OLEH :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2024
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
2. Penyebab/factor predisposisi
PATHWAY ETIOLOGI
Aritmia
Gangguan
Suplai O2 di Otak Menurun Sirkulasi Spontan
Kematian
Risiko Aspirasi
Patofisiologis cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai
akibat dari henti jantung,peredaran darah akan terhenti. Berhentinya
peredaran darah akan mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit(sudden cardiac
dearh).
4. Klasifikasi Cardiac Arrest
Henti jantung dibedakan berdasarkan aktivitas listrik jantung
(elektrokardiogram) dan berdasarkan shockabledan nonshockable yaitu:
1. Nonshockable : asistol dan aktivitas elektrik tanpa nadi (pulseless
elestrical activity, PEA)
2. Shockable: fibrilasi ventrikel (VF), dan trikardia ventrikel tanpa
nadi (pulseless VT). Fibrilasi adalah masalah irama jantung yang
terjadi ketika jantung berdetak cepat dengan impuls listrik yang
tidak menentu.
Pada VF terjadi depolarisasi dan repolarisasi yang cepat dan tidak
teratur dimana jantung kehilangan fungsi koordinasi dan tidak dapat
memompa darah secara tidak efektif (Hardisman, 2014).
5. Gejala klinis
- Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat
118 (2010) yaitu:
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan
suara,tepukan di pundak ataupun cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan
normalketika jalan pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis,
radialis).
- Gejala yang paling umum adalah munculnya rasa tidak nyaman atau n
yeridada yang mempunyai karakteristik seperti perasaan tertindih yang
tidak nyaman,diremas, berat, sesak atau nyeri. Lokasinya ditengah
dada di belakang sternum. Menyebar ke bahu, leher, rahang bawah atau
kedua lengan dan jarang menjalar ke perut bagian atas.
Bertahan selama lebih dari 20 menit. Gejala yang mungkin adaatau
mengikuti adalah berkeringat, nausea atau mual, sesak nafas (nafas
pendek- pendek), kelemahan, tidak sadar (Suharsono & Ningsih,
2012).
7. Penatalaksanaan medis
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah
sakit,sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan
menentukan prognosis; 30-45 detik. Sesudah henti jantung terjadi, akan
terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa (Ulfah
AR, 2010) :
1. Sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang
mengandungoksigen dngan melakukan:
a. Masase jantung
Dengan ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian
dengantelapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung
yang terdapatdi antara sternum dan tulang belakang tertekan dan
darah mengalir ke arteria pumonalis dan aorta. Masase jantung yang
baik terlihat hasilnya dariterabanya kembali nadi arteri-atreri besar.
Sedangkan pulihnya sirkulasi keotak dapat terlihat pada pupil yang
menjadi normal kembali.
b. Pernapasan buatan.
Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di
perbaikidengan pernapan mulut ke mulut/inflating bags atau secara
endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat diketahui bila kemudian
tampak ekspansi dindingthoraks pada setiap kali inflasi di lakukan
dan kemudian juga warna kulitakan menjadi normal kembali.
1. Periksa Kesadaran
Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama
korban, lihatapakah korban bergerak atau memberikan respon, jika
tidak berikan stimulasidengan menggerakkan bahu korban. Pada
korban yang sadar, dia akanmenjawab dan bergerak. Setelah tindakan
identifikasi kesadaran, lakukan pemeriksaan untuk mencari
kemungkinan adanya cedera dan pengobatanyang diperlukan, namun
jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar,maka segera panggil
bantuan.
2. Posisi Korban
Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang
datar dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja
yang keras.Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminial
mungkin gerakan pada leher dan kepala (posisi stabil miring).
3. Evaluasi jalan nafas
Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah
jatuh ke belakang. Oleh karena itu penolong harus segera
membebaskan jalan nafasdengan beberapa teknik berikut :
a. Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka
jalan nafas dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi
jangan menekan jaringan lunak dibawah dagu karena akan
menyebabkan sumbatan.Caranya adalah satu tangan diletakkan pada
bagian dahi untuk menengadahkan kepala, dan secara simultan jari-
jari tangan lainnyadiletakkan pada tulang dagu sehingga jalan nafas
terbuka.
Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat
makalakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat
perbedaan teknik yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di
sternum dengan dua jari(two finger chest compression technique ). Selain
itu, dapat juga dilakukandengan menggunakan kedua tangan pada posisi
satu jari di bawah garisimajiner intermamae (two thumb-encircling hands)
jika didapatkan dua penolong.
9. Defibrilasi / AED (Automated External Defibrillator)
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat, tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda,2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau
busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri
disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, Riwayat penyakit HIV/AIDS
(Ariani,2015).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya
lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang
tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
f. Pengkajian Primer
Untuk menentukan apakah pasien responsif atau tidak responsif.
Menggunakan metode AVPU.
▪ A – Alert: Pasien terjaga, responsif, berorientasi, dan berbicara
dengan petugas.
▪ V – Verbal: Petugas memberikan rangsangan berupa suara
(memanggil pasien). Pasien akan memberikan respon berupa
mengerang, mendengus, berbicara atau hanya melihat petugas.
▪ P – Painful: Jika pasien tidak memberikan respon dengan suara,
maka anda perlu melakukan pemberian rangsangan nyeri dengan
cara menggosok sternum atau sedikit cubitan pada bahu.
▪ U – Unresponsive: Tidak ada respon apapun dengan suara atau
dengan nyeri.
Airway/jalan napas
1. Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda
asing seperti darah, muntahan, permen, gigi palsu, atau tulang.
Obstruksi juga dapat disebabkan oleh lidah atau edema karena
trauma jaringan.
2. Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal
servikal dan jangan melakukan hiperekstensi leher sampai spinal
dipastikan tidak ada kerusakan.
3. Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan
napas.
Breathing/pernapasan
1. Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi
untuk ekspansi bilateral pada dada.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau
tidak adanya bunyi nafas.
3. Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan
pasien dengan suatu alat oksigenasi yang sesuai
Circulation/Sirkulasi
1. Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama
dan ritmenya dan mengkaji warna kulit.
2. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.
3. Kaji tekanan darah
4. Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum
besar (16-18). Mulai pergantian volume per protokol. Cairan
kristaloid seimbang (0.9% normal salin atau RL) biasanya yang
digunakan
5. Kaji adanya bukti perdasarahan dan kontrol perdarahan dengan
penekanan langsung.
6. Jika pasien tidak bernafasa periksa denyut nadi di leher (karotis)
7. Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada
pergelangan tangan (radial)
8. Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini
tanda dari syok.
9. Jika ditemuka darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan
berasal dari arteri, sebaliknya bila berwarna gelap dan mengalir
biasanya berasal dari vena
10. Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan
kulit pucat dan dingin menjadi indikasi syok.
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan) dibuktikan
dengan dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes), ortopnea, pernapasan pursed-
lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
2. Risiko aspirasi d.d penurunan tingkat kesadaran
3. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
kelistrikan jantung dibuktikan dengan frekuensi nadi <50 kali/menit
atau >150 kali/menit, tekanan darah sistolik <60 mmHg atau >200
mmHg, frekuensi napas <6 kali/menit atau >30 kali/menit, kesadaran
menurun atau tidak sadar, suhu tubuh <34,5 "C, tidak ada produksi urin
dalam 6 jam, saturasi oksigen <85%, gambaran EKG menunjukkan
aritmia letal (mis. ventricular tachycardia [VT], ventricular fibrillation
[VF], asistol, pulseless electrical activity [PEA] ), gambaran EKG
menunjukkan aritmia mayor (mis. AV block derajat 2 tipe 2, AV block
total, takiaritmia/bradiaritmia, supraventriculer tachycardia [SVT],
ventricular extrasystole [VES] simptomatik) ETCO2 <35 mmHg.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung dibuktikan dengan perubahan irama jantung (palpitasi,
bradikardia atau takikardia, gambaran EKG aritmia atau gangguan
konduksi), perubahan preload ( lelah, edema, distensi venajugularis,
central venous pressure (CVP) meningkat atau menurun, hepatomegali
), perubahan afterload ( dispnea, tekanan darah meningkat atau
menurun, nadi perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik,
oliguria, warna kulit pucat dan atau sianosis, perubahan kontraktilitas
(paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), ortopnea, batuk, terdengar suara
jantung, S3 dan/atau S4, ejection fraction (EF) menurun, perubahan
preload (murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery
wedge pressure (PAWP) menurun, perubahan afterload (pulmonary
vascular resistance (PVR) meningkat atau menurun, systemic vascular
resitance (SVR) meningkat atau menurun, perubahan kontraktilitas (
Cardiac index (Cl) menurun, left ventricular stroke work index (LVSW)
menurun, stroke volume index (SVI) menurun ), perilaku atau
emosional ( cemas, gelisah ).
3. Rencana asuhan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional
(SLKI)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: 1. Untuk mengetahui pola
berhubungan dengan keperawatan ..x.. jam Manajemen Jalan Napas (I.01011) nafas (frekuensi,
hambatan upaya napas (mis. diharapkan Pola Napas Observasi kedalaman, usaha nafas)
nyeri saat bernapas, (L.01004) membaik dengan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 2. Untuk mengetahui bunyi
kelemahan otot pernapasan) kriteria hasil: kedalaman, usaha nafas) nafas tambahan (mis.
dibuktikan dengan dyspnea, 2. Monitor bunyi nafas Gurgling, mengi
1. Ventilasi semenit
penggunaan otot bantu tambahan (mis. Gurgling, wheezing, ronkhi kering)
meningakat
pernapasan, fase ekspirasi mengi wheezing, ronkhi 3. Untuk memonitor sputum
2. Kapasitas vital
memanjang, pola napas kering) (jumlah warna aroma)
meningkat
abnormal (mis. takipnea, 3. Monitor sputum (jumlah 4. Untuk mempertahankan
3. Diameter thoraks
bradipnea, hiperventilasi, warna aroma) kepatenan jalan nafas
anterior-posteruor
kussmaul, cheyne-strokes), Terapeutik dengan head tilt chin lift
meningkat
ortopnea, pernapasan 4. Pertahankan kepatenan jalan (jawthrust jika curiga
4. Tekanan ekspirasi
pursed-lip, pernapasan nafas dengan head tilt chin lift trauma servical)
meningkat
cuping hidung, diameter (jawthrust jika curiga trauma 5. Untuk mwmposisikan
thoraks anterior-posterior servical) semi-fowler atau fowler
meningkat, ventilasi semenit 5. Tekanan inspirasi 5. Posisikan semi-fowler atau 6. Untuk memberikan
menurun, kapasitas vital meningkat fowler minum hangat
menurun, tekanan ekspirasi 6. Dispnea menurun 6. Berikan minum hangat 7. Untuk melakukan
menurun, tekanan inspirasi 7. Penggunakan otot 7. Lakukan fisioterapi dada, jika fisioterapi dada, jika
menurun, ekskursi dada bantu nafas menurun perlu perlu
berubah 8. Pemanjangan fase 8. Lakukan penghisapan lender 8. Untuk melakukan
ekspirasi menurun kurang dari 15 detik penghisapan lender
9. Ortopnea menurun 9. Lakukan hiperoksigenasi kurang dari 15 detik
10. Pernapasan pursed-lip sebelum penghisapan 9. Untuk melakukan
menurun endotrakeal hiperoksigenasi sebelum
11. Pernapasan cuping 10. Keluarkan sumbatan benda penghisapan endotrakeal
hidung menurun padat dengan forsep mcgill 10. Untuk mengeluarkan
12. Frekuensi napas 11. Berikan oksigen bila perlu sumbatan benda padat
membaik Edukasi dengan forsep mcgill
13. Kedalaman napas 12. Anjurkan asupan 2000ml 11. Untuk memberikan
membaik perhari, jika tidak oksigen bila perlu
14. Ekskursi dada kontraindikasi 12. Untuk memberikan
membaik 13. Ajarkan teknik batuk efektif anjuran asupan 2000ml
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian perhari, jika tidak
bronkodilator, ekspektoran, kontraindikasi
mukolitik, jika perlu 13. Untuk mengjarkan teknik
batuk efektif
14. Untuk melakukan
kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
4 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru Resusitasi Jantung Paru
berhubungan dengan keperawatan ...x… jam (L.020883)
(L.020883)
perubahan frekuensi diharapkan Sirkulasi 1. Memantau keamanan
Tindakan
jantung dibuktikan dengan Spontan (L.02015) penolong, lngkungan dan
perubahan irama jantung menigkat dengan kreteria Observasi : pasien
(palpitasi, bradikardia atau hasil : 1. Identifikasi keamanan 2. Memantau respon pasien
takikardia, gambaran EKG 1. Tingkat penolong, lngkungan dan (mis.
aritmia atau gangguan kesadaran pasien memenggil pasien,
konduksi), perubahan meningkat 2. Identifkasi respon pasien menepuk bahu pasien)
preload (lelah, edema, 2. Frekuensi nadi (mis. memenggil pasien, 3. Memantau nadi karotis
distensi venajugularis, menurun menepuk bahu pasien) dan napas seliap 2 menit
central venous pressure
(CVP) meningkat atau 3. Tekanan darah 3. Monitor nadi karotis dan atau 5 siklus RJP
menurun, hepatomegali), menurun napas seliap 2 menit atau terapiutik
perubahan afterload 4. Frekuensi napas 5 siklus RJP 4. memakai alat pelindung
(dispnea, tekanan darah menurun Terapeutik : diri
meningkat atau menurun, 5. Suhu tubuh menurun 4. Pakai alat pelindung diri 5. mengktifkan Emargency
nadi perifer teraba lemah, 6. Saturasi 5. Aktifkan Emargency Medical System atau
capillary refill time >3 oksigen Medical System berteriak meminta tolong
detik, oliguria, warna kulit menurun atau berteriak 6. Posisikan Pasien
pucat dan atau sianosis, 7. Gambaran EKG meminta tolong telentang di tempat datar
perubahan kontraktilitas aritmia menurun dan keras
6. Posisikan Pasien
(paroxysmal nocturnal 8. ETCO2 menurun telentang di tempat datar dan 7. mengatur posisi penolong
dyspnea (PND), ortopnea,
9. Produksi urin keras berlutut di samping
batuk, terdengar suara
menurun 7. Atur posisi penolong berlutut di korban
jantung, S3 dan/atau S4,
samping korban 8. meraba nadi karotis
ejection fraction (EF)
8. Raba nadi karotis dalam waktu < dalam waktu < 10 detik
menurun, perubahan
10 detik 9. memberikan rescue
preload (murmur jantung,
breathing jika ditemukan
berat badan bertambah,
pulmonary artery wedge
pressure (PAWP) menurun, 9. Berikan rescue breathing jika ada nadi tetapi tidak ada
perubahan afterload ditemukan ada nadi tetapi tidak napas
(pulmonary vascular ada napas 10. Mengompres Kompres
resistance (PVR) meningkat 10. Kompres dada 30 kali dada 30 kali
atau menurun, systemic dikombinasikan dengan bantuan dikombinasikan dengan
vascular resitance (SVR) napas (ventilasi) 2 kali jika bantuan napas (ventilasi)
meningkat atau menurun, ditemukan tidak ada nadi dan 2 kali jika ditemukan
perubahan kontraktilitas tidak ada napas tidak ada nadi dan tidak
(Cardiac index (Cl) 11. Kompresi dengan tumit ada napas
menurun, left ventricular telapak tangan menumpuk di atas 11. Mengompres dengan
stroke work index (LVSW) telapak tangan yang lain tegak tumit telapak tangan
menurun, stroke volume lurus pada pertengahan dada menumpuk di atas
index (SVI) menurun ), (seperdua bawah sternu) telapak tangan yang lain
perilaku atau emosional ( 12. Kompresi dengan tegak lurus pada
cemas, gelisah ). kedalaman kompresi 5 - 6 cm pertengahan dada
dengan kecepatan 100 - 120 (seperdua bawah
kali/menit sternun)
13. Bersihkan dan buka jalan 12. Kompresi dengan
napas dengan head tilt- chin kedalaman kompresi 5 -
lift atau jaw thrust(jika 6 cm dengan kecepatan
curiga cedera servikal) 100 - 120 kali/menit
14. .Benkan bantuan napas 13. Bersihkan dan buka jalan
dengan menggunakan Bag napas dengan head tilt-
Valve Mesk dengan teknik chin lift atau jaw
EC-Clamp thrust(jika curiga cedera
15. Kombinasikan kompresi dan servikal)
ventilasi selama 2 menit atau memberikan bantuan
sebanyak 5 siklus napas dengan
16. Hentikan RJP Jika menggunakan Bag Valve
ditemukan adanya tandatanda Mesk dengan teknik EC-
kehidupan. penolong yang Clamp
lebih mahir datang dilemukan 15. Kombinasikan kompresi
adanya tanda-tanda dan ventilasi selama 2
kematian biologis, Do Not menit atau sebanyak 5
Resuscitation (ONR) siklus
Edukasi 16. Hentikan
17. Jelaskan tujuan dan RJP Jika ditemukan
prosedur tindakan adanya tanda-tanda
kepada keluarga kehidupan. penolong
atau pengantar pasien yang lebih mahir datang
Kolaborasi dilemukan adanya tanda-
18. Kolaborasi tim medis tanda kematian biologis,
untuk bantuan hidup DoNot Resuscitation
lanjut (ONR)
17. Agar menegtahui tujuan
dan prosedur tindakan
kepada keluarga atau
pengantar pasien
18. Kolaborasi tem medis
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2010). Heart disease & stroke statistics - 2010 Update. Dallar, Texas: American
Heart Association.
American Heart Association. (2010). Part 4: CPR overview: 2010 american hearth
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Indonesia.