Anda di halaman 1dari 81

]BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

menuntut mahasiswa untuk selalu siap dalam menghadapinya. Tidak hanya


berbekal teoritis semata melainkan juga menuntut aplikasinya dalam dunia kerja
secara nyata. Ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa di dalam dunia
perkuliahan akan terasa kurang bermanfaat bila tidak disertai dengan suatu
pengalaman aplikatif yang dapat memberikan wacana serta gambaran bagi
mahasiswa tentang dunia kerja serta penerapan ilmu dan teknologi dalam bidang
yang telah ditekuni.
Program Studi S1 - Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga memiliki beberapa bidang minat, salah satunya adalah
bidang minat Fisika Medis. Di dalam bidang minat Fisika Medis itu sendiri adalah
studi penerapan Fisika dalam bidang Kedokteran. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga berupaya untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh ke dalam dunia kerja.
Hal ini dilakukan dengan membentuk mata kuliah pendukung, yaitu Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang berbobot 2 SKS. Dengan melakukan Praktik Kerja
Lapangan diharapkan dapat memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk
menerapkan ilmunya sehingga memperoleh pengalaman kerja pada Rumah Sakit
atau instansi yang dipilih sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan.
Seiring pesatnya perkembangan teknologi dalam kehidupan dewasa ini,
sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa manusia harus mampu menggunakan dan
mengaplikasikan teknologi dalam kehidupannya. Terutama dalam dunia medis,
tidak sedikit berbagai masalah penyakit dapat diselesaikan tanpa menggunakan
teknologi. Banyak peralatan dan teknologi yang dimiliki oleh suatu instansi rumah
sakit dalam upaya menyembuhkan penyakit yang diderita oleh masyarakat luas.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 1

Salah satu teknologi yang sering digunakan dalam dunia medis yaitu dengan
Radiologi, di mana alat yang digunakan adalah pesawat radioterapi mobile unit xray. Yaitu sebuah unit pesawat rontgen yang mampu bergerak dan berindah
kemanapun.
Dengan mengetahui fungsi dari mobile unit x-ray itu sendiri, maka kami
selaku Mahasiswa S1 Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas

Airlangga

berencana

untuk

melakukan

Study

tentang

Commissioning Measurements dan Maping Peralatan Siemens Mobillet XP


Hybrid X-Ray di dalam Kamar Pasien, sebagai satu kegiatan yang termasuk
dalam kurikulum pembelajaran untuk perguruan tinggi khususnya jenjang S1
yaitu Praktek Kerja Lapangan. Karena kegiatan ini menjadi salah satu pendorong
utama mahasiswa untuk mengenal dan mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya
dalam dunia kerja.
Program Studi S-1 Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga memiliki beberapa bidang minat, salah satunya adalah
bidang minat Fisika Medis. Di dalam bidang minat Fisika Medis terdapat suatu
pembelaran tentang penerapan Fisika dalam bidang Kedokteran. Salah satu
penerapan Fisika dalam dunia Kedokteran adalah penggunaan konsep fisika
dalam radiologi yaitu salah satunya mobile unit x-ray.
Dari hal tersebut, maka kami bermaksud untuk melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
yang diharapkan dapat membantu kami dalam mengenal dan mengetahui
perkembangan teknologi dalam dunia Kedokteran agar kami bisa dengan mudah
mengaplikasikan konsep Fisika yang dimiliki dan mengenal dengan dunia kerja
yang berkaitan dengan Fisika Medis.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 2

1.2.

Tujuan Kegiatan
Secara umum, Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memiliki tujuan :

1. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Prodi S1-Fisika, Universitas Airlangga.
2. Mengenal lebih jauh tentang teknologi yang sesuai dengan bidang yang
dipelajari di Prodi S1 - Fisika demi terwujudnya pola hubungan yang jelas dan
terarah antara dunia perguruan tinggi dan pengguna outputnya. Sehingga ada
komprehensi antara teori yang didapat selama perkuliahan dengan aplikasi di
dunia kerja.
Secara khusus, Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memiliki tujuan :
1.

Memahami peran fisika dalam bidang kesehatan khususnya di bidang


radiologi.

2.

Memahami penggunaan Mobile Unit x-ray.

3.

Memahami struktur Mobile Unit x-ray.

4.

Memahami prinsip kerja dan proteksi radiasi baik pada pasien, pekerja dan
lingkungan sekitar pada saat pengunaan Mobile Unit x-ray di kamar pasien.

5.

Memahami cara pelaksanaan Quality Countrol (QC) serta Kalibrasi Mobile


Unit x-ray.

1.3.

Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul selama proses Praktik Kerja Lapangan (PKL)

adalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian Mobile Unit x-ray?
2. Bagaimana sejarah munculnya dan perkembangan Mobile Unit x-ray?
3. Apa kegunaan Mobile Unit x-ray bagi aspek biologi?
4. Bagaimana struktur komponen mobile unit x-ray?

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 3

5. Bagaimana prinsip kerja mobile unit x-ray secara Fisika sebagai penunjang
diagnostik penyakit?
6. Bagaimana pemaparan yang baik pada mobile unit x-ray?
7. Bagaimana hasil paparan yang baik pada pemeriksaan menggunakan mobile
unit x-ray ?
8. Bagaimana proteksi radiasi baik pada pasien, pekerja dan lingkungan sekitar
pada mobile unit x-ray ?
9. Apa kelebihan dan kekurangan pada mobile unit x-ray?
10. Bagaimana cara memaksimalakan foto hasil dari paparan?
11. Bagaimana cara melaksanakan Quality Countrol (QC) dan kalibrasi pada
mobile unit x-ray?
1.4.

Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat yang didapat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Bagi Perguruan Tinggi.


Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja sebagai
tambahan referensi dan mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan ke
dalam dunia kerja.
2. Bagi Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan.
a. Sebagai sarana penghubung antara Rumah Sakit dengan lembaga
Perguruan Tinggi.
b. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat
menjadi

bahan

masukan

bagi

Rumah

Sakit

untuk menentukan

kebijaksanaan Rumah Sakit di masa yang akan datang.


c. Sebagai sarana untuk memberikan penilaian kriteria tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh Rumah Sakit tersebut.
3. Bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengetahui kenyataan yang ada dalam dunia kerja.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 4

b. Mahasiswa lebih mengetahui aplikasi dari ilmu yang telah diterima


selama perkuliahan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung penerapan konsep - konsep
Fisika Medis di dalam dunia Kedokteran khususnya pada alat diagnosa
mobile unit x-ray.
d. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja sinar - x dan mobile unit x-ray..
e. Mahasiswa dapat memahami penggunaan radiasi pada mobile unit x-ray..
f. Mahasiswa dapat memahami instrumentasi yang terdapat pada mobile
unit x-ray..
g. Mahasiswa dapat memahami proteksi radiasi baik pada pasien, pekerja
dan lingkungan sekitar pada mobile unit x-ray..
h. Mahasiswa dapat memahami proses exsposure pada pemeriksaan
menggunakan mobile unit x-ray.
i. Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan Quality Countrol (QC) dan
Kalibrasi pada mobile unit x-ray.

1.5.

Metode Penelitian
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama empat minggu mulai

tanggal 11 Januari - 6 Februari 2014 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum


Haji Surabaya dengan daftar hadir terlampir. Kegiatan ini dilakukan dengan
metode:
1. Pengamatan dan praktek kerja langsung terhadap kegiatan - kegiatan di
Instalansi Radiologi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
2. Diskusi dengan pembimbing yang ditunjuk oleh Instalansi Radiologi Rumah
Sakit Umum Haji Surabaya.
3. Studi literatur.
4. Pengumpulan data dan dokumentasi.
5. Pengerjaan laporan.

BAB 2
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 5

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1.

Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya


2.1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya adalah rumah sakit milik
Pemerintah propinsi Jawa Timur yang didirikan berkenaan peristiwa yang
menimpa para Jamaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun
1990.
Dengan adanya bantuan dana dari Pemerintah Arab Saudi dan
dilanjutkan dengan biaya dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur, berhasil di
bangun gedung beserta fasilitasnya dan resmi di buka pada 17 April 1993
sebagai RSU tipe C. Pada tahun 1998, berkembang menjadi RSU tipe B
Non - Pendidikan. Berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur tanggal 30
Desember 2008 RSU Haji Surabaya berkembang menjadi RSU pendidikan
tipe B.
Dalam

segi

pengelolaan

berdasarkan

SK

Gubernur

no

188/441/KPTS/013/2008 RSU Haji Surabaya pada tahun 2009 berkembang


menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) secara penuh, sehingga
RSU Haji Surabaya memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, hal
ini akan berdampak pada kemudahan penyelenggaraan pelayanan.
Pada periode 8 tahun terakhir ini RSU Haji Surabaya berkembang
dengan pesat, dengan dimulainya pembangunan gedung rawat jalan pada
tahun 2004, kemudian diikuti pembangunan gedung parkir bertingkat pada
tahun 2005, selanjutnya Gedung Tower Arafah yang selesai dibangun tahun
2008. Dan saat ini sedang diselesaikan secara bertahap Gedung Al Aqsha
yang merupakan gedung untuk pelayanan rawat inap, ICU, hemodialisa,
IGD/VK bersalin dan bedah sentral. Yang sudah beroperasional adalah
pelayanan ICU, Hemodialisa, IGD/VK. Seiring dengan pertambahan

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 6

gedung tersebut semakin dilengkapi dengan sumber daya manusia dan


peralatan.

Gambar 1. Denah Lokasi RSU Haji Surabaya


Selain penambahan gedung tersebut sejak tahun 2009 bertambah
pula jenis pelayanan yang berupa:
1.
2.
3.
4.
5.

Pelayanan Paliatif
Pelayanan Tumbuh Kembang Anak
Pelayanan Respirologi Anak
Pelayanan VCT
Pelayanan Fetomaternal

Selain itu telah dilakukan pula perbaikan perbaikan dalam proses


pelayanan yang mengarah pada peningkatan kecepatan pelayanan, ketepatan
pelayanan disertai dengan upaya upaya tercapainya keselamatan pasien
sampai dengan peningkatan kenyamanan pelayanan.
Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar
maka dilakukan standarisasi pelayanan dengan menggunakan akreditasi dan
ISO 9001:2008.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 7

Gambar 2.

Rumah

Sakit Umum Haji


2.1.2.

Identitas
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

DATA DESKRIPSI
Kode Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit
Jenis Rumah Sakit
Nama Direktur Rumah Sakit
Alamat
Telepon
Fax
Email
Website
Luas Tanah
Luas Bangunan
Nomor Surat Ijin Rumah Sakit

DATA ISIAN
3578523
RSU Haji Surabaya
Rumah Sakit Umum
dr. Budiharto, Sp.B
Jl. Manyar Kertoadi Surabaya
(031) 5924000
(031) 5947890
rsuhajisby1@yahoo.com
rsuhajisby.jatimprov.go.id
24000 m2
28254.96 m2
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.07.06./III/511/08 tentang Pemberian
Ijin

Penyelenggaraan

Rumah

Sakit

Umum Daerah dengan Nama "Rumah


Sakit Umum Haji Surabaya" Pemerintah
Provinsi jawa Timur
Tanggal/ Bulan/ Tahun Surat 19 Februari 2008
Ijin Rumah Sakit
Surat Ijin Dikeluarkan Oleh
Menteri Kesehatan RI
Status Akreditasi
Akreditasi 16 Pelayanan Plus
Jumlah Tempat Tidur Kelas 47
Utama
Jumlah Tempat tidur Kelas 1
Jumlah Tempat Tidur Kelas 2
Jumlah Tempat Tidur Kelas 3/
Praktik Kerja Lapangan 2016

12
91
82
Page 8

Jamkesmas
Jumlah Tempat Tidur ICU
7
Tabel 1. Identitas Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Jumlah tenaga: 969 orang

Dokter Umum: 26 orang

Dokter Spesialis: 71 orang

Dokter Gigi Umum: 7 orang

Dokter Gigi Spesialis: 6 orang

Paramedis Perawatan: 316 orang

Paramedis Non Perawatan: 180 orang

Non Medis/ struktural, dll: 363 orang

2.1.3. Struktur Organisasi RSU Haji Surabaya

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 9

Bagan 1. Struktur Organisasi RSU Haji Surabaya

2.2.

Visi, Misi dan Motto RSU Haji Surabaya


- Visi
Rumah Sakit Pilihan Masyarakat, Prima dan Islami dalam Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian.
- Misi
1. Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkwalitas
melalui sumber daya manusia yang profesional, mukhlis dan komitmen
tinggi.
2. Meningkatkan kwalitas hidup sesuai harapan pelanggan.
3. Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai.
4. Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya
membentuk profesional yang handal.
5. Menanamkan budaya kerja sebagai

bagian

dari

ibadah

dan

profesionalisme.
6. Mengembangkan program unggulan.
7. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain.
- Motto
Rumah Sakit Umum Haji mempunyai Motto: Menebar salam dan
senyum dalam pelayanan
2.3.

Fasilitas Pelayanan
2.3.1. Pelayanan Unggulan
a. Rujukan Haji

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 10

RSU Haji Surabaya merupakan satu - satunya rumah sakit di Jawa


Timur yang memiliki pelayanan unggulan sebagai pusat konsultasi
pelayanan Haji. Kegiatan yang diselenggarakan sebagai pusat konsultasi
pelayanan haji adalah:
b.

Pelayanan Kesehatan Haji


Pendidikan
Penelitian Kesehatan Haji
Kosmetik Medik
Pelayanan kosmetik medis RSU Haji Surabaya terletak di tower Arafah

lantai 5. Poliklinik kosmetik medis RSU Haji Surabaya merupakan salah


satu pilihan tepat yang memberikan pelayanan serta perawatan kesehatan
dan kecantikan kulit lewat penanganan dokter spesialis kulit dan bedah
plastik yang berpengalaman.
c. Endoscopy
Pelayanan endoscopy yang disediakan di RSU Haji Surabaya meliputi
Endoscopy

di

bidang

bedah

umum

orthopedi,

obsgyn,

THT,

gastroenterology. Pelayanan endoscopy dilaksanakan di Instalasi Bedah


Sentral dan rawat jalan.
d. Pelayanan Diagnostic Intervensi
Merupakan pelayanan radiologi intervensi dengan menggunakan alat
Angiografi untuk melaukan diagnosis dan terapi intervensi dengan
menggunakan peralatan radiologi yang memakai radiasi pengion dan non
pengion yang bersifat minimal invasive.
2.3.2. Radiologi
Pelayanan Radiologi merupakan bagian dari pelayanan penunjang
medis yang memberikan pelayanan Radiodiagnostic dan Imaging. Fasilitas
diagnostic yang tersedia:
2.3.2.1.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) 1,5 Tesla

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 11

Pemeriksaan ini menggunakan prinsip kerja medan magnet


dan gelombang radio frekuensi, tanpa menggunakan sinar-x atau
laser, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi. Pemeriksaan ini bisa
mendeteksi kelainan-kelainan otak, system syaraf tulang belakang,
system pembuluh darah Musculosceletal, saluran empedu, pancreas,
saluran kemih dan kelenjar prostat.

Gambar 3. MRI 1,5 Tesla


2.3.2.2.

CT Scan Multi Slice (64 Slice)


Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x. Alat

ini bisa mendeteksi adanya kelainan-kelainan otak, jantung,


pembuluh darah dan organ lainnya.

Gambar 4. CT Scan Multi Slice (64 Slice)


2.3.2.3.

CT Scan Single slice (untuk Emergency 24 jam)


Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x untuk

mendeteksi kelainan otak dan organ lain.

Gambar 5. CT Scan Single Slice


2.3.2.4.

Angiography/ Cath Lab

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 12

Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x untuk


mendeteksi

kelainan jantung dan pembuluh darah, seperti

penyumbatan atau kelainan congenital. Juga digunakan untuk


tuntunan pasang ring/ katub jantung dan kemoterapi langsung pada
kasus tumor ganas.

Gambar 6. Angiography / Catch Lab


2.3.2.5.

USG Colour Doppler


Merupakan pemeriksaan dengan mmenggunakan gelombang

suara, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi/ magnet. Alat ini


digunakan untuk mendeteksi kelainan jaringan lunak dalam perut,
otot dan ligament, serta perkembangan janin.

Gambar 7. USG Colour Doppler


2.3.2.6.

Digital Fluoroscopy
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x untuk

membantu pemeriksaan dengan menggunakan kontras seperti


pemeriksaan saluran pencernaan, saluran kemih dan organ dalam
wanita.

2.3.2.7.

Dental X Ray dan

Digital Panoramic Volumetric

Tomography
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 13

Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X untuk


mendeteksi kelainan pada gigi. Alat ini dilengkapi dengan perangkat
Tomografi untuk Planning Program Dental Implant.
2.3.2.8.

Mobile Unit X Ray


Alat mobile pemeriksaan general X - ray, di mana dengan

alat ini pasien yang dalam keadaan kritis dan membutuhkan


pelayanan radiologi tidak perlu harus ke ruangan radiologi akan
tetapi petugas akan mendatangi ke tempat rawat inap pasien tersebut
dengan alat mobile ini.

Gambar 8. Mobile Unit X-ray


2.3.2.9.

CR (Computed Radiography)
Merupakan alat digital untuk memproses film sehingga hasil

yang didapat lebih baik dari radiografi konvensional.

Gambar 9. Computed Radiography

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 14

2.4.

Instalasi Radiologi
2.4.1. Visi, Misi dan Nilai Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya
-

Visi
Terwujudnya salah satu Instalasi Radiologi pilihan masyarakat, aman

dan

nyaman dengan peralatan yang selalu mengikuti perkembangan IPTEKDOK.


-

Misi

1. Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia


2. Menyelenggarakan

pelayanan

dan Pendidikan Radiologi yang berkualitas

melalui SDM yang profesional, mukhlis dan komitmen tinggi sesuai


perkembangan IPTEKDOK
3. Selalu mengembangkan jenis pelayanan
4. Menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman
5. Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan profesionalisme
-

Nilai
Bekerja secara professional yang didasari ibadah.

2.4.2. Tujuan
-

Pelayanan Radiologi paripurna sesuai

permintaan klinisi dan modalitas untuk

mempercepat penegakan diagnosa tanpa meninggalkan keamanan Radiasi


-

Tersedianya pelayanan yang selalu mengikuti perkembangan iptek

Peningkatan kualitas SDM dengan pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan jenis
pelayanan

Terciptanya siswa didik yang handal

Tersedianya data dan bahan penelitian yang lengkap

Terciptanya suasana kerja yang nyaman


2.4.3. Falsafah
Dalam pelayanan harus didasari kejujuran, kedisiplinan dan empati, agar tercipta
pelayanan yang prima.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 15

2.5.

Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

Bagan 2. Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Haji Surabaya

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 16

3.1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari atom dalam bentuk panas, partikel, atau
gelombang. Radiasi berasal dari zat radioaktif. Inti radioaktif itu sendiri adalah unsur inti atom
yang mempunyai sifat memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma. Radiasi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu radiasi ionisasi dan non ionisasi.
3.1.1. Radiasi Ionisasi
Radiasi ionisasi yaitu partikel atau gelombang elektromagnetik berenergi tinggi
yang apabila melintas dalam bahan atau jaringan maka dapat mengionisasi bahan atau
jaringan yang dilaluinya. Gelombang elektromagnetik adalah pancaran energi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik, termasuk di dalamnya adalah radiasi energi matahari
yang kita terima sehari - hari di permukaan bumi. Radiasi ionisasi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Radiasi elektromagnetik, misalnya sinar gamma dan sinar-X dengan panjang
gelombang >100 A.
2. Radiasi korpuskuler, misalnya alfa, beta, proton, dan neutron. Radiasi korpuskuler
merupakan radiasi ionisasi karena memiliki sifat induksi sehingga dapat mengionisasi
atom di sekitarnya.
3.1.2. Radiasi Non-Ionisasi
Radiasi non ionisasi adalah radiasi yang apabila melintas di suatu jaringan, maka
energinya akan terserap oleh atom tersebut sehingga tidak mempunyai energi yang cukup
untuk mengionisasi atom yang dilaluinya tetapi hanya menimbulkan panas. Sumber radiasi
non ionisasi memiliki panjang gelombang lebih dari 100 dan energinya kurang dari 10
eV, misalnya gelombang radio dan televisi, gelombang mikro, sinar inframerah, cahaya
tampak, sinar ultraviolet, laser, dan gelombang ultrasonik.
3.2. Interaksi Radiasi dengan Materi
3.2.1. Interaksi Foton dengan Materi

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 17

Interaksi ini melibatkan suatu pemindahan energi dari radiasi tersebut ke materi
yang terdiri dari inti atom dan elektron. Mekanisme interaksi ini dibedakan menjadi:
a. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik terjadi ketika energi ikat elektron lebih kecil dari pada energi foton
sehingga elektron terlempar keluar dari atom.Dalam batas energi radiologi diagnosa (30
150 kVp) absorbsi fotolistrik merupakan cara interaksi antara foton sinar-X dan atom tubuh
pasien. Pada tubuh manusia, perpindahan energi kinetik elektron menyebabkan dosis
absorbsi pasien meningkat dan terjadinya kerusakan biologi jaringan.
Pada batas kilovoltase radiografi, tulang akan mengalami absorbsi fotoelektrik
lebih besar dari pada massa jaringan lunak yang sebanding. Perbedaan sifat absorbsi antara
berbagai struktur tubuh memungkinkan radiograf untuk mendiagnosa. Tulang dengan
nomor atom yang tinggi (13,8) kurang memberi kesempatan untuk lewatnya radiasi
sehingga tampak putih, jaringan lunak memiliki nomor atom 7,4 sehingga tampak abu-abu.
Sedangkan udara memiliki nomor atom dan daya absorbsi rendah sehingga tampak gelap
pada hasil radiograf. Dalam batas energi radiologi diagnosa, makin besar jumlah absorbsi
fotolistrik, makin besar kontras dan kualitas gambar radiograf. Bila absorbsi meningkat,
kemungkinan terjadinya kerusakan biologi juga membesar.

b. Efek Compton
Efek Compton terjadi jika energi elektron lebih kecil dari pada energi foton
sehingga menghasilkan foton lain yang berenergi lebih rendah dari foton datang yang
disebut foton hamburan. Pada saat pengeluaran elektron, sinar-X mengeluarkan sebagian
energi kinetiknya untuk melepaskan elektron dari selubung luar orbit dan elektron ini
disebut elektron pendar compton yang memiliki energi kinetik yang dapat mengionisasi
atom. Elektron ini kehilangan energi kinetiknya melalui interaksi dengan atom dan
akhirnya berkombinasi ulang dengan atom yang membutuhkan elektron lain.
Foton sinar-X yang melemah akan mengeluarkan sebagian energinya untuk
membebaskan elektron dari orbit tetapi memiliki arah yang baru. Foton ini memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan atom lain baik dengan proses absorbsi fotolistrik
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 18

atau dengan pendar compton. Pada keadaan ini foton berperan dalam mengurangi kualitas
gambar radiografi atau membahayakan kesehatan operator. Pada radiologi diagnostik,
kemungkinan interaksi compton sedikit berkurang bila energi foton sinar-X bertambah.
c. Produksi Pasangan
Proses ini terjadi apabila radiasi dengan energi yang sangat tinggi mendekati
(memasuki) medan listrik atom atau inti. Pada saat bergerak mendekati inti, energi ini
secara spontan akan menghilang dan muncul kembali sebagai positron dan elektron.
Produksi pasangan terjadi pada terapi radiasi dan merupakan salah satu mekanisme dimana
energi diarahkan ke tumor untuk merusak tumor tersebut. Tetapi radiasi ini tidak memiliki
manfaat untuk radiologi diagnosa.
3.2.2. Interaksi Partikel Radiasi Bermuatan (radiasi Alfa dan Beta) dengan Materi
Interaksi radiasi alfa dan beta dengan materi akan menimbulkan efek:
a. Ionisasi
Ionisasi terjadi apabila ada perubahan suatu atom atau molekul menjadi ion melalui
penambahan atau pelepasan elektron dari atom atau molekul tersebut. Radiasi yang
menimbulkan ionisasi disebut Radiasi Pengion. Misalnya alfa, beta, gamma, sinar-X, dan
neutron. Sedangkan radiasi ionisasi dibedakan menjadi radiasi ionisasi langsung dan tak
langsung. Radiasi ionisasi langsung adalah radiasi yang bermuatan listrik sehingga jika dia
mendekati suatu atom maka dapat menyebabkan ionisasi pada atom yang dilewatinya.
Sedangkan ionisasi tak langsung adalah hanya terjadi jika ada tumbukan. Dengan syarat
bahwa energinya harus besar. Jika energinya kecil, tidak akan terjadi ionisasi melainkan
hanya mengeluarkan panas.
b. Eksitasi
Pada proses eksitasi, elektron berpindah dari lintasan dalam ke lintasan yang lebih
luar. Setelah terjadi proses eksitasi, energi radiasi akan berkurang karena radiasi
mentransfer sebagian atau seluruh energinya kepada elektron, sehingga elektron memiliki
energi yang cukup untuk berpindah lintasan. Proses eksitasi juga dapat berlangsung
berulang kali hingga energi radiasinya habis. Atom yang berada dalam keadaan tereksitasi
ini akan kembali ke keadaan dasarnya (ground state) dengan melakukan transisi elektron.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 19

Salah satu elektron yang berada di lintasan luar akan berpindah mengisi kekosongan di
lintasan yang lebih dalam sambil memancarkan energi dalam bentuk radiasi yang disebut
radiasi sinar-x karakteristik.

Gambar 10. Transisi elektron dari keadaan n1 ke keadaan n2,dan memancarkan sebuah
foton.

Gambar 11. Ionisasi dan Eksitasi

c. Absorbsi
Peristiwa absorbsi adalah peristiwa terserapnya partikel radiasi oleh suatu bahan
yang terkena radiasi. Pada peristiwa absorbsi ini, radiasi dapat terserap seluruhnya oleh
materi atau terserap sebagian oleh materi dan sisanya diteruskan keluar dari materi. Akibat
peristiwa absorbsi radiasi oleh suatu bahan (materi), bahan akan menjadi panas sesuai
dengan energi radiasi yang ditransfer ke atom-atom bahan.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 20

Partikel radiasi yang bermassa besar akan lebih mudah terabsorbsi dari pada
partikel yang bermassa kecil. Hal ini dapat terjadi karena massa yang besar relatif gerak
kinetisnya lebih lambat daripada massa yang kecil. Jika ditinjau dari sisi muatan, partikel
radiasi yang bermuatan positif akan lebih mudah tertangkap oleh elektron-elektron bahan.
Dengan kata lain partikel radiasi yang bermuatan positif akan lebih mudah diabsorbsi oleh
materi.
3.2.3. Interaksi Radiasi Pengion dengan Materi Biologi
Interaksi radiasi dengan materi biologi diawali dengan terjadinya interaksi fisik
yaitu terjadinya proses eksitasi dan atau ionisasi. Interaksi ini dibedakan menjadi interaksi
langsung dan interaksi tak langsung. Interaksi secara langsung bila penyerapan energi dari
elektron tersebut langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti
biologi penting (DNA). Interaksi tak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi
dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik
penting. Interaksi ini dapat menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada sel yang akhirnya
menimbulkan efek biologik yang dapat diamati.
3.2.4. Interaksi Radiasi pada Tingkat Molekul
Pada saat terjadi paparan radiasi pada tubuh maka dipastikan akan terjadi interaksi
(penyerapan) antara radiasi dengan molekul air yang disebut dengan proses radiolisis air
yang akan menghasilkan ion radikal dan dalam waktu singkat menjadi radikal bebas (H
dan OH). Radikal bebas sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh.
Radikal bebas yang terbentuk dapat saling bereaksi menghasilkan suatu molekul hidrogen
peroksida yang stabil dan toksik.
3.2.5. Interaksi Radiasi pada Tingkat Sel
Radiasi menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah dan juga struktur
kromosom (abrasi kromosom) yang memungkinkan timbulnya kelainan genetik.
Sedangkan kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom yang terjadi
secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 21

Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom dapat menyebabkan sel tetap hidup atau
mati yang sangat bergantung pada proses perbaikan yang terjadi secara enzimatis.
Perubahan fungsi sel atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik
dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel dan lainnya.
3.3. Sinar-X
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik yang timbul karena adanya
perbedaan potensial arus searah yang besar di antara kedua elektroda (katoda dan anoda)
dalam sebuah tabung hampa. Sifat - sifat sinar-X dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Menghitamkan plat film
2. Mengionisasi gas
3. Menembus berbagai zat
4. Menimbulkan fluorosensi
5. Merusak jaringan
Sinar-X adalah salah satu bentuk energi yang serupa dengan radio, panas, dan sinar
cahaya tampak atau gelombang cahaya, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat
pendek yaitu kurang dari 100

. Bila sinar-X masuk ke suatu bahan, sinar akan

bergabung dengan atom - atom bahan tersebut atau melewati bahan tanpa bergabung
dengan atom - atomnya. Bila bergabung, maka energi akan terarbsorbsi ke atom bahan
sebagai Dosis Absorbsi. Makin besar dosis absorbsi diserap oleh atom tubuh pasien, makin
besar kemungkinan terjadinya kerusakan biologi pada pasien tersebut. Jadi, untuk
keamanan pasien, dosis absorbsi harus dibuat sekecil mungkin. Tetapi fenomena absorbsi
dan perbedaan sifat absorbsi dari berbagai struktur tubuh radiograf diagnostik tetap
diperlukan agar berbagai struktur yang berbeda dapat dilihat dan dibedakan.
Sinar-X merupakan jenis radiasi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan
sehari-hari. Semua sinar-X di bumi ini dibuat oleh manusia dengan menggunakan peralatan
listrik tegangan tinggi. Alat pembangkit sinar-X dapat dinyalakan dan dimatikan. Jika
tegangan tinggi dimatikan, maka tidak akan ada lagi radiasi. Sinar-X dapat menembus
bahan, misalnya jaringan tubuh, air, kayu atau besi, karena sinar-X mempunyai panjang
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 22

gelombang yang sangat pendek. Sinar-X hanya dapat ditahan secara efektif oleh bahan
yang mempunyai kerapatan tinggi, misalnya timah hitam (Pb) atau beton tebal.
CT-Scan adalah salah satu modalitas dalam radiodiagnostik yang menggunakan sinarX. Sinar-X memungkinkan orang pertama kali untuk melihat struktur dari tubuh manusia
bagian dalam tanpa melakukan operasi atau pembedahan. Sinar-X adalah salah satu bentuk
dari radiasi pengion dengan panjang gelombang berkisar antara 0,01 sampai 10 nm dan
energinya berkisar antara 120 eV sampai 120 keV. Sinar-X umumnya digunakan dalam
diagnosis gambar medis dan kristalografi sinar-X. Sinar-X yang digunakan dalam
penyinaran medis adalah sinar-X Bremsstrahlung.
Sinar ini dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat zarah yang terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi dan unit pengatur.
Terjadi radiasi yang dikenal dengan bremstrahlung yaitu elektron yang mendekati atom
target (anoda) akan berinteraksi dengan inti atom bahan anoda, maka elektron mengalami
perlambatan akibat adanya gaya tarik elektrostatik antara elektron dengan inti atom
sehingga mengeluarkan radiasi dan bersifat kontinyu. Spektrum sinar-X Bremstrahlung
seperti terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Proses terbentuknya sinar-X Bremsstrahlung


3.4. Sejarah Perkembangan Sinar-X
Wilhelm Conrad Rontgen adalah penemu sinar-X berkebangsaan Jerman yang lahir pada
tahun 1845 di Kota Lennep, Jerman. Dia memperoleh gelar doktor pada tahun 1869 dari
Universitas Zurich dan diangkat sebagai guru besar Fisika serta Direktur Lembaga Fisika
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 23

Universitas Wuzburg pada tahun 1888. Pada tahun 1895, Rontgen menciptakan penemuan hebat
di bidang kedokteran. Penemuan itu terjadi pada tanggal 8 Nopember 1895. Saat itu, Rontgen
melakukan

percobaan dengan sinar katoda yang terdiri dari arus elektron. Arus tersebut

diproduksi menggunakan voltase tinggi antara elektroda yang ditempatkan pada masing - masing
ujung tabung gelas yang udaranya hampir dikosongkan seluruhnya. Saat itu Rontgen bekerja
menggunakan tabung. Rontgen mencoba menutup tabung itu dengan kertas hitam dengan
harapan agar tidak ada cahaya tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup ternyata masih
ada suatu sinar yang dapat lewat. Dari peristiwa itu, Rontgen menyimpulkan bahwa ada sinarsinar tidak tampak yang mampu menerobos kertas hitam tersebut.
Peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah saat Rontgen menyalahkan sumber listrik tabung
untuk penelitian sinar katoda, beliau mendapatkan bahwa ada sejenis cahaya berpendar pada
layar yang terbuat dari Barium Platino Cyanida yang kebetulan berada di dekatnya. Jika sumber
listrik dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang. Rontgen segera menyadari bahwa sejenis
sinar yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak
pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X. Namun untuk menghargai jasa beliau dalam
penemuan ini, maka seringkali sinar-X itu disebut juga sebagai sinar Rontgen.
Foto sinar-x atau yang disebut dengan foto rontgen pertama di bidang kedokteran terjadi
beberapa hari kemudian, yaitu pada tanggal 22 Desember, dibuat oleh Rontgen sendiri. Foto
tangan dari istrinya sendiri dikirimkan oleh Rontgen bersama penelitiannya pada sejumlah dokter
ahli sejawatnya sebagai pemberitahuan sementara tentang penelitiannya. Dan akhirnya, Rontgen
menemukan beberapa karakteristik sinar-X yaitu :
-

Merambat menurut garis lurus


Tidak terlihat oleh mata
Dapat menembus benda-benda tertentu
Tidak dibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik
Menghitamkan film
Dapat melepaskan elektron-elektron dari logam yang ditumbuk
Pada tanggal 6 Januari 1896 dilakukan pertemuan atau rapat dari Persatuan Ahli Penyakit

Dalam di Berlin. Untuk dunia ilmu kedokteran tampaknya penemuan ini sangat penting. Saat ini
sinar rontgen tidak dapat dipisahkan dari dunia kedokteran, baik di bidang diagnostik maupun
terapi. Ilmu bedah dapat mengambil keuntungan dari foto tulang yang dapat dibuat pada manusia
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 24

hidup untuk melihat adanya fraktur, dislokasi, penonjolan, dan benda asing dapat dilihat dengan
jelas. Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada Laporan Asosiasi Fisika Medik
Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun 1896 reprint laporan Rontgen dikirimkan kepada
ilmuwan-ilmuwan terkenal. Karena tidak dibelokkan oleh medan magnet, maka orang tahu
bahwa sinar-X berbeda dengan sinar katoda. Pada saat itu belum ditemukan fenomena
interferensi dan difraksi. Karena itu muncullah persaingan antara teori partikel dengan teori
gelombang untuk menjelaskan esensi atau substansi sinar-X. Rontgen memperoleh hadiah nobel
yang pertama kalinya di bidang fisika, untuk penemuan sinar-X pada tahun 1901. Penemu sinarX ini kemudian tutup usia di Munich, Jerman tahun 1923.

3.5. Dosis Radiasi


3.5.1. Dosis Serap
Dosis serap adalah energi rata - rata yang diberikan oleh radiasi pengion sebesar dE
kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau
sama dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per
kilogram.
1

gray (Gy) = 1 joule/kg

3.5.2. Dosis Ekivalen


Dosis Ekivalen dapat didefinisikan sebagai dosis serap yang diterima oleh tubuh
manusia secara keseluruhan dengan memperhatikan kualitas radiasi dalam merusak
jaringan tubuh. Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda akan
memberikan efek biologis yang berbeda pada sistem tubuh makhluk hidup. Dosis Ekivalen
merupakan hasil kali antara dosis serap (D), dan faktor kualitas (Q).
H=D Q

(1)

Besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada


jaringan atau organ dinamakan faktor bobot radiasi (Wr) sehingga rumus dosis ekivalen
adalah sebagai berikut
H=D W

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 25

(2)

Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv).


3.5.3. Dosis Efektif
Sangat penting untuk mengetahui bahwa efek biologis dari radiasi tidak hanya
tergantung dari dosis radiasi yang mengenai jaringan atau organ, tetapi juga tergantung dari
sensitivitas biologi dari jaringan atau organ yang terpapar radiasi. 100 mGy dosis yang
pada ekstrimitas tidak sama efeknya dengan 100 mGy pada daerah pelvis. Dosis efektif (E)
adalah gambaran dosis yang direfleksikan dari sensitivitas biologi yang berbeda-beda.
Satuan dari dosis efektif adalah Sievert (biasanya mSv yang digunakan pada radiologi
diagnostik).
E=H t

(3)

E = dosis efektif
H = dosis ekivalen
t = faktor bobot jaringan

3.6. Efek Biologi Radiasi Pada Tubuh


Kerusakan sel akan mempengaruhi fungsi jaringan atau organ bila jumlah sel yang mati
atau rusak dalam jaringan atau organ tersebut cukup banyak. Semakin banyak sel yang rusak atau
mati, semakin parah perubahan fungsi yang terjadi sampai akhirnya organ tersebut akan
kehilangan kemampuannya untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Perubahan fungsi sel atau
kematian sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologis yang bergantung pada jenis radiasi,
dosis dan laju dosis, radiasi tunggal dan terbagi, jenis sel dan lainnya.
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik adalah sel
telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatis adalah sel lainnya
yang ada didalam tubuh manusia. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas
efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek radiasi yang
terjadi pada sel genetik dan dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Bila efek radiasi terjadi pada sel somatik dan dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi maka
disebut efek somatik.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 26

Waktu yang dibutukan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga
dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara
klinik sudah dapat teramati pada individu terpapar dalam waktu singkat setelah pemaparan,
seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan ptenurunan
jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama
(bulanan-tahunan) setelah terkena paparan radiasi, seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan
atas efek stokastik dan efek deterministik. Efek stokastik adalah efek yang tejadi akibat paparan
radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Pada paparan radiasi
dengan dosis yang bisa menyebabkan kematian sel akan timbul efek deterministik. Dosis
radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem
biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel. Sel yang mengalami modifikasi atau sel terubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini.
Efek Deterministik terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang
mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan
radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima
diatas dosis ambang (Threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar
radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan diatas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten
yang lama, tidak ada penyembuhan spontan. Semakin besar dosis, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan keparahannya tidak bergantung kepada dosis. Efek Non
Stokastik adalah efek radiasi yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya
timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek non stokastik memiliki ciri-ciri mempunyai dosis
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 27

ambang sekitar 10 Gy yang dapat menyebabkan kematian, umumnya timbul beberapa saat
setelah terkena radiasi, adanya penyembuhan spontan (tergantung tingkat keparahannya),
keparahannya tergantung besarnya dosis radiasi, efek non stokastik ini meliputi beberapa efek
somatik seperti luka bakar, sterilitas (kemandulan), katarak, kelainan congenital (setelah iradiasi
dalam rahim). Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik
(leukemia, kanker) maupun non stokastik.
Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru
tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik. Apabila sel terubah
ini adalah sel somatik maka sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan
pengaruh dari bahan - bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
jaringan ganas atau kanker.
Paparan radiasi dosis rendah dapat meningkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang
secara statistik dapat di deteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait
dengan paparan individu. Efek radiasi secara biologi terhadap manusia dapat dilihat dari bagan
berikut:
Efek Radiasi
Efek Genetik

Efek Somatik

Efek Stokastik

Efek Non-stokastik

Kanker

Leukimia

Penyakit Keturunan

Luka bakar

Katarak

Kemandulan

Bagan 3. Efek Radiasi secara Biologis terhadap Manusia


3.7. Proteksi radiasi
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 28

Dalam proses CT-Scan, seorang radiografer atau orang di sekitar sumber radiasi tentunya
akan terkena efek radiasi. Karena pada dasarnya, radiasi dipancarkan ke segala arah. Falsafah
baru tentang proteksi radiasi muncul dengan diterbitkannya Publikasi ICRP No.26 Tahun 1977.
Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi
pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka diperkenalkan konsep ALARA (As Low As
Reasonably Achieveble) yang meliputi tiga asas proteksi radiasi, antara lain yaitu :
a. Asas Jastifikasi atau Pembenaran.
Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya
boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan diketahui bahwa
manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang dapat
ditimbulkan.

b. Asas Optimisasi.
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan
serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
c. Asas Pembatasan Dosis Perorangan.
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu
kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang

3.8.

Pengertian Mobile Unit x-ray


Mobile Unit x-ray bisa didefinisikan sebagai seperangkat unit x-ray yang memiliki roda,

yang mampu dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dengan relatif mudah. Tujuan utama
penggunaan mobile unit x-ray yaitu untuk mendiagnosa penyakit pada organ tubuh bagian
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 29

dalam dengan bantuan sinar x dengan pembangkit tegangan tinggi yang merupakan pengisian
muatan pada kondensator, x ray ini dioperasikan oleh baterai. Digunakan untuk tindakan
radiography dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
Pesawat x-ray mobile merupakan pengembangan dari teknologi pesawat rontgen. Pada
umumnya, pesawat rontgen tidak dapat digerakan atau dengan kata lain hanya diam di satu
tempat. Yang seperti ini biasa disebut Stasionery x-ray Unit. Sedangkan mobile unit x-ray adalah
pesawat rontgen konvensional yang bisa digerakan atau dipindahkan . Proses terjadinya x-ray
pada mobile unit
Pada dasarnya proses terjadinya x-ray pada pesawat rontgen mobile unit sama dengan
pesawat konvensional lainnya. Kebanyakan diagram tabung sinar-x memperlihatkan sinar-x
sebagai bentukan pola segitiga yang teratur seperti yang dihasilkan pada tititk fokus. Hal ini
memberikan tujuan yang baik dalam hal penekanan tentang kerja radiasi sinar-x diluar tabung.
Tetapi radiasi sebenarnya tidak seperti itu. Sebenarnya, sinar-x itu seperti cahaya tampak yang
dalam penyebarannya dari sumber melalui suatu garis lurus yang menyebar ke segala arah
kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-x. Karena alasan tersebut maka tabung sinar-x
ditutup dalam satu rumah tabung logam yang mampu menghentikan sebagian besar radiasi sinarx, hanya sinar-x yang berguna yang dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window.
Sinar-x yang berguna tadi disebut sebagai berkas primer. Berkas sinar yang terletak pada tengah
garisnya ini disebut central ray.
Bagian-bagian x-ray mobile

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 30

Gambar 13. Model bagian-bagian mobillet unit x-ray


Keterangan :
1. Tabung sinar-x
2. Kolimator
3. Lengan penopang
4. Handswitch

5. Panel kontrol
6. Pegangan kemudi
7. Bok kaset
8. Generator tegangan tinggi

1. Tabung Sinar-X
Tabung sinar-X merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-X. Di dalam
tabung sinar-X terdapat katoda dan anoda. Katoda adalah tempat elektron-elektron
dihasilkan. Katoda terbuat dari filamen tungsten. Anoda merupakan sasaran dari elektronelektron yang dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda disebut bidang fokus
(focal spot). Bagian ini adalah tempat terbentuknya sinar-x.

Gambar 14. Tabung sinar x , tempat terbentuknya sinar x


2. Kolimator

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 31

Kolimator adalah bagian yang membatasi jumlah sinar-x yang keluar sesuai dengan luas
dari objek yang dirontgen.
3. Lengan Penopang
Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat disesuikan dengan
posisi dan jarak objek yang akan dirontgen. Lengan penopang memiliki berbagai gerakan.
4. Panel Operasi
Panel operasi adalah bagian untuk pengaturan tegangan tabung dan arus filamen.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut : Indikator standby, display kV, indikator ready,
tombol setting mAs, indikator x-ray, display mAs, indikator call service, tombol lampu,
tombol power, kunci kontak, tombol setting kV dan generator tegangan tinggi.

Gambar 15. Panel operasi

5. Generator Tegangan Tinggi


Generator tegangan tinggi adalah bagian yang mensuplai tegangan tinggi ke tabung
sinar-x.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 32

6. Handswitch
Handswitch adalah saklar tangan yang digunakan untuk proses pembangkitan sinarx.
7. Pegangan Kemudi
Pegangan kemudi adalah pegangan yang digunakan saat memindahkan pesawat.
8. Box Kaset
Box kaset adalah tempat untuk meletakkan kaset saat pesawat dipindahkan.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 33

BAB 4
MATERI KEGIATAN

4.1.

Pertemuan Minggu Pertama

Waktu

: 11 Januari-15 Januari 2016

Jam

: 07.00-15.00

Materi :
Materi PKL dalam minggu pertama yaitu pengenalan BHD (Bantuan Hidup Dasar). BHD
atau dalam bahasa inggris bisa disingkat BLS (Basic Life Support) adalah kemampuan untuk
memberikan pertolongan pertama pada orang yang mengalami gagal jantung atau henti nafas.
Kemampuan dalam melaksanakan prosedur BHD ini wajib dimiliki seluruh tenaga medis di
rumah sakit. Prosedur pelaksanaan BHD ada beberapa tahap, yaitu :
1. Pastikan terlebih dahulu orang yang pingsan tersebut mengalami gagal jantung, henti
nafas, atau keduanya. Dengan melihat gerak nafas pada rongga dada dan pada hidung
dengan menempelkan telingga tepat di depan hidung orang yang pingsan. Apabila
masih ada nafas bisa dipastikan orang tersebut hanya tertidur.
2. Jika orang yang pingsan tidak menghembuskan nafas dan rongga dada tidak bergerak
bisa dipastikan orang tersebut henti nafas. Ada 2 kemungkinan penyebab berhentinya
nafas yaitu karena tersedak makanan atau karena jantung sudah tidak berdenyut.
3. Segera cek denyut jantung dengan cara meletakkan 2 jari kita pada kelenjar tiroid yang
terdapat pada leher sebelah kanan. Apabila masih ada denyutan maka orang tersebut
bisa dipastikan henti nafas karena tersedak.
4. Cara menolong orang tersedak yaitu dengan memompa dengan kedua tangan bagian
perut orang tersebut, hingga makanan dalam saluran pencernaan yang menghalangi
jalan nafas bisa keluar.
5. Apabila kelenjar tiroid tidak berdenyut, maka kita harus segera melakukan pompa
jantung pada orang tersebut dengan terlebih dahulu meletakkannya pada tempat yang
datar dan membebaskan jalan nafasnya dengan membuka bajunya dan mendongakkan
kepalanya.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 34

6. Pompa jantung dilakukan dengan menekan bagian tengah rongga dada tepat pada posisi
jantung. Posisi tangan yang lemah dibwah dan posisi tangan yang kuat diatas dan posisi
badan kita tegak lurus dengan tubuh orang yang dipompa jantung.
7. Pompa jantung dilakukan dengan kecepatan 1 tekanan per detik, tiap 30 tekanan pasien
diberi nafas buatan melalui mulut sebanyak 2 kali hembusan.
8. Seluruh prosedur diatas dilakukan secara urut dan ketikaa sedang melakukannya, kita
wajib minta pertolongan pada orang lain dengan berteriak. Prosedur BHD ini selesai
apabila petugas medis sudah datang.
BHD ini penting bagi tenaga medis, karena dengan pegetahuan BHD potensi untuk
menyelamatkan nyawa seseorang jauh lebih besar. BHD juga banyak diterapkan tidak hanya
dilingkungan medis, tetapi juga di seluruh perusahaan dan instansi pemerintahan. Pada minggu
pertama ini saya juga dikenalkan pada Instalasi Radiologi dan Instalasi Unit Gawat Darurat.
Peralatan yang terdapat didalam instalasi radiologi sudah dijelaskan didalam bab 2. Untuk
Instalasi Gawat Darurat terdapat 3 alat radilogi yang pertama yaitu ct scan single slice, general xray dan mobile unit x-ray. Pada PKL kali ini saya melakukan penelitian mengenai maping
peralatan mobille unit x ray dikamar pasien dan commissioning measurements terhadap mobille
unit x ray, oleh sebab itu pada minggu pertama ini saya mengidentifikaasi peralatan mobille unit
x ray.
Sejarah perkembangan mobille unit x-ray dimulai tahun 1914, oleh seorang tenaga medis
berkembangsaan Prancis yaitu Marie curie, beliau adalah wanita yang meluncurkan sebuah
proyek untuk membangun layanan radiologi untuk tentara Perancis dan membawa mesin x-ray
dekat ke medan perang. Dengan mengkonversi sebuah kendaraan menjadi unit x-ray mobile dan
bekerja dengan produsen peralatan x-ray untuk mendapatkan mesin yang cocok. Peralatan ini
bekerja dengan memanfaatkan sumber energi listrik untuk mendapatkan portabel generator
listrik . Dari bahan-bahan tersebut ia mampu membuat unit radiologi lapangan yang efektif. Pada
akhir perang ia telah membangun dua puluh unit radiologi mobile. Pada tahun 1917 dan 1918 ia
berhasil memasarkan hasil inovasinya lebih dari satu juta unit mobile x-ray. Ia berfikir semakin
banyak yang memiliki x-ray di dekat medan perang berarti dokter dapat menemukan dan
mengobati luka dengan lebih cepat dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Unit mobile x ray
milik Curie akhirnya terus di kembangkan dan menjadi lebih modern. Penelitian terbaru

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 35

mengenai mobile unit x ray yaitu dengan semaikn kecilnya ukuran seperangakat mobile unit x
ray, sehingga dapat di masukkan kedalam suatu tempat yang mudah di bawa kemana saja.
Di minggu pertama ini dilaksanakan pengenalan pada alat yang akan digunakan untuk
observasi yaitu MOBILETT XP Hybrid Unit X-Ray (30 kW)

.
Gambar 16. Mobilett XP Hybrid Siemens unit x-ray

Berikut spesifikasi Mobile Unit x-ray yang saya observasi:


Rumah Tabung

Praktik Kerja Lapangan 2016

MOBILETT XP Hybrid
Page 36

Stabilisator

Micropocessor controlled dan regulasi selama


paparan

Mesin Rumah Tabung X-ray

Siemens P135/30 R

Rotasi Anoda

9,000 r.p.m 142 Hz (sudut anoda 150)

Kapasitas penyimpanan panas pada anoda

90,000 J = 122,000 HU

Kapasitas penyimpanan panas pada rumah tabung

800,00 J =1,100,000 HU

Sistem filtrasi
Kolimator

Min 2,0 mm AI (at 70 kVp)

Penggunaan rumah tabung

Min 1,9 mm AI (at 70 kVp)

Total

Min 3,9 mm AI

Kolimator

Bergerak manual dengan kemampuan rotasi 900

Cahaya kolimator dan intesitas cahaya lapangan

Lampu halogen min. 180 lux

Penggunaan Rumah Tabung

Temperatir maxsimal 600 C, paparan maksimal


2000 mAs/jam.

Besar kebocoran tabung

133 kVp/ 10 mAs, 200 paparan per jam

Mesin penggerak
Kecepatan bergerak

0,5-1,35 m/s

Kemiringan maksimal

70

Sumber Daya
Baterai

Kapasitas total 168 Ah


Otomatis pengisian baterai ketika lampu indicator
menyala
Operasi menggunakan arus AC, Yuasa:NP 7-12 L

Waktu pengisian daya

4-5 jam (typical) , 12 jam untuk pengisian penuh

Remote kontrol
Penyesuaiaan

Penyesuaian menggunakan seluruh sistem


teknologi remote pengubah paparan

Teknologi

Menggunakan berkas cahaya inframerah, mampu

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 37

beroprasi menembus kaca.


Jarak pengoprasian

Mencapai 36 kaki / 10,9 meter

Radius pengoprasian

1800 , sensor remote diarahkan didepan tabung


kolimator.

Perlengkapan DAP (Dose Area Product)


Teknologi

Ionisasi chamber, panel kontrol

Filtrasi

< 0,4 mm AI

Waktu warm up

Siap digunakan setelah 10 detik dinyalakan, untuk


mendapat tingkat akurasi yang baik yaitu
digunakan setelah 15 menit dinyalakan.

Transmisi cahaya chamber

70 %

Resolusi DAP

0,1 Gym2

Besar DAP Maksimal

1 x 106 Gym2

Tabel 2. Spesifikasi Mobilett Siemens XP Hybrid Unit x-ray


Mobille unit x-ray ini diproduksi oleh perusahaan Siemens. Ada 3 jenis mobile unit x-ray
yang di produksi oleh Siemens yaitu mobillet XP, Mobillet XP Hybrid, dan Mobillet XP Eco.
Untuk jenis Mobillet XP Hybrid memiliki tingkat radiasi sedang, yaitu pada kolimator nya
mampu memancarkan radiasi maksimal sebesar 1 x 106 Gym2. Mobillet XP Hybrid mampu
melakukan setidaknya 2000 kali paparan dalam kurun waktu 1 jam, kemampuan ini sudah
melebihi kebutuhan yang ada di rumah sakit umum haji Surabaya ini. Mobille unit ini setiap
harinya digunakan lebih dari 5 kali dan membutuhkan waktu 4-5 jam untuk pengisian dayanya
setiap hari. Perancangan design mobile unit x-ray yang mirip dengan jerapah diharapkan mampu
menghilangkan rasa cemas dan khawatir pada pasien tentang bahaya radiasi yang dikeluarkan
oleh alat tersebut.
Kelebihan mobile unit ini dengan mobile unit yang lain adalah terdapat pada tombol
pemroses paparan nya. Pada Mobillet XP Hybrid terdapat 2 tombol pengaktif paparan, yaitu
dengan tombol yang terhubung langsung ke alat dan tombol paparan melalui remote kontrol.
Penggunaan remote kontrol lebih sering digunakan dalam pelaksanaan paparan radiasi, karena
dengan menggunakan remote kontrol jarak radiographer dengan kolimator bisa lebih jauh jika
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 38

dibandingkan dengan menggunkan tombol paparan yang terhubung langsung dengan alat.
Remote kontrol mampu dioprasikan dengan jarak hingga 10,9 meter dari kolimator. Mobillet XP
Hybrid memiliki kecepatan bergerak antara 0,5 1,35 m/jam. Dengan kemampuan ini
dibutuhkan waktu 5 menit waktu perjalanan untuk bisa sampai di ruang pasien yang berada di
lantai 3. Mobille unit x ray di rumah sakit haji Surabaya terdapat di ruang instalasi gawat
daraurat dan dalam pengawasan Kepala Instalasi Radiologi. Mobille unit x-ray hanya boleh
dioprasikan oleh petugas radiographer yang sudah terjadwal.
Dalam menerapkan prinsip prinsip fisika dalam menjalankan prosedur radiodiagnostik,
perlu adanya pengetahuan tentang interaksi antara radaisi yang terhambur dari pesawat
radioterapi dengan materi tubuh manusia. Inilah yang melandasi adanya efek biologis yang
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh manunsia. Hal ini harus dihindari karena berbagai gejala
penyakit muncul pada tubuh manusia akibat papran radiasi yang intensif.
Sinar x berinteraksi dengan tubuh manusia dan menghasilkan efek biologi, hal ini telah
disadari sejak penemuannya. Efek awal yang diketahui terlebih dahulu yaitu munculnya bercak
kemerahan pada kulit setelah lama tekena paparan radiasi. Paparan radiasi yang berlebihan
dengan dosis kecil mampu mnyebabkan induksi kanker pada kulit atau darah bahkan pada
keduanya yang sanggup menyebabkan kematian. Kegiatan penelitian, observasi, dan pelayanan
kesehatan yang menggunakan radiologi, rentan terkena paparan radiasi dengan dosis kecil tetapi
intensif.
Dalam konsep fisika apabila radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang
dapat terjadi yaitu berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika
berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses
ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang
akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan
radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan
muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini
merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis
yang merugikan.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 39

Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat
pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi
pengion menembus

jaringan,

maka

dapat

mengakibatkan

terjadinya

ionisasi

dan

menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom
oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah
molekul-molekul penting dalam sel. Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang
yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada
dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri,
sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak
berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat
menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang
abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang
diberikan, dan bergantung pula pada lajunya, apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu
seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh
tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa
persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam
waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang
waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 4 Sv (350 400 rem) yang diberikan seluruh
tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu
30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu
tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan
yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh
tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 40

karena terjadinya kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan.
Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy
tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya
tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke
seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5
Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama
jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul. Efek radiasi yang langsung
terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi
suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka
waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai
contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena
dosis radiasi 5 Sv atau lebih. Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama
(tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga
tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel
tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam
jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai
periode laten.
Efek radiasi yang tidak langsung terlihat disebut Efek Stokastik. Efek stokastik ini tidak
dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya
juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini
mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi
akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2
tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau
lebih.
4.2.

Pertemuan Minggu Kedua

Waktu

: 18 Januari-22 Januari 2016

Jam

: 07.00-15.00

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 41

Materi :
Pada Minggu kedua ini kegiatan yang dilakukan yaitu mempelajari cara mengoprasikan
Mobille Unit x-ray. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum alat digunakan pada pasien yaitu
terlebih dahulu petugas radiografer melaksanakan check up alat untuk memastikan bahwa tingkat
keakurasian menjadi normal. Check up mobille unit x ray dilakukan dengan cara menghidupkan
alat dan membiarkannya selama 15 menit sebelum digunakan untuk memeriksa pasien. Hal ini
dilakukan agar mesin dan generator didalam mobile unit x ray melakukan warm up.
Untuk menggurangi tingkat kegagalan dalam proses pemaparan maka langkah-langkah
dibawah ini harus dilakukan secara urut dan benar. Urutan proses pemaparan yang benar yaitu
sebagai berikut :
1. Hubungkan injector mobile unit x-ray dengan sumber arus listrik apabila sumber
tegangan dalam alat habis atau kurang dari 10%.
2. Tekan tombol ON.
3. Atur kv dan mAs, dengan menekan tombol panah up dan down pada display..
4. Atur posisi kolimator tepat berada ditengah bagian tubuh yang akan dilakukan
pemaparan.
5. Letakkan kaset dibawah tubuh pasien dengan posisi tepat dengan daerah kolimasi.
6. Jalankan SOP proteksi radiasi dengan menghindarkan pengunjung rumah sakit dan pasien
lain dari paparan radiasi sejauh mungkin.
7. Gunakan apron sebagai alat pelindung untuk pekerja radiasi dari paparan radiasi.
8. Untuk meningkatkan keselamatan terhadap paparan radiasi, pekerja radiasi disarankan
untuk menjauh dari kolimator minimal 3 meter.
9. Tekan tombol paparan (handwitch) dalam posisi , dan lihat lampu indikator sampai
menyala.
10. Pemaparan siap dilakukan dan selesai ketika terdengar bunyi indicator paparan.
11. Turunkan besar kV dan mAs pada alat.
12. Tekan tombol OFF untuk mematikan mobile unit x-ray.
13. Kembalikan posisi kolimator seperti semula dan letakkan kaset yang telah di gunakan
untuk pemaparan ditempat yang telah tersedia.
Urutan penggunaan alat mobile unit x-ray ini sesuai dengan peraturan pemerintah no 33
tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif. Pada PP No.
33 tahun 2007 ini juga sudah di tetapkan seluruh sistem kerja dan keselamatan kerja dari semua
alat yang memanfaatkan sumber radiasi.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 42

Dalam pelaksanaan proses paparan ada beberapa teknik yang sering dilakukan ketika
melakukan citobed didalam kamar pasien. Teknik yang digunakan dalam melaksanakan
pemaparann disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pasien dalam memposisikan
tubuhnya ketika dilakukan pemaparan. Teknik yang biasa digunakan yaitu dengan mengubah
posisi tempat tidur pasien atau mengubah posisi kolimator. Pada beberapa kasus pengambilan
foto thorak ada 2 teknik yang digunakan yaitu yang pertama dengan memposisikan kolimator
dengan tubuh pasien secara tegak lurus, dengan cara ini posisi tempat tidur pasien tetap dan
lengan kolimator yang diposisikan sedemikian rupa sehingga tepat berada tegak lurus diatas
tubuh pasien. Teknik yang kedua yaitu dengan memposisikan meja pasien membentuk sudut 450
dari posisi kolimator sehingga posisi mobille unit menghadap tubuh pasien yang setengah duduk.
Moving alat atau membawa mobile unti x-ray ke dalam kamar pasien juga menggunakan
beberapa teknik, dikarenakan ruangan pasien yang relative jauh dan harus melewati lift.
Menggerakkan mobile unti x-ray dapat menggunakan semacam tombol handling yang berada di
balik pegangan mobile unit x-ray. Ketika tombol ditekan dan diputar kearah depan, maka mobile
unit akan bergerak secara otomatis maju kedepan dan operator hanya mengarahkan gerak mobile
unit. Sedangkan ketika tombol di tekan dan diputar kearah belakang maka secara otomatis
mobile unit akan bergerak mundur. Untuk pengererman bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu yang
pertama dengan melepaskan tombol sehingga mobile unit berhenti bergerak, dan yang ke dua
yaitu dengan menekan tombol berlawanan arah dengan gerak mobile unit. Kecepatan gerak
mobile unit yaitu 0.51.35 m/s dengan kecepatan ini dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk
sampai kekamar pasien yang berada dilantai 3. Dari konsep moving alat seperti ini dirasa sudah
cukup membantu, karena meringankan beban saat mendorong mobile unit yang memiliki massa
cukup berat yaitu 206 kg. Akan tetapi pada saat proses moving terdapat beberapa kendala yang
dialami oleh operator seperti suara keras yang ditimbulkan mobile unit ketika melewati lift,
sehingga mengejutkan pasien lain dan pengunjung rumah sakit. Hal ini terjadi karena tidak
adanya sistem pegas atau shock breaker di bagian roda mobile unit.
Komponen perlengkapan yang digunakan untuk menunjang keberhasilan dalam proses
pemaparan yaitu;
4.2.1

Apron

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 43

Apron adalah salah satu proteksi tubuh yang digunakan untuk


pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tegangan puncak radiasi sinar x
hingga 150 kVp dengan tebal bahan sekurang kurangnya 0,5 mm lempengan
Pb.

Gambar 17. Apron sebagai pelindung dari radiasi sinar x


4.2.2

Computer Radiography
Dengan menggunakan computer radiography lebih memudahkan seorang
radiographer dalam mengolah gambar yang telah didapat dari proses paparan.
Komputer radiografi ini telah terinstall sebuah aplikasi khusus yang membantu
seorang radiographer dalam proses editing film sebelum diserahkan kepada pasien
yang bersangkutan agar mudah dibaca oleh dokter. Komputer radiografi juga
mampu memfokuskan gambar yang sebelumnya kurang jelas, dan juga
memberikan tanda atau keterangan pada bagian-bagian tertentu apabila terdapat
kelainan pada bagian tersebut. Biasanya tanda dan keterangan diberikan oleh
radiografer apabila ada kelainan pada struktur tubuh pasien seperti fraktur/ patah
tulang, kangker, tumor, dan kelainan lain. Setelah dirasa gambar sudah memiliki
kualitas bagus dan jelas maka proses selanjutnya adalah pencetakan pada Film
Radiografi.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 44

Gambar 18. Komputer radiografi sebagai penunjang kualitas hasil exsposure

4.2.3

Printer Film
Printer film radiologi yang digunakan di rumah sakit umum haji Surabaya
adalah tipe printer DRYSTAR 5320. DRYSTAR 5302 adalah multi-format imager
digital yang menghasilkan kualitas gambar yang tajam. Fleksibilitas dari printer
ini adalah alat ini mampu memberikan hasil dengan kecepatan tinggi dan dapat
menangani beragam format cetak. Kemampuannya untuk menggabungkan fitur
dari teknologi pencitraan digital langsung, media dan imager. Fitur lain dari alat
ini adalah ukurannya yang ringkas yang memungkinkan untuk disimpan di mana
saja, menghemat ruang di laboratorium dan klinik. Selain itu, perangkat ini
mampu menghasilkan dua ukuran media online.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 45

Gambar 19. Printer film sebagai fiksasi hasil dari proses exsposure

4.2.4

Film
Film yang digunakan untuk mencetak hasil dari paparan terbuat dari
lapisan bahan supercoat yang berfungsi sebagai pelindung emulsi film. Emulsi
film sendiri tebuat dari silver bromida. Sedangkan alas film terbuat dari polyster
base. Dilihat dari tingkat kepekaannya film yang digunakan dibagi menjadi 2 jenis
yaitu green sensitive dan blue sensitive. Di RSU Haji Surabaya menggunakan
blue sensitive.

Gambar20. Blue Sensitive Film


4.2.5

Image Reseptor
Image reseptor ini merupakan detector sinar x, yang mampu menggantikan
peran dari film dan kaset yang biasa digunakan dalam radiografi konvensional.
Teknologi yang digunakan pada image reseptor yaitu flat panel detector. Flat
panel detector atau bisa disingkat FPDs ini terbuat dari 2 panel tipis yang terbuat
dari bahan amarphous silicon (a-Si) yang merupakan bahan penangkap tidak

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 46

langsung sinar-x, karena terlebih dahulu sinar-x yang melewati image rseptor
diubah dalam bentuk cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan
photodioda, dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal digital yang
kemudian dibaca oleh charged couple device yang terdapat dalam komputer
radiografi.

Gambar 21. Image reseptor sinar x

Persiapan alat di kamar pasien ada beberapa tahap. Persiapan ini dilakukan bertujuan
untuk meminimalkan paparan radiasi terhadap pengunjung rumah sakit atau pasien lain, dan
memaksimalkan hasil pengambilan foto.
Beberapa tahap yang selalu dilakukan oleh seorang radiographer sebelum
melaksanakan proses pemaparan yaitu ;
1. Mengamati terlebih dahulu tata letak ruangan pasien
2. Menempatkan mobile unit x-ray pada posisi disamping atau di depan meja pasien,
hal ini bergantung pada tata letak kamar pasien.
3. Memposisikan meja pasien dengan sudut 450 dengan menggunkan teknik
setengah duduk apabila memungkinkan, karena dengan posisi sepert ini hasil foto
lebih maksimal dan mengurangi resiko paparan radiasi terlalu luas.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 47

4. Apabila pasien tidak dimungkinkan untuk posisi setengah duduk maka pemaparan
dapat dilakukan dengan teknik pertama yaitu dengan memposisikan pasien tegak
lurus dengan kolimator.
5. Memperkirakan besar Kv dan mAs yang akan digunkan, besar Kv dan mAs
bergantung pada kondisi pasien saat itu, berat badan, dan umur pasien.
6. Menyalakan sinar kolimator untuk diarahkan pada posisi yang akan dipapar.
7. Pemaparan dapat dilakasanakan melalui 2 tombol , yaitu tombol yang terhubung
langsung dengan alat atau dengan remote kontrol.
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh para pekerja radiasi dalam melindungi diri sendiri
dan orang lain yang berada disekitar paparan radiasi. Proteksi radiasi sangat penting diterapkan
dalam setiap prosedur atau tindakan yang melibatkan alat alat penghasil radiasi. Di dalam
rumah sakit haji Surabaya perlindungan terhadap paparan radiasi telah diterapkan dengan tepat.
Cara yang dilakukan oleh para pekerja radiasi di Rumah Sakit Haji Surabaya untuk melindungi
diri, pasien dan pengunjung rumah sakit dari paparan radiasi yaitu dengan :
1. Menggunakan apron
Apron adalah pelindung wajib yang digunakan oleh para pekerja radiasi. Apron
terbuat dari berbagai macam jenis bahan, yang paling baik adalah apron yang terbuat
dari bahan Pb setebal minimal 3 mm. Apron yang digunakan saat pemeriksaan harus
menutupi 2 bagian tubuh yang penting yaitu gonat dan kelenjar tiroid. Penggunaan
apron juga diberikan kepada pasien yaitu bagian gonat, untuk menghindari efek dari
radiasi hambur .
2. Menggunakan papan penahan radiasi (shilding)
Papan penahan radiasi terbuat dari bahan kayu setebal 1mm dan didalamnya
terdapat pb setebal 3 mm. dengan papan penahan radiasi ini, mampu mereduksi
paparan radiasi hingga 80%. Papan penahan radiasi biasa dipasang sejauh 3 meter
dari kolimator dan diletakkan di depan meja jaga dokter atau perawat. Papan penahan
radiasi ini dirasa cukup efektif untuk melindungi para tenaga medis dan pasien lain
dari paparan radiasi, akan tetapi massa yang terlalu besar dan ukuran papan penahan
radiasi yang tidak memungkinkan untuk dibawa kemana saja sering kali tidak di
gunakan dalam beberapa tindakan pemeriksaan di kamar pasien.
3. Memaksimalkan jarak
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 48

Dengan memaksimalkan jarak dengan pusat radiasi diharapkan mampu


meminimalisir paparan radiasi terhadap tubuh. Saat melakukan pemaparan,
radiographer memposisikan diri sejauh 3 meter dari kolimator sedangkan untuk
pekerja medis lain dan para pengunjung rumah sakit diinstruksikan untuk menjauh
dari ruangan pasien atau keluar dari ruangan. Minimal jarak yang sering
diinstruksikan yaitu 5 meter. Penetapan jarak aman ini berdasarkan persamaan laju
dosis hamburan radiasi yaitu,:

Dr . r 2=K

(4)

Dari persamaan (4) menunjukkan bahwa besar laju dosis radiasi (Dr) berantung
pada besarnya tetapan energi yang dikeluarkan sumber radiasi (K) dibagi kuadrat
jarak dari sumber radiasi. Hal ini menunjukkan jika jarak diperbesar 2 kali dari
sumber radiasi maka laju dosis nya akan berkurang hingga kalinya dan apabila
jarak diperbesar 3 kali maka laju dosis akan berkurang hingga 1/9 kalinya.
4. Meminimalkan dosis
Dengan mensetting besar kV dan mAs pada mobile unit x ray sesuai dengan
kebutuhan dengan mempertimbangakan faktor-faktor keberhasilan paparan, sehingga
mampu memperkecil dosis hamburan sinar x. Meminimalkan dosis radiasi juga dapat
di lakukan dengan mempersingkat waktu paparan.
Dalam prinsip fisika salah satu karakter sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus
bahan, tetapi hanya yang benar-benar gelombang sinar-x saja yang mampu menembus objek
yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang
mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan
tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Faktor diatas merujuk pada rumus penyerapan radiasi oleh suatu bahan yaitu,:
I =Io . exp(t )
(5)

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 49

Persamaan (5) menunjukkan bahwa besarnya penyerapan bergantung pada koefisien


pelemahan () yang tiap bahan memiliki nilai yang berbeda-beda. Persamaan ini juga digunakan
untuk menghitung besar ketebalan bahan yang akan digunakan sebagai shilding. Setelah sinar-x
yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah
ditembus sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan kuantitas sinar x sehingga
film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat
menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar
sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu
berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang bergantung pada nomor atom, jenis obyek,
dan ketebalan bahan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Semakin pendek panjang gelombang sinarx (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus
bahan. Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan yaitu unsur yang mempunyai
lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada
satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan mempunyai kesamaan
efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat
timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air.
Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, ada satu hal yang harus
dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya
mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur
pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x yaitu seperti
tulang yang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging dan otot/daging lebih banyak
menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan
terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang
normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulangtulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulangtulang di usia yang lebih muda.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan
sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang
digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu,
mA, jarak dan jenis film yang digunakan.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 50

4.3.

Pertemuan Minggu Ketiga

Waktu

: 25 Januari-29 Januari 2016

Jam

: 07.00-15.00

Materi :
Pada minggu ketiga aktivitas yang dilakukan adalah mengambil data di kamar pasien, dengan
mencatat beberapa hal penting yang akan saya observasi. Saya mengambil data dari 6
pemeriksaan dikamar pasien yang telah tersaji dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Data hasil pengamatan di kamar pasien


Dari data diatas saya mencoba menganalisis dengan mengacu pada jurnal yang telah disusun
oleh Pratama Kurnia wisnubarata manahsiswa FKM UI yang berjudul Analisis Jarak Aman
Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP di Unit ICU Rumah
Sakit Tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa jarak 100cm, 200 cm, 300 cm, 400 cm dari
kolimator merupakan jarak yang tidak aman dari pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa
proteksi radiasi bagi pasien, lingkungan sekitar, radiographer, dan petugas kesehatan lainnya.
Dari kesimpulan ini akan di bahas pada bab 5 untuk proteksi radiasi di kamar pasien.
Pada minggu ketiga ini juga dipelajari istilah pemaparan atau sering diartikan dengan
menekan tombol penuh sebagai proses penentu hasil paparan yang didapat. Dalam menjalankan
proses paparan juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan, diperlukakn ketelitian dan
keahlian khusus. Pada proses paparan terjadi peristiwa pengumpulan sinar x dalam tabung
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 51

katoda dan terpancarnya sinar x keluar tabung. Peristiwa paparan terjadi secara berurutan sebagai
berikut :
1. Rangkaian tegangan tinggi tersambung, (tegangan dalam kV, Anoda (+), katode (-),
sehingga terjadi daya tarik elektron bebas ke arah anoda .
2. Elektron bebas berloncatan menuju anoda (disebut arus tabung dalam satuan mA yang
menumbuk bidang target).
3. Hasilnya adalah panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
4. Kejadian tersebut hanya berlangsung selama kurang dari 1 detik sesuai dengan
pengaturan waktu paparan (dalam S)
Karena proses paparan terjadi sangat singkat sehingga pelaksanaannya pun harus dilakukan
dengan cepat, hal ini selain untuk menghindari paparan radiasi yang terlalu lama tetapi disisi lain
waktu saat pemaparan juga menentukan kualitas hasil foto.
Pembacaan film hasil proses paparan dilakukan oleh seorang radiogreafer atau dokter. Dari
beberapa film hasil pencitraan Thorax AP pada beberapa pasien teradapat kelainan yang tampak
seperti pada pasien degan penderita Tuberkulosis pada foto thorax AP terlihat ada bercak hitam
disekitar paru-paru kanan atas.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 52

Gambar 22. Hasil Exsposure thorax AP pada penderita tuberculosis


Pada pasien penderita efusi plura terlihat terjadi pembengkakan pada daerah rongga pleura,
pembengkakan ini terlihat sangat terang akibat dari kandunga cairan plura yang abnormal.

Gambar 23. Hasil Exsposure thorax AP pada penderita efusi pleura


Pada kasus pasien penderita kanker akan tampak sangaat jelas seperti terdapat bulatan
besar ditengah paru-paaru. Apabila kanker masih kecil akan tampak seperti bercak hitam. Akan
tetapi jika kanker sudah mulai mebesar pada film akan muncul bulatan besar yang samar samar.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 53

Gambar 24. Hasil Exsposure thorax AP pada pasien penderita kanker

4.4.

Pertemuan Minggu Keempat

Waktu

: 1 februari 5 februari 2016

Jam

: 07.00-15.00

Materi :
Pada minggu terakhir yang dilakukan adalah mempelajari bagaimana cara agar proses
pemaparan dikatakan berhasil dan memenuhi permintaan pasien atau dokter. Pertama yaitu
dengan memastikan bahwa mobile unit x ray telah melalui proses warm up sebelum digunakan
pada pasien. Proses pemaparan harus sesuai dengan prosedur yang telah di jelaskan. Hasil dari
pemaparan diedit sedemikian rupa pada computer radiografi sehingga mampu dianalisis.
Keberhasilan proses paparan ditandai dengan tidak adanya artefak atau bercak yang
mengaburkan gambar pada film. Biasanya artefak juga diartikan sebagai gangguan yang mucul
pada film akibat dari kesalahan prosedur dalam pemaparan.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 54

Gambar 25. Perbedaan foto Thorax AP normal (A) dan Foto thorak AP dengan artefak
(B)
Pada gambar (25) terdapat perbedaan yang mecolok antara foto throrak AP normal dan
foto thorak AP berartefak. Pada foto thorak AP berartefak tidak tampak dengan jelas bagian dari
rongga dada dan struktur tulang tidak tampak jelas. Perpendaran seperti ini yang membuat
analisis penyakit lebih sulit.
Proses pelaksanaan kalibrasi pada alat mobile unit x ray di RSU Haji Surabaya
dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh BAPETEN ( Badan Pengawas Tenaga Nuklir ). Sehingga
observasi mengenai kalibrasi mobile unit x ray tidak bisa dilakukan, akan tetapi diminggu
keempat telah dipelajari bagaimana menjalankan quality control yang dilaksanakan pada mobile
unit x ray. Dengan menjalankan quality control secara berkala mampu memperpanajng umur alat
dan mencegah kebocoran tabung sianr x. Berikut ini saya sajikan periode perawatan dan
pengecekan bagian dari mobile unit x ray :

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 55

No
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Kegiatan Pemeliharaan
Cek dan bersihkan seluruh bagian alat
Cek keseimbangan
Cek system pengerahan :
Tube Stand
Tube Arm
Bucky Table
Cek fungsi tombol KV, mAs, expose
Cek fungsi colimator
Cek muatan dan kondisi ACCU atau Baterai
Cek fungsi tombol charge dan discharge
Cek system catu daya
Uji kinerja alat
Cek gerakan dan pengunci tabung X-Ray tube
Cek tombol pengendali dan pengereman
Cek fungsi indikator
Lakukan pengukuran arus bocor dan tahanan
ground
Cek kondisi HT cable
Lakukan kalibrasi alat

Periode
1 bulan
1 bulan
1 bulan

3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
1 tahun
1 tahun
1 tahun
1 tahun

Tabel 4. Periode pelaksanaan quality control


Kelebihan penggunaan mobile unit x ray yaitu alat ini mampu bergerak secara mobile
sehingga sangat membantu pasien dengan kondisi kritis dan tidak memungkinkan untuk dibawa
ke ruang general x ray untuk melakukan diagnosa. Kelebihan yang lain yaitu alat ini tidak
membutuhkan perawatan dan kalibrasi yang detail dalam setiap hari nya berbeda dengan general
x ray yang membutuhkan kalibrasi alat sebelum digunakan pada pasien, dan resiko kebocoran
tabung lebih besar terjadi pada general x ray karena tingkat radiasi yang digunakan juga tinggi.
Kekurangan yang dimiliki mobile unit x ray ini yaitu daya tembus sinar x yang
dikeluarkan oleh mobile unit x ray tidak mampu menghasilkan kualitas pencitraan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan menggunakan general x ray, dan dosis hamburan radiasi yang
dikeluarkan oleh mobile unit x ray rentan menganai pasien lain yang berada disekitar pasien
yang sedang di foto rontgen.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 56

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1

Pengertian Mobile Unit X ray


Mobile Unit x-ray bisa didefinisikan sebagai seperangkat unit x-ray di atas roda yang

mampu dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dengan relatif mudah, memiliki ukuran
yang lebih besar dari sebuah portabel karena memiliki output yang lebih tinggi dan lebih
canggih. Tujuan utama penggunaan mobile unit x-ray yaitu untuk mendiagnosa penyakit
pada organ tubuh bagian dalam dengan bantuan sinar x dengan pembangkit tegangan tinggi
yang berisi muatan pada kondensator, x ray ini dioperasikan oleh baterai. Digunakan untuk
tindakan radiography dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
5.2

Sejarah Munculnya dan Perkembagan Mobille Unit X ray


Pada pecahnya Perang Dunia I pada Agustus 1914 banyak rumah sakit di banyak

negara telah memiliki mesin x-ray. Akan tetapi mesin ini jauh dari medan perang di mana
banyak orang yang mengalami cedera parah hingga menyebabkan banyak kematian karena
penanganan pemeriksaan yang tidak maksimal, karena keadaan perang yang terjadi berlarutlarut dan korban jiwa semakin banyak. Para tenaga medis menyadari bahwa banyak nyawa
yang seharusnya dapat diselamatkan jika patah tulang atau pun luka akibat tembakan cepat di
diagnosis oleh x-ray.
Salah satu dari tenaga medis tesebut adalah Marie Curie . Pada tahun 1914 Curie
menjadi salah satu wanita paling terkenal di dunia. Delapan tahun sebelum ia menjadi wanita
pertama yang pernah memegang jabatan profesor di Sorbonne, universitas terkenal di
Paris. Dia adalah penerima kedua Hadiah Nobel dalam Fisika dan Hadiah Nobel Kimia.
Curie adalah seorang ilmuwan brilian yang juga memiliki ketertarikan pada
permasalahan kemanusiaan yaitu trauma yang disebabkan oleh perang dunia ke 1, ia bertekad
untuk melakukan apa pun yang dia bisa untuk mengurangi penderitaan. Curie akhirnya
meluncurkan sebuah proyek untuk membangun layanan radiologi untuk tentara Perancis dan
membawa mesin x-ray lebih dekat ke medan perang. Dia memperoleh kendaraan perang yang
dapat dikonversi menjadi unit x-ray mobile dan bekerja sama dengan produsen peralatan xray untuk mendapatkan mesin yang sesuai. Dia juga bekerja sama dengan produsen listrik

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 57

untuk mendapatkan portabel generator listrik . Dari bahan-bahan tersebut ia mampu membuat
unit radiologi lapangan yang efektif.
Curie terus melakukan inovasi dengan alat buatannya. Dia terus mempelajari cara
penggunaan mesin dan terus-menerus melakukan perbaikan. Pada akhir perang dunia 1, ia
telah membangun dua puluh radiologi mobile unit x ray. Curie sangat bangga dengan
penemuannya karena dengan adanya mobille unit x-ray dekat dengan medan perang berarti
dokter dapat menemukan dan mengobati luka lebih cepat dan menyelamatkan lebih banyak
nyawa.
Unit mobile Curie memberikan banyak orang kesempatan untuk membantu curie
dalam mengembangkan alat tersebut. Sebagai direktur layanan radiologi tentara, Curie
merekrut sejumlah besar orang untuk membantunya. Ratusan dari mereka berprofesi sebagai
driver, teknisi, dan ahli radiologi adalah seorang perempuan. Upaya Curie selama perang
dunia 1 menyelamatkan ribuan nyawa dan memberi contoh dalam penggunaan teknologi
untuk

kepentingan

kemanusiaan

mampu

menginspirasi

banyak

peneliti

untuk

menggembangkan peralatan mobille unit x ray temuan curie.


Sejak saat itu inovasi yang dilandasi rasa kemanusiaan oleh marie curie terus
dikembangkan karena manfaat dari mobile unti x ray yang besar. Saat ini penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan mobile unit x ray telah sampai pada tahap diamana dosis
yang di gunakan sangat kecil tetapi hasil pencitraan lebih baik dengan memanfaatkan sebuah
akselerator x ray dan bentuk dari mobile unit x ray sekarang sudah menjadi lebih kecil dan
bisa di masukkan kedalam suatu tempat yang bisa di bawa kemana saja.
5.3

Kegunaan Mobille Unit X ray bagi Aspek Biologi


Mobille unit x ray secara umum berfungsi untuk mendiagnosa penyakit pada seluruh

organ tubuh bagian dalam dengan bantuan sinar x. Secara khusus penggunaan mobile unit x
ray yaitu sebagai berikut:
5.3.1

Diagnosa bagian Thorak AP


Pada diagnose thorak AP ada 2 teknik yang digunakan, yaitu teknik dengan

mengubah posisi tempat tidur pasien atau mengubah posisi kolimator. Pada beberapa
kasus pengambilan foto thorak ada 2 teknik yang digunakan yaitu yang pertama
dengan memposisikan kolimator dengan tubuh pasien secara tegak lurus. Dengan cara
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 58

ini posisi tempat tidur tetap dan lengan kolimator yang diposisikan sedemikian rupa
sehingga tepat berada tegak lurus diatas tubuh pasien. Teknik yagn kedua dengan
memposisikan meja pasien memebentuk sudut 450 dari posisi kolimator sehingga
posisi mobile unit menghadap tubuh pasien yang setengah duduk. Dengan teknik
seperti ini mampu mereduksi dosis hambur pada pasien lain dan hasil pencitraan yang
di dapat juga lebih baik. Diagnosa bagian thorak AP bertujuan untuk meliahat
kelainan pada orang dalam yang berada di dalam thorak yaitu seperti paru- paru,
lambung, usus, ginjal, hati, pangkres. Sehingga dalam mendiagnosa thorak AP
dibutuhkan Kv dan mA yang besar sehingga pencitraan yang didapat bisa lebih dalam
dan kualitas gambar yang dihasilkan lebih baik.
5.3.2

Diagnosa bagian Tulang


Pada diagnose bagian tulang menggunakan Kv dan mAs yang rendah karena

bagian sumsum tulang sangat peka terhadap radiasi dan bisa menyebabkan kanker
pada sel epitel selaput tulang. Diagnosa bagian tulang bertujuan untuk mendeteksi
letak dari fraktur / patah tulang. Teknik yang digunakan berbeda dengan diagnose
bagian thorak AP, karena menggunakan radiasi rendah maka kaset film yang
digunakan berukuran kecil. Dengan begitu selain meminimalkan dosis hambur tetapi
juga mengurangi resiko pencitraan bagaian yang tidak di perlukan.

5.3.3 Diagnoda bagian Cerebal


Pada diagnose cerebal / kepala bertujuan untuk mengetahui kelainan yang
terdapat pada otak, biasanya pemeriksaan cerebal digunakan pada pasien yang
mengalami

benturan

kepala

dikhawatirkan

benturan

yang

dialami

pasien

menyebabkan gegar otak atau ke rusakan sistem saraf. Diagnosa pada cerebal juga
menggunakan Kv dan mAs yang cukup besar karena sistem saraf di kepala cuku tahan
terhadap radiasi dan pemeriksaan terhadap jaringan otak yang perlu pemeriksaan
hingga mendalam.
5.3.4 Diagnosa pada Pasien Kritis
Penggunaan mobile unit x ray sangat membantu pasien yang kritis sehingga
tidak di mungkinkan untuk dibawa keruang diagnosis, menjadikan mobile unit x ray
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 59

selalu dibutuhkan di setiap rumah sakit. Desainnya yang sederhana dan mudah untuk
dipindahkan kemana saja menjadi kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan alat
dignostik lain.

5.4.5 Diagnosa pada Pasien IGD dan ICU


Mobille unit x ray cocok digunakan pada pasien pasien yang berada di
ruangan instalasi gawat darurat dan ICU. Hal ini disebabkan karena didalam instalasi
gawat darurat penangan pasien harus cepat sehingga tidak dimungkinkan untuk
membawa pasien IGD ke raung radiologi. Sedangakn pada ruang ICU keberadaan
mobile unit x ray sangat dibutuhkan, karena hampir seluruh pasien ICU tidak
dimungkinkan untuk dipindahkan sementara ke ruang radiologi untuk melakukan
diagnosis penyakit. Sehingga pilihan utama adalah mobile unit x ray. Tidak hanya di
RSU Haji Surabaya, tetapi di beberapa rumah sakit besar lain yang memiliki ruang
IGD dan ICU juga banyak menggunakan mobille unit x ray.

5.4 Struktur Komponen Mobille Unit X ray


5.4.1

Tabung Sinar-X

Tabung sinar-X merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-X. Di


dalam tabung sinar-X terdapat katoda dan anoda. Katoda adalah tempat elektronelektron dihasilkan. Katoda terbuat dari filamen tungsten. Anoda merupakan sasaran
dari elektron-elektron yang dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda
disebut bidang fokus (focal spot). Bagian ini adalah tempat terbentuknya sinar-x.

5.4.2

Kolimator

Kolimator adalah bagian yang membatasi jumlah sinar-x yang keluar sesuai
dengan luas dari objek yang dirontgen. Kolimator juga berfungsi sebagai pembatas
daerah yang akan diradiasi. Sehingga besar kecil luas penyinaran kolimasi juga bisa
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 60

diatur menyesuaikan daerah yang akan di lakukan pemaparan. Kolimator dapat


dinyalakan dari panel opetaror untuk menunjukkan posisi tubuh pasien yang akan di
papar. Sinar merah yang muncul akan memudahkan petugas radiographer melakukan
penempatan bagian tubuh yang akan di papar dengan tepat.

Gambar 26. Bagian muka kolimator mobille unit x ray


5.4.3

Lengan penopang
Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat disesuikan

dengan posisi dan jarak objek yang akan dirontgen. Lengan penopang memiliki
berbagai gerakan. Mampu berputar hingga 90 0. Lengan penopang pada Mobillet XP
Hybrid mampu menjangkau hingga 2 meter dari posisi generator.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 61

Gambar 27. Bagian lengan mobille unit x ray


5.4.4 Panel Operasi
Panel operasi adalah bagian untuk pengaturan tegangan tabung dan arus
filamen. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut : Indikator standby, display kV,
indikator ready, tombol setting mAs, indikator x-ray, display mAs, indikator call
service, tombol lampu kolimator, tombol power, kunci kontak, tombol setting kV
dan generator tegangan tinggi.
5.4.5 Generator Tegangan Tinggi
Generator tegangan tinggi adalah bagian yang mensuplai tegangan tinggi ke
tabung sinar-x. Generator tegangan tinggi terhubung langasung dengan sumber daya.
Generator tegangan tinggi harus melakukan warm up sebelum digunakan pada pasien.
5.4.6

Handswitch
Handswitch adalah saklar tangan yang digunakan untuk proses pembangkitan

sinar x. Handswitch terhubung langusng dengan alat melalui kabel penghubung yang
panjang nya mencapai 3 meter.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 62

Gambar 28. Bagian Handswitch mobille unit x ray

5.4.7 Remote Kontrol


Remote kontrol memiliki fungsi seperti handswitch, akan tetapi yang membedakan
adalah pada remote kontrol proses exspose dapat dilakukan pada jarak yang lebih jauh
yaitu hingga pada jarak 10,9 meter dari posisi kolimator.Sehingga penggunaan remote
kontrol lebih diminati jika dibandingkan dengan handswitch. Dengan menggunakan
remote kontrol pekerja radiogrfer bisa menghindari paparan radiasi dalam jarak dekat.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 63

Gambar 29. Bagian remote kontrol mobille unit x ray

5.4.8

Pegangan Kemudi / Handling


Pegangan kemudi adalah pegangan yang digunakan saat memindahkan

pesawat. Untuk menggerakkan mobile unti x-ray yaitu dengan menggunakan


semacam tombol yang berada di balik pegangan mobile unit x-ray. Apabila tombol
ditekan dan diputar kearah depan maka mobile unit akan bergerak secara otomatis
maju kedepan dan operator hanya mengarahkan gerak mobile unit. Ketika tombol di
tekan dan diputar kearah belakang maka secara otomatis mobile unit akan bergerak
mundur. Untuk pengererman bisa dilaukan dengan 2 cara yaitu yang pertama dengan
melepaskan tombol sehingga mobile unit berhenti bergerak, dan yang ke dua yaitu
dengan menekan tombol berlawanan arah dengan gerak mobile unit. Kecepatan gerak
mobile unit yaitu 0.5 1.35 m/s. Tepat dibaawah handling terdapat socket yang
berfungsi untuk menghubungkan mobile unit dengan sumber tegangan. Apabila pada
panel kontrol bagian baterai menunnjukkan kurang dari 10% maka socket harus
segera dihubungkan ke sumber tegangan.

Gambar 30. Bagian handling dan socket mobille unit x ray


5.4.9 Box Kaset
Box kaset adalah tempat untuk meletakkan kaset saat pesawat dipindahkan.

5.4.10 Roda

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 64

Berfungsai sebagai penggerak mobile unit. Ada 2 roda utama di belakang dan
1 roda didepan sebagai roda yang membantu mengarahkan laju dari mobile unit.
Terdapat beberapa kekurangan dalam deasain roda pada mobille unit x ray, yaitu tidak
adanya sistem scock breaker menyebabkan mobille unit x ray akan bersuara keras
ketika melewati lift atau terkena lantai rumah sakit yang tidak rata.

Gambar 31. Bagian roda mobille unit x ray


5.4.11 kV (kilo Volt)
Kilo volt atau biasa disingkat dengan kV meruapakan jumlah tegangan yang
diberikan oleh generator tegangan tinggi ke tabung sinar x sebagai pendorong electron
dari katoda. Kilo volt pada mobile unit x ray berfungsi sebagai penentu kualitas/ daya
tembus sinar x menjadi lebih besar. KV juga bisa berfungsi untuk meningkatkan
intensitas radiasi. Semakin besar kV yang digunakan maka semakin pendek panjang
gelombang sinar x yang dikeluarkan oleh tabung sinar x. Panjang gelombang sinar x
yang semakin pendek akan menyebabkan daya tembus sinar x semakin tinggi dan
perpendaran film semakin intensif. Sehingga kualitas film yang dihasilkan semakin
baik.
5.4.12 mA (mili Ampere)
Mili Amper meruapakan pasangan dari kV yang disetting bersamaan sebelum
proses exsposure dilakukan. Mili ampere menyesuaikan besar tegangan kV karena
mA berfungsi sebagai penentu intensitas radiasi. Penentuan besar mA dan kV
bergantung pada ketabalan materi yang akan di exspose. Pada suatu kasus
penggunaan kV dan mA pada anak anak yaitu sebesar 50 kV dan 40 mA. Pada kasus
lain pada orang dewasa yaitu 60 kV dan 50 mA. Dari kedua kasus ini diketahui bahwa
penggunaan kV dan mA bahwa hasil yang di dapat akan bernilai sama jika kV
dinaikkan sebesar 10 kV maka mA diturunkan sebesar 10 mA. Dari keadaan seperti
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 65

ini dalam penggunaan mobile unit x ray petugas radiographer tidak akan
menggunakan setting kV dan mA dengan memperkirakannya.

5.5

Prinsip Kerja Mobille Unit X ray secara Fisika sebagai Penunjang Diagnostic
Dalam prinsip fisika salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat

menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek
yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang
mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan
tergantung tiga faktor:
4. Panjang gelombang sinar-X.
5. objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
6. Ketebalan dan kerapatan objek.
Tabung sinar-X merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-X. Di dalam tabung
sinar-X terdapat katoda dan anoda. Katoda adalah tempat elektron-elektron dihasilkan.
Katoda terbuat dari filamen tungsten. Anoda merupakan sasaran dari elektron-elektron yang
dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda disebut bidang fokus (focal spot).
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan
difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)
meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya
tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang
sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar
x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang
mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang menyebabkan warna hitam pada film.
Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radio-opaque sehingga film berwarna
putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah
akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x
(yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus
bahan. Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan yaitu unsur yang mempunyai
lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis
pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga
mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding
2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 66

5.6 Proses Pelaksanaan Paparan yang Benar


Pemaparan atau sering diartikan dengan menekan tombol penuh sebagai proses penentu
hasil paparan yang didapat. Dalam menjalankan proses pemaparan juga tidak sembarangan,
diperlukakn ketelitian dan keahlian khusus. Pada proses pemaparan terjadi peristiwa
pengumpulan sinar x dalam tabung katoda dan terpancarnya sinar x keluar tabung. Peristiwa
pemaparan terjadi secara berurutan sebagai berikut :
5. Rangkaian tegangan tinggi tersambung, (tegangan dalam kV, Anoda (+), katode (-),
sehingga terjadi daya tarik elektron bebas ke arah anoda .
6. Elektron bebas berloncatan menuju anoda(disebut arus tabung dalam satuan mA
menumbuk bidang target.
7. Hasilnya adalah panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
8. Kejadian tersebut hanya berlangsung selama kurang dari 1 detik sesuai dengan
pengaturan waktu eksposi (dalam S)
Karena proses pemaparan terjadi sangat singkat sehingga pelaksanaannya pun harus
dilakukan dengan cepat, hal ini selain untuk menghindari paparan radiasi yang terlalu lama
tetapi disisi lain waktu saat pemaparan juga menentukan kualitas hasil foto.
Pemaparan dilakukan dalam 2 tahap yang pertama yaitu menekan tombol pemaparan
secara tidak penuh. Proses ini dilakukan untuk mengumpulkan berkas electron pada katoda
untuk segera ditembakkan pada anoda. Pada fase ini dibuthkan waktu 1-3 detik, setelah itu
penekanan tombol pemaparan secara penuh dilakukan. Menekan tombol pemaparan secara
penuh harus dilakukan dengan cepat. Hal ini untuk menggurangi resiko dosis hambur sinar x
yang telalu besar. Perbedaan mobile unit dengan general x ray pada proses pemaparanan
adalah pada saat menekan tombol secara tidak penuh. Pada general x ray penekanan tombol
secara tidak penuh telah ditetapkan waktunya dalam layar monitor, sehingga tidak
menggunakan perkiraan waktu seperti pada mobile unit x ray. Penekanan tombol secara tidak
penuh juga berpengaruh pada hasil pencitraan. Apabila penekanan tombol pemaparan secara
tidak penuh dilakukan dengan cepat, dapat menyebabkan electron yang terkumpul belum
cukup untuk menumbuk anoda. Akibatnya sinar x yang di hasilkan oleh tabung sinar x
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 67

sedikit. Hal ini akan berimbas pada proses perpendaran tidak maksimal. Hasil foto yang
dihasilkan kurang berkualitas. Sedangkan apabila penekanan tombol pemaparan terlalu lama
menyebabkan pengumpulan electron didalam tabung sinar x terlalu banyak menyebabkan
sinar x yang dikeluarkan terlalu besar. Hal ini menyebabkan radiasi hambur semaikn besar.

5.7 Hasil Paparan yang Baik


Hasil dari paparan yang baik memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil foto yang jelas dan mudah di analisis.


Memenuhi prinsip proteksi radiasi.
Meminimalkan dosis radiasi.
Pelaksanaan editing dan pemberian keterangan pada film.
Tidak ditemukannya artefak yang mengganggu proses analisis foto.
Tidak munculnya efek samping dari radiasi pada pasien setelah proses paparan.
Kriteria keberhasilan proses pemaparan diatas dapat dicapai apabila petugas radiographer
yang bertugas menjalankan seluruh prosedur kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Prosedur kerja yang meliputi persiapan alat, perawatan dan kalibrasi alat, persiapan pasien di
kamar pasien, proteksi radiasi, dan persiapan tenaga ahli yang berkualitas.

Gambar 32. Foto Thorak AP yang memenuhi kriteria

5.8 Proteksi radiasi bagi pasien, pekerja radiasi, dan lingkungan sekitar
Proteksi radiasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh
radiasi yang merusak akibat paparaan radiasi. Tindakan proteksi radiasi merupakan
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 68

tindakan wajib dilaksanakn oleh seluruh instansi yang memanfaatkan radiasi. Tindakan
proteksi radiasi terdiri dari 5 langkah yaitu :
5.8.1. Penggunaan Apron dan Shilding
Apron adalah salah satu proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan
radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp dengan
tebal bahan sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb. Apron yang
digunakan saat pemeriksaan harus menutupi bagian penting pada tubuh yaitu gonad
dan kelenjar tiroid pada leher. Penggunaan apron tidak hanya pada petugas
radiographer, tetapi juga digunakan pada pasien. Penggunaan apron pada pasien
bertujuan untuk melindungi bagian gonat dan kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan
thorak Ap, Tulang, dan Cerebral tidak akan terganggu apabila ada apron khusus yang
melindungi bagian gonad dan thorak AP. Memaksimalkan proteksi radiasi dengan
menggunakan apron mampu mengurangi dosis hambur dan dosis serap. Penggunaan
apron jangka panjang pada proses pemeriksaan dengan menggunakan mobile unit x
ray mampu mengurangi paparan dosis radiasi pada permukaan kulit hingga 50 %.
Papan penahan radiasi atau biasa disebut dengan shilding merupakan suaut
papan dengan terbuat dari 2 buah papan kayu dengan tebal 2 mm dan ditengahnya
terdapat lapisan Pb dengan tebal minimal 1,5 mm. Di RSU Haji Surabaya shilding
yang digunakan memiliki tebal 3 mm. Shilding biasa ditempatkan diantara petugas
radiographer dengan kolimator, akan tetapi bentuk dari shilding yang besar dan tidak
memungkinkan untuk dipindah pindahkan, sehingga penggunaan shilding hanya
pada ruang radiologi dan IGD. Pengunaan apron yang sudah efektif untuk melindungi
petugas radiographer dari paparan radiasi menjadikan shilding tidak sering digunakan
pada pemeriksaan dengan menggunakan mobille unit x ray. Akan tetapi shilding harus
tetap digunakan apabila memungkinkan, seperti pada IGD yang memiliki desain
ruang yang cukup terbuka antara pasien satu dengan yang lain.
5.8.2. Faktor Jarak
Pengaruh jarak dari sumber radiasi sangat vital. Seperti yang telah dijelaskan
pada jurnal yang telah disusun oleh Pratama Kurnia wisnubarata manahsiswa FKM UI
yang berjudul Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada
Pemeriksaan Radiografi Thorax AP di Unit ICU Rumah Sakit Tahun 2012 yang
menyimpulkan bahwa jarak 100cm, 200 cm, 300 cm, 400 cm dari kolimator
merupakan jarak yang tidak aman dari pemeriksaan radiografi. Jika diilustarasikan
dalam bentuk grafik maka paparan radiasi akan tampak seperti gambar di bawah ini,
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 69

Grafik 1. Paparan radiasi dari jarak 100,200, 300,400 cm dari kolimator


Keterangan

Hitam : Kolomator / sumber radiasi


Merah :Jarak 100 cm dari kolimator
Orange :Jarak 200 cm dari kolimator
Kuning :Jarak 300 cm dari kolimator
Hijau : Jarak 400 cm dari kolimator
Biru

: Jarak aman dari paparan radiasi

Pada pemeriksaan menggunakan mobile unit x ray di RSU Haji Surabya dalam
kamar pasien terdapat 5 sampel kamar pasien yang telah saya observasi yaitu kamar
pasien di ruang marwah, ruby, emerald, IGD, ICU. Untuk ruang marwah mampu
menampung 6 pasien sehingga resiko paparan radiasi pada pasien lain yang
bersebelahan lebih besar.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 70

Gambar 33. Simulasi paparan radiasi pada pasien paling ujung di kamar pasien
marwah

Gambar 34. Simulasi paparan radiasi pada pasien yanag berada di tengah di kamar
pasien marwah

Pemeriksaan pada pasien paling pojok, paparan radiasi akan sampai pada 1
pasien yang berada disebelah kanan atau kirinya, sedangkan pasien lain yang berada
di depan tidak sampai terkena paparan radiasi. Pemeriksaan di kamar pasien marwah
pada pasien yang di tengah lebih beresiko karena paparan radiasi akan mengenai 2
pasien yang berada di kanan dan kirinya.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 71

Kasus yang sama berlaku pada ruang IGD dan ICU karena desain ruangan
yang hampir sama. Pada kamar pasien di ruang emerald hanya menampung 1 pasien
sehingga pemeriksaan diruang merald tidak akan teralalu beresiko karena paparan
hanya akan langsung mengai pasien yang diperiksa. Pada kamar pasien di ruang ruby
meanpung 2 pasien dalam 1 ruang. Sehingga pemeriksaan yang dilakukan pada salah
satu pasien hanya akan mempengaruhi 1 pasien lain yang berada disebelahnya.
Faktor jarak penting diketahui dalam pelaksanaan proteksi radiasi, karena
dengan memaksimalkan jarak dari sumber radiasi mengurangi resiko terpapar radiasi
secara langsung. Khusus untuk petugas radiographer yang akan menjalankan proses
pemeriksaan, harus menginstruksikan terlebih dahulu kepada pasien lain, pengunjung
pasien maupun para pekerja medis lain untuk menjauhi sumber radiasi minimal 5
meter dari sumber radiasi atau bisa menginstruksikan untuk keluar ruangan. Apabila
ada pasien lain yang tidak memungkinkan untuk menjauh dari sumber radiasi, maka
perlu ada proteksi radiasi khusus dengan menggunakan apron atau shilding kepada
pasien lain tersebut.
Pada Mobillet XP Hybrid sudah dilengkapi dengan remote kontrol yang
membantu petugas radiogrfaer untuk melaksanakan proteksi radiasi terhadap diri
sendiri dengan melakukan pengexsaposan dari jarak sejauh mungkin. Kemampuan
remote kontrol yang menggunakan sensor cahaya mampu melakukan exspsoe dari
jarak hingga 10,9 meter. Dengan jarak ini bisa dipastikan petugas radiographer tidak
akan terkena paparan radiasi meskipun tidak menggunakan pelindung apron. Aakan
tetapi desain ruang kamar pasien yang tidak memungkinkan untuk menjauh dengan
jarak lebih dari 5 meter maka pelindung apron harus tetap digunakan serta menjauh
dari kolimator semaksimal mungkin ketika melakukan pemaparan dengan remote
kontrol.
Faktor jarak juga berlaku pada jarak kolimator dengan tubuh pasien yang akan
diperiksa. Tanpa mengurangi resiko kegagalan dalam proses pencitraan, posisi
kolimator diusahakan tidak terlalu dekat dengan tubuh pasien, dan luas lapangan
kolimasi dibuat sedemikian rupa hingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang
terpapar. Pada beberapa pemeriksaan didalam kamar pasien di RSU Surabaya jarak
kolimaotr dengan tubuh pasien rata rata yaitu 1 meter, jarak ini sudah bisa dikatakan
aman tanpa mengurangi factor keberhasilan proses pencitraan.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 72

5.8.3. Faktor Waktu Paparan


Waktu pemaparan berpengaruh pada jumlah sinar x yang akan terpancar dari
tabung sinar x. cepat lambatnya waktu pemaparan menentukan kemampuan sinar x
untuk menembus materi tubuh manusia. Semakin cepat waktu pemaparan yang
dilakukan maka dampaknya pada electron yang terkumpul pada tabung sinar x tidak
maksimal. Efek nya pada sinar x yang dikelaurkan tidak akan mampu menembus
materi tubuh manusia dan perpendaran pada film akan kurang maksimal. Peristiwa
seperti ini akan memunculkan artefak pada film dan beresiko terjadinya pemaparan
ulang. Sedangakan untuk pemaparan yang terlalu lama menyebabkan hamburan
radiasi dari sianr x yang akan lebih lama hilangnya. Hal ini terjadi karena ketika
terlalu lama proses pemaparan, electron akan tertahan pada katoda dan menyebabkan
penumpukan electron dalam tabung sinar x, sehingga medan listrik dalam tabung
sinar x meningkat. Ketika pemaparan dengan menekan tombol secara penuh maka
electron dengan medan listrik akan ikut menumbuk anoda menyebabkan perubahan
kharakteristik panjang gelombang dari sinar x. Hal ini menyebabkan resiko paparan
radiasi terhadap pasien lain dan petugas radiographer meningkat. Dibutuhkan keahlian
khusus dari petugas radiographer dalam menentukan waktu paparan.

5.8.4. Meminimalkan Dosis


Paparan radiasi merupakan besaran yang menyatakan intensitas sinar x yang
dapat menghasilkan ionisasi di udara. Besaran paparan ini mempunyai satuan
coulombs per kilogram udara. Satuan ini diberi nama khusus yaitu rontgen. Satu
ronntgen di definisikan sebagai intensitas sinar x yang menghasilkan ion di udara
sebesar 1,61 x 1015 pasangan ion per kg udara. Karena 1 ion bermuatan listrik
memiliki besar 1,6 x 10 -19 C. Sehingga 1 R =1,61 x 10 15 /Kg x 1,6 x 10-19 C atau 1 R
akan setara dengan 2,58 x 10-4 C./Kg udara. Masih ada banyak konversi sataun
rontgen lain seperti 1 R= 0,00877 J/Kg. Satuan rontgen inilah yang mendasari
perhitungan

sejumlah

dosis

yang

digunakan

sebagai

pemeriksaan

pasien

menggunakan radiasi. Dosis yang muncul ketika pengexsposan berlangsung adalah


dosis hambur dan dosis serap. Dosis hambur terjadi karena sinar x yang terkena
materi tubuh pasien tidak ikut terserap ketubuh pasien yang akhirnya akan
menghambur menyatu dengan udara. Dosis kedua merupakan dosis serap yaitu
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 73

banyaknya energi dari sinar x yang diserap oleh bahan persatuan massa tubuh
manusia. Dosis serap setiap bagian tubuh manusia berbeda beda karena materi
penyusunnya berbeda. Dengan mensetting besar kV dan mAs pada mobile unit x ray
sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangakan factor-faktor keberhasilan
paparan diharapkan mampu memperkecil dosis hamburan sinar x. Meminimalkan
dosis radiasi juga bisa di lakukan dengan mempersingkat waktu paparan.

5.8.5. Faktor Kalibrasi


Pelaksanaan kalibrasi alat secara rutin akan mengurangi resiko terjadinya
kebocoran tabung sinar x. Tidak hanya kalibrasi tetapi perawatan alat setiap harinya
mampu mengurangi resiko kerusakan alat sehingga tidak membahayakan pasien.
Kegiatan kalibrasi dan perawatan mobile unit x ray harus dilakukan secara rutin.
Seperti melakukan warm up mesin sebelum digunakan pada pasien selama 15 menit,
kemudian membersihkan alat setiap seleasai digunakan, dan mencegah daya pada
generator tegangan tinggi sampai habis. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh
BAPETEN selama 1 tahun sekali. Sedangkan perawatan alat dilakukan oleh
radiographer yang bertugas. Semua itu dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dalam proses pemeriksaan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
tubuh akibat paparan radiasi yang terlalu besar.
5.9. Kelebihan dan Kekurangan Mobille Unti X-ray
5.9.1 Kelebihan
1.
Mudah dibawa kemana saja sehingga memungkinkan untuk pemeriksaan di ruang
pasien yang jauh sekalipun.
2.

Menggunakan remote kontrol dalam proses exspsosure sehingga jarak paetuga


radiographer bisa lebih jauh.

3.

Handling yang dilengkapi motor pengerak lebih memudah kan petugas


radiographer untuk mendorong mobile unit ke ruang pasien.

4.

Daya yang disimpan dalam generator tegangan tinggi mampu digunakan untuk
untuk melakukan 200 exspose dalam 1 jam.

5.

Desain mobile unit x ray yang menyerupai jerapah mengurangi rasa khawatir dan
cemas mengenai bahaya radiasi pada pasien.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 74

5.9.2 Kekurang mobile unit x ray


1.

Daya tembus sinar x yang dikeluarkan oleh mobile unit x ray tidak bisa sefokus
pada pemerikasaan dengan menggunakan general x ray.

2.

Dosis hamburan radiasi yang dikeluarkan oleh mobile unit x ray rentan menganai
pasien lain yang berada disekitar pasien yang sedang di foto rontgen.

3.

Massa dari mobile unit x ray yang mecapai 206 kg membuat lantai rumah sakit
mudah rusak. Meskipun handling mudah akan tetapi pada saat masuk ke dalam lift,
mobile unit mengeluarkan suara yang keras. Hal ini disebabkan karena roda dari
mobile unit tidak di lengakpi dengan sistem shock breaker.

4.

Dibutuhkan teknik khusus dalam pengexsposan, untuk mengurangi dosis hambur


disekitar kamar pasien.

5.10

Memaksimalkan Hasil Pemaparan


Untuk bisa mendapatkan hasil foto rontgen yang baik dibutuhkan ketelitain serta

keprofesionalitasan para petugas radiographer. Dengan cara mentaati aturan penggunaan alat
dan melaksanakan prosedur kerja secara runtut akan menghasilkan kualitas gambar hasil
pemaparan berkualitas dan tidak ditemuknnya artefak yang bisa menyebabkan pengulangan
proses pemaparan. Apabila proses pemaparan harus diulang maka akan merugikan bagi
pasien karena akan terpapa 2 kali radiasi dalam rentang waktu yang relative singkat.
Pertama yang harus dilakukan sebelum alat digunakan pada pasien yaitu terlebih
dahulu petugas radiographer melaksanakan check up alat agar tingkat keakurasian menjadi
normal. Check up mobille unit x ray dilakukan dengan cara menghidupkan alat dan
membiarkannya selam 15 menit sebelum digunakan. Hal ini dilakukan agar mesin dan
generator didalam mobile unit x ray melakukan warm up.
Untuk menggurangi tingkat kegagalan dalam proses pemaparan maka langkahlangkah dibawah ini harus dilakukan secara urut dan benar. Urutan proses pemaparan yang
benar yaitu sebagai berikut :
1. Hubungkan injector mobile unit x-ray dengan sumber arus listrik apabila sumber tegangan
2.
3.
4.
5.

dalam alat habis atau kuranag dari 10%.


Tekan tombol ON.
Atur kv dan mAs, dengan menekan tombol panah up dan down.
Atur posisi kolimator tepat berada ditengah bagian tubuh yang akan dipapar.
Letakkan kaset dibawah tubuh pasien dengan posisi tepat dengan daerah kolimasi.
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 75

6. Jalankan SOP proteksi radiasi dengan menghindarkan pengunjung rumah sakit dan pasien
lain dari paparan radiasi sejauh mungkin.
7. Gunakan apron sebagai alat pelindung untuk pekerja radiasi dari paparan radiasi.
8. Untuk meningkatkan keselamatan terhadap paparan radiasi, pekerja radiasi disarankan untuk
menjauh dari kolimator minimal 3 meter.
9. Tekan tombol exsposi (handwitch) dalam posisi , dan lihat lampu indikator sampai
menyala.
10. Pemaparan siap dilakukan dan sampai terdengar bunyi indicator.
11. Turunkan besar Kv dan mAs pada alat.
12. Tekan tombol OFF untuk mematikan mobile unit x-ray.
13. Kembalikan posisi kolimator seperti semula dan letakkan kaset yang telah di gunakan untuk
pemaparan ditempat yang telah tersedia.
Urutan penggunaan alat mobile unit x-ray ini sesuai dengan peraturan pemerintah no 33
tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif. Pada PP
No. 33 tahun 2007 ini juga sudah di tetapkan seluruh sistem kerja dan keselamatan kerja dari
semua alat yang memanfaatkan sumber radiasi.
Dalam pelaksanaan proses pemapran ada beberapa teknik yang sering dilakukan ketika
melakukan citobed didalam kamar pasien. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan pasien dalam memposisikan tubuhnya ketika dilakukan
pemapran. Teknik yang digunakan yaitu dengan mengubah posisi tempat tidur pasien atau
mengubah posisi kolimator. Pada beberapa kasus pengambilan foto thorak ada 2 teknik yang
digunakan yaitu yang pertama dengan memposisikan kolimator dengan tubuh pasien secara
tegak lurus. Dengan cara ini posisi tempat tidur tetap dan lengan kolimator yang diposisikan
sedemikian rupa sehingga tepat berada tegak lurus diatas tubuh pasien. Teknik yagn kedua
dengan memposisikan meja pasien memebentuk sudut 45 0 dari posisi kolimator sehingga
posisi mobile unit menghadap tubuh pasien yang setengah duduk.
Apabila semua prosedur diatas dilakukan denga runtut bisa dipastikan hasil pencitraan
dengan mobile unit x ray akan berhasil.
5.11.

Pelaksanaan Quality control dan Kalibrasi Alat.


Quality control merupakan serangkaian kegiatan yang dialakukan oleh seorang tenaga

ahli untuk menjamin kualitas dan keamanan pada suatu mesin. Pada mobile unit x ray
pelaksanaan quality control dilakukan oleh instalasi pemeliharaan dan penyedia alat
kesehatan. Pelaksanaan quality control dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan sekali.
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga ahli untuk memastikan
tingkat kepekaan dan akurasi alat. Kalibrasi pada mobile unit x ray dikerjakan oleh
Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 76

BAPETEN ( Badan Pengawas Tenaga Nuklir ) setiap 1 tahun sekali. Tujuan utama dari
pelaksanaan QC dan kalibrasi alat yaitu untuk menghindari kecelakaan pemeriksaan
menggunakan mobile unit x ray. Penggunaan mobile unit x ray yang intensif membuat alat ini
harus melalu proses kalibrasi tiap tahunnya. Selain pelaksanaan proses QC dan kalibrasi,
pesawat radiodiagnosis yang mobile ini harus dirawat setiap harinya, dengan cara
membersihkan bagian - bagian penting dari debu serta kotoran yang dapat menghalangi
radiasi sinar x. Pembersihan secara berkala sebelum alat digunakan mampu mengurangi
resiko terjadinya penumpukan debu pada kolimator yang menyebabkan tidak maksimalnya
sinar x yang terpancar. Selain pembersihan secara berkala check up alat juga perlu di lakukan,
berikut daftar check up alat dan rentang waktu nya :

No

Kegiatan Pemeliharaan

Periode

1.

Cek dan bersihkan seluruh bagian alat

1 bulan

2.

Cek keseimbangan

1 bulan

3.

Cek system pengerahan :

1 bulan

Tube Stand
Tube Arm
Bucky Table
4.

Cek fungsi tombol KV, mAs, expose

3 bulan

5.

Cek fungsi colimator

3 bulan

6.

Cek muatan dan kondisi ACCU atau Baterai

3 bulan

7.

Cek fungsi tombol charge dan discharge

3 bulan

8.

Cek system catu daya

3 bulan

9.

Uji kinerja alat

3 bulan

10.

Cek gerakan dan pengunci tabung X-Ray tube

3 bulan

11.

Cek tombol pengendali dan pengereman

3 bulan

12.

Cek fungsi indikator

1 tahun

13.

Lakukan pengukuran arus bocor dan tahanan ground

1 tahun

14.

Cek kondisi HT cable

1 tahun

15.

Lakukan kalibrasi alat

1 tahun

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 77

Tabel 5. Periode pelaksanaan check up alat

BAB 6
PENUTUP

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil Paktik Kerja Lapangan selama 4 minggu di Rumah Sakit Umum

Haji Surabaya, dapat disimpulkan bahwa Mobille Unit X ray merupakan seperangkat unit xray di atas roda yang mampu dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dengan relatif
mudah, yang memiliki ukuran lebih besar dari sebuah portabel karena memiliki output yang
lebih tinggi dan lebih canggih, berfungsi untuk mendiagnosa penyakit pada organ tubuh
bagian dalam dengan bantuan sinar x dengan pembangkit tegangan tinggi yang merupakan
pengisian muatan pada kondensator, sehingga

mobille unit x ray ini dioperasikan oleh

baterai. Digunakan untuk tindakan radiography dari satu ruangan ke ruangan lainnya di
dalam rumah sakit.
Secara khusus pemeriksaan menggunakan mobille unit x ray hanya di peruntukan
pada pasien yang kritis dan tidak dimungkinkan untuk dibawa ke ruanag general x ray.
Pemeriksaan bagian tubuh dengan menggunakan mobille unit x ray juga terbatas yaitu
Thorak AP, Cerbral, dan Tulang.
Struktu komponen penyusun mobille unit x ray yaitu meliputi :
5.
6.
7.
8.

Tabung sinar-x
Kolimator
Lengan penopang
Handswitch

5. Panel kontrol
6. Pegangan kemudi
7. Bok kaset
8. Generator tegangan tinggi

Prinsip kerja mobille unit x ray yaitu dengan memanfaatkan radiasi sinar x yang di
hasilkan dari tabung sinar x. Generator tinggi akan mengalirkan arus dengan sumber
tegangan yang telah diset pada panel kontrol. Arus yang mengalir akan berkumpul pada
katoda membentuk awan- awan elektron, ketika energi elektron dalam katoda melebihi energi
ikat atom, maka eletron dari katoda akan terlepas dan menumbuk anoda. Tumbukan antara

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 78

anoda dan eletron ini yang menyebabkan timbulnya sinar x. Sinar x yang telah berhasil di
produksi akan keluar melalui celah yang disebut sebagai kolimator.
Hasil pencitraan yang baik oleh mobille unit x ray yaitu dengan tidak ditemukannya
artefak pada film, dan memenuhi prosedur kerja dari alat.
Prinsip proteksi radiasi yang merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja. Ada beberpa faktor yang perlu
diperhatikan dalam menjalankan proteksi radiasi yatiu faktor pelindung tubuh, faktor jarak,
faktor waktu, faktor dosis, dan faktor keamanan alat. Semua faktor tersebut harus benar benar
diperhtaikan, terutama faktor jarak dan pelindung tubuh dari bahaya radiasi. Untuk faktor
jarak telah diketahui bahwa pada jaarak > 5 meter dari kolimator, dosis radiasi hambur dari
mobille unit x ray dianggap sudah tidak membahayakan. Sedangkan pada faktor pelindung
tubuh, penggunaan apron untuk melindungi tubuh tidak boleh dilupakan. Apron yang
digunakan harus sesuai standart dan menutupi 2 bagian vital tubuh yaitu gonad dan kelenjar
tiroid pada leher.
Salah satu kelebihan yang dimiliki mobille unit x ray yaitu mampu berpindah pindah
tempat dengan mudah sehingga proses pemeriksaan bisa dilaksnakan dimana saja. Sedangkan
salah satu kekurangnnya yaitu daya tembus sinar x yang dikeluarkan oleh mobile unit x ray
tidak bisa sefokus pada pemerikasaan dengan menggunakan general x ray. Dosis hamburan
radiasi yang dikeluarkan oleh mobile unit x ray rentan mengenai pasien lain yang berada
disekitar pasien yang sedang di foto rontgen.

6.2.

Saran
Adapun saran saya kepada pihak Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Haji

Surabaya yaitu :
1. Penggunaan mobille unit x ray harus sesuai dengan prosedur kerja yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi pengulangan pengexsposan.
2. Pelayanan pemeriksaan dengan menggunakan mobille unit x ray harus benar benar
pasien dalam kondisi kritis dan tidak dimungkinkan untuk dipindahkan ke ruang
general x ray.
3. Disarankan menggunakan shilding ketika pemeriksaaan pada kamar pasien di ruang
IGD dan ICU.
4. Disarankan radiographer yang bertugas menggunakan TLD ( Thermo luminenscent
Dose) sebagai monitor radiasi hambur selama bertugas.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 79

5. Disarankan pekerja medis, pengunjung, dan pasien lain menjauh 5 meter dari
kolimator ketika pemeriksaan berlangsung.
6. Disarankan petugas radiographer memberikan tanda khusus kepada seluruh pihak
yang sedang berada di sekitar ruang pasien bahwa akan ada pemeriksaan
menggunakan radiasi.
7. Disarankan petugas radiographer tidak menekuk apron yang telah selesai di pakai.
8. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan alat pendeteksi radiasi seperti
survey meter untuk hasil yang lebih terperinci.
9. Perlu adanya perbaikan desain pada bagian roda mobille unit x ray, dengan
menambahkan sistem pegas atau shock breaker.

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 80

DAFTAR PUSTAKA
1) Herman Chamber. 1983. Introduction to Health Physics, Pergamon Press, Nortwestern
University.
2) Podgorsak, E. B. 2008. Radiation Oncology Physics. MacGill University Health Centre:
Montreal, Canada.
3) Siemens AG. 2007. Siemens Medical Solutions that help. Medical Solutions Computed
Tomography Siemensstr. 1, D-91301 Forchheim Germany.
4) Seeram E, 2001, Computed Tomography: physical principles, clinical applications, and
quality control, Second edition, WB Saunders Company, Philadelphia.
5) Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Radiografi
Thorax AP di Unit ICU Rumah Sakit Tahun 2012. oleh .Pratama Kurnia wisnubarata.
6) Quality Assurance Workbook for Radiographers and Radiological Technologists. Oleh P.
J. Lloyd.
7) Rini Indrati, S.Si, M.Kes. Dkk. 2011. Materi Diklat Petugas Proteksi Radiasi Bidang
Radiodiagnostik. Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi POLTEKES
KEMENKES. Semarang.
8) Sumber gambar : 1. www.siemens.com/mobilletxp
2. www.wikipedia.id

Praktik Kerja Lapangan 2016

Page 81

Anda mungkin juga menyukai