BAB I
PENDAHULUAN
itu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas pandangan tentang cakrawala
ilmu dan teknologi terutama yang berhubungan dengan professionalisme akademik yang
ditekuni dan melihat secara lansung penerapan ilmunya.
Penerapan ilmu fisika dalam bidang medis diantaranya adalah penggunaan
gelombang ultrasound pada manusia. Penggunaan gelombang ultrasound ini digunakan
sebagai diagnosa kelainan pada jaringan pembuluh darah dan juga organ-organ lain pada
tubuh. Ultrasonografi menghasilkan gambar dengan gelombang suara, yang memantul pada
berbagai jaringan dalam tubuh sehingga menghasilkan echo. Echo ini sampai ke transduser,
generator pulsa dimatikan, dan echo menghasilkan getaran dalam transduser. Echo diubah
menjadi gambar oleh komputer.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diperoleh rumusan
masalah diantaranya sebagai berikut ini.
1. Bagaimana prinsip kerja dari Ultrasonografi Doppler
2. Bagaimana prosedur penggunaan Ultrasonografi Doppler
3. Bagaimana pencitraan Ultrasonografi Doppler pada aliran arteri.
Tujuan umum dari Kuliah Kerja Lapang ini adalah untuk memenuhi mata kuliah wajib yang
merupakan salah satu syarat menyelesaikan Program Strata Satu (S1) di Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, memperluas
wawasan dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi serta praktek langsung
tentang teori, dan dapat melakukan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku
perkuliahan dengan penerapannya dalam dunia kerja, mendapatkan pengalaman dari
lingkungan kerja dan mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam dunia
kerja.
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mahasiswa mampu mepelajari bagian-
bagian dan prinsip kerja dari Ultrasonografi (USG) serta mempelajari bagaimana pengunaan
Ultrasonografi (USG) untuk menganalisa aliran arterial dengan teknik Ultrasonografi.
Kuliah Kerja Lapang ini diharapkan dapat menjadi sarana penghubung antara
instansi dengan lembaga pendidikan tinggi dan hasil penelitian selama mengikuti kuliah kerja
lapang dapat menjadi bahan masukan bagi instansi, dalam hal ini Rumah Sakit Lavalette.
Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa dari Kuliah Kerja Lapang ini adalah
mengetahui bagaimana penerapan ilmu dan teori praktek nyata sehingga dapat menjadi bekal
untuk terjun dalam dunia kerja nantinya.
BAB II
2.1 Status
Rumah Sakit Lavalette berada di jantung Kota Malang. Berdiri pada awal abad 20
sebagai klinik yang melayani pasien dari kalangan perkebunan dan industri gula. Saat
nasionalisasi perusahaan swasta asing tahun 1957, Rumah Sakit Lavalette menjadi bagian dari
BPU PPN Gula. Dalam perkembangan selanjutnya, Rumah Sakit Lavalette merupakan unit
usaha PTP XXIV-XXV yang kemudian setelah restrukturisasi BUMN Perkebunan tahun 1996
berubah menjadi PTPN XI. Motto RS ini adalah pelayanan terprima, pasien nyaman (PTPN).
2.2 Sejarah
Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Lavalette didirikan pada
tanggal 09 Desember 1918 atas prakarsa para penguasa Perkebunan Besar yang tergabung
dalam sebuah yayasan bernama “STICHTING MANGSCHE ZIEKENVERPLENGING”.
Diperkirakan bahwa Kliniek Malangsche Ziekenverpleging tersebut semula menempati
bangunan di daerah Kasin Malang.
Pada tahun 1914 dan tahun 1917 oleh Yayasan tersebut dibeli tanah sawah seluas
19.535 m² dan tanah pekarangan seluas 7.870 m² di daerah Celaket Malang. Di atas tanah
tersebut dibangun gedung yang selesai dan mulai digunakan pada tanggal 09 Desember 1918,
dengan nama “LAVALETTE KLINIEK”. Nama tersebut diambil dari nama ketua Yayasan,
Tuan G. Chr. Renardel de Lavalette, yang mempunyai saham terbesar dalam pendirian Rumah
Sakit ini.
Pada tahun 1991 nama RS Lavalette disempurnakan menjadi Rumah Sakit Umum
Lavalette (RSU Lavalette). Terhitung mulai tanggal 1 maret 1996 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 16, PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) dibubarkan, kemudian dibentuk
Badan Usaha baru dengan nama PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau dikenal sebagi
PTPN XI (Persero) yang merupakan gabungan dari PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero)
dengan PT Perkebunan XX (Persero).
2.3 Layanan
RS Lavalette berada di jantung Kota Malang. Berdiri pada awal abad 20 sebagai
klinik yang melayani pasien dari kalangan perkebunan dab industri gula. Saat nasionalisasi
perusahaan swasta asing tahun 1957, RS Lavalette menjadi bagian dari BPU PPN Gula.
Dalam perkembangan selanjutnya, RS Lavalette merupakan unit usaha PTP XXIV-XXV yang
kemudian setelah restrukturisasi BUMN Perkebunan tahun 1996 berubah menjadi PTPN XI.
Motto RS ini adalah pelayanan terprima, pasien nyaman (PTPN).
Pada tahun 2010, RS Lavalette merencanakan bed occupation rate (BOR) 79%,
turn-on internal (TOI) 1,3 dan bed turn-over (BTO 58).. Jumlah tempat tidur 141, jumlah
pasien 8.231 (internal 823 dan eksternal 7.408), lengh of stay rata-rata 4,9 (internal 4,8 dan
eksternal 5,0), hari perawatan 40.664 (internal 3.911 dan eksternal 36.753).
Rawat Jalan
Rawat Inap
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi
Poliklinik Spesialis
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Radiologi
Instalasi Laboratorium
Instalasi Rehabilitasi Medik
Hemodialisa (Cuci Darah)
ICU / CVCU
CT-Scan
Klinik Onkologi
Klinik Urologi
Klinik Bedah Digestif
BKIA
Kemoterapi
Apotek
BAB III
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya 7
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
TINJAUAN PUSTAKA
Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik
kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang
ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.Penggunaan ultrasonik dalam bidang
kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis
suatu penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik
dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan berbahaya kemudian secara luas diterapkan pula
untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Baru pada awal tahun 1940, gelombang
ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit,
bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl
Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria, bersama dengan
saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan
pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik
melalui tulang tengkorak.
Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil
pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas
rendah. Seperti yang kita ketahui bahwa USG adalah salah satu dari produk teknologi
pencitraan medis yang dikenal sampai saat ini. Pencitraan medis adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan selpada tubuh, tanpa
membuat sayatan atau luka. Teknologi transduser digital sekitar tahun 1990-an
memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar
suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan ultrasonik pada pertengahan 1990-an jelas
sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut
yaitu gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses
sedemikian rupa dalam diagnostik sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar
monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi,
tiga dimensi dan empat dimensi. Seperti inilah USG berkembang sedemikian rupa hingga saat
ini (Sastrawinata, 2004).
Terdapat dua metode yang lazim ditempuh pada pemeriksaan kandungan dengan
USG. Pertama, metode transabdominal. Metode ini paling dikenal karena ditemukan lebih
dahulu. Pada metode ini, dokter akan mengoleskan gel ke perut pasien lalu menggerakkan
transduser untuk memperoleh gambaran yang dikehendaki. Gel berfungsi untuk mempertinggi
impedansi akustik dari gelombang ultrasonik. Gel memiliki koefisien transmisi yang paling
besar dan koefisien atenuasinya kecil serta mengandung komponen elektrolit yang
mempengaruhi kecepatan gelombang ultrasonik dan atenuasi gelombang ultrasonik. Atenuasi
merupakan pelemahan pada gelombang bunyi yang merambat melalui jaringan sehingga
gelombang bunyi akan mengalami penurunan amplitudo dan intensitasnya.
Metode kedua adalah transvaginal. Pada metode ini, transduser dimasukkan ke
vagina. Dengan cara ini, gambar yang dihasilkan lebih jelas karena resolusi yang lebih tinggi.
Kemudian obyek yang diperiksa berada lebih dekat dengan transduser daripada dengan
metode transabdominal. Sebagai catatan, metode transvaginal dijamin tak berefek negatif
apapun buat wanita hamil dan janin yang dikandungnya. Prosedur pemeriksaan dengan
metode ini memakan waktu sekitar 30 menit sampai satu jam (Leveno,2009).
Impedansi akustik dari suatu material didefinisikan sebagai ukuran yang berlawanan
dari material tersebut terhadap perambatan gelombang bunyi atau akustik, dengan kata lain
impedansi akustik menentukan derajat pembiasan dan pemantulan interface antara dua media,
dimana semakin besar perbedaan impedansi akustik maka semakin besar pula jumlah energi
yang dipantulkan. Impedansi akustik secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Z=ρv
3.3. Bunyi
Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat sering
menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi getaran dari
molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energy bahkan tidak pernah terjadi
pemindahan partikel. Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka akan
terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada tekanan atmosfer, peningkatan
tekanan ini disebut kompresi sedangkan penurunan tekanan disebut rarefraksi (peregangan).
Bunyi mempunyai hubungan antara frekuensi vibrasi (f) bunyi, panjang gelombang dan
kecepatan (v). Pada penelitian lebih lanjut diperoleh bahwa bunyi yang melewati berbagai zat
mempunyai kecepatan tersendiri. Banyak sekali fenomena menghasilkan bunyi. Misalnya
rongga mulut dan rongga hidung manusia merupakan struktur resonansi untuk menghasilkan
vibrasi melalui pita suara, demikian pula dengan garputala yang digetarkan akan
menghasilkan bunyi. Maka dapat disimpulkan bahwa bunyi dapat berasal dari alam dan dari
perbuatan manusia sendiri. Untuk mendeteksi adanya bunyi diperlukan pengkonversian
gelombang bunyi dalam bentuk vibrasi, sehingga frekuensi dan intensitas bunyi yang
dihasilkan dapat dianalisa lebih lanjut.
Berdasarkan frekuensinya maka bunyi dibedakan dalam 3 daerah frekuensi yaitu:
Frekuensi bunyi antara 0 - 20 Hz (infrasound). Frekuensi ini biasanya ditimbulkan
oleh getaran tanah dan gempa bumi. Frekuensi lebih kecil dari 16Hz akan
menyebabkan perasaan yg kurang nyaman (discomfort), kelesuan (fatique) dan bahkan
kadang-kadang menimbulkan perubahan pada penglihatan.
Frekuensi antara 20 - 20.000 (frekuensi pendengaran). Dari hasil percobaan diperoleh
kepekaan telinga terhadap frekuensi antara 20 – 4000 Hz. Nilai ambang rata – rata
secra internasional terletak di daerah 1000 Hz. Arti dari nilai ambang yaitu frekuensi
yang berkaitan dengan nineau bunyi (dB) yang dapat didengar.
Frekuensi diatas 20.000 Hz, frekuensi ini disebut ultrasonic/bunyi ultra. Frekuensi ini
dalam bidang kedokteran digunakan odalan 3 hal yaitu pengobatan, destruktif atau
penghancuran dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh karena frekuensi yang tinggi
mempunya daya tembus jaringan cukup besar (Indrajit, 2007).
Ultrasonik adalah gelombang bunyi yang berfrekuensi tinggi sehingga tidak dapt
dijangkau oleh telinga manusia, yaitu kira-kira diatas 20 KHz. Gelombang ultrasonik dapat
merambat dalam medium padat, cair dan gas. Refleksifitas dari gelombang ultrasonik pada
permukaan cair hampir sama jika dibandingkan pada pemukaan padat, namun bila pada bahan
seperti tekstil dan busa, maka gelombang ultrasonik akan diserap.
Frekuensi yang diasosiasikan dengan gelombang ultrasonik pada aplikasi elektronik
dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah Kristal kuarsa yang diinduksikan oleh resonansi
dengan suatu medan listrik bolak-balik yang digunakan (efek piezoelektrik). Namun terdapat
kondisi dimana gelombang ultrasonik menjadi tidak periodik yang biasa disebut dengan derau
(noise), noise dapat dinyatakan sebagai superposisi gelombang–gelombang perodik.
Kelebihan gelombang ultrasonik yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia karena
berfrekuensi tinggi, bersifat langsung dan mudah untuk difokuskan (Gabriel,1996)
Dengan: f : frekuensi
λ : panjang gelombang
karena ultrasonik dalam media yang berbeda bergerak dengan kecepatan yang
berbeda pula, maka pada interface antara kedua media yang berbeda, panjang gelombangnya
akan berubah, sedangkan frekuensinya tetap konstan. Panjang gelombang adalah faktor utama
yang membatasi resolusi, dimana jika panjang gelombang lebih kecil (frekuensi lebih tinggi)
memberikan resolusi dan rincian citra yang baik.
3.4.2.1 Pemantulan
Setiap kali melewati suatu medium dengan impedansi tertentu ke suatu medium yang
lainnya yang mempunyai impedansi berbeda, maka akan terjadi pemantulan. Efek inilah yang
dimanfaatkan dalam penggambaran dan peralatan ultrasonik.
Bila gelombang ultrasonik membentur/mengenai sebuah organ (organ dalam tubuh),
maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi, gelombang datang (incidence), yaitu
gelombang datang normal (incidence normal) dan gelombang datang miring (oblique
incidence). Bila ada gelombang datang, maka bunyi akan dipantulkan atau ditransmisikan
ataupun kedua-duanya. Jika impedansi antara kedua medium yang berbeda adalah sama, maka
tidak ada gelombang bunyi yang dipantulkan. Sedangkan jika perbedaan antara kedua
medium yang berbeda adalah besar, maka hampir keseluruhan dari gelombang bunyi dapat
dipantulkan. Gelombang datang normal (normal incidence) terjadi bila arah rambat ultrasonik
tegak lurus terhadap garis batas antara dua medium yang berbeda. Gelombang datang miring
(oblique incidence) terjadi apabila rambat ultrasonik tidak tegk lurus terhadap batas antara
dua medium yang berbeda.
Arah gelombang bunyi yang dipantulkan dan ditransmisikan ditentukan oleh sudut
datang. Perubahan arah gelombang bunyi bila melewati suatu batas antara dua medium yang
berbeda disebut dengan refraksi (pembiasan). Untuk ini berlaku hukum Snellius
(Bueche,1988).
3.4.2.2 Pembiasan
Jika gelombang bunyi merambat melalui jaringan, maka bunyi akan mengalami
penurunan amplitudo dan intensitasnya, yang disebut dengan atenuasi (pelemahan). Atenuasi
meliputi absorpsi (perubahan bunyi dan panas), pantulan dan penghamburan (scattering).
Penghamburan adalah arah pantulan gelombang bunyi yang merambat ke segala arah.
Penghamburan terjadi apabila gelombang bunyi membentur/ mengenai permukaan kasar atau
medium yang heterogen, misalnya darah. Gelombang bunyi yang terhambur akan dipantulkan
kembali ke transduser dengan intensitas yang lebih rendah dan jika peralatan mempunyai
sensitivitas yang tinggi, maka display dapat dilakukan.
Satuan atenuasi adalah decibel (dB). Semakin jauh arah rambatan gelombang bunyi,
maka semakin besar atenuasinya. Atenuasi (dB) adalah koefisien atenuasi (dB/cm) x panjang
perambatan gelombang bunyi (cm). atenuasi di dalam paru-paru dan tulang lebih tinggi
dibandingkan dengan jaringan yang lain. Pada jaringan lunak, koefisien atenuasi ∝ (dB/cm)
tergantung pada frekuensi, sehingga sinyal ultrasonik yang frekuensinya rendah, rambat
gelombangnya lebih jauh dan frekuensi sinyalnya lebih tinggi. Penurunan intensitas menjadi
50% dari intensitas mula-mula, yang disebut half-value thickness. Ketelitian suatu bahan,
dimana intensitas menurun ½ dari intensitas mula-mula, berbeda-beda sesuai dengan jenis
bahan yang dilalui. Bahan-bahan cairan serum seperti janin dan urine menyerap gelombang
bunyi lebih kecil dibandingkan dengan otot dan lemak. Pada tulang gelombang bunyi
mengalami atenuasi yang kuat (Bueche,1988).
A Scanning
Pada metode A scanning yang akan dicari adalah besar amplitudonya, sehingga
disebut amplitude scanning. Bunyi yang dihasilkan oleh piezo elektrik melalui transduser
akan mencapai dinding B kemudian akan dipantulkan kembali ke dinding A dan diterima oleh
transduser.
B Scanning
B scanning disebut juga Bright Scanning. Metode scanning ini banyak digunakan,
dikarenakan dengan metode ini akan dapat diperoleh gambaran dua dimensi dari bagian tubuh
(obyek yang diperiksa). Prinsip B skanning sama dengan A scanning, hanya saja pada B
skanning transduser digerakkan (moving) sedang pada A scanning transduser tidak
digerakkan. Gerakan transduser mula-mula akan menghasilkan echo, dapat dilihat dengan
adanya dot (dot ini disimpan pada CRT) kemudian transduser digerakkan kea rah lainnya
yang juga akan menghasilkan echo, sehingga tercipta suatu gambaran dua dimensi. Pada B
scanning ini,operator boleh memilih dua mode kontrol pada alat elektronik, untuk mencapai
nilai ambang agar memperoleh gambar yang dikehendaki maka digunakan alat kontrol
leading edge display. Untuk mengatur cahaya benderang pada layar monitor (CRT=Tabung
sinar katode) yang sebanding dengan besaarnya echo / gema yang dihasilkan oleh transduser
ultrsonik maka digunakan alat gray scale display.
M Scanning
M Scanning atau Modulation Scanning ini merupakan metode yang digunakan dalam
kaitan untuk memperoleh informasi gerakan dari obyek yang diperiksa dengan menggunakan
ultrasonik. Misalnya dalam mempelajari gerakan jantung dan gerakan vulva, atau teknik
Doppler dipergunakan untuk mengukur aliran darah.
Sesuai dengan metode scanning yang digunakan, maka ultrasonik dalam diagnostik
meliputi:
A Scanning
Digunakan dalam mendiagnosis tumor otak ( echo encephalography), memberi
informasi tentang penyakit-penyakit mata, daerah / lokasi bagian dalam dari bola
mata,menentukan tanda- tanda kornea atau lensa yang opaque atau ada tumor-tumor retina.
B Scanning
Digunakan untuk memperoleh informasi struktur bagian dalam dari tubuh manusia.
Misalnya hati, lambung, usus, mata, jantung dan janin. Dapat juga untuk mendeteksi
kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan uterus / kandung peranakan dan kasus-kasus
pendarahan yang abnormal serta threatened abortus (abortus yang sedang berlangsung).
Lebih banyak memberikan indormasi disbanding X-Ray dan sedikit resiko yang terjadi.
Misalnya X-Ray hanya dapat mendeteksi kista yang radiopaque sedangkan pada B scanning
lebih banyak memberi petunjuk tentang tipe berbagai kista.
M Scanning
M scanning dapat memberikan informasi tentang jantung, vulva jantung, pericardial
effusion (timbunan zat cair dalam kantong jantung). M-mode biasanya digunakan dalam
pencitraan hati atau echocardiography. M-mode echocardiogram dihasilkan dari berkas single
ultrasound yang ditransmisikan melalui hati atau organ yang dikehendaki, dan menghasilkan
image/citra yang ditampilkan dari waktu ke waktu. Kedalam M-mode echokardiogram
dinyatakan dalam koordinat Y dan waktu dinyatakan dalam koordinat X. Salah satu kelebihan
dari M Scanning yaitu dapat digunakan dalam masa pengobatan guna mengetahui
perkembangan atau kemajuan pengobatan yang dijalani pasien.
jaringan ± 10 cm. Ultrasonik dapat digunakan untuk menghancurkan jaringan ganas ( kanker).
Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa bagian, sedangkan di bagian yang lain menunjukkan
adanya rangsangan pertumbuhan yang masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Pada
penderita Parkinson, penggunaan ultrasonik dalam pengobatan sangat berhasil namun
kelemahannya yaitu kesulitan dalam memfokuskan bunyi ke arah otak. Sedangkan pada
penyakit Meniere dimana keadaan penderita kehilangan pendengaran dan keseimbangan,
dengan menggunakan ultrasonik keberhasilan yang dicapai 95% berhasil, ultrasonik
menghancurkan jaringan dekat telinga tengah (Gabriel,1996).
3.3 Ultrasonografi
USG terdiri atas transuder dan monitor, transduser merupakan alat yang akan
mentransfer pantulan gelombang suara menjadi gambaran yang akan tampil dilayar monitor
(disebut sonogram). Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh
transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari.
Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang
akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur
transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya
diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian bila transduser
digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan
gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor.
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance acustic tertentu. Dalam
jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam- macam echo, jaringan tersebut
dikatakan echogenic. Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali
tidak ada echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya; kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural
effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005).
3.3.1 Transduser
Transduser merupakan komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Di dalam transduser terdapat Kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang
yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang
akustik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah
gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga
dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
Selain itu transduser juga merupakan sebuah alat yang dapat digerakkan oleh energi
di dalam sebuah sistem transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke suatu sistem transmisi ke dua. Pada pesawat USG besaran
masukannya berupa gelombang bunyi ultra (ultrasonik) yang dihasilkan oleh suatu transduser
yang mampu mengubah energi listrik menjadi energi mekanik beerupa getaran melalui efek
piezoelektrik. Efek tersebut bersifat reversible, artinya apabila dapat terjadi perubahan energi
listrik menjadi energi mekanik, maka perubahan energi mekanik menjadi energi listrik pun
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya 19
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG
dapat terjadi. Karena sifar reversible tersebut, maka transduser yang menggunakan efek
piezoelektrik dapat berfungsi sebagai sumber sekaligus sebagai penerima gelombang
ultrasonik (Gautschi, 2002).
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan
pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang
dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik = Hz).
Pemeriksaan USG ini menggunakan gelombang suara yang frekuensinya 1 – 10 MHz ( 1 – 10
juta Hz ).
Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat
dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal,
akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek piezo-electric, yang
merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila
dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal
akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi
(Boer, 2005).
Gambar 3.7 citra dari hati foetus, yang memperlihatkan darah yang bergerak antara
ventricle dan arteri.
Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa
listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser, yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan
menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya,
tidak ada echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya; kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural
effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005).
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
2. Studi Lapang
Studi lapang dilaksanakan selama kegiatan Kuliah Kerja Lapang berlangsung.
Tujuan dari studi lapang ini adalah mempelajari tentang sistem-sistem dan ilmu
yang diterapkan dalam instalasi Radiologi di Rumah Sakit Lavalette Malang yang
berkaitan dengan bidang Biofisika dan Fisika Medis. Kegiatan studi lapang ini
meliputi penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dan pengumpulan data yang
didapatkan selama kegiatan Kuliah Kerja Lapang.
3. Pelaporan
Pelaporan merupakan metode akhir dari Kuliah Kerja Lapang ini. Dalam tahap
ini berisi tentang dokumentasi kegiatan dan apa saja yang didapatkan selama
kegiatan Kuliah Kerja Lapang berlangsung.
Pada kegiatan Kuliah Kerja Lapang ini bidang yang diminati adalah pada bidang
radiologi, yaitu tentang aplikasi dan cara kerja alat Ultrasonografi Doppler untuk mengamati
aliran arterial. Oleh karena itu objek yang diamati adalah proses penggunaan alat
Ultrasonografi Doppler untuk mengamati aliran arterial.
BAB V
PEMBAHASAN
Ultrasonik diagnostik adalah salah satu alat bantu diagnostik dibidang medis yang
dapat digunakan untuk mengamati dan menganalisa keadaan jaringan biologi dalam tubuh
manusia. Alat ultrasonik ini bekerja atas dasar sifat-sifat penjalaran gelombang ultrasonik
dalam medium dan untuk keperluan diagnostic umumnya digunakan daerah frekuensi 1-10
MHz. Karena pada daerah frekuensi ini perambatan gelombang ultrasonic dalam jaringan
biologis mempunyai resolusi yang baik dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi
tubuh pasien. Dalam hal-hal tertentu alat ini mempunyai keunggulan dibanding sinar- X,
khususnya sebagai sarana diagnose untuk jaringan lunak, karena tidak menggunakan
radioaktif sehingga bersifat non invasive dan aman (Boer,2005).
Sebuah sistem istrumentasi umumnya terdiri dari tiga elemen utama, yaitu peralatan
masukan, peralatan pengolah dan peralatan keluaran. Peralatan masukan menerima besaran
yang akan diukur dan menghasilkan sinyal elektrik yang sebanding dengan peralatan
pengolah sinyal.
Transduser adalah sebuah alat yang bisa digerakkan oleh energi di dalam sebuah
sistem transmisi, menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang
berlainan ke suatu sistem transmisi ke dua. Pada pesawat USG besaran masukannya berupa
gelombang bunyi ultra (ultrasonik) yang dihasilkan oleh suatu transduser yang mampu
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran melalui efek piezoelektrik.
Efek tersebut bersifat reversible, artinya apabila dapat terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi mekanik, maka perubahan energi mekanik menjadi energi listrik akan dapat terjadi.
Karena sifat reversible tersebut, maka transduser yang menggunakan efek piezoelektrik dapat
berfungsi sebagai sumber sekaligus sebagai penerima gelombang ultrasonik.
Pada transduser terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian transmitter (pemancar)
dan bagian receiver (penerima)
1. Transmitter (pemancar)
2. Receiver (penerima)
Gelombang suara yang ditangkap oleh transduser dan diubah menjadi sinyal
tegangan yang disebut receiver. Receiver tersusun atas beberapa rangkaian, masing-masing
rangkaian berfungsi sebagai memproses sinyal secara khusus.
Limiter (Pembatas)
Limiter adalah rangkaian yang melewatkan sinyal amplitude rendah (echo) tanpa
mempengaruhi dan memotong sinyal amplitude tinggi untuk melindungi receiver. Transmitter
dan receiver dihubungkan dengan transduser dan transmitter dihubungkan secara langsung
pada bagian akhir dari receiver. Jika tegangan tinggi masuk ke dalam bagian akhir receiver,
maka akan dilemahkan dalam periode yang cukup lama.
Amplifier (Penguat)
Amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal-sinyal gema yang lemah. Penguatan
ini digunakan untuk meningkatkan ukuran pulsa elektrik yang berasal dari transduser setelah
gelombang pantulan diterima. Sesuai dengan lebar range dinamik amplitudo gema pada
ultrasonik, penguat yang sering digunakan adalah amplifier log. Pada amplifier log, tegangan
keluaran proporsional dengan logaritma dari tegangan masukan. Dengan menggunakan
amplifier log, perbedaannya relative kecil baik pada gema dengan amplitudo tinggi maupun
gema dengan amplitudo rendah, sehingga akan terlihat gema yang sama pada gambar citra.
3. Pulsa Generator
TGC adalah sebuah metode peningkatan yang disesuaikan dengan waktu penguatan
dari amplifier log yang disesuaikan dengan “arrivel lower” dan amplitudo gema rendah dari
bagian dalam tubuh. Tegangan mengendalikan gain (penguatan) dari amplifier log yang
disesuaikan dengan terjadinya pulsa transmsi dan sering divariasi pada tampilan linear dengan
sebuah pengendali pemilih kemiringan. Peningkatan secara linear dengan waktu penguatan
dari amplifier log adalah ekivalen dengan kenaikan penguatan eksponensal dari amplifier
linear (Benson, 1994).
A-Mode adalah tipe yang sangat simple dalam ultrasound. Transduser tunggal
melakukan proses scanning melalui garis yang melewati obyek dengat plot pulsa echo pada
screen yang menggambarkan kedalaman. Terapi ultrasound bertujuan untuk terapi tumor
tertentu atau perhitungannya dalam A-mode, guna ketepatan focus akurasi dari ketidakpastian
gelombang energi.
Tampilan dari hasil pemeriksaan pada layar pesawat USG adalah indikasi yang
timbul akibat dari pantulan gelombang ultrasonic yang bisa memberikan informasi tentang
jarak atau lokasi permukaan antul (skala horizontal) dan amplitudo (skala vertical). Suatu
gema akan terlihat sebagai amplitudo, semakin kuat gema tersebut maka semakin tinggi
amplitudonya. Karena yang tercatat hanya gelombang suara bagian permukaan saja atau
gelombang absis pada absis layar osiloskopnya berupa gambaran amplitudo, sehingga
tampilan yang dihasilkan bersifat paling sederhana yaitu hanya dua dimensi.
Pada A-Mode sumbu horizontal dari tabung CRT mewakili jarak (kedalaman).
Sedangkan sumbu vertical mewakili amplitudo dari penguatan dan demodulasi gema. Sumbu
horizontal dikalibrasi dalam jarak, artinya bahwa alat dengan mode tersebut menggunakan
waktu yang lama pada pengukuran pantulan, menggunakan jangkauan dengan persamaan R=
ct 2 untuk mengubah waktu yang diukur ke kedalaman di dalam tubuh penderita, tampilan ini
digunakan pada penderita yang dalam keadaan normal (James, 2008).
b. Doppler Scan
Mode ini dapat menghasilkan efek doppler. Informasi doppler akan ditampilkan
dengan grafik yang menggunakan spectral Doppler, atau seperti sebuah image menggunakan
color Doppler (directional Doppler) atau kekuatan Doppler (nondirectional Doppler). Pada
Doppler pergeserannya jatuh dalam audible range dan seringkali ditampilkan menggunakan
speaker stereo, mode ini sangat berbeda.
Suatu gerakan dapat dikenal dengan menggunakan efek Doppler yaitu dengan
mengubah frekuensi ultrasonik yang disesuaikan dengan gerakan yang diperiksa. Prinsip
Doppler mengarah pada perubahan frekuensi ketika gerak dari aliran laminar dan turbulen
terdeteksi di dalam struktur vaskuler. Pada aplikasi medis, gelombang suara adalah gerak
memantul dari sel darah merah. Jika sel bergerak sepanjang sumbu utama ultrasonik, lapisan
Doppler sebanding dengan kecepatan RBCs. Jika RBCs bergerak menjauhi transduser,
penurunan frekuensi sebanding dengan kecepatan dan arah pergerakan RBCs. Jejak Doppler
terekam dalam bentuk M-mode dengan baseline sebagai titik nol. Pergerakan mendekati
transduser terekam sebagai gerakan positif (diatas baseline) sedangkan gerakan menjauhi
transduser terekam sebagai gerak negatif (dibawah baseline) (James, 2008).
Pada B-mode ultrasound, linier array dari sebuah transduser secara keseluruhan dapat
melakukan proses scanning pada permukaan tubuh yang mana dapat ditampilkan pada image
dua dimensi.
Gambar yang diperoleh dari B-mode merupakan gambar 2 dimensional, pada
monitor tampak gambaran sebagai titik dengan terang yang berbeda-beda. Dengan
menggerakkan transduser pada bagian tubuh yang diperiksa, maka akan terlihat kumpulan
titik, sehingga memperoleh gambar tomografi dari jaringan badan. Metode ini lebih banyak
dipakai untuk memeriksa kelenjar tiroid, payudara, hati, empedu, pankreas, ginjal, alat-alat
kandungan dan berbagai macam tumor.
Prinsip dari B-scanning ini sama halnya pada A-scanning, hanya saja pada B-
scanning transdusernya digerakkan (moving), sedangkan A-scanning transdusernya tidak
digerakkan.
Gerakan transduser mula-mula akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat adanya
dot (dot ini disimpan pada CRT). Kemudian transduser digerakkan kea rah lain menghasilkan
echo pula, sehingga tercipta suatu gambaran 2 dimensi.
Pada B-scanning ini, operator boleh memilih 2 mode kontrol pada alat elektronik
untuk mencapai nilai ambang. Agar memperoleh gambaran yang dikehendaki, maka dipakai
juga alat kontrol Leading Edge Display.
Untuk mengatur cahaya pada layar CRT yang sebanding dengan besarnya echo yang
dihasilkan oleh transduser, maka dipakai alat grayscale display (James, 2008).
d. M-Mode
M-mode yang berarti motion mode, dalam M-mode sama seperti halnya kecepatan
scan dari B-mode, yang masing-masing image saling memiliki kecepatan pada tampilannya,
yang memungkinkan seorang dokter untuk mengamati range pengukuran dari motion tersebut,
seperti halnya dinding organ yang merefleksikan sinyal menuju ke probe.
Pada metode ini, transduser diarahkan ke jaringan badan yang bergerak, sehingga
dapat dikenal dan diievaluasi besarnya gerkana tersebut. Oleh karena itu metode ini sering
dipakai untuk memeriksa jantung, khususnya untuk menilai gerakan dari katup jantung
(James, 2008).
Resolusi aksial adalah kkemampuan untuk memisahkan dua titik pantulan (gema)
yang searah dengan sumbu utama berkas ultrasonik atau kemampuan untuk mendeteksi dan
memisahkan dengan jelas struktur yang berdekatan. Resolusi aksial tergantung dengan pada
lamanya pulsa ultrasonik. Semakin pendek panjang gelombang pulsa ultrasonik semakin baik
resolusi aksialnya atau semakin tinggi frekuensi ultrasonik semakin baik resolusi aksialnya.
Resolusi lateral adalah kemampuan untuk memisahkan dua titik pantulan pada jarak
yang sama dengan transduser tetapi berbeda arahnya dari transduser. Resolusi lateral untuk
visualisasi teknik pulsa gema tergantung pada lebar berkas, juga tergantung pada pemfokusan
berkas gelombang ultrasonik yang digunakan. Berkas-berkas ultrasonik yang sempit dengan
frekuensi tinggi akan mengurangi difraksi jaringan biologis, sehingga menghasilkan lateral
yang baik (Benson,1994).
4.5 Artifak
Artifak dalam visualisasi pulsa gema sangat penting diketahui karena dapat
menyebabkan kesalahan pengartian dalam tayangan pada layar monitor.
Artifak adalah bagian dari tampilan yang tidak seharusnya ditampilkan atau
ditampakkan dalam sebuah pencitraan. Pencitraan diagnostik ultrasound menggunakan artifak
tertentu untuk mengkarakterisasikan suatu organ. Kemampuan untuk dapatt membedakan
solid (padat) dengan organ cystic adalah ciri khas dari pencitraan ultrasound. Bayang-bayang
akustik dan peningkatan akustik merupakan sebuah artifak yang mana sangat berguna untuk
keperluan diagnostik. Bayang-bayang akustik dapat menyusutkan kualitas suara atau
menghilangkan suara untuk penguatan refleksi seperti contohnya pada tulang, besarnya proses
fosforisasi atau penguatan struktur atenuasi (organ padat, kesignifikan dari ketebalan atau
penularan massa). Peningkatan akustik adalah peningkatan transmisi gelombang suara rendah
untuk pelemahan struktur atenuasi misalnya pelemahan masa atenuasi.
Beberapa asunsi yang digunakan dalam teori penerapan gelombang ultrasonik
Gelombang ultrasonik selalu meraambat dalam garis lurus dari dan kembali ke
transduser.
Gema (pantulan gelombang) hanya terjadi pada sumbu dari berkas gelombang
ultrasonik.
Jarak dari obyek terhadap transduser adalah sebanding dengan waktu pulsa
gelombang ultrasonik keluar dari dan kembali ke transduser.
Dalam keadaan sebenarnya, pulsa gelombang ultrasonik dan gema tidak juga selalu
bersifat seperti diatas, hal ini disebabkan oleh alat atau operator atau juga keadaan obyek yang
sering dijumpai pada pemeriksaan, yaitu:
Bayangan akustik
Pengurangan atau hilangnya intensitas gema dibelakang suatu massa padat/keras. Hal
ini disebabkan oleh atenuasi dan refleksi yang kuat pada massa padat tersebut.
Referbrasi
Berupa gambaran gema yang tersusun berlapis-lapis sejajar. Hal ini disebabkan oleh
pulsa gelombang ultrasonik terpantul berrulang-ulang antara transduser dan suatu reflector
yang kuat.
Artifak karena berkas ultrasonik lebar
Karena berkas ultrasonic lebar, suatu titik reflektor dapat terekam oleh beberapa
transduser sehingga terlihat menjadi suatu garis yang pendek. Pada keadaan lain bila berkas
terlampau lebar sehingga sebagian mengenai obyek yang diperiksa dan sebagian mengenai
medium disekitarnya, maka gema-gema dari medium di sekitarnya dapat terekam seakan-akan
berada dalam obyek.
Pengaturan gain dan time gain
Jarak antara transduser dengan dasar obyek sangat menentukan kuat lemahnya pulsa
gema yang dihasilkan. Semakin jauh jarak transduser maka pulsa gema yang akan dihasilkan
semakin lemah. Untuk itu perlu adanya penguatan. Time Gain Compensation (TGC) adalah
alat yang dapat mengatur penguatan gema-gema yang berasal dari suatu kedalaman tertentu.
Semua gema yang diterima transduser tidak tergantung dari kedalaman mana gema berasalm
dapat diperkuat atau diperlemah sekaligus dengan menggunakan gain control atau biasa
disebut gain saja. Artifak akibat pengukuran gain dan TGC sangat penting dalan pengambilan
citra ultrasonik. Untuk mendapatkan citra yang baik, gema yang berasal dari bagian dalam
suatu obyek yang diperiksa sebaiknya menpunyai intensitas yang sama dengan gema yang
berasal dari dekat permukaan obyek, sehingga gambaran ultrasonik akan terlihat sama
jelasnya diseluruh bagian obyek.
Peningkatan intensitas
Ini dilakukan jika terjadi dibelakang suatu massa yang mempunyai atenuasi lebih
rendah dibandingkan dengan medium disekelilingnya.
Obyek yang sebenarnya tidak terletak pada garis lurus tapi ditayangkan pada garis
lurus.
Walaupun artifak yang menganggu tidak dapat selalu dihilangkan, tetapi pada
pemeriksaan setidaknya dapat dikurangi ataupun dihindari denga beberapa cara yaitu memilih
probe dengan format dan kekuatan yang sesuai, menghindari gas dalam medium yang
diperbesar, pemfokusan yang sesuai dan melakukan pemeriksaan dari berbagai sudut dengan
tepat (Sabiston, 2004).
4.6.1 Persiapan
Pada pengamatan aliran arterial dengan menggunakan ultrasound ada beberapa yang
harus dipersiapkan oleh pasien. Dimulai dari penjelasan prosedur pemeriksaan, kemudian
posisi tubuh terlentang, pakaian di daerah arteri dibuka, kemudian diberi gel pada daerah
permukaan kulit, dan pemeriksaan siap dilaksanakan.
4.6.2 Pemeriksaan
Proses pemeriksaan ini biasanya berlangsung selama 10-15 menit, kemudian gambar
dianalisa oleh dokter dan baru diberikan hasil diagnosa kepada pasien.
Ultrasonografi Doppler dapat membedakan dimana letak arteri dan vena. Arteri
merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung, sedangkan vena adalah pembuluh darah
yang kembali ke jantung. Perbedaan antara arteri dan vena adalah ketebalan dinding
pembuluh darah, dimana arteri memiliki dinding pembuluh darah yang lebih tebal daripada
vena. Tekanan pembuluh arteri lebih kuat dari pada pembuluh vena. Arteri terdiri atas aorta,
yaitu pembuluh dari bilik menuju ke seluruh tubuh, arteriol atau percabangan arteti, dan
kapiler yang diameternya lebih kecil dibandingkan dengan vena.
Salah satu kegunaan USG adalah untuk mengukur dan menentukan volume.
Pengukuran volume dan kecepatan aliran darah pada arteri abdominalis dapat dilakukan
dengan menggunakan USG Color Doppler. Pemeriksaan terhadap Aorta Abdominalis
menjadi sangat penting terutama pada kasus hipertensi terutama untuk menentukan ada
tidaknya stenosis pada Aorta (Sjahrir, 1992).
Warna biru dan merah yang terdapat pada tampilan hasil pemeriksaan merupakan
gambaran untuk memastikan adanya pembuluh darah yang akan diamati. Pada kasus tertentu
warna biru dan merah dapat digunakan untuk mendeteksi sehat tidaknya kondisi arteri pada
pasien. Warna merah pada gambar menunjukkan bahwa arah aliran darah mendekati flow atau
tranduser, kemudian warna biru menunjukkan bawa arah aliran darah menjauhi tranduser.
Pada beberapa pasien yang diamati selama pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang menunjukkan
bahwa aliran arteri berada dalam keadaan normal. Pada beberapa kasus terdapat aliran arteri
yang tersumbat lemak (trombus) dimana terdapat bekuan lemak di dalam aliran darah.
Tekanan darah dapat mempengaruhi kecepatan aliran darah. Hal ini diakibatkan karena
apabila tekanan darah meningkat maka kekentalan darah (viskositas) juga akan meningkat
sehingga kecepatan darah akan berkurang, sedangkan apabila kecepatan darah menurun maka
kekentalan darah (viskositas) akan berkurang sehingga kecepatan aliran darah akan
meningkat.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
tinggi tekanan maka kekentalan darah atau viskositas darah akan meningkat sehingga
kecepatannya akan menurun.
4.2 Saran
Pada kegiatan Kuliah Kerja Lapang ini objek yang diamati adalah aliran arterial.
Diharapkan pada kegiatan yang akan datang aplikasi ultrasonografi doppler lebih diperluas
pada organ tubuh lainnya. Serta diharapkan dalam proses pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang
peserta lebih fokus pada objek yang diamati, sehingga pada saat penyusunan laporan tidak
terganggu dengan data objek lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Ruslan Hani, S.Pd, Handoko Riwidikdo, S.Kp. 2009. Fisika Kesehatan edisi revisi.
Seri Buku Kesehatan.
Benson, Ralph C. dan Martin L.1994. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta EGC
Bhargava, Satish K.2002. Principles and Practice of Ultrasonography. New Delhi: Jaype
Brothers Medical Publishers Ltd.
Boer, Azwar. 2005. Ultrasonografi dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah Aktif Belajar Fisika. Bandung: Setia Purna Inves