Modul Blok 8
Editor:
dr.Kristianningrum Dian Sofiana,M.Biomed
Dr.dr.Muhammad Ihwan Narwanto, M.Sc
2
KATA PENGANTAR
Blok kardiovasa merupakan blok delapan dari keseluruhan blok belajar dalam Kurikulum
Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada blok ini peserta didik belajar
menyiapkan diri sebagai seorang mahasiswa kedokteran dan calon dokter, bagaimana
membangun suatu pemahaman yang komprehensif tentang blok kardiovasa sebagai dasar dan
pengembangan ilmu kedokteran, untuk menunjang karirnya di masa depan.
Dalam modul ini terdapat lima skenario sebagai trigger dalam diskusi tutorial yang
diselesaikan dalam waktu lima minggu dan dilanjutkan dengan minggu keenam untuk ujian.
Modul ini dilaksanakan menggunakan strategi PBL (Problem Based Learning), dengan diskusi
tutorial sebagai jantung dari seluruh kegiatan. Kegiatan belajar yang lain meliputi kuliah,
praktikum dan skills laboratorium dilaksanakan untuk menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran. Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan peserta didik telah siap menjalani
seluruh rangkaian pendidikan dokter.
Terima kasih kami ucapkan kepada narasumber, sejawat, dan seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang
diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini.
3
DAFTAR ISI
4
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Nama Tutor
5
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PERTEMUAN I
ANAMNESIS PENYAKIT SISTEM KARDIOVASKULER
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melakukan anamnesis penyakit sistem
kardiovaskuler secara sistematis, komunikatif, dan profesional untuk mengarahkan
pada diagnosis dan diagnosis banding.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini diselenggarakan selama 1x1,5 jam, dengan
rincian kegiatan terdiri dari: simulasi, praktik, diskusi, dan penilaian
ANAMNESA
Anamnesa merupakan bagian yang paling penting pada prosespemeriksaan
pasien. Keluhan utama penyakit pada sistem kardiovaskuler adalah sesak napas,
nyeri dada, palpitasi dan claudication.
SESAK NAPAS
Pasien dengan penyakit jantung biasanya merasa sesak napas pada saat
melakukan aktifitas fisik (exertional dyspnoea) dan kadang-kadang timbul sesak
pada saat berbaring (positional dyspnoea atau orthopnoea). Patofisiologi orthopnoea
adalah sebagai berikut : pada waktu pasien berbaring, terjadi redistribusi cairan dari
jaringan perifer ke paru-paru sehingga terjadi peningkatan tekanan kapiler
pulmonary. Hal ini kemudian men-stimulasi ujung saraf pada paru-paru sehingga
terjadilah orthopnoea. Kadang-kadang pasien mendadak terbangun dari tidurnya,
megap-megap, sesak napas. Jadi pasien lebih baik tidur
6
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
dalam posisi setengah duduk atau dengan beberapa bantal. Gejala ini biasanya
disertai dengan batuk yang berdahak putih berbusa (paroxysmal nocturnal
dyspnoea).
Mekanisme dyspnoea karena aktifitas fisik masih kontroversial. Ada
pendapat bahwa mekanismenya sama dengan orthopnoea, yaitu terjadi peningkatan
venous return dari otot pada saat aktifitas fisik, sehingga meningkatkan tekanan
atrium kiri. Padahal, sesak napas pada saat aktifitas fisik tidak selalu berhubungan
langsung dengan tekanan atrium kiri. Ada faktor-faktor lain seperti penurunan kadar
oksigen pada darah di arteri dan perubahan fungsi otot jantung pada payah jantung
kronis.
Sesak napas yang disertai wheezing kadang-kadang disebabkan karena
penyakit jantung, tetapi terlebih dahulu harus disingkirkan adanya obstruksi jalan
napas. Pasien yang merasa tiba-tiba harus menarik napas dalam-dalam, yang tidak
ada hubungannya dengan aktifitas fisik, yang sering mengeluh sesak napas atau yang
merasa terus menerus tidak dapat bernapas dengan baik, bukan gejala dari penyakit
jantung, tetapi merupakan gejala kecemasan.
Kadang-kadang sulit untuk membedakan sesak napas yang disebabkan
karena penyakit paru-paru atau jantung. Paroxysmal nocturnal dyspnoea atau
orthopnoea merupakan gejala penyakit jantung, sedangkan wheezing merupakan
gejala penyakit paru-paru.
7
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
NYERI DADA
Nyeri dada yang disebabkan karena iskemi myocardial. Sekitar 50% pasien
yang datang ke klinik kardio mengeluh nyeri dada. Nyeri dada karena penyakit
jantung disebut dengan angina pectoris, penyebabnya adalah karena suplai darah ke
otot jantung tidak mencukupi kebutuhan metabolisme jantung normal. Pasien
dengan angina pada umumnya mengalami penyempitan atau stenosispada satu atau
lebih arteri coronaria. Nyeri timbul karena peningkatan metabolisme jantung pada
waktu peningkatan aktifitas fisik atau emosional pasien. Sebagian kecil angina
disebabkan karena stenosis aorta atau hypertrophy cardiomyopathy. Sifat khas
angina adalah nyeri dada yang timbul pada waktu beraktifitas fisik dan menghilang
bila aktifitas dihentikan. Nyeri seperti terbakar, tertusuk, terhimpit atautercekik.
Nyeri yang mirip dengan angina, tetapi timbul pada waktu istirahat dapat
disebabkan karena unstable angina atau infark myocard. Nyeri pada infark myocard
sifatnya berat, persisten dan sering disertai mual.
8
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Anamnesa angina
• Apakah nyeri timbul pada waktu beraktifitas fisik ? (misalnya naik tangga)
• Nyeri di dada sebelah mana ?
• Apakah nyeri bertambah bila udara dingin ?
• Apakah nyeri bertambah pada waktu beraktifitas fisik setelahmakan ?
• Apakah nyeri berkurang setelah beristirahat ?
• Apakah nyeri terjadi bila merasa terlalu gembira atau terlalu sedih ?
9
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Pericarditis
Pericarditis adalah inflamasi pericardium (selaput serous yang membungkus
jantung). Pericarditis merupakan komplikasi infark myocard. Dapat juga disebabkan
karena infeksi virus atau bakteri, atau karena uraemia. Nyerinya berupa nyeri
konstan di belakang tulang dada dan makin nyeri pada waktu napas dalam. Nyeri
pericarditis berhubungan dengan pergerakan tubuh (mis, perubahan posisi
berbaring) tetapi tidak berhubungan dengan aktifitas fisik seperti nyeri anginaatau
infark myocard. Kadang-kadang menjalar ke ujung bahu kiri.
Nyeri musculoskeletal
Nyeri pada dinding dada atau spine thoracic sering dikira penyakit jantung.
Nyeri ini terasa sakit dan berhubungan dengan pergerakan tubuh tertentu dannyeri
tetap timbul pada waktu istirahat. Sekitar cartilage costal biasanya terasa lunak.
PALPITASI
Palpitasi adalah denyut jantung yang abnormal. Jantung berdenyut sangat
cepat atau tidak teratur (aritmia). Dapat juga karena impuls cardiac terlalu kuat
10
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Penyebab palpitasi
• Ekstrasistole
• Paroxysmal atrial fibrillation
• Paroxysmal supraventricular tachycardia
• Thyrotoxicosis
• Perimenopausal
Anamnesa palpitasi
• Coba tirukan bunyi denyut jantung anda pada waktu terjadi palpitasi
• Apakah denyut jantung teratur atau tidak teratur ?
• Apakah ada hal-hal tertentu yang dapat meredakan gejala palpitasi ?
• Apa yang anda lakukan pada waktu timbul gejala palpitasi ?
• Apakah ada makanan tertentu yang menimbulkan palpitasi ?
• Obat-obat apa yang sekarang digunakan ?
11
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
biasanya terjadi waktu malam hari pada laki-laki lanjut usia dengan obstruksi
prostat.
Pada saat pingsan, hilangnya kesadaran tidak terjadi mendadak; pasien
tampak pucat atau ‘agak hijau’, baik sebelum atau sesudah pingsan. Penanganannya
adalah dengan menaikkan tungkai. Sebaliknya syncope karena heart block,
terjadinya tiba-tiba, tanpa tanda-tanda sebelumnya. Pasien tampak pucat pada waktu
pingsan, dan bila sadar (biasanya juga tiba-tiba) wajahnya berwarna agak
kemerahan. Vertebro-basilar insufisiensi biasanya terjadi pada lanjut usia. Gejala
yang timbul karena pergerakan leher terganggu. Hipotensi postural biasanya pada
lanjut usia dan dicetuskan oleh obat antihipertensi.
Anamnesa syncope
Apabila memungkinkan, anamnesa diambil dari keluarga atau orang sekitar
yang tahu kejadiannya.
• Situasi apakah yangmenyebabkan syncope ?
• Apakah sebelumnya ada gejala-gejala tertentu ?
• Berapa lama pasien sadar kembali ?
• Apakah wajah terlihat pucat saat syncope dan setelah sadar ?
• Obat-obat apa yang sekarang diminum ?
Claudication
Claudication adalah kata Latin yang berarti berjalan pincang. Intermittent
claudication merupakan suatu keadaan dimana pasien merasa nyeri pada satu atau
kedua tungkai pada waktu berjalan dan nyeri berkurang bila pasien istirahat. Seperti
angina yang merupakan gejala awal suatu penyakit atheroma yang mempengaruhi
arteri koroner, maka intermittent claudication biasanya merupakan gejala awal
penyempitan arteri yang men-suplai tungkai. Nyeri berapa rasa sakit pada betis, paha
atau pantat. Intermittent claudication lebih banyakmengenai laki- laki dan perokok
dari pada bukan perokok.
12
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
13
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
CHECK LIST
INSTRUMEN PENILAIAN ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Aspek non verbal:
a. Duduk dengan tegak dan sopan.
b. Berwajah cerah dan ramah.
c. Melakukan kontak mata.
d. Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
pasien.
e. Intonasi yang jelas.
f. Artikulasi jelas.
g. Volume suara jelas
2. Menanyakan identitas:
a. Nama.
b. Umur.
c. Pekerjaan.
d. Alamat.
3. Menanyakan keluhan utama.
4. Menggali riwayat penyakit sekarang:
a. Onset.
b. Frekuensi.
c. Durasi.
d. Intensitas.
e. Sifat serangan.
f. Riwayat pengobatan.
g. Faktor yang mempengaruhi.
5. Melakukan anamnesis sistem yang relevan.
6. Menggali riwayat penyakit dahulu:
a. Penyakit yang sama/berkaitan dengan penyakit.
14
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
b. Riwayat alergi.
7. Menggali riwayat penyakit keluarga.
8. Memberi nasehat kepada pasien sesuai penyakit yang
diderita.
9. Melakukan cross check.
10 Melakukan feed back.
11 Mencatat hasil.
Total nilai
Keterangan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tetapi tidak benar
2: dilakukan dengan benar
15
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PERTEMUAN II
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterampilan melakukan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi jantung secara
sistematis dan benar.
TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi letak garis anatomi pada permukaan
dinding dada.
2. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai keadaan normal dan abnormal
yang terdapat di leher dinding dada dan ekstremitas superior inferior pada
sistem kardiovaskuler.
3. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai pulsasi normal dan abnormal pada
tempat tertentu di dinding dada.
4. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai secara palpasi keadaannormal
dan abnormal yang terdapat di vena jugularis eksterna dan dinding dada.
5. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai batas – batas jantung absolut dan
relatif.
6. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai bunyi jantung, bunyi
16
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini diselenggarakan selama 1x1,5 jam, dengan
rincian kegiatan terdiri dari: simulasi, praktik, diskusi, dan penilaian.
BENTUK BADAN
Perlu diperhatikan bentuk badan serta tanda tanda khas yang terdapat pada
seorang pasien,antara lain astenik,hipostenik, atau hiperstenik.Berat badan normal,
kurus atau gemuk. Tanda tanda bekas trauma dan adanya deformitas di dada,
kelainan konginental pada bentuk badan, dan lain –lain. Misalnya kelainan bentuk
badan yang merupakan sindrom kelainan jantung yang khas pada sindrom turner
ditemukan koarktasio aorta dan stenosis pulmonal kongenital. Pada sindrom Down
ditemukan atrial septal defect (ASD) atau Ventrikular Septal Defect (VSD) dengan
insufisiensi katup atrioventrikular.
Garis-garis tersebut ini perlu untuk menentukan lokasi kelainan yang ditemukan
pada permukaan badan.
17
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
18
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
19
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
INSPEKSI JANTUNG
Inspeksi jantung berarti mencari tanda tanda yang mengungkapkan keadaan
jantung pada permukaan dada dengan cara melihat/mengamati. Tanda tanda itu
adalah :
1. Bentuk prekordium
2. Denyut pada apeks jantung
3. Denyut nadi pada dada
4. Denyut vena
Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang cekung
dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis
atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan
pada dada dalam melakukan pekerjaan( pemahat tukang kayu dsb). Prekordium
yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi
pleura, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis.
Penyakit jantung yang menimbulkan penggembungan setempat pada
prekordium adalah penyakit jantung bawaan ( Tetralogi Fallot ), penyakit katup
mitral atau aneurisma aorta yang berangsur menjadi besar serta aneurisma ventrikel
sebagai kelanjutan infark kordis.
20
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV,
pada wanita hamil atau yang perutnya buncit iktus kordis dapat bergeser ke samping
kiri. Tempat iktus kordis sangat tergantnug pada :
a. Sikap badan
Pada sikap tiduran dengan menghadapa ke kiri iktus akan terdapat dekat
linea axillaries anterior. Pada sikap tiduran dengan menghadap ke klanan
iktus terdapat dekat tepi sternum kiri. Pada sikap berdiri, iktus akan lebih
rendah dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b. Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah ke
medial ± 1 – 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana diafragma
terdesak ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa pada ruang
interkostal III atau bahkan II, serta agak di luar linea midklavikularis.Pada
ascites juga akan dijumpai keadaan seperti tersebut di atas,
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini juga
patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau adanya schwarte
pleura kanan.
21
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus,
kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.
Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan.Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna.
EKSTREMITAS
Lengan –Tangan
Pada pemeriksaan jari, ujung jari dan kuku, diperhatikan apakah ada
deformitas jari dan persendian jari, sianosis dan clubbing finger.Splinter
haemorhage dan osler node, mungkin dapat dijumpai pada endokarditis bakterial
subakut. Bandingkan denyut nadi arteri radialis kiri dan kanan.
Tungkai-Kaki
Perhatikan apakah ada edema tungkai, edema pretibial, edema pergelangan
kaki (ankle edema), edema kardiak seringkali disertai nokturia.Lakukan perabaan
22
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
denyut nadi arteri femoralis, arteri politea, dan arteri dorsalis pedis.Bandingkan nadi
kiri dan kanan, serta bandingkan suhu kaki kiri dan kanan. Cari tanda- tandafenomen
trombo-emboli pada tungkai, diperhatikan juga vena tungkai bawah apakah ada
varises dan tromboflebitis.
Palpasi Jantung
Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyutan yang
tidak tampak, juga dapat ditemukan dengan palpasi. Palpasi pada prekordiun harus
dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru kemudian memakai ujung ujung jari.
Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian
dengan tekanan yang keras.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien
dalam sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang.Telapak tangan pemeriksa
diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari menuju ke samping kiri toraks.
Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan apeks.Setelah itu tangan kanan
pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut
apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan, kita palpasi
denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah
Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse). Perhatikan Gambar 5.
Lokasi point of maximal impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-
kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk
dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis
midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktuskordis agal
ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1
–2 cm. Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi sysolic
lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan
teraba akan lebih melebar.
.
23
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Denyutan, getaran dan tarikan dapat diteliti dengan jalan palpasi baik ringan
maupun berat. Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalahsbb :
1. Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat
angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat
meraba iktus.Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang
interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis.kiri.
Apabila denyut iktus tidak dapat dipalpasi, bisa diakibatkan karena dinding
toraks yang tebal misalnya pada orang gemuk atau adanya emfisema,
tergantung pada hasil pemeriksaan inspeksi dan perkusi.
Denyut iktus cordis sangat kuat kalau pengeluaran darah dari jantung
(output) besar. Dalam keadaan itu denyut apeks memukul pada telapak
tangan atau jari yang melakukan palpasi. Hal ini dapat terjadi pada
insufisiensi aorta dan insufisiensi mitralis.Pada keadaan hipertensi dan
stenosis aorta denyutan apeks juga kuat, akan tetapi tidak begitu kuat, kecuali
jika ventrikel kiri sudah melebar (dilatasi) dan mulai timbul keadaandecomp
cordis.
24
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
25
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Contoh pada kelainan jantung bawaan VSD akan teraba getaran sistolik di
parasternal kiri bawah dan pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di
26
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
parasternal kiri atas. Pada kelainan jantung didapat seperti stenosis mitral akan
teraba getaran distolik di apeks jantung dan pada stenosis aorta akan teraba getaran
sistolik di bagian basis jantung.
27
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Cara Perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV
pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu
dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan. Dilatasi
ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang
jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI - 3 pada garis para sternal kiri.
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke
arahlateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral
kanan dan ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan
dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat
menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam
keadaan tersebut sukar ditentukan.
28
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
29
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
CHECKLIST
PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN JANTUNG
Keterangan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tetapi tidak benar
2: dilakukan dengan benar
30
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PERTEMUAN III
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterampilan melakukan pemeriksaan fisik auskultasi jantung secara sistematis
dan benar.
Tujuan Belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan pada pasien (simulated
patient)
2. Mahasiswa mampu menetapkan denyut jantung normal
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan suara jantung sistolik
& diastolik
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan lokasi dan kualitas suara jantung normal
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi suara jantung abnormal (split heart
sound, gallop) (audio)
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi suara bising jantung/cardiac murmur
(audio)
7. Mahasiswa mampu membedakan suara bising sistolik & diastolik (audio)
8. Mahasiswa mampu mendeskripsikan kualitas dan lokasi maksimal bising
(audio)
9. Mahasiswa mampu menganalisis bising jantung yang mengarah pada
differential diagnosis
31
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Stetoskop
Bell dan Diaphragma
Stetoskop memiliki dua permukaan penerima suara, yaitu Bell dan
Diaphragma. Bell digunakan untuk mendeteksi suara frekuensi rendah sedangkan
diaphragma untuk frekuensi tinggi. Penjelasan tradisional bahwa bell secara
selektrif meneruskan suara frekuensi rendah dan diaphragma secara selektif
menyaring suara berfrekuensi rendah kurang tepat. Bel dapat meneruskan semua
frekuensi dengan baik, tetapi pada beberapa pasien murmur frekuensi tinggi
(misalnya regurgitasi aorta), adanya suara lain frekuensi rendah dapat menutupi
suara frekuensi tinggi sehingga suara murmur sulit dideteksi. Diafragma tidak secara
selektif menyaring suara frekuensi rendah, tetapi melemahkan seluruh frekuensi
sehingga menghentikan suara frekuensi rendah yang hampir terdengarke bawah
ambang dengar pendengaran.
Penggunaan Stetoskop
1. Ruang pemeriksaan harus tenang
Banyak suara jantung dan murmur relatif redup dan sulit didengar kecuali
pemeriksaan dilakukan di ruangan yang sangat hening.
32
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
3. Posisi pasien
Pemeriksa dapat mendengarkan jantung pasien pada beberapa posisi yaitu
supine, left lateral decubitus, dan posisi duduk tegak. Posisi lateral decubitus
adalah posisi paling baik untuk mendeteksi S3 dan S4 serta suara murmur
diastolik pada stenosis mitral. Posisi duduk tegak digunakan untuk
mengevaluasi suara split S2 saat ekspirasi dan mendeteksi pericardial rub
serta murmur regurgitasi aorta.
Urutan pemeriksaan
Pemeriksaan rutin auskultasi jantung meliputi pemeriksaan area sternalatas
kanan, seluruh area sternal kiri, dan apeks. Pemeriksaan dapat dilakukanmulai dari
basis jantung ke apeks atau sebaliknya. Pemeriksaan dengan diafragma harus
dilakukan pada seluruh area, terutama pada area sternal kiri atas untukmendeteksi
splitting S2 dan seluruh area untuk mendeteksi murmur lainnya. Setelah
menggunakan diafragma, pemeriksaan dengan bell dilakukan terutama untuk
mendeteksi suara pengisian diastolik (S3 dan S4) dan diastolic rumbling murmur
(misalnya pada stenosis mitral). Pada pasien – pasien tertentu, pemeriksa juga perlu
evaluasi area arteri karotis dan aksila (pada pasien dengan murmur sistolik, untuk
mengklarifikasi radiasi murmur) dan area sternal kanan bawah
33
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
(pada pasien dengan murmur diastolik oleh regurgitasi aorta untuk mendeteksi aortic
root disease), punggung (pada pasien muda dengan hipertensi untuk mendeteksi
continous murmur of coarctation), atau area toraks lain (pada pasien dengan sianosis
sentral, untuk mendeteksi murmur kontinyu pada pulmonary arteriovenous fistula).
Focusing technique
Otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk mengisolasi dan
memfokuskan pada satu tipe informasi sensoris dengan represi kesadaran terhadap
sensasi lainnya. Sebagai contoh, orang yang membaca buku di ruangan dan
terdengar denting jarum jam. Orang tersebut mampu membaca sejumlah halaman
tanpa mendengar denting jarum jam dan baru mendengarnya kembali setelah
perhatian pada buku dialihkan. Dengan cara yang sama, perhatian pemeriksa dapat
dengan cepat diarahkan untuk fokus mendengarkan suara paling dominan, akan
tetapi dapat melewatkan suara jantung yang lebih lemah. Oleh karena itu, agar suara
– suara yang lebih lemah tidak terlewatkan (bila ada), perhatian klinisi perlu
dialihkan secara sekuensial terhadap suara – suara tersebut selama siklus jantung.
Pemeriksa perlu meyakinkan apakah
1) suara S1 keras atau lunak ?,
2) Apakah S2 mengalami splitting, dan jika ya, splittingnya bagaimana ?,
34
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
3) apakah terdapat suara lain atau murmur selama sistolik atau diastolik ?.
35
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Suara jantung Satu dan Dua (S1 dan S2) Suara jantung 1 (S1)
Berdasarkan rekaman fonokardiografi, komponen S1 terdiri atas : 1) vibrasi
singkat berfrekuensi rendah, biasanya sulit didengar dan timbul bersamaan dengan
awal kontraksi ventrikel, 2) vibrasi besar berfrekuensi tinggi dan umumnya
terdengar serta terkait dengan penutupan katup mitral (M1), 3) vibrasi berfrekuensi
tinggi kedua dan terkait dengan penutupan katup trikuspid (T1), sangat berdekatan
dengan vibrasi M1, 4) vibrasi berfrekuensi rendah yang singkat dan bersamaan
dengan akselerasi darah ke pembuluh darah besar. Komponen utamayang terdengar
pada pemeriksaan biasanya M1 yang terdengar paling keras di apex diikuti T1 yang
terdengar paling keras di perbatasan sternum kiri. M1 dan T1 terpisah sekitar 20 –
30 milidetik meskipun umumnya terdengar sebagai kesatuan pada subyek normal.
Splitting
Onset kontraksi ventrikel kiri sedikit mendahului kontraksi ventrikel kanan.
Akibat asinkron ini, suara S1 dapat terdengar terpisah (splitting). Oleh karena
penutupan trikuspid sangat pelan, umumnya suara ini tertutupi oleh
36
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
penutupan suara mitral yang lebih keras yang terjadi lebih dulu atau hampir
bersamaan. Oleh karena itu, seringkali sulit diperoleh adanya splitting ini secara
klinis kecuali terdapat faktor – faktor lain yang mengubah intensitas atau urutan
penutupan katup atrioventrikular.
Bila splitting S1 terdengar di apeks, hal ini biasanya disebabkan oleh
kombinasi penutupan katup mitral yang didahului oleh suara atrial atau diikuti oleh
suara ejeksi. Meski penutupan tricuspid dapat lebih keras seperti pada hipertensi
pulmonal, suaranya masih sulit dibedakan dari penutupan mitral kecuali terjadi
perubahan urutan penutupan katup. Pada right bundle branch block (RBBB), onset
sistole ventrikel kanan dapat tertunda yang memungkinkan suara T1 mudah
dibedakan dengan M1. Wide splitting S1 dapat juga terjadi pada keadaan dimana
pacu jantung beralih ke ventrikel kiri, denyut ektopik (ectopic beat), dan ritme
idioventrikular yang berasal dari ventrikel kanan dapat menimbulkan reverse
splitting/paradoxic splitting S1 akibat penundaan onset kontraksi ventrikel kiri.
Intensitas
Suara jantung1 (S1)
Intensitas suara S1 terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni 1) posisi katup
atriventrikuler pada saat onset sistole ventrikel, 2) struktur daun katup (normalatau
menebal), 3) laju peningkatan tekanan dan regangan yang terjadi dalam ventrikel.
Sistole atrial akan membuka katup atrioventrikular. Bila sistole ventrikel
berlangsung saat katup masih terbuka, suara S1 terdengar cukup keras. Hal ini dapat
terjadi pada pemendekan interval PR antara 0,11 – 0,13 detik. Bila setelah sistole
atrial, tidak segera diikuti oleh kontraksi ventrikel, katup atrioventrikuler mulai
mengambang kembali dan dapat tertutup jika terjadi pemanjangan konduksi
atrioventrikuler dan kontraksi ventrikel tertunda cukup lama. Pada kondisi ini (PR
interval antara 0,20 – 0,26 detik), suara S1 terdengar lemah.
Pengerasan dan jaringan parut pada katup misalnya akibat rheumatic heart
disease dapt menyebabkan suara lebih keras dari normal selama pembukaan dan
penutupan katup selama mobilitas katup tidak terganggu. Sedangkan bila terjadi
37
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Lokasi Suara
S2 splitting biasanya terdengar hanya di ICS II atau III tepat di sebelah kiri
sternum. S2 splitting kadang dapat ditemukan sedikit ke bawah terutama pada pasien
dengan penyakit paru kronik, dan sedikit agak ke atas pada pasien obesitas. Secara
normal, splitting S2 tidak dapat didengarkan di area lain oleh karena P2 terlalu
lemah.
38
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Teknik
Pasien diminta bernapas inspirasi dan ekspirasi secara reguler dalam
mengevaluasi splitting S2 oleh karena menahan napas selama inspirasi atau
ekspirasi cenderung memisahkan komponen suara tersebut lebih jauh sehingga sulit
untuk diinterpretasikan.
Gambar 2. Splitting S2
Splitting Fisiologis
Penundaan normal P2 akibat interval “hangout” yang panjang pada sirkulasi
pulmonal (hal ini bukan karena sistole ventrikel kanan berakhir lebih lambat
daripada sistole ventrikel kiri, keduanya berakhir bersamaan). “Hangout”
menunjukkan bahwa sirkulasi pulmonal memberikan resistensi yang rendah
terhadap aliran darah sehingga aliran darah berlangsung cukup singkat setelah
sistole mekanik ventrikel kanan selesai. Hangout pada katup aorta berlangsung
singkat dan menyebabkan aliran darah terhentinya aliran darah, katup segera
menutup setelah kontraksi ventrikel selesai. A2 dan P2 terpisah selama inspirasi
terjadi terutama karena pemisahan komponen P2 lebih jauh. Augmentasi interval A2
– P2 selama inspirasi disebabkan oleh meningkatnya interval hangout pada sirkulasi
pulmonal. 25% augmentasi ini dikarenakan olehpemanjangan periode sistole
ventrikel kanan (akibat peningkatan pengisian jantung kanan selama
39
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
inspirasi) dan 25% diakibatkan oleh pemendekan sistole ventrikel kiri (akibat
reduksi pengisian jantung kiri selama inspirasi).
Splitting S2 Abnormal
Terdapat 3 kelainan splitting S2 abnormal yaitu, wide physiologic splitting, wide
fixed splitting, paradoxic splitting.
1. Wide physiologic splitting, splitting ini terjadi selama inspirasi dan
ekspirasi, split A2 – P2 bertambah selama inspirasi
2. Wide fixed splitting, splitting berlangsung selama inspirasi dan ekspirasi,
namun interval A2 – P2 tetap konstan
3. Paradoxic splitting, disebut juga Reverse splitting, splitting yang terdengar
menjadi lebih singkat atau menyatu selama inspirasi. Paradoxic splitting
terjadi karena urutan komponen S2 menjadi terbalik, P2 terlebih dahulu
kemudian A2
Auskultasi Jantung
40
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
41
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
42
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
43
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Bunyi Jantung
44
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat
kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut
akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I.
Intensitas dari BJ I tergantung dari :
• Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik.
• Kecepatan naiknya desakan bilik
• Letak katub A – V pada waktu systole ventrikel
• Kondisi anatomis dari katub A – V
45
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
46
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu
lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan didengarkan BJ
II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa didapatkan BJ II
aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal.
BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dari katub aorta dan
pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (rapid filling phase). Vibrasi
yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian
ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh
perlambatan aliran pengisian.
Bunyi jantung IV : dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan
yang lebih besar, misalnya pada keadaaan tekanan akhir diastol ventrikel yang
meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisisan yang lebih keras dengan
bantuan kotraksi atrium yang lebih kuat.
47
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Bunyi detak ejeksi pada awal sistolik (early systolic click). Bunyi ejeksi, ialah bunyi
dengan nada tinggi yang terdengar karena detak. Hal ini disebabkan karena
akselerasi aliran darah yang mendadakpada awal ejeksi ventrikelkiri dan
berbarengan dengan terbukanyakatub aorta terjadi lebih lambat. Keadaan ini sering
disebabkan karena stenosis aorta atau karena beban sistolik ventrikel kiri yang
berlebihan dimana katup aorta terbuka lebih lambat.Bunyi detak ejeksi pada
pertengahan atau akhir sistolik (mid-late systolic click) ialahbunyi dengan nada
tinggi pada fase pertengahan atau akhir sistolik yang disebabkan karenadaun-daun
katup mitral dan chordae tendinae meregang lebih lambat dan lebih keras.
Keadaanini dapat terjadi pada prolaps katup mitral karena gangguan fungsi
muskulus papilaris atau chordae tendinae.
Detak pembukaan katup (opening snap) ialah bunyi yang terdengar sesudah BJ II
pada awal fase diastolik karena terbukanya katup mitral yang terlambat dengan
kekuatan yanglebih besar disebabkan hambatan pada pembukaan katup mitral.
Keadaan ini dapat terjadi pada stenosis katup mitral.
48
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Nada bunyi bising jantung dapat berupa bunyi bising dengan nada tinggi (high
pitched) atau bunyi bising dengan nada rendah (low pitched).
49
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada auskultasi bising adalah :
1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah
bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah untuk
menentukan bising systole atau diastole ialah dengan
membandingkan terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau
pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole.
2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.
3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan
ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising
yang keras akan dijalarkan lebih dulu.
4. Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.
Ada 6 derajat bising :
1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah besar-
benar merupakan suara bising.
2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai
intensitas diantara (2) dan (5).
4) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop
tidak diletakkan pada dinding dada.
5) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.
5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising
yang meniup, bising yang melagu.
50
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
2. Bising patologis
Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis, sedang
bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis.Bising sistolik yang terdapat
pada apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya tak tentu,
lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan ini sering dijumpai bising
sistolik pada apeks :
a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena reuma.
51
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Teknik auskultasi :
1. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi.
2. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi pasien. Ruangan yang
tenang adalah penting.
3. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat sternum (aortic
area).
4. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat sternum (pulmonic
area).
5. Auskultasi dengan diafragma pada LICS Ke-3, 4, 5 dekat setrnum
(tricuspid area).
6. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area).
7. Dengarkan dengan bell pada apeks.
8. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 dan ke-5 dekat dengan sternum
9. Miringkan pasien ke samping kiri.
10. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk mengkaji S3 dan
murmur mitral.
52
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
CHECKLIST
NILAI
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
2. Menyiapkan penderita (diminta berbaring dan membuka baju)
3. Meminta penderita untuk bernafas biasa
Menyiapkan stetoskop dan meminta ijin untuk melakukan
4.
auskultasi
Meletakkan stetoskop pada daerah sela iga II kiri untuk
5. mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal
(dengan membran)
Meletakkan stetoskop pada daerah sela iga II kanan untuk
6. mendengan bunyi jantung berasal dari aorta (dengan
membran)
Meletakkan stetoskop pada daerah sela iga 4 dan 5 di tepi
kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar
7.
bunyi jantung yang berasaldari katup trikuspidal (corong
stetoscop)
Meletakkan stetoskop pada Di daerah apeks / Iktus kordis
8. untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
( dengan corong stetoskop)
9. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
10Bedakan antara sistolik dan diastolik
11Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang
12
pecah
13Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik ataudiastolik
Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik
14
maksimumnya
15Catat hasil auskultasi
Keterangan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tetapi tidak benar
2: dilakukan dengan benar
53
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PERTEMUAN IV PEMERIKSAAN
FISIK JANTUNG
ELEKTROKARDIOGRAFI
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterampilan melakukan pemeriksaan dan pembcaan elektrokardiogram
jantung secara sistematis dan benar.
Tujuan Belajar :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan EKG pada pasien
2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan masing – masing leads EKG
pada pasien
3. Mahasiswa memahami fungsi masing – masing leads rekaman EKG
4. Mahasiswa mampu menetapkan sumbu jantung normal
5. Mahasiswa mampu menghitung heart rate rekaman EKG
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gelombang P, QRS, T pada rekaman
EKG
7. Mahasiswa mampu menetapkan amplitudo normal rekaman EKG
8. Mahasiswa mampu membedakan frekuensi jantung normal, bradycardia,
& tachycardia berdasarkan rekaman EKG
9. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gelombang abnormal pada rekaman
EKG
10. Mahasiswa menganalisis rekaman EKG dan mengajukan alternatif
differential diagnosis
54
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
55
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
56
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
57
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Sadapan Unipolar
Untuk sadapan unipolar, indifferent central terminal dengan tegangan
potensial nol diperoleh dengan meletakkan elektroda pada lengan dan kaki kiri.
Selanjutnya exploring electrode diletakkan pada ekstremitas untuk mencatat
potensial listrik lokal. Rekaman unipolar ini diperoleh dengan meletakkan
elektroda pada lengan kanan (VR(R=right)), lengan kiri (VL(L=left)) dan kaki kiri
(VF(F=foot)). Goldberger melakukan modifikasi dengan menghilangkan resistor
dari central terminal sehingga diperoleh amplitudo defleksi yang terekam sedikit
meningkat dan dituliskan sebagai aVR, aVL, dan aVF (a = augmented).
58
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
59
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr5.CardiacAxis
60
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Rate
Menghitung heart rate dapat dilakukan dengan mengukur jarak gelombang
R ke gelombang R berikutnya atau disebut RR interval yang mewakili satu siklus.
Bila RR interval menempati 5 kotak besar atau 1 detik, berarti heart rate adalah
61
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
60x/menit. Bila RR menempati 4 kotak atau 0,8 detik/denyut, maka heart rate = 60
: 0,8 = 75 x/menit. Cara yang lebih mudah adalah dengan menghitung jumlah kotak
besar antar gelombang R, jadikan jumlah kotak besar sebagai denominator
(pembagi) terhadap 300, misalnya, 5 kotak besar berarti heart rate ≈ 60x/menit, jika
4 kotak besar heart ratenya adalah 75x/menit, 3 kotak besar = 100x/menit, dst.
Interval
Secara normal, depolarisasi atrium merupakan awal siklus jantung dan
menghasilkan gelombang P. Penjalaran impuls berlangsung cepat melalui sarafdan
otot jantung, namun pada AV node terjadi perlambatan penjalaran impuls. Hal ini
memberi waktu bagi atrium untuk berkontraksi dan sedikit meningkatkan pengisian
ventrikel.
PR interval. Interval yang meliputi perlambatan konduksi AV adalah PR
interval. PR interval mencakup waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium,
gelombang P, dan perlambatan konduksi pada AV node (AV node conduction delay).
Memanjangnya PR interval umumnya disebabkan oleh meningkatnya perlambatan
konduksi AV node. PR interval normal berkisar 0,12 – 0,22 detik. Pemanjangan PR
interval lebih dari 0,22 detik disebut atrioventricular block (first degreeAV block,
second degree, third degree).
QRS duration atau interval merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mendepolarisasi kedua ventrikel. Durasi normal ≤ 0,12 detik. Tidak ada kelainan
patologik yang dapat menyebabkan pemendekan gelombang QRS.
62
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Terdapat cara yang mudah dan cepat untuk menetapkan apakah QT interval
normal atau tidak. Bila QT interval kurang dari separuh RR interval, kemungkinan
QT interval normal, sebaliknya bila QT interval tampak jelas lebih panjang,
kemungkinan QT interval tidak normal. Pada kondisi meragukan, dapat dilakukan
penghitungan QTc. Secara singkat, QT interval dapat dibaca sebagai “QTnormal for
the rate” atau “QT abnormal for the rate”.
Penetapan QT interval sangat penting untuk membantu menetapkan
kemungkinan penyebab kelainan jantung. Sebagian contoh penyebab pemanjangan
QT interval (QT prolongation) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kelainan dan obat – obatan yang mempengaruhi nilai interval pada EKG
Interval Keadaan Obat/kelainan metabolik
PR 1° AV block Digoxin, beta-blocker, calcium
channel blocker
QRS Abnormalitas konduksi AV Quinidine, flecainide, obat anti
termasuk Bundle branch block, aritmia lain, hiperkalemi ekstrem
pre-eksitasi
QT Iskemia myokard, hipotermia, Quinidine, amiodarone, sotalol,
perdarahan intrakranial, long QT phenotiazine, hipokalemia,
syndrome hipomagnesemia, hipokalsemia
Dikutip dari : Taylor, G.J, 2006
Rhythm
Ritme jantung normal bersifat reguler dengan frekuensi 60 – 100x/menit.
Ritme normal jantung disebut juga sinus rhythm (disebut sinus oleh karena ritme
bermula dari SA node). Penurunan frekuensi denyut jantung reguler disebut dengan
sinus bradycardia, sedangkan peningkatan denyut reguler disebut dengan
63
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
sinus tachycardia.
Sinus arrhytmia
Selama siklus respirasi, nervus vagus diaktivasi secara intermiten sehingga
menimbulkan variasi antar denyut (beat-to-beat) pada heart rate. Hal ini tidak
perlu dikhawatirkan selama heart rate dalam rentang normal. Sinus arrhytmia
biasanya menunjukkan kesehatan kardiovaskular yang baik. Sinus arrhytmia ini
akan menghilang pada jantung yang sakit seperti pada kegagalan jantung.
Kuantifikasi sinus arrhytmia atau Heart Rate Variability (HRV) mulai
digunakan sebagai tes non invasif untuk memprediksi peningkatan resiko aritmia
ventrikel. Nervus vagus yang aktif mengindikasikan fungsi ventrikel kiri yang baik.
Pasien dengan HRV yang rendah umumnya memiliki fungsi ventrikel kiri yang
kurang baik dan memiliki peningkatan resiko terjadi ventricular arrhytmia dan
sudden cardiac death. HRV diperoleh dengan menghitung rerata dan standar deviasi
sejumlah RR interval dengan standar deviasi bertindak sebagai ukuran variabilitas.
Heart Block
Istilah heart block merujuk pada gangguan konduksi saraf dan merupakan
gangguan elektrisitas sistem konduksi. Gangguan konduksi dapat terjadi pada setiap
tahapan jalur konduksi namun jarang pada SA node maupun atrium. Gangguan
konduksi lebih sering terjadi pada AV node maupun sistem di bawahnya yaitu saraf
infranodal (His bundle, bundle branch, serabut purkinje). Saraf infranodal ini lazim
disebut His – Purkinje system.
Hambatan konduksi dapat mengakibatkan perubahan interval dan
menyebabkan bradycardia. Bila konduksi tidak dapat diteruskan seluruhnya
(complete block) ke bagian distal dari lesi, jantung tidaklah berhenti berdenyut. Pacu
jantung akan digantikan oleh sistem di bawahnya namun dengan frekuensi yang
lebih lambat. Misalnya, bila hambatan konduksi pada AV node, His bundle dapat
bertindak sebagai pacemaker dengan frekuensi denyut 30 – 45 x/menit. Heartblock
memiliki berbagai tingkatan yaitu 1o heart block, 2o heart block, 3o heart block.
64
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Atrial Arrhytmia
Kelainan ini cukup sering ditemui dan dapat bersifat akut atau kronik.
65
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PSVT cukup sering dan kadang – kadang dialami oleh orang dewasa muda
sehat. Kelainan PSVT tidak membahayakan atau fatal, tetapi dapat mengganggu dan
menyebabkan berdebar – debar, pusing, dan near-syncope. PSVT jarang
menimbulkan kehilangan kesadaran. Aritmia ini dapat diinterupsi dengan manuever
yang meningkatkan tonus vagal seperti valsalva manuever atau pijat karotis.
66
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 8. Atrial fibrillation. A. AF dengan respon ventrikel cepat (rapid ventricular response). Pada
frekuensi lebih cepat, variasi RR interval semakin sulit dilihat. B. AF dengan respons ventrikel
dikontrol dengan obat dan dipertahankan antara 80 – 100x/menit
Atrial Flutter
Atrial flutter memiliki ritme reguler dengan frekuensi denyut jantung ≈
300x/menit. Pasien dengan ventricular rate 150x/menit memiliki AV Block 2:1; AV
Block 3:1 menghasilkan ventricular response rate 100x/menit. Gelombang flutter
dengan gambaran mata gergaji (saw tooth appearance) biasanya tampak pada salah
satu sadapan EKG
67
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
VentricularArrhytmia
Premature Ventricular Contractions (PVC)
PVC dan ritme ventrikuler lain dapat berasal dari fokus otomatis yang
terisolasi dari jaringan myocard lain dan mencetuskan impuls listrik pada kecepatan
yang tetap. Oleh karena impuls berasal dari salah satu ventrikel, aktivasi kedua
ventrikel tidak berlangsung bersamaan dan tampak sebagai gelombang QRS yang
lebar. Bila fokus mencetuskan impuls listrik di antara periode denyut jantung dan
ventrikel telah repolarisasi, fokus ektopik ini dapat menimbulkan PVC. Sebaliknya,
bila impuls berlangsung saat ventrikel mengalami depolarisasi atau belum
sepenuhnya repolarisasi, ventrikel refrakter terhadap stimulus dan tidak terjadi PVC.
Mekanisme lain yang mungkin lebih sering menyebabkan PVC adalah
reentry. Penjalaran focus reentry cukup lambat, dan pada saat impuls meninggalkan
area focus reentry, jaringan ventrikel dapat telah repolarisasi dan dapat distimulasi
dan menimbulkan PVC. Mekanisme ini dapat muncul sebagai sirkuit sehingga
terjadi stimulasi repetitif pada ventrikel. Sebagian besar VT diakibatkan oleh
reentry. Berdasarkan konvensi, ritme abnormal semacam ini disebut sebagai ectopic
beat tanpa memperhatikan mekanismenya apakah disebabkan otomatic focus atau
reentry.
Permasalahan interpretasi rekaman EKG dapat dilematik dan sulit dibedakan
antara PVC atau PAC dengan penyimpangan konduksi akibat blok impuls saraf di
bawah AV node. Aberrant conduction ini mengakibatkan kompleks QRS yang lebar
dan sulit dibedakan dengan PVC. Beberapa
68
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
karakteristik yang dapat membantu membedakan antara PVC dan PAC dengan
penyimpangan konduksi ini diantaranya adalah PAC umumnya kurang mendistorsi
gelombang QRS dan axis QRS cenderung sesuai dengan axis normal (misalnya, bila
axis QRS normal positif, axis QRS aberrant juga positif), sebaliknya pada PVC
seringkali axis gelombang T berlawanan dengan aksis QRS (axis QRS positif,
gelombang T negatif).
Gbr 10. Ventricular tachycardia dengan disosiasi AV. Gelombang P intermiten (ditandai oleh titik
hitam) yang tidak merubah ritme ventrikel merupakan indicator bahwa tachycardia berasal dari
ventrikel.
69
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 11. Left Atrial Abnormality (LAA). A. Biphasic P wave pada sadapan V1, tampak defleksi
negatif cukup dalam dan lebar. B, Broad, notch P wave pada sadapan II
70
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 12. Right atrial abnormality (RAA). Gelombang P yang tinggi dan tajam pada sadapan
inferior (minimal 2,5 mm pada salah satu sadapan)
71
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 13. Left Ventricular Hypertrophy (LVH). Pada pasien aortic stenosis ini terdapat LAA, high-
voltage QRS (V2), typical LV strain dan pelebaran QRS
Pasien dengan LVH dapat tidak memiliki seluruh gambaran EKG di atas
terutama pada saat awal perkembangannya. Diagnosis dapat dibuat bila terdapat
beberapa karakteristik yang mengarahkan pada LVH sebagaimana tercantum pada
tabel 2.
72
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
73
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Lo lQ
t voltage
Kriteria diagnosis : amplitudo kompleks QRS < 5 mm pada seluruh sadapan
ekstremitas (Limb Leads). Pada sadapan prekordial, amplitudo biasanya < 10 mm,
tetapi hal ini tidak diperlukan untuk diagnosis. Low QRS voltage lebih merupakan
deskripsi daripada diagnosis, dan dapat merupakan varian normal. Low voltage
dapat diakibatkan oleh:
Peredaman atau “Damping effect” oleh karena peningkatan jumlah cairan,
lemak atau udara antara jantung dan elektrode
Loss of viable myocardium
Infiltrasi difus atau keterlibatan jantung pada myxedematous condition
74
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 15. Low voltage QRS pada pasien dengan Restrictive Cardiomyopathy Dikutip dari : Edhouse,
et al., 2002
75
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Depresi segmen ST
Segmen ST normal berada garis isoelektrik. Pergeseran segmen ST
mengindikasikan adanya iskemia. Depresi segmen ST terjadi pada iskemia
subendokardium. Pada kateterisasi jantung saat iskemia pada arteri yang
mensuplai area iskemik akan menunjukkan adanya stenosis berat namun tidak
sampai terjadi oklusi. Supply – demand mismatch ini paling berat pada area
subendokardium.
Pada iskemia subendokard, disamping depresi segmen ST, segmen ST
juga menunjukkan check mark atau hockey-stick appearance dengansegmen
ST yang horisontal atau menurun. Gambaran ini khas pada iskemia
subendokardium. Depresi segmen ST namun dengan garis naik (up-sloping)
bukan khas pada iskemia. Dalam hal ini, J point – yang menghubungkan
kompleks QRS dan awal segmen ST – terdepresi pada bagian baseline namun
dengan cepat meningkat.
76
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
77
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gbr 17. Infark myokark anterior non elevasi ST atau dikenal pula sebagai infark nontransmural atau
subendokardial. Dapat ditemukan inversi T simetris dan dalam pada sadapan anterior. Interval QT
juga memanjang meskipun tidak termasuk kriteria diagnostik non-Q MI.
78
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
tetapi
elevasi ST
tetap ada
Gelombang Beberapa
Q menit – jam
setelah MI,
bersifat
permanen
Elevasi segmen ST
Penyebab paling banyak elevasi ST adalah infark myokard transmural atau
saat ini dikenal dengan ST elevation MI. Ditemukannya elevasi ST merupakan
indikasi primer angioplasti emergensi atau terapi trombolitik. Elevasi ST lebih
spesifik dibandingkan dengan depresi ST terhadap terjadinya iskemia akut. Pada
kateterisasi saat nyeri dada dengan elevasi ST akan ditemukan oklusi total arteri
k o r o n a r i a . Tetapi, tidak semua elevasi ST menyebabkan injury seperti
vasospasme atau Prinzmeta dan angina pectoris. Elevasi ST oleh karena
vasospasme jarang disertai infark myokard tetapi vasospasme yang disebabkan oleh
overdosis cocaine dapat diikuti infark. Elevasi ST umumnya swasirna atau
memberikan respons dengan terapi nitrat atau calcium – channel blocker (CCB).
Meskipun elevasi ST lebih reliabel daripada depresi ST, elevasi ST tidak
spesifik terhadap iskemia dan harus diinterpretasikan sesuai konteks klinis. Dua
penyebab paling sering elevasi ST non iskemik yang perlu diwaspadai adalah
pericarditis dan repolarisasi dini.
79
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
80
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
ST dan terjadi karena oklusi arteri koronaria. Perubahan EKG ini dapat berupa
gambaran gelombang T yang tajam, disebut juga dengan hyperacute T waves.
Dalam beberapa jam, gelombang T dapat mengalami inversi dengan masih terdapat
elevasi ST. Beberapa jam – hari setelah onset MI, baru muncul gelombang Q.
Diagnosis MI lebih dapat dipastikan bila terdapat rekaman EKG serial. Elevasi
ST tanpa tanda perkembangan di atas mungkin disebabkan oleh causa non
iskemik.
81
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
istirahat berkisar 90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel
membran sehingga ion Na+ masuk kedalam sel, yang menyebabkan potensial
membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraseluler
terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut
depolarisasi. Setelah proses depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka
potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yaitu proses
Repolarisasi.
Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung
dibandingkan dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus , maka
perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut
potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukan karakteristik yang khas,
yang dibagi menjadi 4 fase yaitu (Gambar 15.):
Fase 0 adalah : Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas
yang yang merupakan lonjakan potensial sehingga mencapai
+20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraseluler ini disebabkan
karena masuknya ion Na+ dari luar kedalam sel.
Fase 1 adalah : Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial
kembali dari + 20 mV mendekati 0 mV
Fase 2 adalah : Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam
fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar
82
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Nodus SA.
Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium
kanan. Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
dengan frekuensi 60 – 100 x/menit
Nodus AV.
Terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel- sel
dalam nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40
– 60 x/menit
Berkas His.
Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan pemisah
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada
septumventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan
83
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
(Right Bundle Branch = RBB) dan berkas kiri (Left Bundle Branch = LBB).
RBB dan LBB kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri,
berkas tersebut bercabang menjadi serabut-serabut Purkinye.
Serabut Purkinye.
Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/menit.
Perlengkapan EKG
EKG yang digunakan untuk latihan keterampilan adalah : Fx : 2111. Fukuda ME
Japan
84
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui
elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik
jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG. Sejak Einthoven pada tahun
1903 berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung
berkontraksi, pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostik yang penting.
Saat ini pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap.
Beberapa kelainan jantung sering hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi
sebaliknya juga, jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil
pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
85
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
(Gambar 18):
V1 : Garis Parasental kanan, pada interkostal IV
V2 : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV,
V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
V4 : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V,
V5 : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4,
V6 : Garis aksila tengah , sama tinggi dengan V4 dan V5
86
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Sandapan-sandapan Ekstremitas
Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan rekaman
potensial bipolar, yaitu :
1. Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan
kiri bermuatan positif (+)
2. Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
Kaki kiri (LF ) dimana tangan bermuatan negatif (-) dan kaki kiri
bermuatan positif (+).
3. Sandapan III = Merekanm beda potensial antara tagan kiri (LA) dengan
Kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama sisi,
yang lazim disebut segitiga EINTHOVEN. Untuk mendapatkan sandapan
unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III disebut terminal sentral dan
anggap berpontensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingkan
dengan terminal sentral , maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
87
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Kertas EKG.
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan
vertical dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang
lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar). Perhatikan Gambar 19.
- Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04detik,
sedangkan 5 mm = 0.20 detik.
- Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt,
sedangkan setiap 10 mm = 1 milliVolt.
88
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
89
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
90
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Interpretasi EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan
ventrikel. Proses listrik ini terdiri dari :
- Depolarisasi Atrium
- Repolarisasi Atrium
- Depolarisasi Ventrikel
- Repolarisasi Ventrikel
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal
memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel
dan repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada
EKG, karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya
bersamaan dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh lebih
besar.
91
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gelombang P
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium dari pemacu
jantung fisiologi nodus SA atau dari atrium. Gelombang P bisa positif, negatif,
atau bifasik, atau bentuk lain yang khas.
92
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Gelombang QRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari
gelombang Q, gelombang R dan gelombang S.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif
di lead I, II, V3 – V6 dan terbalik di aVR.
Gelombang U.
Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun
diduga akibat repolarisasi lembat sistem konduksi interventrikel.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan
93
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0.12 – 0.20 detik. Ini merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui
berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. Segmen
ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari -0.05
sampai +2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut
ST depresi.
94
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
95
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A
1 Mengucapkan salam, menyiapkan alat EKG ,berdiri
sebelah kanan pasien dan menjelaskan tujuan
pemeriksaan.
2 Mempersiapkan pasien (posisi pasien: tidur terlentang
dengan dada terbuka, tempat pemasangan elektroda
dibersihkan dengan alkohol dan dioleskan jelly)
3 Pemasangan elektroda pada ekstremitas & dada
4 Memastikan Kecepatan perekaman dan kalibrasi alat
B
5 Perekaman secara manual dari Lead I, II, III, AVR,
AVL, AVF dan V1 – V6
6 Selesai perekaman elektroda dilepas dari
pasien dan dibersihkan
C
7 Irama Jantung : - Sinus/Bukan Sinus - Reguler/Irreguler
8 Hitung Frekwensi Jantung : - Normal
- > / < Normal
9 Aksis: a. Normal b. LAD c.RAD
10 Tentukan Gelombang P : - Normal
- LAH / RAH
11 Hitung PR Interval
12 Gelombang Q : Normal - Patologis
13 Hitung QRS Interval
14 Tentukan RVH/ LVH
15 Tentukan ST Segmen : Isoelektrik
- Elevasi / Depresi
16 Tentukan Gelombang T : - Normal
- Inversi / Flat
17 Kesimpulan
96
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
PERTEMUAN V
PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH PERIFER
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterampilan melakukan pemeriksaan pembulu darah tepi secarasistematis dan
benar.
Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah
palpasi nadi. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari
a. radialis. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi yang
normal pada orang dewasa adalah antara 60 – 90, biasanya 70 – 75.Pada anak-
anak dan wanita frekuensi sedilikt lebih cepat.Demikin juga halnya pada waktu
berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi.
Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari
60.Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus frekuens sedangkan
97
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
nadi yang lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi
dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri dan
berbagai jenis penyakit jantung sepert supraventrikuler takikardia paroksismal.
Bradikardi terdapt pada penyakit miksudema, penyakit kuning, demam
enteritis, dan tifoid.
2. Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah. Cara memeriksa :
Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas
dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar
jari telunjuk, tari tengah, dan jari manis dengan menekan a. radialis sehingga
a. radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-
lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya
desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghil;angkan pulsasi. Untuk ini,
kita harus melatih diri supaya dapat mengetahui tegangan nadi.
3. Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.Pada
orang sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum
tentu abnormal.Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi
nadi menjadi cepat pada waktu inspirasi dan melambat pada wkatu ekspirasi.
Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal. Pada gangguan hantaran jantung
dapat terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh
waktu yang lama, karena satu di antara tiap-tiap dua denyut menghilang. Nadi
semacam ini dinamakan pulsus bigeminus. Kalau tiap 2-3 denyut dipisahkan
oleh waktu yang lama dinamakan pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi
(interval) yang memanjang dapat ditemukan juga jika terdapat satu denyutan
tambahan yang timbul lebih dini daripada denyutan-denyutan lain yang
menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstra-sistolik. Nadi yang
sama sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan
98
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
5. Isi nadi
Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam
pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus
parvus, isi nadi besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah
melewati bagian tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan
oleh tingginya puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong
jari yang malakukan palpasi, maka dikatakan bahwa nadi itubesar disebut
dengan pulsus magnus. Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil, jumlah
darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan pulsus parvus.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika ada
demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan
tetapi datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali.
99
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
Pulsus parvus dijumpai pada perdarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi
nadi juga mencerminkan perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang
dikenal sebagai tekanan nadi.
100
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
101
MODUL SKILL LAB KARDIOVASKULER
DAFTAR PUSTAKA
102