Anda di halaman 1dari 47

Diagnosis dan

Tatalaksana Gagal
Jantung Akut
Presentan :
Syifa Alfiah Sujana 130112190666
Safira Satyani Luthfia 130112190609

Preseptor : Achmad Hafiedz Aziz Kartamiharja, dr., SpJP(K)., MH.Kes

Kelompok 3
PSPD Departemen Ilmu Penyakit Dalam
CONTENTS

01. Definisi

02. Epidemiologi

03. Klasifikasi

04. Faktor pencetus

05. Patogenesis

06. Manifestasi klinis

07. Diagnosis

08. Tatalaksana
Definisi
Gagal Jantung akut didefinisikan sebagai rapid onset atau memburuknya gejala dan /
atau tanda dari gagal jantung. Keadaan ini merupakan kondisi medis yang menganca
jiwa dan membutuhkan evaluasi dan tatalaksana segera.

PERKI: Pedoman Pengelolaan Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. 2015.


Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Epidemiologi

• Merupakan mayoritas dari •1. Data Sistem Informasi Surveilans PTM •2. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
penyebab “unplanned
hospitalization”.

• 1 year mortality: 10-30%

• Mayoritas (65-75%) memiliki


riwayat gagal jantung.

• Sekitar setengah dari jumlah


pasien merupakan laki-laki.

Profil Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. Kemekes RI Tahun 2017


Harrison, T. R., Isselbacher, K. J., & Wilson, J. D. (2015). Harrisons principles of internal medicine (19th ed.). New York: McGraw-Hill.
Klasifikasi

Ponikowski, P. (2016). 2016 Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Biot: European Society of Cardiology.
Klasifikasi Berdasarkan Riwayat HF

Acute
De Novo
Decompensated
Acute Heart Failure
Heart Failure
Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik

Tipe Tekanan Darah Sistolik

Elevated/Hypertensive AHF > 140 mmHg

Normotensive AHF 90 – 140 mmHg

Hypotensive AHF < 90 mmHg

Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure.
Klasifikasi Berdasarkan LVEF

AHF with AHF with AHF with


reduced LVEF mid-range LVEF preserved LVEF
LVEF < 40%
LVEF 40-49% LVEF > 50%

Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Klasifikasi berdasarkan keadaan hemodinamik

Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Faktor pencetus

PERKI: Pedoman Pengelolaan Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. 2015.


Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Patogenesis
Gagal jantung: cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan sirkulasi /metabolik jaringan
Mekanisme kompensasi

• Ketika keadaan gagal jantung ini menyebabkan


penurunan stroke volume atau CO, tubuh akan
menghasilkan respons kompensasi 
mengembalikan cardiac output dan menjaga
perfusi jaringan.

• Terdiri dari :
1. Frank Starling mechanism
2. Neurohormonal alteration
• Adrenergic Nervous System
• Renin–Angiotensin–Aldosterone System
• Antidiuretic Hormone
• Natriuretic Peptides
3. Ventricular Hypertrophy and Remodeling
• Pada awalnya mekanisme kompensasi ini besifat adaptif, artinya mekanisme ini mampu untuk menjaga
keadaan hemodinamik tubuh. 
• Namun ketika mekanisme kompensasi ini terjadi dalam waktu yang lama, lama kelamaan mekanisme ini
bersifat maladaptif
Manifestasi Klinis
DIAGNOSIS

Anamnesis
Dyspneu : karakteristiknya, awal nya hanya saat beraktivitas berat, namun seiring bertambahnya parah penyakit, dyspneu
dapat terjadi ketika istirahat sekalipun.
• Ortopnea
• Lemas
• Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi baring
• Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND)
• Cheyne-stokes respiration  respirasi periodik akibat hilangnya sensitifitas respiratory center terhadap arterial PCO2
• Bengkak di tungkai
• Nausea, anorexia, nyeri abdomen & fullness  akibat kongesti liver dan edema bowel wall
• Cerebral symptom : confusion, disorientasi, gangguan tidur dan emosi, insomnia akibat nokturia.

Faktor Risiko:
• Hipertensi
• Dislipdemia
• Obesitas
• Merokok
• Riwayat gangguan jantung sebelumnya
• Riwayat infark miokard Harrison, T. R., Isselbacher, K. J., & Wilson, J. D.
(2015). Harrisons Cardiovascular Medicine (2nd ed.). New
• Riwayat terapi dan pengobatan York: McGraw-Hill.
ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. 2013
Pemeriksaan Fisik Cardiac
• Displaced PMI to lateral (kardiomegali)
• S3 gallop
•General Appearance & Vital Sign • S4 sound
• Mild/moderate HF: no distress at rest • Mitral/  tricuspid murmur
• Severe HF: must sit upright, labored breathing
Abdomen
• BP: normal/high (early), low (advanced) • Hepatomegaly
• Tachycardia, takipnea • Tenderness
• Cool extremities, increased CRT, cyanosis • Ascites (late)

•Leher  JVP meningkat Extremity
Peripheral edema (symmetrical)
•Pulmonary • Ankle and pretibial regions -> ambulatory
• Crackles/rales (bilateral) patients
• Pleural effusion • Sacral region -> bedridden patients

Harrison, T. R., Isselbacher, K. J., & Wilson, J. D. (2015). Harrisons


Cardiovascular Medicine (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. 2013
Kriteria Framingham
2M/M+2m

•Major  •Minor
• Acute pulmonary edema • Edema ankle
• Cardiomegaly • Dyspneu on exertion
• Hepatojugular reflux • Hepatomegaly
• Neck vein distension • Nocturnal cough
• PND / orthopnea • Pleural effusion
• Pulmonary rales • Takikardia >120 bpm
• S3 gallop

Harrison, T. R., Isselbacher, K. J., & Wilson, J. D. (2015). Harrisons Cardiovascular Medicine (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
EKG Natriuretic Peptides
Jarang normal pada AHF CBC
Identifikasi underlying cardiac diseas & Ureum, Kreatinin
potential precipitants Elektrolit (Na,K) 
Tes Fungsi Hati
RONTGEN DADA TSH
Glukosa
Kongesti vena paru D dimer
Efusi pleura
Edema interstitial ECHOCARDIOGRAPHY
Kardiomegali  Terutama pada pasien dengan hemodinamik tdk stabil dan
Penyakit non kardiak (infeksi paru) pasien yang dicurigai adanya gangguan jantung secara
struktur maupun fungsional yang mengancam jiwa
PERKI: Pedoman Pengelolaan Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi Pertama. 2015.
Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular
Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular
Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular
Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2015
Skema diagnostik

Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Gagal


Jantung. 2015
Skema diagnostik dan
tatalaksana

Ponikowski, P. (2016). 2016 Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure.
Biot: European Society of Cardiology.
Tatalaksana
1. Initial evaluation & monitoring
- Pulse oximetry
- Tekanan darah
- Respiratory rate
- EKG
- Urine output
2. Stabilisasi cepat dan transfer ke ICU/CCU
Kriteria admisi ICU/CCU jika terdapat :
- perlu intubasi (atau sudah diintubasi)
- sign/symptom dari hipoperfusi
- SpO2 < 90 % (dengan oksigen
supplementary)
- pemakaian otot aksesoris untuk bernafas,
RR > 25/min
- HR < 40 atau > 130 bpm, SBP < 90 mmHg
2. Identifikasi faktor presipitasi (CHAMP)
3. Diagnostik AHF, manajemen farmakologis dan
non farmakologis secara parallel
Treatment Spesifik

• Hypertensive emergency
turunkan tekanan darah secara
agresif ( 25 % dalam 1 jam
pertama dan seterusnya) 
vasodilattor + loop diuretic IV

• Pulmonary embolism
Reperfusi primer :
-trombolisis
-catheter based approach
-surgical embolectomy
Manajemen Early phase
01. Terapi Oksigen dan/atau ventilatory support
Tidak semua pasien AHF diberi oksigen  vasokonstriksi dan ↓CO /
hiperoksigenasi & ventilation perfusion mismatch pada COPD
Indikasi : pasien hypoxaemia, SpO2 < 90 % atau PaO2 < 60 mmHg
Target : SpO2 > 95 % (atau 90 % pada pasien COPD
- O2 nasal 2-4L/menit (sesuaikan dengan hasil pulseoxymetry). Jika tidak
membaik dalam ½ jam  masker nonrebreathing/rebreathing
- Monitoring SpO2 transkutaneus , acid base balance
- Bila saturasi oksigen tetap rendah dengan mask / (+) distress pernafasan 
Ventilasi Non Invasif (NIV) : CPAP & bi-level positive pressure ventilation
(PPV)
- Bila distress pernafasan tidak membaik dan atau tidak toleran dengan CPAP
 intubasi
02. Terapi Farmakologis
• Diuretic
Direkomendasikan pada AHF bila ada simtom akibat kongesto / volume overload
MoA : loop diuretic (Na-K-2Cl symporter di loop of henle  inhibit reabsorbsi na cl k), thiazide (inhibisi reabsorpsi Na dan Cl di
distal convoluted tubulus)
Pemberian : Furosemide Bolus 40 mg (bila tidak dalam pengobatan diuretic sebelumnya), 2,5x dosis sebelumnya (bila
sebelumnya sudah minum diuretik) + obat tambahan/refraktor (lihat tabel)
 tidak lebih dari 100 mg (6 jam pertama), dan 240 mg (24 jam pertama)
Efek Samping :
- hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia
- Hipovolemia, dehidrasi
- Aktivasi neurohormonal
- Hipotensi (bila bersamaan dengan ACE I/ARB)
• Vasodilator
(+) dual benefit : ↓ venous tone (optimalisasi preload) dan ↓arterial tone (↓ afterload). Dapat juga
meningkatkan stroke volume.
Indikasi : SBP > 110 mmHg, berguna untuk hypertensive AHF
Kontraindikasi : SBP < 90 mmHg / symptomatic hypotension
MoA
Pemberian : Nitrogliserin infus dimulai dari 5 microgram/menit, bila tekanan darah sistolik >110 mmHg,
atau ada kecurigaan sindroma koroner akut.
• Inotropes
Indikasi : pasien dengan penurunan CO (hipoperfusi) 
hypotensive AHF
Kontraindikasi : Hypotensive AHF dengan underlying cause
hypovolemia.
Pemberian :
- Dobutamin mulai 5 mcg/KgBB/menit bila tekanan darah
<90mmHg
- Dopamine mulai dari 5 mcg/kgbb/menit bila TDs <80
mmHg
Dapat terjadi sinus takikardi, iskemia, aritmia  perlu
monitoring EKG

• Vasopressor
Aksi vasokonstriksi arteri perifer lebih kuat
Pemberian :
- Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgbb/mnt bila TDs
<70 mmHg.
Penggunaan epinefrin hanya untuk pasien hipotensi
persisten
• Thromboembolism profilaksis
LMW Heparin direkomendasikan untuk pasien yang belum menggunakan antikoagulan, kecuali jika ada
kontraindikasi/ tidak dibuttuhkan (sudah diresepkan sebelumnya)

• Obat Lain :
 Digoxin
Indikasi : AF dan rapid ventricular rate (>110bpm)
Pemberian : Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi atrium respon cepat, bias diulang tiap 4 jam hingga
Maksimal 1mg

 Vasopressin antagonist
Tolvaptan  hambat aksi arginine vasopressin (AVP) pada V2 reseptor di tubulus. Promote aquaresis
Indikasi : pasien volume overload dan hyponatremia resisten
Efek samping : haus, dehidrasi

 Opiates
Indikasi : dyspnea dan ansietas
Efek samping : mual, hipotensi, bradikardia, depresi pernafasan
Morphin Sulfat Injeksi 2-4 mg

 Anxiolytic dan sedatif


Indikasi : agitasi, delirium
Cth. Benzodiazepine (diazepam, lorazepam)
03. Device Therapy
• Renal Replacement Therapy / Ultrafiltration
Menggantikan fungsi ginjal nonendokrin pada pasien renal failure
Kriteria indikasi inisiasi Renal Replacement Therapy pada pasien refractory volume overload :
- Oliguria yang tidak merespon pada resusitasi cairan
- Severe hyperkalemia (K+ 6,5 mmol/L)
- Severe acidemia ( pH < 7.2)
- Serum urea > 25 mmol/L (150 mg/dL)
- Serum kreatinin > 300 mikromol/L (> 3.4 mg/dL)

• Mechanical Assist Device


 Intra-aortic baloon pump
Support sirkulasi:
- sebelum dilakukan intervensi surgical pada acute mechanical problem
- Saat severe acute myocarditis
- Pasien acute MI atau infark  sebelum, saat, dan sesudah PCI

 Ventricular assist device


Digunakan sebagai jembatan untuk tindakan yang lebih permanen, cth : gagal jantung akut yang
menunggu tindakan transplantasi jantung
Manajemen terapi obat
oral
Monitoring
Kriteria Discharge dan follow-up pada
high risk period
Kriteria discharge :
- Hemodinamik stabil, euvolemic, sudah bisa melanjutkan medikasi oral, fungsi
ginjal baik setidaknya 24 jam sebelum dipulangkan.
- Sudah diedukasi dan diberi masukan tentang self-care
1. Edukasi penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik (cth. tidak
terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah)
2. tanda-tanda kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol
kembali setelah pengobatan di rumah sakit.
3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
4. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati
bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.

Follow Up :
- Direncanakandan dikomunikasikan sebelum pulang dari rumah sakit
- Direvies oleh dokter umum 1 minggu setelah discharge
- Dilihat oleh tim kardiologi dalam waktu 2 minggu setelah discharge
Referensi 1. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2. 2017 ACC/AHA/HFSA Focused Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the
Management of Heart Failure

3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam


4. Lilly, Leonard S. 2011. Pathophysiology of heart disease: a collaborative project of
medical students and faculty. Baltimore, MD: Wolters Kluwer/Lippincott Williams &

Wilkins.

5. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) penyakit jantung dan pembuluh
darah

6. Panduan Praktik Klinis Dokter Fasyankes Primer


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai