Anda di halaman 1dari 25

Acute Coronary

Syndrome

Yuni Inri Yanti


11.2016.056
Definisi

▪ Definisi Acute Coronary Syndrome


(ACS)
Sindrom koroner akut adalah keadaan
gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinis berupa perasaan
tidak enak di dada atau gejala-gejala
lain sebagai akibat iskemia
miokardium.
KLASIFIKASI

Unstable Angina

Sindrom Koroner Akut (SKA) STEMI

NSTEMI
Klasifikasi

Jenis Penjelasan nyeri dada Temuan EKG Enzim Jantung


Angina Angina pada waktu · Depresi segmen T Tidak meningkat
Pectoris Tidak istirahat/ aktivitas ringan, · Inversi gelombang T
Stabil (APTS) Crescendo angina, Hilang · Tidak ada gelombang Q
dengan nitrat.
NonST elevasi Lebih berat dan lama (> 30 · Depresi segmen ST Meningkat
Miocard menit), Tidak hilang · Inversi gelombang T minimal 2 kali
Infark dengan pemberian nitrat. nilai batas atas
Perlu opium untuk normal
menghilangkan nyeri.
ST elevasi Lebih berat dan lama (> 30 · Hiperakut T Meningkat
Miocard menit), Tidak hilang · Elevasi segmen T minimal 2 kali
Infark dengan pemberian nitrat. · Gelombang Q nilai batas atas
Perlu opium untuk · Inversi gelombang T normal
menghilangkan nyeri.
Epidemiologi

▪ Di Indonesia data lengkap penyakit jantung koroner belum ada.


▪ Pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1992, kematian akibat penyakit
kardiovaskuler menempati urutan pertama (16%) untuk umur di atas 40 tahun.
▪ Tahun 1995 di Pulau Jawa & Pulau Bali didapatkan kematian akibat penyakit kardiovaskuler
tetap menempati urutan pertama dan persentasenya semakin meningkat (25%)
▪ Di Makassar, didasari data yang dikumpulkan oleh Alkatiri7 di empat rumah sakit (RS)
selama 5 tahun (1985 sampai 1989), ternyata penyakit kardiovaskuler menempati urutan
ke 5 sampai 6 dengan persentase berkisar antara 7,5 sampai 8,6%.
▪ Kejadiannya lebih cenderung pada pria dengan umur antara 45 – 65 tahun, dan di atas 65
tahun, pria dan wanita menpunyai risiko yang sama.
▪ Sampai hari ini, penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di dunia.
Faktor Resiko

MODIFIABLE RISK FACTOR UNMODIFIABLE RISK FACTOR

Diabetes mellitus Pertambahan Usia


 Age-- > 45 for male/55 for female
Dyslipidaemia Pria

Active and passive cigarette smoking Family history


 >55 male/65 female
Hypertension

Diet tinggi lemak

Tidak ada aktivitas Fisik

Obesity/insulin resistance
Patofisiologi
ACS

Kekurangan suplai oksigen atau peningkatan kebutuhan oksigen pada


miokardium yang bisa disebabkan oleh obstruksi arteri koronaria dan biasanya
plak atherotrombotic koronaria.

4 fase Iskemia Jantung :


1. Ruptur atau erosi plak koronaria (agregasi trombosit)
2. Obstruksi (spasme arteri koronaria)
3. Progresif obstruksi koronaria (aterosklerosis)
4. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium atau penurunan suplai oksigen.
Manifestasi Klinis

▪ Nyeri pada dada (substernal, epigastrium, leher,


lengan kiri)
▪ Sesak nafas dan rasa tidak nyaman di epigastrium
▪ Pucat
▪ Keringat dingin
▪ Sinus takikardi
▪ Gallop S3 & S4
Diagnosis of Angina

▪ Diagnosis:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
EKG
Biormarker
Non-invasive Stress Test
Coronary angiography
Anamnesis

Dari anamnesis kita harus menanyakan ▪ Apakah rasa sakitnya menjalar ke tangan
beberapa soalan yang mengarahkan kita ke kiri?
ACS. Pertanyaan seperti berikut :
▪ Apakah rasa sakitnya disertai dengan
▪ Sakit dada terus-menerus berapa lama? keringatan dingin?
▪ Lamanya sekitar 15 menit? atau lebih ▪ Apakah sakitnya membaik dengan
lama? istirahat?
▪ Sakit dada di sebelah mana? ▪ Apakah pasien perokok? Konsumsi
alcohol?
▪ Sakitnya dirasakan seperti apa? Terbakar?
Tertekan? Ditindih? ▪ Apakah pasien punya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, dislipidemia?
▪ Sakit waktu lakukan apa? Aktivitas?
Apakah waktu istirahat? ▪ Dalam keluarga ada yang mempunyai
riwayat penyakit jantung? Stroke?
▪ Apakah sakit itu dengan rasa sesak? Meninggal tanpa diketahui penyebabnya?
Lemas?
Pemeriksaan Fisik

▪ Dari pemeriksaan fisik, kita harus mempunyai tanda-tanda yang harus kita
curiga ke arah ACS. Tanda – tanda seperti berikut :
▪ Tachycardia > 100x/min
▪ Tachypnea >24/min.
▪ Tampak Cemas
▪ Tekanan Darah tinggi > 140/90 atau rendah <100/70.
▪ Pulsasi arrhythmia.
▪ Kedengaran murmur mungkin adalah komplikasi dari ACS.
EKG

ST Elevation atau LBBB baru


STEMI

ST Depression or dynamic
T wave inversions
NSTEMI

Non-specific ECG
Unstable Angina
Normal or non-diagnostic EKG
ST Depression or Dynamic T wave Inversions
ST-Segment Elevation
New LBBB (Left Bundle Brunch Block)
Diagnosis

Laboratorium
▪ Tes darah rutin
▪ Gula darah sewaktu
▪ Status elektrolit
▪ Koagulasi darah
▪ Tes fungsi ginjal
▪ Lipid
▪ Enzim Jantung (CK, CK-MB, Troponin T dan Troponin I)
Penatalaksanaan

▪ TERAPI AWAL
Penanganan dini yang harus segera diberikan pada pasien dengan keluhan nyeri dada
tipikal dengan kecurigaan ACS adalah:
1. Oksigenasi  Diberikan sampai pasien stabil dengan level oksigen 5-10 liter/menit
secara kanul hidung/sungkup.
2. Nitrogliserin (NTG)  Diberikan secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg), dapat diulang
sampai 3x dengan interval 5-10 menit jika keluhan belum membaik setelah pemberian
pertama, dilanjutkan dengan drip intravena 5-10 μg/menit (jangan lebih 200
μg/menit).
3. Morphine  Dosis 2 – 4 mg intravena
4. Aspirin  Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg perhari
5. Clopidogrel  Dosis: 1 x 75 mg/hari peroral
Penatalaksanaan

TERAPI LANJUT
▪ Reperfusi harus dilakukan untuk menghindari kerusakan yang lebih luas pada
miokardium. Reperfusi dapat dilakukan dengan terapi trombolitik dan
PCI(percutaneus coronary intervention):
1. Terapi trombolitik
▪ Terapi trombolitik lebih bagus dilakukan pada waktu kurang dari 6 jam setelah
serangan jantung.
▪ Pada pasien dengan tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg harus diberikan zat
inotropik.
▪ Agen yang sering digunakan adalah:
▪ Streptokinase 1.5 mega unit dalam 100 ml larutan salin atau dextrose 5% dalam
waktu kurang dari 1 jam
Penatalaksanaan

2. Percutaneus Coronary Intervention (PCI)


Indikasi PCI
▪ Nyeri dada yang menetap walaupun sudah diterapi dengan terapi
trombolitik.
▪ Hemodinamik tidak stabil
▪ Syok kardiogenik untuk pasien dengan umur kurang dari 75
tahun, kurang dari 36 jam setelah serangan jantung STEMI
▪ Gagal jantung dengan nyeri dada kurang dari 12 jam
.
Komplikasi

▪ Aritmia
▪ Disfungsi ventrikel kiri
▪ Hipotensi
▪ Lain-lain:
▪ Emboli Paru Dan Infark Paru
▪ Emboli Arteri Sistemik
▪ Stroke Emboli
▪ Disfungsi dan Ruptur m. Papilaris
Pencegahan

▪ Berhenti Merokok
▪ Modifikasi Diet/Kontrol Berat Badan
▪ Kontrol Tekanan Darah
▪ Kurangi Konsumsi Lemak
▪ Olahraga
▪ Kontrol DM
Kesimpulan
▪ Sindroma koroner akut ditandai oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan dengan kebutuhan oksigen miokard.

▪ Sindroma koroner akut mencakup:

Angina pektoris tak stabil (APTS)

Non ST elevation myocard infark (NSTEMI)

ST elevation myocard infark (STEMI)

▪ Diagnosis ACS dapat ditegakkan dari 3 komponen utama, yaitu dari anamnesis, EKG, dan pengukuran enzim-enzim
jantung (cardiac marker).

▪ Angina pectoris tak stabil ditandai dengan keluhan nyeri dada tipikal tanpa peningkatan enzim jantung.

▪ NSTEMI ditandai dengan nyeri dada tipikal yang disertai perubahan EKG berupa ST depress dan peningkatan enzim
jantung.

▪ STEMI ditandai dengan nyeri dada tipikal yang disertai perubahan EKG berupa ST elevasi dan peningkatan enzim
jantung.

▪ Penanganan dini yang harus segera diberikan kepada pasien nyeri dada dengan kecurigaan ACS adalah MONACO
(morfin, oksigen, nitrat, aspilet, clopidogrel)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai