Anda di halaman 1dari 52

INFEKSI PARU

(TB PARU dan


PNEUMONIA)
KELOMPOK TUTOR 4A
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran (TB Paru & Pneumonia) :
• 1. Definisi & Etiologi
• 2. Patofisiologi
• 3. Epidemiologi
• 4. Kriteria Diagnostik
• 5. Pemeriksaan Penunjang
• 6. Diagnosis banding
• 7. Tatalaksana (Farmakologis & Non-Farmakologis)
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal
dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC
akan menimbulkan gejala berupa batuk
yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu),
biasanya berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.

International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public Health. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA). 2006
Etiologi
• TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman
dengan nama yang sama, yaitu Mycobacterium
tuberculosis.
• BTA (Basil Tahan Asam) positif
• Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4
mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron
• kuman batang, keadaan “dormant” pada tubuh host
• terdiri dari asam lemak (lipid).
• Lebih tahan terhadap asam, gangguan kimia dan fisika.
• Sifat aerob. menyenangi jaringan tinggi kadar oksigen

International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public Health. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance
(TBCTA). 2006
Etiologi

Mycobacterium tuberculosis
• Berbentuk batang
• Gram (+)
• Pleimorfik
• Ridak bergerak ,tidak membentuk spora
• Ukuan 2,4 um
• Tumbuh baik pada suhu 37-41
Pneumonia adalah peradangan paru-
paru yang disebabkan oleh infeksi.
Pneumonia bisa menimbulkan gejala
yang ringan hingga berat. Beberapa
gejala yang umumnya dialami
penderita pneumonia adalah batuk
berdahak, demam, dan sesak napas.
Etiologi Pneumonia
• VIRUS :
RSV, virus influenza, adenovirus danvirus
parainfluenza
• Bakteri
o Streptococcus pneumoniae
o Haemophilus influenzae
o Staphylococcus aureusStreptococcus group
A–B
o Klebsiella pneumoniae
o Mycoplasma pneumoniae
o Chlamydia sp
o Pseudomonas aeruginosa
• Menurut Hariadi (2010) dan Bradley (2011)
pneumonia dibagi berdasarkan kuman
penyebab yaitu :

1. Pneumonia Bacterial/tipikal
2. Pneumonia Atipikal
3. Pneumonia Virus
4. Pneumonia Jamur
PATOFISIOLOGIS TBC
PATOFISIOLOGIS PNEUMONIA
- Inhalasi langsung
- Penyebaran pemb. Darah
- Inhalasi bahan aerosol
- Kolonisasi di permukaan mukosa

Masuk ke parenkim paru

BATUK

Inflamasi Parenkim Paru

DEMAM

Restriksi Jalan Napas

Napas Hipoksia Sesak


Cepat
Epidemiologi TBC
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
https://tbindonesia.or.id
KRITERIA DIAGNOSTIK
TBC

Anamnesis:
• Pasien dengan TBCBatuk
• Onset >3 minggu
• KualitasBatuk berdahak,dan kadang ada darah
• KuantitasBatuk terus-menerus
• Gejala yang menyertaisesak nafas,rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan dan demam/meriang lebih dari sebulan
Safithri.F. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC (International Standard For TB
Care).2011;7:59
TBC

Pemeriksaan Fisik:
• konjungtiva mata/kulit yang pucat karena anemia
• Badan kurus/berat badan menurun
• Pada TB paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-
otot interkostal.
• Bila mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura sehingga paru yang sakit akan
terlihat tertinggal dalam pernapasan
• Fremitus mengeras/melemah
• Perkusi  suara pekak
• Ronki basah,kasar,nyaring terutama di apex paru
• Auskultasi  suara yang melemah sampai tidak terdengar sama sekali

Safithri.F. Diagnosis TB Dewasa Dan Anak Berdasarkan ISTC (International Standard For TB
Care).2011;7:59
TBC

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/Sk/V/2009 Tentang


Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (Tb)
PNEUMONIA

Anamnesis:

KELUHAN UTAMA Nyeri dada

• Batuk
• Sesak nafas
KELUHAN TAMBAHAN • Lemas
• Nafsu makan
menurun
• Demam (37.6°C )

Monita.O, Yani.F.F, Lestari.Y. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian Anak RSUPDR. M.
Djamil Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas.2015;4:218
PNEUMONIA

Anamnesis:
Pasien datang dengan nyeri dada bagian kiri dan terjadi
hilang timbul.batuk berdahak yang berwarna kuning
kehijauan,saat batuk nyeri dada terasa.nyeri dada dirasakan
RPS juga pada saat inspirasi,nyeri berkurang pada saat
istirahat.pasien juga mengeluh lemas,tidak nafsu makan,mual
dan muntah,demam,BAB &BAK normal

RPD Pasien tidak mempunyai riwayat ini sebelumnya


PNEUMONIA

Pemeriksaan Fisik:
• Gerak napas simetris pada
dada kanan & kiri pada
INSPEKSI saat inspirasi & eksipirasi
• Retraksi otot-otot
pernapasan (+)
• Pernapasan cuping hidung

• Ictus cordis teraba setinggi


ICS 5 ± 1 cm dari linea
midclaviculari kiri
PALPASI
• Gerak napas simetris pada
dada kanan & kiri pada
saat inspirasi & ekspirasi
PNEUMONIA

Pemeriksan fisik:
• Bunyi sonor pada kedua paru
• Batas paru-hepar ICS 5
PERKUSI linea midclavicularis dengan
suara redup
• Batas paru-lambung ICS
7/8

• Jantung : bunyi jantung I/II


reguler
AUSKULTASI • Paru : Suara napas
vesikuler,terdapat bunyi ronki
• wheezing

Monita.O, Yani.F.F, Lestari.Y. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian Anak RSUPDR. M.
Djamil Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas.2015;4:218
PEMERIKSAAN
PENUNJANG TB PARU
TES TUBERKULIN

• Bertujuan untuk memeriksa kemampuan


reaksi hipersensivitas tipe lambat

• Hasil interpretasi:
- 0 –4 mm : negative
- 5 –9 mm : ragu-ragu
- ≥ 10 mm : positif

Nawas A, Infeksi D, FKUI IK. Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Respitologi Indonesia. Jakarta: FKUI. 2010.
FOTO RONTGEN PARU

Ada beberapa gambaran radiologi thorax yang


khas pada Tuberkulosis paru, yaitu :

• Infiltrasi
• Kavitas
• Nodul retikuler

Nawas A, Infeksi D, FKUI IK. Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Respitologi Indonesia. Jakarta: FKUI. 2010.
PEMERIKSAAN SPUTUM
• Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung dari penderita TB
dengan contoh uji dahak SPS ( sewaktu –pagi –sewaktu )

Apa yang dilihat Apa yang dilaporkan


Tidak ditemukan BTA minimal 100 lapang pandang BTA negatif
1-9 BTA dalam 100 lapang pandang Tuliskan jumlah BTA yang ditemukan/ 100 lapang pandang
10-99 BTA dalam 100 lapang pandang 1+
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa minimal 50 lapang 2+
pandang
Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa minimal 3+
20 lapang pandang

Nawas A, Infeksi D, FKUI IK. Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Respitologi Indonesia. Jakarta: FKUI. 2010.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PNEUMONIA
FOTO RONTGEN TORAKS

Gambaran radiologis dapat berupa


infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik
dan intertisial serta gambaran kavitas.

Sari EF, Rumende CM, Harimurti K. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2016 Dec 31;3(4):183-92.
ANALISA GAS DARAH

• Kadar PCO2 meningkat/menurun


• PO2 menurun
• Kadar pH arteri meningkat/menurun

Sari EF, Rumende CM, Harimurti K. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2016 Dec 31;3(4):183-92.
TES HEMATOLOGI

Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -40.000 /ul,


Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat
pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left,
danLED meningkat
Sari EF, Rumende CM, Harimurti K. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2016 Dec 31;3(4):183-92.
Diagnosis Banding TBC

Bronkitis
PPOK/COPD Kronik &
Eemfisema

Abses Paru Bronkiektasis

TBC

Pneumonia Sarkoidosis

Siti S, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014.
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

gejala klinisnya
yaitu emfisema
Bronkitis predominan dan
Eemfisema
Kronik bronkitis
predominan.

Gambaran klinis pada Gambaran klinis pada


emfisema predominan: bronkitis predominan:
diafragma menjadi tipis pasien menjadi gemuk
datar, terdapat riwayat namun diameter
sesak nafas yang lama anteroposterior dada
namun dengan batuk dan normal atau hanya sedikit
produksi sputum meningkat.
gambaran khas merupakan
bronkitis kronik pembesaran alveolus
dan duktus alveolaris
adalah hipersekresi yang tidak normal serta
mukus mulai dari destruksi dinding
jalan nafas besar alveolar.
Price SA, Wilson LM. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed
6 Vol 2. Jakarta: EGC; 2015.
Abses Paru

infeksi destruktif berupa lesi


nekrotik pada jaringan paru
Abses Paru yang terlokalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi
nanah di dalam parenkim paru

Gambaran klinis :
• badan terasa lemas
• tidak nafsu makan
• penurunan berat badan
• batuk kering
• keringat malam
• demam intermiten bisa disertai menggigil
dengan suhu tubuh mencapai 39,4 derajat
Celcius atau lebih
• dahak bisa menjadi purulen dan bisa
mengandung darah. Siti S, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014
Pneumonia

peradangan yang mengenai parenkim


Pneumonia paru distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli

Gambaran klinis :
• Pneumonia virus ditandai dengan mialgia
• Mailase
• batuk kering dan non reproduktif
• demam sesak napas
• konsolidasi paru di mana perkusi paru yang
pekak penyaring suara pernapasan bronkial.

Siti S, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
Bronkiektasis

perubahan-perubahan dalam dinding


Bronkiektasis bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis, otot-otot polos bronkus, tulang
rawan dan pembuluh pembuluh darah.

Gambaran klinis:
• batuk kronik yang jarang bersifat produktif
dengan banyak sputum mukopurulen yang
berbau busuk
• hemoptisis sering terjadi biasanya berupa
sputum yang mengandung darah.
• defek jalan nafas obstruktif yang signifikan
disertai hipoksemia, hiperkapnia
• hipertensi paru dan cor pulmonale (jarang)
• jari yang membesar (clubbing fingers)
Siti S, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku Ajar Patologi Robbins Ed
sarkoidosis 9. Singapore: Elsevier Inc; 2013.

penyakit multisistem yang ditandai


Sarkoidosis dengan granuloma non caseosa
pada berbagai jaringan dan organ.

Gambaran klinis:
• adanya adenopati hilus bilateral pada radiografi dada
• limfadenopati perifer
• lesi kutaneus
• splenomegali atau hepatomegali
• batuk kering
• napas tersengal
• rasa tidak umum
• Demam
• lelah
• berat badan turun - anoreksia
• keringat malam
• adanya granuloma non kaseosa mengindikasikan
sarkoidosis.
FARMAKOLOGI
TERAPI NON-
PNEUMONIA FARMAKOLOGI

DAN TB PARU
CAP
(Community
Aquired
FARMAKOLOGI Pneumonia)
HAP (Hospital
TERAPI
Aquired
PNEUMONIA
NON- Pneumonia)
FARMAKOLOGI
TERAPI PNEUMONIA
FARMAKOLOGI:
• Obat antibiotik, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi
bakteri
• Obat antivirus, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi
virus
• Obat antijamur, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi
jamur
• Obat OAINS (antipiretik dan analgetic) seperti ibuprofen atau paracetamol
untuk meredakan demam dan nyeri
• Obat Batuk Damayanti KAAA. Pneumonia. Ryusuke O. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Bagian/Smf Ilmu Penyakit Dalam Rsup
Sanglah Denpasar, 2017
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Ri. 2005
TERAPI PNEUMONIA

NON-FARMAKOLOGI:
• Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yang
menunjukkan tanda sesak, hipoksemia.
• Perbaikan nutrisi
• Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
• Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral

Pneumonia. Damayanti KAAA. Ryusuke O. Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana. Bagian/Smf Ilmu
Penyakit Dalam Rsup Sanglah Denpasar, 2017
TAHAP
INSENTIF
FARMAKOLOG
I
TERAPI TB TAHAP
PARU NON- LANJUTAN
FARMAKOLOG
I
TERAPI TB PARU
FARMAKOLOGI:
 Penyakit TB dapat diobati dengan obat yang kita kenal dengan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
 Obat yang digunakan sebagai obat anti tuberkulosis diantaranya:
1.Rifampicin
2.Pirazinamid
3.INH (isoniazid)
4.Ethambutol
5.Streptomycin

Irianti RNT dkk. Buku Anti-Tubekulosis, 2016


TERAPI TB PARU

 OAT diberikan dokter dengan dosis berdasarkan berat badan


dan fase pengobatannya:
• Fase intensif: 2 bulan pertama pengobatan
• Fase lanjutan: 4 bulan selanjutnya.

 Di Indonesia terdapat dua macam bentuk OAT yaitu dalam


bentuk obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) atau disebut
juga Fixed-Dose Combination (FDC) dan kombipak (obat
lepas).
TERAPI TB PARU
 OAT bentuk kombinasi tetap terdiri dari dua macam, yaitu :
• 4KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin, Pirazinamid,
Isoniazid, dan Etambutol.
• 2KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin dan Isoniazid

Gambar 1. Gambar 2.  
OAT KDT OAT KDT
Fase Fase Lanjutan
Intensif
TERAPI TB PARU
Panduan OAT yang digunakan berdasarkan Program Nasional
Penanggulangan TB di Indonesia dibagi dalam kategori berikut:
A. Kategori-1
B. Kategori-2
C. Kategori Anak
TERAPI TB PARU
NON-FARMAKOLOGI:
1. Mengkonsumsi makanan bergizi (diet sehat)

2. Istirahat yang cukup

3. Tinggal di lingkungan sehat

4. Olahraga secara rutin

5. Mengurangi makanan natrium dan kafein

Anda mungkin juga menyukai