien rawat jalan
9. Edema sakral pada pasien tirah baring
10. Efusi pleura, lebih sering pada paru kanan daripada paru kiri
Kriteria Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Kerja Gagal jantung kronik
Diagnosa Banding  Penyakit paru: pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi
paru berat misalnya ARDS, emboli paru
 Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
 Penyakit hati: sirosis hepatis
Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang
Penunjang  Foto rontgen dada: Pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris
dan redistribusinya ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa
sampai ke apeks), peningkatan tekanan vascular pulmonar,
kadang-kadang ditemukan efusi pleura.
 Elektrokardiografi: Membantu menunjukkan etiologi gagal
jantung (infark, iskemia, hipertrofi, dan lain-lain). Dapat
ditemukan low voltage, T inversi, QS, depresi DT, dan lain-lain.

Laboratorium
 Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah.
 Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria.

Ekokardiografi
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang
fungsi dan struktur jantung, katup dan perikard. Dapat ditemukan
fraksi ejeksi yang rendah < 35-40% atau normal, kelainan katup
(stenosis mitral, regurgitasi mitral, stenosis trikuspid atau regurgutasi
trikuspid), hipertrofi ventrikel kiri, dilatasi atrium kiri, kadang-
kadang ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium kanan, efusi
perikard, tamponade, atau perikarditis.
Terapi Non farmakologi
 Anjuran umum:
a. Edukasi: terangkan hubungan keluhan, gejala dengan
pengobatan.
b. Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat
dilakukan seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan
profesi yang masih bisa dilakukan.
c. Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang.
d. Vaksinasi terhadap infeksi influensa dan pneumokokus bila
mampu.
e. Kontrasepsi dengan IUD pada gagal jantung sedang dan berat,
penggunaan hormone dosis rendah masih dapat dianjurkan.

 Tindakan umum:
a. Diet (hindarkan obesitas, rendah garan 2 g pada gagal jantung
ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter
pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung
ringan.
b. Hentikan rokok.
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
pada yang lainnya.
d. Aktivitas fisik (latihan jasmani: jalan 3-5 kali/minggu selama
20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit
dengan bebasn 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal
jantung ringan dan sedang).
e. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi
akut.

 Farmakologi
a. Diuretik. Kebanyakan pasien dengan gagal jantung
membutuhkan paling sedikit diuretik regular dosis rendah
tujuan untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop
diuretik atau tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis
diuretik dapat dinaikkan, berikan diuretik, intravena, atau
kombinasi loop diuretik dan tiazid. Diuretik hemat kalium,
spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari dapat mengurangi
mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai
berat (klas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung
sistolik.
b. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi
neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan
dosis rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis
yang efektif.
c. Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Pemberian mulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama
beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung.
Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal
jantung klas fungsional II dan III. Penyekat Beta yang
digunakan carvedilol, bisoprolol atau meroprolol. Biasa
digunakan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretik.
d. Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada
kontraindikasi penggunaan penghambat ACE.
e. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat memberi
hasil yang baik pada pasien yang intoleran dengan
penghambat ACE dapat dipertimbangkan.
f. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal
jantung disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang
dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik,
penghambat ACE, penyekat beta.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk
pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi
atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat
emboli, thrombosis dan transient ischemic attacks, thrombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang
asimptomatik atau aritmia ventrikel yang tidak menetap.
Antiaritmia klas I harus dihindari kecuali pada artimia yang
mengancam nyawa. Antiaritmia klas III terutama amiodaron
dapat digunakan untuk terapi aritmia atrial dan tidak
digunakan untuk mencegah kematian mendadak.
i. Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium
antagonis untuk mengobati angina atau hipertensi pada gagal
jantung.
Edukasi -
( Hospital Health
Promotion)
Prognosis Tergantung klas fungsionalnya
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penelaah Kritis dr.spesialis penyakit dalam
Indikator Medis -
Kepustakaan 1. Panggabean MM, Suryadipraja RM. Gagal Jantung Akut dan Gagal
Jantung Kronik. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p. 140-54.
2. ACC/AHA/ACC/AHA Guidelines for the Evaluation and
Management of Chronic Heart Failure in Adult: Executive Summary.
A Report of The American College of Cardiology/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines (Committee to Revise
the 1995 Guidelines for The Evaluation and Management of Heart
Failure). Circulation 2001; 104:2996-3007.

Anda mungkin juga menyukai