Syndrome
Unstable Angina
NSTEMI
Klasifikasi
Obesity/insulin resistance
Patofisiologi
ACS
▪ Diagnosis:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
EKG
Biormarker
Non-invasive Stress Test
Coronary angiography
Anamnesis
Dari anamnesis kita harus menanyakan ▪ Apakah rasa sakitnya menjalar ke tangan
beberapa soalan yang mengarahkan kita ke kiri?
ACS. Pertanyaan seperti berikut :
▪ Apakah rasa sakitnya disertai dengan
▪ Sakit dada terus-menerus berapa lama? keringatan dingin?
▪ Lamanya sekitar 15 menit? atau lebih ▪ Apakah sakitnya membaik dengan
lama? istirahat?
▪ Sakit dada di sebelah mana? ▪ Apakah pasien perokok? Konsumsi
alcohol?
▪ Sakitnya dirasakan seperti apa? Terbakar?
Tertekan? Ditindih? ▪ Apakah pasien punya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, dislipidemia?
▪ Sakit waktu lakukan apa? Aktivitas?
Apakah waktu istirahat? ▪ Dalam keluarga ada yang mempunyai
riwayat penyakit jantung? Stroke?
▪ Apakah sakit itu dengan rasa sesak? Meninggal tanpa diketahui penyebabnya?
Lemas?
Pemeriksaan Fisik
▪ Dari pemeriksaan fisik, kita harus mempunyai tanda-tanda yang harus kita
curiga ke arah ACS. Tanda – tanda seperti berikut :
▪ Tachycardia > 100x/min
▪ Tachypnea >24/min.
▪ Tampak Cemas
▪ Tekanan Darah tinggi > 140/90 atau rendah <100/70.
▪ Pulsasi arrhythmia.
▪ Kedengaran murmur mungkin adalah komplikasi dari ACS.
EKG
ST Depression or dynamic
T wave inversions
NSTEMI
Non-specific ECG
Unstable Angina
Normal or non-diagnostic EKG
ST Depression or Dynamic T wave Inversions
ST-Segment Elevation
New LBBB (Left Bundle Brunch Block)
Diagnosis
Laboratorium
▪ Tes darah rutin
▪ Gula darah sewaktu
▪ Status elektrolit
▪ Koagulasi darah
▪ Tes fungsi ginjal
▪ Lipid
▪ Enzim Jantung (CK, CK-MB, Troponin T dan Troponin I)
Penatalaksanaan
▪ TERAPI AWAL
Penanganan dini yang harus segera diberikan pada pasien dengan keluhan nyeri dada
tipikal dengan kecurigaan ACS adalah:
1. Oksigenasi Diberikan sampai pasien stabil dengan level oksigen 5-10 liter/menit
secara kanul hidung/sungkup.
2. Nitrogliserin (NTG) Diberikan secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg), dapat diulang
sampai 3x dengan interval 5-10 menit jika keluhan belum membaik setelah pemberian
pertama, dilanjutkan dengan drip intravena 5-10 μg/menit (jangan lebih 200
μg/menit).
3. Morphine Dosis 2 – 4 mg intravena
4. Aspirin Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg perhari
5. Clopidogrel Dosis: 1 x 75 mg/hari peroral
Penatalaksanaan
TERAPI LANJUT
▪ Reperfusi harus dilakukan untuk menghindari kerusakan yang lebih luas pada
miokardium. Reperfusi dapat dilakukan dengan terapi trombolitik dan
PCI(percutaneus coronary intervention):
1. Terapi trombolitik
▪ Terapi trombolitik lebih bagus dilakukan pada waktu kurang dari 6 jam setelah
serangan jantung.
▪ Pada pasien dengan tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg harus diberikan zat
inotropik.
▪ Agen yang sering digunakan adalah:
▪ Streptokinase 1.5 mega unit dalam 100 ml larutan salin atau dextrose 5% dalam
waktu kurang dari 1 jam
Penatalaksanaan
▪ Aritmia
▪ Disfungsi ventrikel kiri
▪ Hipotensi
▪ Lain-lain:
▪ Emboli Paru Dan Infark Paru
▪ Emboli Arteri Sistemik
▪ Stroke Emboli
▪ Disfungsi dan Ruptur m. Papilaris
Pencegahan
▪ Berhenti Merokok
▪ Modifikasi Diet/Kontrol Berat Badan
▪ Kontrol Tekanan Darah
▪ Kurangi Konsumsi Lemak
▪ Olahraga
▪ Kontrol DM
Kesimpulan
▪ Sindroma koroner akut ditandai oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan dengan kebutuhan oksigen miokard.
▪ Diagnosis ACS dapat ditegakkan dari 3 komponen utama, yaitu dari anamnesis, EKG, dan pengukuran enzim-enzim
jantung (cardiac marker).
▪ Angina pectoris tak stabil ditandai dengan keluhan nyeri dada tipikal tanpa peningkatan enzim jantung.
▪ NSTEMI ditandai dengan nyeri dada tipikal yang disertai perubahan EKG berupa ST depress dan peningkatan enzim
jantung.
▪ STEMI ditandai dengan nyeri dada tipikal yang disertai perubahan EKG berupa ST elevasi dan peningkatan enzim
jantung.
▪ Penanganan dini yang harus segera diberikan kepada pasien nyeri dada dengan kecurigaan ACS adalah MONACO
(morfin, oksigen, nitrat, aspilet, clopidogrel)
TERIMA KASIH