Anda di halaman 1dari 21

RANGKAIAN PESAWAT

RONTGEN
ANGGOTA KELOMPOK :
1.Muhammad Edy Surya
2.Ragil Ardiansyah
3.Rahmita Yelsi
Rangkaian Pesawat Rontgen
Rangkaian Pesawat Rontgen
Pesawat roentgen  adalah alat / pesawat medik yang bekerjanya mengunakan radiasi
sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.
Rangkaian ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh rangkaian
pesawat sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian.
Bagian-bagian Rangkaian Pesawat
Rontgen
1.      Saklar.
Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat roentgen.
2.      .Fuse / sekring
Berfungsi sebagai pengaman.
3.      Voltage Compensator
Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan pesawat jika terjadi penurunan atu
kenaikan pada supply PLN Jika tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar selector
voltage compensator dan jika tegangan turun kita harus mengurangi jumlah lilitan primer dengan memutar selector
voltage compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer dengan
tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan
tetap.
Perbandingan transformasi dapat dirumuskan :
E1 : N1 = E2 : N2
Dimana
E1 = tegangan di primer
N1 = jumlah lilitan di primer
E2 = tegangan di sekunder
N2 = jumlah lilitan di sekunder
Bagian-bagian Rangkaian Pesawat Rontgen
4. Auto Trafo :
Alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan
tegangan keseluruh pesawat. Autotrafo adalah transformator yang kumparan primer dan kumparan sekundernya menjadi
satu dalam satu core 
5. Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh pabrik, contohnya pada pesawat shimadzu R=0,04-
0,08Ω, resistance ini disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah tahanan atur yang berfungsi untuk
mencocokkan tahanan pengkabelan dengan tahanan yang dibutuhkan pesawat.
R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).
6. Voltage Indicator :
Untuk mengetahui apa tegangan PLN mengalami kenaikan atau penurunan.
7. KVP selector Mayor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap
terminal x 10 KV
8. KVP selector Minor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap
terminalnya 1 KV
9. Voltage regulator :
Untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.
Blok Rangkaian Pemanas Filamen
Fungsi Rangkaian Pemanas Filamen
Fungsinya untuk memberikan catu daya dan mengatur besar arus pemanas filament
agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga jumlah electron –
electron bebas yang dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa dicontrol.
Bagian Rangkaian Pemanas Filamen
1.Stabilator

Fungsinya untuk menstabilkan tegangan untuk rangkaian pemanas filament sehingga pengaruh fluktuasi
tegangan PLN tidak mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada filament tabung rontgen. Rangkaian ini
terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N2 dan N3.  N2 di
paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan / input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
Bagian Rangkaian Pemanas Filamen
Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan, yaitu:
1.EK 1= EK 2 ( PLN normal )
tidak terjadi penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada n2,tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan
mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2 akan mempunyai besar tegangan yang sama
(karena diparallel) tetapi fasenya akan berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi antara R
dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan adalah tegangan yang keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.

2. EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)


karena terjadi kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa
transisi (perubahan), dimana tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan pada N dan
tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 – IXC ( karena xc lebih kecil ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) =
IXN2 - IXC + I.R

3. Pada saat ek1 < EK2 (penurunan tegangan pln)


jika tegangan diprimer turín maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2 dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun
tegangan di N2 turun tapi tegangan di C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara
teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih besar dari tegangan di N2.
Maka pada E = IXC + IXN2 sehingga ek2 = E + IXN3
Bagian Rangkaian Pemanas Filamen
2. Space Charge Compensator

Alat ini berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus tabung agar sesuai dengan yang dipilih meskipun terjadi
perubahan tegangan tinggi pada tabung roentgen. Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari tap-
tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai R yang berbeda-beda.
Karakteristik tabung roentgen:
- Semakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.
- Tabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.
Bagian Rangkaian Pemanas Filamen
3. mA control

Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang
digunakan. Alat ini disambung seri dengan trafo filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R nya
untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin  besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R
yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R
paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan
menentukan besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo filamen semakin besar pula arus yang
mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo filamen ini akan menentukan banyaknya elektron bebas  yang dihasilkan. EF
besar --> IF besar --> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil
karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop
yang lebih besar.
V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.
Bagian Rangkaian Pemanas Filamen
4. Stand by Resistance

Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose
berlangsung sehingga filament tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dilengkapi yang dilengkapi dengan
kontaktor yang digerakkan oleh delay relay.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut, pada saat main swith ON, filament tabung rontgen langsung mendapatkan tegangan dari
transformator filament tapi melewati stand by resistant sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat
expose, timer bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan kontaktor relay di stand by
resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada voltage drop
sehingga pemanasan filament pada tegangan normal.
Blok Rangkaian Tegangan Tinggi
Rangkaian Tegangan Tinggi
Pada rangkaian ini terdapat trafo tegangan tinggi yang  berfungsi untuk memberikan beda potensial
antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat polaritas positif dan katoda harus
selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda dapat
ditarik ke anoda.
Transformator adalah alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan dari satu
rangkaian kerangkaian lain. Bila transformator tersebut untuk menaikkan tegangan disebut
transformator step up ( pada HTT )dan apabila untuk menurunkan tegangan disebut transformator
step down ( pada trafo filamen ). transformator step up mempunyai jumlah lilitan sekunder lebih
banyak dari pada jumlah lilitan primernya sedangkan transformator step down mempunyai jumlah
lilitan sekunder lebih sedikit dari pada jumlah lilitan primernya. Pada HTT jenis transformator yang
digunakan adalah step up dan perbandingan transformasinya bisa mencapai 1 : 1000 atau tergantung
dari desain pabrik pembuatan. Bila pada kumparan primer dialiri arus bolak balik ( AC ) maka akan
timbul garis-garis gaya magnet yang berubah-ubah tergantung dari besarnya arus yang mengalir.
Perubahan garis-garis gaya magnet ini akan menyebabkan terjadinya gaya gerak listrik ( ggl ) pada
lilitan sekundernya, yang besarnya bergantung dari perubahan fliks pada setiap perubahan waktu.
Blok Rangkaian Tabung Rontgen
Rangkaian Tabung Rontgen
Merupakan sebuah tabung diode yaitu  tabung vakum yang terdiri dari dua elektrode, yaitu
anode dan katode.  X ray tube adalah tempat berlangsungnya proses terbentuknya sinar x.
 ~ Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut “Pesawat
Rontgen 1 examination”
 ~ Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table disebut 2
 Examination.
Ada 2 macam x ray tube :
- x ray tube over table   à berada diluar patient table
- x ray tube under table à berada di bawah universal patient table
Blok Tangkaian Timer
Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran
Terdapat 4 jenis timer yaitu:
1. Timer Mekanik
2. Timer Elektrik
3. Timer elektronik
4. Timer Automatic
Blok Tangkaian Timer
Timer Mekanik
Cara kerja:
1.menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam, dalam waktu yang bersamaan jarum
penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut berputar kekanan (searah jarum ajm) kontaktor C dari normally open
menjadi close.
2.setelah sesuai waktu yangn ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda gigi W.
3.sementyara preparation selesai, yaitu kV, mA dan waktu telah ditetapkan maka PB SWE ditekan, sehingga akan ada arus
yang mengalir dari power supply menuju kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.
4.sehingga akan menyebabkan relay s energized dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian power supply dan rangkaian
tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose (penyinaran) dimulai.
5.sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari penguncian, gigi gergaji mulai
berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam).
Setelah waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh kontaktor C hingga membuka
kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan
memutuskan hubungan antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi hingga proses
expose terhenti.
Blok Tangkaian Timer
Timer Elektrik
Cara kerja :
1.menetukan lamanya penyinaran dengan memutar knop K yang diikuti lengan A kearah kiri
(berlawanan jarum jam), misalnya 0,5 detik, dan plat bsi D2 kearah kiri.
2.pada saat itu motor M telah berputar hingga memutar plat D1 kearah kanan (searah jarum jam).
3.saat preparation selesai, yaitu kV, mA, waktu telah ditetapkan maka PB SWE, terminal 1
terhubung dengan terminal 2, terminal 3 terhubung dengan terminal 4.
4.dengan terhubungnya terminal 1 dan terminal 2, maka dari Power Supply akan mengalir arus
(menuju relay S) kembali ke power supply, sehingga relay S energized. Dengan energizednya
relay, maka plat D2 akan menempel dengan plat D1. sehingga plat D2 bergerak kekanan, diikuti
lengan A dan knop K.
5.pada waktu yang bersamaan, ada arus yang mengalir dari power supply menuju ke kontaktor 3-
4 lalu ke kontak lalu ke relay SW dan kemudian kembali ke power supply.
Blok Tangkaian Timer
Timer elektronik
Cara kerja:
1.kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C
2.SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus dari
terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS (bawah) akan close
(karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized, kontaktor SW3A menutup,
sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan terhubung dan expose akan berlangsung.
3.berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat muatan
kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap perubahan waktu),
yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63% itu maka relay SB akan bekerja.
4.dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan bekerja,
dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor SW3 membuka.
5.membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan HTT.
Blok Tangkaian Timer
Timer Automatic
Cara kerja :
1.menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C
2.pada saat PB SWE ditekan maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju
terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju kumparan primer HTT dan kembali ke supply.
3.maka akan ada arus yang mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus :
Rectifier menuju kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar 0,63 C.
4.setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan
mengaktifkan relay S1.
5.dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada arus
yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi.
6.prose penyinaran telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai