Anda di halaman 1dari 43

KU/PD/DKKN/05

Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

METODE UJI
FLUOROSKOPI

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


Jalan Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat
Telp. (021) 6385 8269 ext 3215 Fax (021) 6385 8275
e-mail: dkkn@bapeten.go.id
Tim Penyusun

Pengarah
Deputi Perijinan dan Inspeksi
Dr. Khoirul Huda

Ketua Tim Tenaga Ahli


Prof. Djarwani Soeharso Soejoko

Penanggung Jawab
Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir
Dedik Eko Sumargo

Ketua
Kepala Subdirektorat Jaminan Mutu
Haendra Subekti

Anggota
Adi Dradjat Noerwasana
Ferdinand Manuel Siahaan
Kristina Tri Wigati
Suryo Adi Ari Santosa
Sawiyah
Dyah Palupi
Iin Indartati
Indah Annisa
Ida Bagus Manuaba
Diah Astuti Indarwati
Made Pramayuni
Endang Kunarsih
Lukas Wisnu Wicaksono
Fitria Sandra
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan karuniaNYA sehingga buku Pedoman Uji Pesawat Sinar-X ini dapat
diselesaikan.
Dalam rangka memenuhi amanat Peraturan Pemerintah No 33 Tahun
2007, maka diperlukan uji kesesuaian Pesawat Sinar-X untuk memastikan
Tingkat Panduan Paparan Medik. Sertifikat Uji Kesesuaian diperlukan dalam
proses perijinan Pesawat Sinar-X Diagnostik dan Intervensional. Ketentuan
untuk melaksanakan uji kesesuaian dan parameter-parameter uji yang harus
dilakukan tertuang dalam Peraturan Kepala BAPETEN No 9 Tahun 2011.
Saat ini belum ada Standar Nasional Indonesia yang menjadi acuan bagi
Penguji Berkualifikasi untuk menyusun metode uji yang baku. Buku ini
merupakan salah satu dari seri pedoman untuk melaksanakan uji kesesuaian
Pesawat Sinar-X. Pedoman ini menguraikan tata cara pengujian parameter-
parameter uji yang dipersyaratkan pada Peraturan Kepala BAPETEN No 9 Tahun
2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional untuk lingkup Fluoroskopi, alat uji dan alat ukur yang diperlukan
dalam pengujian Fluoroskopi, format Laporan Hasil Uji dan pelaporan hasil uji.
Diharapkan pedoman ini akan mempermudah Penguji Berkualifikasi
dalam melakukan uji kesesuaian Pesawat Sinar-X sesuai parameter-parameter
uji yang dipersyaratkan Peraturan Kepala BAPETEN No 9 Tahun 2011 dan dalam
mengirimkan pelaporan Hasil Uji ke Sekretariat Tenaga Ahli sehingga Laporan
Hasil Uji yang dikirimkan memenuhi kriteria kelengkapan dan dapat dievaluasi
oleh Tenaga Ahli.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi hingga terbitnya buku ini. Kami mengharapkan masukan
dan saran demi penyempurnaan pedoman selanjutnya.

Jakarta, 30 Oktober 20015


Direktur,

Dedik Eko Sumargo

2|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI.. ..................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................ 4
Latar Belakang.. ........................................................................................... 4
Tujuan.. ........................................................................................................ 5
Ruang Lingkup.. ........................................................................................... 5
Definisi.. ....................................................................................................... 5
PARAMETER UJI KOLIMASI BERKAS CAHAYA.. ................................................ 9
I. ILUMINASI.. ....................................................................................... 9
II. KOLIMASI.. ...................................................................................... 10
PARAMETER UJI GENERATOR DAN TABUNG SINAR-X.. ................................ 13
III. AKURASI TEGANGAN....................................................................... 13
IV. WAKTU PENYINARAN FLUOROSKOPI MAKSIMUM......................... 15
V. KUALITAS BERKAS SINAR (HVL).. ..................................................... 16
VI. KEBOCORAN TABUNG.. ................................................................... 18
PARAMETER UJI INFORMASI DOSIS PASIEN .................................................. 21
VII. INFORMASI DOSIS PASIEN .............................................................. 21
PARAMETER UJI SISTEM PENCITRAAN .......................................................... 25
VIII. UJI KESESUAIAN AREABERKAS SINAR-X DENGANAREA MONITOR. 25
IX. UJI LAJU DOSIS INPUT II .................................................................. 26
X. UJI KUALITAS CITRA ........................................................................ 27
LAMPIRAN 1 : PELAPORAN HASIL UJI KESESUAIAN ....................................... 30
LAMPIRAN 2 : FORMAT LEMBAR KERJA PENGOLAHAN DATA ...................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

3|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sistem Perizinan terhadap terhadap pesawat sinar-X radiologi


diagnostik dan intervensional mewajibkan dilakukannya uji kesesuaian baik
untuk permohonan izin baru maupun perpanjangan izin. Hal ini sebagaimana
dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif dan
Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X Radiodiagnostik dan Intervensional. Pelaksanaan uji
kesesuaian pesawat sinar-X wajib dilakukan oleh Penguji Berkualifikasi sesuai
dengan metode uji dan protokol uji yang telah disusun, dan menyampaikan
hasil uji kesesuaian kepada Tenaga Ahli untuk dievaluasi.
Mutu dan validitas hasil uji kesesuaian sangat berpegaruh terhadap
keputusan Tenaga Ahli untuk memberikan sertifikasi kehandalan suatu
pesawat sinar-X. Dengan demikian untuk menjamin mutu dan validitas hasil
uji, pelaksanaan uji kesesuaian harus sesuai dengan metode uji yang baku.
Saat ini belum ada metode uji yang dibakukan. Acuan yang ada
(internasional) memerlukan tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memadai. Dalam pelaksanaan pengujian di lapangan terdapat modifikasi dari
acuan yang digunakan. Oleh karena itu perlu disusun pedoman yang dapat
menjadi acuan bagi Penguji Berkualfikasi dalam menyusun dan
melaksanakan metode ujinya.

4|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Tujuan
Pedoman ini disusun sebagai acuan Penguji Berkualifikasi dalam
menyusun dan melaksanakan metode ujinya.

Ruang Lingkup
Pedoman ini menguraikan metode uji kesesuaian untuk pesawat
sinar-X jenis Fluoroskopi.

Definisi
- Pesawat Sinar-X Fluoroskopi adalah Pesawat Sinar-X yang
memiliki tabir atau lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi
dengan sistem video yang dapat mencitrakan obyek secara
kontinu.
- Source to Image Distance yang selanjutnya disingkat SID adalah
jarak focal spot ke image receptor.
- Source to Skin Distance yang selanjutnya disingkat SSD adalah
jarak focal spot ke permukaan kulit pasien pada saat eksposi.
- Source to Detector Distance yang selanjutnya disingkat sebagai
SDD adalah jarak focal spot ke detektor pada saat pengujian.
- Optical Density yang selanjutnya disingkat OD adalah ukuran
penghitaman film yang menggambarkan dosis relatif yang
diterima media film konvensional sebagai hasil variasi setting
energi (kVp) dan intensitas (mAs) berkas sinar-X pada SID
tertentu.
- Coefficien of Variation yang selanjutnya disingkat CV adalah
merupakan parameter statistik dari sejumlah data pengujian
sejenis dengan setting input yang sama, yang bertujuan untuk

5|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

mengetahui konsistensi kinerja komponen signifikan tertentu dari


pesawat sinar-X.
- Coefficient of Linearity yang selanjutnya disingkat CL adalah
merupakan parameter statistik dari sejumlah data pengujian
sejenis dengan setting input yang bervariasi secara bertahap,
yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi respon kinerja
komponen signifikan tertentu dari pesawat sinar-X bila diberi
input yang berbeda.

DAFTAR PERALATAN

NO Jenis Alat Uji/Ukur Parameter Uji


Fotometer (iluminasi
1. Digunakan untuk uji iluminasi.
meter)
Digunakan untuk mengukur Area Efektif
2. Objek geometri
Monitor.

Digunakan untuk uji akurasi tegangan, linearitas


X-ray multimeter: keluaran radiasi, reproduksibilitas, kualitas
3.
detektor dan base unit berkas (HVL), laju dosis maksimum di udara,
dan laju dosis pasien tipikal.

Digunakan untuk uji kebocoran tabung, laju


4. Detektor ion chamber
dosis input II, dan laju dosis pasien tipikal

Pelat Pb ketebalan 3 mm Digunakan untuk uji laju dosis maksimum di


5.
atau apron udara dan kebocoran tabung.

Digunakan sebagai atenuator, melindungi II,


6. Pelat Cu 2 mm
dan untuk uji laju dosis input II.

Fantom PMMA ukuran


24 cm x 30 cm dengan Digunakan untuk melindungi II, sebagai
7.
dengan total ketebalan atenuator, dan fungsi ekivalen pasien.
20 mm atau fantom

6|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

abdomen

Filter Aluminium (Al tipe


8. Digunakan untuk uji kualitas berkas (HVL).
1100 > 99%)

Objek kualitas citra


9. (kontras tinggi dan Digunakan untuk uji kualitas citra.
kontras rendah)

Alat Pendukung

10. Pita pengukur Digunakan mengukur jarak SID, SFD, SOD.

11. Waterpass Untuk memastikan pengujian dilakukan pada


bidang datar.

Untuk memberi tanda titik penempatan


12. Pendulum atau bandul detektor (pada fluoroskopi dengan kondisi
tabung di bawah).

Digunakan untuk uji laju dosis maksimum di


13. Tiang penyangga
udara

Digunakan untuk memberi tanda tanda titik


Marker (berupa kawat
14. penempatan detektor (pada fluoroskopi dengan
atau logam tipis)
kondisi tabung di bawah).

7|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PERHATIAN

1. IDENTITAS TABUNG:
Pastikan penguji memperoleh data identitas tabung berupa
no.seri/model tabung. Bila identitas tidak tercantum di plat yang
menempel di tabung, penguji harus mencantumkan foto dari plat
tersebut dalam hasil uji.

2. UKURAN DAN JARAK FOKUS KE RECEPTOR (II atau FPD):


Pastikan tidak terjadi kesalahan ukuran II dan jarak focus ke II
dengan mengeceknya pada buku manual pabrikan atau
spesifikasi pesawat. Kesalahan data ini akan mempengaruhi hasil
uji pesawat.

3. POSISI PENEMPATAN ALAT/OBYEK UJI DI MEJA:


Khusus pesawat fluoroskopi RF konvensional dengan posisi
tabung di bawah (under tube), penguji harus terlebih dahulu
menandai titik pusat penempatan detektor dengan cara:
1. Gunakan water pass untuk memastikan arah berkas sinar-X
dengan detektor jatuh tegak lurus
2. Tempelkan penanda (marker) logam pada titik pusat
permukaan II.
3. Gunakan bandul dari titik pusat permukaan II ke meja
pasien. Beri penanda (marker) logam pada titik jatuhnya
bandul di meja pasien.
4. Lakukan eksposi dan perhatikan di monitor posisi marker di
meja terhadap marker di pusat II.
5. Sesuaikan kembali posisi penanda marker hingga kedua
penanda saling berhimpit atau membentuk (X) di monitor.
6. Bila kedua marker sudah berhimpit, beri tanda di meja
sebagai pengganti marker logam.
7. Tanda di meja sebagai titik acuan penempatan alat/obyek uji
di meja untuk posisi tabung fluoro di bawah.

4. PENGISIAN DATA UJI DAN PERHITUNGAN:


Untuk kelengkapan data uji, penguji cukup mengisi data hasil
pengukuran ke dalam form LHU (format ms-excel) secara
elektronik, maka nilai parameter hasil perhitungan secara
otomatis akan muncul.

8|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PARAMETER UJI KOLIMASI BERKAS SINAR-X

I. ILUMINASI (khusus mode Radiografi)


I.1. Tujuan
Uji illuminasi bertujuan untuk mengukur tingkat pencahayaan
(illuminance) yang diperoleh dari berkas cahaya kolimator.

I.2. Alat Uji dan Alat Ukur


1. Illuminance meter (Lux meter)
2. Pita pengukur

I.3. Metode Uji


1. Tempatkan Lux Meter 100 cm dari fokus tabung sinar X;
2. Pastikan bahwa bidang detektor paralel dengan sumbu anoda-
katoda;
3. Ukur cahaya latar (tanpa mematikan lampu ruangan);
4. Nyalakan berkas cahaya pada kolimator dengan area kira-kira 25 x
25 cm;
5. Bagi area pengukuran ke dalam empat kuadran;
6. Ukur cahaya kolimator pada tiap kuadran;
7. Hitung rata-rata cahaya kolimator (Lux terukur).

I.4. Analisa Data


- Hitung tingkat pencahayaan kolimator:
Illuminasi = rata-rata lux terukur – lux latar

- Bandingkan dengan nilai lolos uji:


Nilai lolos uji ≥ 100 Lux

9|M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

II. KOLIMASI
II.1. Tujuan

1. Memastikan berkas sinar-X tidak melebihi area permukaan II.


2. Memastikan posisi titik pusat citra di monitor sesuai dengan titik
pusat II.
3. Memastikan kolimasi berkas sinar-X secara otomatis
menyesuaikan area input II untuk semua seting ukuran II dan
semua jarak fokus ke detektor (SID).

II.2. Alat Uji dan Alat Ukur


1. Kaset berisi film, dengan ukuran lebih besar dari diameter II
nominal;
2. Plat Cu 2 mm;
3. Pita pengukur (meteran);
4. Waterpass;

II.3. Metode Uji

II.3.1. Selisih tepi lapangan berkas sinar-X dengan tepi lapangan


permukaan II

1. Posisikan pelindung II dan atur jarak tabung ke II (SID) pada posisi


maksimum.
2. Tempatkan kaset berisi film sedekat mungkin dengan permukaan
II pada posisi menutupi seluruh permukaan II.
3. Pilih ukuran II dan kolimasi maksimum, lalu lakukan eksposi
fluoroskopik.

10 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

4. Cetak film dengan perbesaran 100% atau ambil datanya dalam


bentuk DICOM atau foto dengan skala terbaca.
5. Hitung deviasi area sinar-X (ASX) terhadap area II dengan cara:
 Ukur sisi terpanjang citra berkas sinar-X pada film.
 Hitung panjang sisi terkoreksi dengan mengkalikan faktor
magnifikasinya.
 Hitung selisih panjang sisi terkoreksi dengan diameter II.
6. Bandingan hasil pengukuran dengan nilai lolos uji (Δ ≤ 1% SID).
Catatan:
1. Semua film harus teridentifikasi dengan data instansi dan tanggal
uji.
2. Dalam tahapan uji kolimasi ini dapat sekaligus dilakukan uji sistem
pencitraan untuk membandingkan area berkas sinar-X yang
terpakai di monitor, dengan menempatkan obyek uji geometri (mesh
grid) setelah kaset pada langkah ke-2.

II.3.2. Kendali Kolimasi Otomatis


1. Atur posisi SID minimum.
2. Atur kolimator hingga tepi kolimasi terlihat sedikit di monitor.
3. Dengan berkas eksposi fluoroskopik terus ‘on’, jauhkan jarak
SID secara bertahap hingga maksimum. Lihat perubahan tepi
kolimator di monitor:

II.4. Analisa Data (Perhitungan)


II.4.1. Faktor Magnifikasi Jarak (FM):
o Nilai FM:
FM = SID/SOD

11 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

II.4.2. Area Sinar-X (ASX)


o Nilai ASX:
ASX terkoreksi (cm) = ASX terukur x FM
o Selisih nilai ASX terkoreksi terhadap ukuran II.
Δ (%) = (ASX terkoreksi - diameter II) / SID
o Nilai Lolos Uji:
Δ ≤ 1% SID

II.4.3. Kolimasi otomatis


o Jika tepi kolimator terlihat tetap di monitor bersamaan dengan
bertambahnya jarak SID, maka kendali kolimasi otomatis berfungsi.
o Jika tepi kolimator mengecil bahkan menghilang di monitor
bersamaan dengan bertambahnya jarak SID, maka kendali otomatis
tidak berfungsi.

12 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PARAMETER UJI GENERATOR DAN TABUNG SINAR-X

III. AKURASI TEGANGAN

III.1. Tujuan

Memastikan kesesuaian antara tegangan seting pada panel kontrol


dengan tegangan yang dihasilkan generator.

III.2. Alat Uji dan Alat Ukur


1. Non invasif kVp meter
2. Waterpass
3. Pelindung II (misalnya lembaran Pb, Cu, atau fantom)
4. Pita ukur
5. Fantom perspek atau fantom abdomen

III.3. Metode Uji

A. Mode Manual:

1. Seting eksposi fluoroskopik untuk kVp manual, dengan seting arus


otomatis.
2. Lakukan eksposi mulai sekitar 60 kVp, lalu naikkan 10 kVp
berturut-turut hingga kVp tertinggi. Untuk pesawat tua, eksposi
dihentikan pada 10 kVp kurang dari kVp tertinggi.

B. Mode Otomatis:

1. Lakukan penambahan attenuator (misalnya Cu, Al, atau fantom


perspeks) dengan nilai pada alat ukur yang mendekati variasi kV

13 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

klinis (misalnya 60 atau 70 kVp) sampai dengan 90 kVp atau 100


kVp.
2. Catat ketebalan attenuator yang diperlukan untuk mencapai nilai
seting kVp.

Gambar 1. Seting peralatan pada uji akurasi tegangan pada tabung di


bawah

3. Bandingkan persen error yang ada di panel kendali dan pada alat
ukur.

Catatan:
1. II harus selalu dilindungi dengan lembaran Pb, Cu atau fantom
sesuai nilai kVp yang digunakan.
2. Uji HVL dapat dilakukan sekaligus bersamaan uji akurasi kV ini
dengan mengukur data HVL pada sekitar 80 kV.
3. Uji Dosis pasien dapat dilakukan bersamaan uji akurasi kV ini
dengan menggunakan fantom ekivalen dengan abdomen
manusia (standar: 20 cm solid water).

14 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

III.4. Analisa Data

o Hitung nilai error setiap data dengan rumus:

dengan

= tegangan pada panel kendali

= tegangan yang terukur pada kVp meter.

o Nilai Lolos Uji:


e ≤ 10 %

IV. WAKTU PENYINARAN FLUOROSKOPIK MAKSIMUM


IV.1. Tujuan
Memastikan lama eksposi maksimum dibatasi oleh timer fluoroskopik.

IV.2. Alat Uji dan Alat Ukur


Stop watch

IV.3. Metode Uji


1. Pastikan bahwa prosedur warm-up pesawat sinar-X telah
dilakukan.
2. Tutup kolimator secara keseluruhan (atau block berkas sinar x-
ray).
3. Seting pesawat pada faktor eksposi rendah 60 kVp dan 1 mA.
4. Lakukan penyinaran fluoroskopik dengan akumulasi waktu 5 menit
atau lebih.

15 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

5. Periksa sinyal suara dan tentukan apakah timer dapat di-seting


‘nol’ kembali.

IV.4. Analisa Data


o Timer fluoroskopik harus memberikan sinyal suara kepada
operator secara kumulatif tidak melebihi interval 5 menit, dan
pada display harus di-seting menjadi ‘nol’ untuk tiap pasien
walaupun pengulangan seting alarm suara tidak diperlukan serta
timer di-seting ulang menjadi ‘nol’.

V. KUALITAS BERKAS SINAR-X (HVL)

VI.1. Tujuan
Memastikan kecukupan filtrasi untuk memenuhi kualitas berkas sinar-
X minimal.

VI.2. Alat Uji dan Alat Ukur


1. Detektor,
2. Filter Al (99%), hanya untuk metode tak langsung,
3. Pelindung II (misalnya lembaran Pb, Cu, atau fantom),
4. Pita ukur.

VI.3. Metode Uji

1. Lepaskan filter tambahan. Jika filter tambahan terpasang sudah


fiks, maka filter tambahan tersebut dapat dianggap sebagai filter
terpasang tetap.

16 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

A. Metode langsung (dengan detektor)


i. Seting detektor seperti pada pengujian akurasi tegangan;
ii. Ukur langsung nilai HVL pada tegangan 80 kVp atau yang
mendekati;
iii. Catat HVL-nya.

Catatan:
Uji HVL dapat dilakukan sekaligus bersamaan uji akurasi kV ini dengan
mengukur data HVL pada sekitar 80 kV.

B. Metode tidak langsung (dengan filter Aluminium)


i. Seting posisi beberapa mm filter Al di belakang posisi
detektor hingga kondisi penyinaran pada 80 kVp;
ii. Ukur laju dosis tanpa filter;
iii. Pindahkan 1 mm filter Al ke depan detektor dan ukur
kembali nilai laju dosis;
iv. Ulangi terus memindahkan satu-persatu filter 1 mm Al ke
depan detektor, hingga nilai laju dosis terukur di bawah
separuh nilai laju dosis tanpa filter (langkah ii);
2. Catat data dan hasil pengukuran untuk tiap tebal filter Al dalam
satuan laju dosis (uGy/s).

VI.4. Analisa Data


 Metode langsung
o Nilai HVL = nilai HVL yang terbaca pada alat ukur;

17 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

 Metode tidak langsung(dengan filter Aluminium)


o Plot laju dosis yang terukur versus ketebalan filter yang
digunakan;
o Menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) buat
grafik garis lurus;
o Nilai HVL adalah nilai ketebalan filter pada titik tengah
(separuh) dari laju dosis yang terukur tanpa filter;
o Atau dapat juga menggunakan rumus:

t1 ln 2 D1 / D0   t 2 ln 2 D2 / D0 
HVL 
ln 2 D1 / D2 

t1 = ketebalan filter 1 ; t 2 = ketebalan filter 2


D0 = laju dosis yang terukur tanpa filter

D1 = laju dosis yang terukur pada ketebalan filter 1


D2 = laju dosis yang terukur pada ketebalan filter 2
VI. KEBOCORAN TABUNG

VIII.1. Tujuan
Pengujian kebocoran wadah tabung bertujuan untuk mengetahui
posisi dan nilai kebocoran wadah tabung pesawat sinar X.

VIII.2. Alat Ukur dan Alat Uji


1. Detektor ion chamber
2. Plat Pb dengan ketebalan 2 mm untuk menutup kolimasi
3. Pita pengukur;
4. Isolasi.

18 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

VIII.3. Metode Uji


1. Catat kV maksimum, mA, dan mA kontinyu
2. Tutup rapat kolimator dan tempelkan lembar Pb di depan
kolimator.
3. Seting eksposi fluoroskopik pada kVp maksimum dan arus 1
mA(untuk pesawat tua dibatasi hingga 10 kV kurang dari
maksimum)
4. Lakukan eksposi dan ukur laju dosis pada keempat titik sekeliling
tabung sinar-X (sisi anoda, katoda, depan dan belakang).
Jarakfokus ke detektor adalah 100 cm.
5. Bandingkan nilai laju dosis pada semua titik lokasi pengukuran
dan ambil nilai yang terbesar sebagai dasar perhitungan laju dosis
kebocoran wadah tabung dalam 1 jam.

Gambar 2. Pengukuran kebocoran wadah tabung sinar-X untuk tabung di


bawah meja

19 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Catatan:
1. Untuk tabung stasioner di bawah meja, penempatan Pb
dapat dilakukan dengan menegakkan meja hingga tegak
lurus (900) dengan lantai.
2. Bila SDD terpaksa kurang dari 100 cm, konversi laju dosis
pada 100 cm dengan persamaan inverse square law.

VIII.4. Analisa Data


o Bandingkan nilai laju dosis pada semua titik lokasi pengukuran
dan ambil nilai yang terbesar sebagai dasar perhitungan laju dosis
kebocoran wadah tabung dalam 1 jam.
o Perhitungan kebocoran:

Dimana:
= laju dosis maksimum (µGy/jam)
mAcont = Arus kontinu alat (mA).
mAset = Pengaturan mA saat eksposi dilakukan (mA).

o Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung pada jarak 1 m dari
fokus adalah L ≤ 1 mGy/jam.

20 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PARAMETER UJI INFORMASI DOSIS PASIEN

VII. Informasi Dosis Pasien


VIII.1. Tujuan
Memastikan laju dosis pasien fluoroskopik tidak terlampaui baik untuk
tebal pasien normal maupun untuk tebal pasien maksimum.

VIII.2. Alat Ukur dan Alat Uji


1. Alat ukur laju dosis,
2. Fantom abdomen (solid water 20 cm atau ekuivalen),
3. Tiang penyangga 30 cm (untuk uji dosis maksimum di udara),
4. Plat Pb 2 mm

VIII.3. Metode Uji


A. Laju Dosis Tipikal Pasien
1. Letakkan fantom abdomen (solid water 20 cm atau ekuivalen)
sesuai posisi pemeriksaan klinis pasien. Posisi peletakkan fantom
mengacu pada tabel 1.
2. Pilih ukuran II yang rutin digunakan dengankolimasi diatur sesuai
dimensi fantomdengan menggunakan eksposi fluoroskopi.
3. Lakukan eksposi fluoroskopik otomatis (mode klinis tertentu).
4. Catat nilai laju dosis, kV dan mA yang terukur.

21 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Gambar 3. Contoh uji dosis pasien tipikal pada kondisi tabung di bawah
(undertube)

B. Laju Dosis Maksimum Di Udara


1. Tabung di atas meja:
 Atur SID minimum,
 Gunakan tiang penyangga 30 cm di atas meja pasien,
 Letakkan detektor di atas tiang penyangga,
 Posisikan plat Pb di belakang detektor untuk semua jenis
pesawat fluoroskopi, pastikan plat Pb tegak lurus dengan
berkas sinar-X,
 Lakukan eksposi otomatis,
 Catat laju dosis maksimum di udara.
2. Tabung di bawah meja:
 Atur SID minimum,
 Posisikan detektor di atas permukaan meja pasien dengan
menghadap berkas utama sinar-X,
 Letakkan Pb 2 mm di atas detektor,
 Lakukan eksposi mode otomatis,
 Catat laju dosis maksimum di udara.

22 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Catatan:
1. Uji dosis pasien bisa dilakukan bersamaan dengan pengujian
akurasi kVp pada kVp otomatis menggunakan:
 fantom ekivalen abdomen (20 cm solid water) untuk dosis tipikal,
dan
 Pb 2 mm untuk dosis maksimum.
2. Khusus eksposi fluoroskopik mode dosis tinggi (boost mode) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 hanya dilakukan oleh radiografer yang mengetahui batas
aman dari rating tabung;
 alarm audio dan visual berfungsi selama eksposi; dan
 mode eksposi harus otomatis kembali ke mode dosis normal
setelah eksposi berakhir atau setelah pemutusan catu daya.

Tabel 1. Posisi titik pengukuran dosis pasien fluoroskopik

Konfigurasi Patient Titik Pengukuran Titik Keterangan


Peralatan Support Tipikal Pengukuran Lain
Maksimum
Tabung Permanen di 10 mm di atas 10 mm di atas Dosis
sinar-X di antara meja pasien meja pasien maksimum di
bawah meja tabung fantom perspek pada kVp udara:
sinar-X dan (atau fantom yang otomatis Tabung sinar-
pasien ekivalen dengan maksimum X pada posisi
tubuh pasien) di menggunakan SSD minimum
atas detektor Pb 2mm

Tabung Permanen di 200 mm di atas 300 mm di Dosis


sinar-X di antara II dan meja pasien, pada atas meja maksimum di
atas meja pasien kVp otomatis, pasien, pada udara:
menggunakan kVp otomatis Tabung sinar-
fantom abdomen menggunakan X pada posisi
Pb 2mm SSD minimum

23 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Peralatan C- Bisa 300 mm dari 300 mm dari


arm/U-arm permanen permukaan input permukaan
atau tidak assembly II input II, pada
pada berkas kVp otomatis
sinar-X menggunakan
Pb 2mm
Jenis Bisa 400 mm dari focal
pesawat permanen spot tabung x-ray
fluoroskopik atau tidak atau jarak
lain pada berkas minimum,
x-ray tergantung mana
yang lebih besar

VIII.4. Analisa data


o Laju dosis maksimum di udara untuk mode normal fluoroskopik
tidak boleh lebih dari 100 mGy/menit pada jarak seperti pada
tabel di atas.
o Apabila tersedia fasilitas laju dosis tinggi, laju dosis maksimum di
udara yang diizinkan sebesar 150 mGy/menit pada jarak seperti
pada tabel di atas.

24 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

PARAMETER UJI SISTEM PENCITRAAN

VIII. Uji Kesesuaian Area Berkas Sinar-X dengan Area Monitor


VIII.1. Tujuan
Memastikan area berkas sinar-X terpakai secara maksimal untuk
pencitraan di area monitor;

VIII.2. Alat Uji dan Alat Ukur

Alat uji kolimasi (alignment test tool [wire-mesh] atau Leeds test
tool).

VIII.3. Metode Uji

1. Posisikan pelindung II dan atur jarak tabung ke II (SID) pada posisi


maksimum.
2. Tempatkan objek geometri sedekat mungkin dengan permukaan
II pada posisi menutupi seluruh permukaan II.
3. Tempatkan obyek geometri tepat di atas permukaan II. Catat
posisi SID dan SOD (jarak fokus ke obyek geometri).
4. Pilih ukuran II dan kolimasi maksimum, lalu lakukan eksposi
fluoroskopik.
 Ukur dimensi citra obyek di monitor berdasarkan jumlah grid
yang nampak. Cetak hasil uji ini atau ambil file elektroniknya
atau foto.
 Hitung diameter citra di monitor terkoreksi dengan cara
mengkalikan faktor magnifikasinya.

5. Hitung nilai deviasi ASX dan AEM.

25 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

VIII.4. Analisa Data


o Faktor Magnifikasi Jarak (FM):
FM = SID/SOD
o IArea Efektif Monitor (AEM)
AEM terkoreksi (cm) = AEM terukur x FM
o Selisih nilai ASX terkoreksi terhadap ukuran II.
Δ (%) = (AEM terkoreksi - diameter II) / diameter II
o Nilai Lolos Uji:
Δ ≤ 1% SID

IX. Uji Laju Dosis Input II


IX.1. Tujuan
Memastikan dosis input ke permukaan II tidak melewati batas
maksimal untuk menghasilkan kualitas citra yang layak.
IX.2. Alat Uji dan Alat Ukur

1. Plat Cu 2 mm,
2. Detektor ion chamber (100 cm3).

IX.3. Metode Uji

1. Tempelkan plat Cu pada kolimator dan atur jarak SID pada posisi
klinis,
2. Lepas grid yang menutupi permukaan II jika memungkinkan. Jika
grid tidak bisa dilepas, nilai laju dosis input II harus dikali faktor
asumsi 2/3.
3. Posisikan detektor sedekat mungkin dengan permukaan II.
Lakukan eksposi fluoroskopik dan atur kecerahan monitor hingga
citra detektor terlihat jelas.

26 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

IX.4. Analisa Data


o Nilai Lolos Uji:

Parameter Nilai Lolos Uji


11 cm ≤ diameter II< 14 cm Ḋinput II ≤ 120 μGy/menit
14 cm ≤ diameter II< 23 cm Ḋinput II ≤ 80 μGy/menit
23 cm ≤ diameter II Ḋinput II ≤ 60 μGy/menit

X. Uji Kualitas Citra


X.1. Tujuan
Uji kualitas citra bertujuan untuk:
1. menentukan baseline kontras rendah dan tinggi pada pesawat
fluoroskopi; dan
2. Memastikan kualitas citra pada pesawat fluoroskopi masih layak
bagi pasien.
X.2. Alat Uji dan Alat Ukur

1. Obyek uji citra untuk kontras rendah,


2. Obyek uji citra untuk kontras tinggi (resolusi spasial).

X.3. Metode Uji


A. Uji Kualitas Citra Kontras Rendah.
1. Arahkan kolimator ke II (posisi default fluoroskopi);
2. Posisikan tabung dan II dengan jarak SID sesuai dengan manual
obyek uji citra;
3. Letakkan fantom dan/atau attenuator sesuai manual fantom;
4. Lakukan eksposi;

27 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

5. Lakukan pengamatan terhadap hasil citra obyek uji yang tampil


pada layar monitor;
6. Lakukan seting brigthness dan kontras monitor berada pada
kondisi optimal (kondisi ini tidak boleh diubah untuk pengujian
yang lain);
7. Catat:
a. Sensitivitas/ambang kontras rendah (% kontras pada
lingkaran d = 10 mm);
b. Detail kontras rendah yang terdeteksi (mm diameter pada
kontras 10%);
c. Resolusi spasial kontras tinggi/batasan (lp/mm).

Catatan:
1. Dalam kondisi obyek uji citra terbatas, uji kualitas citra minimal
harus terdapat uji resolusi spasial (kontras tinggi);
2. Metode uji untuk setiap obyek uji kualitas citra berbeda-beda
sesuai manual
3. Semaksimal mungkin ambil hasil uji kualitas citra kontras
rendah dan kontras tinggi dalam bentuk DICOM.

28 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

X.4. Analisa Data


o Nilai Lolos Uji:

Parameter Nilai Lolos Uji


Kontras rendah Resolusi kontras ≤ 5%
Kontras rendah terdeteksi Resolusi kontras ≤ 1 mm
Resolusi spasial Resolusi spasial ≤
1.6 lp.mm-1 (15/13 cm field sizes)
1.2 lp.mm-1 (25/23 cm field sizes)
0.9 lp.mm-1 (35/33 cm field sizes)
0.7 lp.mm-1 (45/43 cm field sizes)

29 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Lampiran 1
Pelaporan Hasil Uji Kesesuaian

Laporan Hasil Uji Kesesuaian dikirimkan ke Tenaga Ahli melalui


Sekretariat Tenaga Ahli dalam bentuk softfile di alamat e-mail:
tenaga_ahli@bapeten.go.id.
Laporan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X dinyatakan lengkap jika
melampirkan dokumen-dokumen berikut:
1. Resume hasil uji
Resume hasil uji dapat berisi data administrasi dan ringkasan data
teknis. Resume hasil uji dapat menggunakan format dalam Lampiran
1 Peraturan Kepala BAPETEN No 9 Tahun 2011.
2. Data mentah
Data mentah merupakan data yang diperoleh pada saat pengujian di
lapangan. Data mentah terdiri atas:
a. Data dari alat ukur noninvasive yang direkam dalam bentuk pdf;
atau
b. Rekaman hasil tulis tangan.
3. Film citra hasil uji
a. Film citra hasil uji berupa:
- citra Area Sinar-X (dalam bentuk pdf/jpg/DICOM),
- Area Efektif Monitor (dalam bentuk (pdf/jpg/DICOM),
- Kualitas Citra (dalam bentuk DICOM), dan
- citra dari titik pusat focus dan II (dalam bentuk pdf/jpg)
untuk kondisi tabung di bawah;
b. Citra pada film harus dalam bentuk yang utuh atau tidak
terpotong;

30 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

c. Film citra Area Sinar-X harus disertai dengan skala yang berbaca;
d. Nama instansi (lokasi), tanggal pengujian, dan waktu pengujian
harus tercantum pada film citra hasil uji;
4. Lembar kerja pengolahan data hasil uji kesesuaian
Lembar kerja pengolahan data hasil uji kesesuaian menggunakan
format yang ditentukan oleh Tenaga Ahli dalam Lampiran 2 pedoman
ini. Lembar kerja pengolahan data disajikan dalam file excel.
5. Kesesuaian personil penguji
Personil penguji yang melakukan pengujian adalah personil penguji
yang terdaftar dalam KTUN Penetapan Penguji Berkualifikasi.
6. Daftar peralatan yang digunakan pada pengujian
Data peralatan yang digunakan terdiri dari nama alat, model, nomor
seri (sesuai yang terdaftar pada KTUN Penetapan Penguji
Berkualifikasi) dan faktor kalibrasi (jika ada) serta tanggal kalibrasi
berakhir.
7. Data konfigurasi yang wajib diisi:
e. Nomor ijin pemanfaatan (jika sudah memiliki ijin);
f. Lokasi unit;
g. Tanggal pengujian;
h. Nomor seri tabung insersi;
i. Nilai kV maksimum.

31 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

Lampiran 2
Format Lembar Kerja Pengolahan Data Hasil Uji Kesesuaian

32 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

33 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

34 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

35 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

36 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

37 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

38 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

39 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

40 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

41 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i
Seri Pedoman Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X KU/PD/DKKN/05

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011, Uji Kesesuaian


Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Jakarta, 2011.
2. Diagnostic X-ray Equipment Compliance Testing, Program
Requirements, Radiological Council of Western Australia, 2006.
3. Diagnostic X-ray Equipment Compliance Testing, Workbook 4,
Computed Fluoroscopic Equipment, Radiological Council of Western
Australia, 2006.
4. TRS 457: Dosimetry In Diagnostic Radiology: An International Code of
Practice.

42 | M e t o d e U j i F l u o r o s k o p i

Anda mungkin juga menyukai