Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOTENSI

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pembimbing :
Ketut Sudiantara, A.Per.Pen. S.Kep.Ns M.Kes

OLEH:
Nama :Komang Arhya Duta Martha
Nim : P07120221033
Kelas : 3A STr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipotensi

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah lebih rendah dari nilai 90/ 60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah, sehingga
menyebabkan gejala – gejala seperti pusing dan pingsan (Ramadhan, 2010).
Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistemik di bawah nilai rendah
yang diterima. Meskipun tidak ada nilai hipotensi standar yang diterima, tekanan
kurang dari 90/60 diakui sebagai hipotensi. Hipotensi menjadi kekhawatiran ketika
tekanan pemompaan tidak cukup untuk mengalirkan darah beroksigen ke organ-organ
penting. Hal ini menyebabkan gejala yang berdampak pada kualitas hidup
pasien. Hipotensi diklasifikasikan berdasarkan parameter biometrik pengukuran
tekanan darah. Ini mungkin mutlak jika perubahan tekanan darah sistolik kurang dari
90 mm Hg atau tekanan arteri rata-rata kurang dari 65 mm Hg (Sharma, 2023)
Tekanan darah rendah adalah tekanan darah diastolik yang kurang dari 60
mmHg atau tekanan darah systolic yang kurang dari 90 mmHg. Ciri-ciri darah rendah
adalah sesak napas, nyeri dada, dakit kepala, diare berkepanjangan, gangguan
pencernaan, dsb. Penyebab darah rendah adalah sebagai berikut : Kekurangan volume
darah, pelebaran pembuluh darah, anemia, masalah jantung perubahan hormon dsb.
(Andri Wang, 2014).

2. Etiologi
Banyak orang memiliki tekanan darah sistolik di bawah 100, tetapi beberapa
orang mengalami gejala dengan tekanan yang rendah. Gejala tekanan darah rendah
terjadi karena satu atau lebih dari organ tubuh tidak mendapatkan pasokan darah yang
cukup (American Heart Association, 2015).
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan
berada di salah satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan
tekanan yang cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan
intravaskular (pembuluh intra = dalam + vaskular = darah) dalam sistem (American
Heart Association, 2015).
1. Jantung
Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau listrik dapat
menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah. Jika jantung berdetak
terlalu cepat, tekanan darah bisa turun karena tidak ada cukup waktu bagi
jantung untuk mengisi di antara setiap denyut (diastole). Jika jantung berdetak
terlalu lambat, mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastol
ketika darah tidak mengalir. Jika otot jantung telah rusak, mungkin tidak ada
cukup kekuatan memompa untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam
serangan jantung (infark miokard), otot jantung cukup mungkin akan terkejut
sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa secara efektif. Katup jantung
memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika katup gagal, darah dapat
memuntahkan mundur, meminimalkan jumlah yang akan mengalir ke tubuh.
Jika katup menjadi menyempit (stenosis), maka aliran darah dapat menurun.
Kedua situasi dapat menyebabkan hipotensi.

2. Cairan intravascular

Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel darah dan serum.

a. Dehidrasi , hilangnya air , mengurangi total volume dalam ruang intravaskular


( dalam pembuluh darah ) . Hal ini dapat dilihat pada penyakit dengan
peningkatan kehilangan air. Muntah dan diare adalah tanda-tanda kehilangan
air .
1) Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih, terutama orang tua,
rentan terhadap dehidrasi .
2) korban Kebakaran bisa kehilangan sejumlah besar cairan dari luka bakar
mereka .
b. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran darah dan
menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang intravaskular dan tekanan
darah rendah.

3. Patofisiologi

Tekanan Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka
tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada orang
dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg.
Tekanan darah arteri setinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0.
Pada dasarnya, darah
akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior 650 hingga 750
ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan jantung akan
berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga pada posisi
berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga 25mmHg,
sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat ringan hingga 10mmHg
(Andhini Alfiani Putri F, 2012).

Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian
bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akan turun
mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial
CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak
(Andhini Alfiani Putri F, 2012).

Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam
dinding dan hampir setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah
banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcation
carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon
yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi
respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat
vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin Aldosteron,
pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex autonomy inilah yang
menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor penurunan curah
jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang relative
maupun absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan
dengan :(Andhini Alfiani Putri F, 2012).

a. Penurunan sensitivitas baroreseptor yang diakibatkan oleh proses


atheroskleosis sekitar sinus karotikus dan arkus aorta, hal iniakan
menyebabkan tak berfungsinya reflex vasokontriksi dan peningkatan
frekuensi denyut jantung sehingga mengakibatkan kegagalan
pemeliharaan tekanan arteri sistemik saat berdiri.
b. Menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot eksremitas inferior.
4. Manifestasi Klinis
Terhadap beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :

1. Hipotensi
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual, pinsan,
pandangan buram dan kehilangan keseimbangan
2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok
Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot terasa kram,
gelisah, pusing kecemasan.
3. Hipotensi Ortostatik
Pusing hingga pingsan.

5. Pohon Masalah

Tidak mengetahui
tentang Hipotensi

Defisit
Pengetahuan
6. Kompikasi

a. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang mengalir ke


otak, sel-sel otak tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi-nutrisi. Sehingga
mengakibatkan pening bahkan pingsan.
b. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen
yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Sehingga
menimbulkan kematian pada jaringan otak karena arteri otak tersumbat (infark
serebral) atau arteri pecah (pendarahan).
c. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi sel darah
merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah sehingga
mengakibatkan anemia.
d. Serangan jantung : hipotensi yang mengakibatkan kurangnya tekanan darah yang
tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-arteri koroner (arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung) seingga menyebabkan nyeri dada yang
mengakibatkan serangan jantung.
e. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjalginjal, ginjal-
ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuanganpembuangan dari tubuh yaitu
urea, dan creatin, dan peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah
terjadi (contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN,dan serum
keratin.
f. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa darah lebih
banyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana tekanan darah yang
gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal , hati, jantung, dan otak untuk
secara cepat. Tanda-tanda shock: kecepatan denyut jantung meningkat, haluaran
urine menurun, kulit pada bagian ekstermitas pucat, gelisah.

7. Penatalaksanaan
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu :
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak bergejala pada
orang-orang sehat biasanya tak memerlukan perawatan. Dalam mengatasi hipotensi
berdasarkan penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan
gejalanya.
a. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien dianjurkan
untuk pemulihan kepada kebutuhan cairannya, yang mempengaruhi atau
mengurangi volume darah, mengakibatkan menurunnya tekanan darah.
b. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan mengakibatkan
kurangnya volume daran dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang
dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi darah sesuai dengan yang
dibutuhkan.
c. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita
harusmenjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani
pengobatan yang intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. Hipotensi ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu Menambahkan elektrolit. Penambahan
elektrolit untuk diet dapat meringankan gejala dari hipotensi ringan.
c. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek karena kafein dapat
memacu jantung untuk bekerja lebih cepat
d. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah dimana pasien
masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih tinggi dari pada
punggung ( posisi trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan aliran balik
vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-organ yang
membutuhkan seperti bagian dada dan kepala.
e. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak istirahat, dan
membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan ini.
f. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai pola makan
yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap , seperti susu untuk
meningkatkan stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup
lemah dan mudah lelah.
g. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka klien harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi ataupun suplemen zat besi
untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah yang menambah volume darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
h. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misal jogging,
untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran darah
keseluruh tubuh.
3. Hipotensi simtomatik :
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan mengatur posisi tidur
pasien dengan kepala lebih tinggi. Fludrokortison, suatu mineralokortilkoid dapat
juga berguna tapi banyak pasien tidak mempunyai respon yang baik terhadap obat
ini dan obat obatan yang lain yang telah dicoba seperti indometasin Penanganan
hipotensi yang dilakukan sendiri.
a. Perbanyak asupan cairan terutama air minum.

b. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali sudah konsisi lain
yang tidak memperbolehkannya.
c. Teratur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembuluh darah
menjadi lebih sehat .
d. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain (Indra k.Muhtadi,2013)

Penatalaksanaan menggunakan teknik komplementer dapat dilakukan dengan


metode akupresur yaitu penekanan pada beberapa titik-titik acupoint yang dapat
merangsang peningkatan hormon sehingga membantu proses pemulihan bagi pasien.
berikut titik-titik acupoint yang dapat dilakukan akupresure.
Ada beberapa titik yang dapat digunakan, yaitu :
1. Untuk Nyeri Kepala
a. Hegu (LI 4)
Di dorsum tangan, di tengah-tengah antara tulang metacarpal ke-1 dan ke-2,
kira-kira di tengah tulang metacarpal ke-2 di sisi radial.
b. Yinlingquan (SP 9)
Diperbatasan bawah condyle medial dari tibia

c. Waiguan (TE 5)
2 cun di atas lipatan dorsal melintang dari pergelangan tangan antara ulna
dan jari-jari

d. Zulinqi (GB 41)


Di dorsum kaki, dalam depresi distal ke persimpangan pangkalan metatassal ke-
4 dan ke-5, pada sisi lateral tendon ekstensor digitorum Longus
e. Taichong (LR 3)
Persimpangan tulang metatarsal ke-1 dan ke-2

2. Untuk Hipotensi
a. Zusanli (ST 36)
3 CUN di bawah Dubi, satu jari lebarnya dari puncak anterior tibia.
b. Taichong (LR 3)
Di dorsum kaki persimpangan tulang metatarsal ke-1 dan ke-2

c. Geshu (BL 17)


1,5 CUN lateral ke batas bawah prosesus spinose dari vertebra toraks ke-7

d. Qihai (CV 6)
Pada garis tengah anterior perut bagian bawah, 1,5 CUN di bawah umbilicus
Titik Akupresur untuk Asma
a. Titik LU 4 ( Xiabai)
Titik ini terletak pada perbatasan radial biceps brachii , 4 cun dibawah

b. Titik LU 5 ( Chize )
Titik ini terletak pada lipatan cubital transfersal , disisi radial tendon muculus Biceps
Brachi. Titik ini bermanfaat untuk mengurangi gejala penyakit pernapasan seperti
asma dan batuk.
c. Titik LU 6 ( Kongzui )
Titik ini berada 7 cun diatas lipatan pergelangan tangan dorsal. Titik ini untuk
penyakit batuk, asma, hemoptysis, dan rasa sakit di dada

d. Titik LU 7 ( Ligue )
Titik ini berada pada 1,5 cun diatas lipatan pergelangan tangan melintang.Titik ini
untuk penyakit pernapasan dan nyeri kepala dan leher
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mengumpulkan data-data dan informasi tentang klien agar dapat diidentifikasi
masalah Kesehatan yang dialami sehingga perawat dapat menentukan
diagnosis dan Tindakan yang akan dilakukan kepada pasien

a. Data Umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga
dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan
pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa
pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola
makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan serta perawatan
hipotensi. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya hipotensi.
2) Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik
atau faktor keturunan untuk timbulnya hipotensi pada pasien.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya
dapar terjadi pada bentuk keluarga apapun.
4) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan penyakit hipotensi.
5) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
6) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa
tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan
seseorang.
7) Aktifitas Rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Kembang Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Pada tahap perkembangan biasanya keluarga mempunyai riwayat
hipotensi sejak kapan dan sudah berapa lama.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika hipotensi yang terjadi
pada pasien merupakan faktor keturunan.
c. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan penderita hipotensi.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya perkumpulan
keluarga inti saat malam hari, karena saat malam hari orang tua
sudah pulang bekerja dan anak-anak
sudah pulang sekolah atau perkumpulan
keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi
dengan masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-
kegiatan di lingkungan tempat tinggal seperti gotong royong dan
arisan RT/RW.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan
fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap
pasien dengan hipotensi.
d. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan
keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang
menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota
keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit
hipotensi.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan. Bagaimana keluarga,
merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam
keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan keluarga
yang menderita hipotensi akan menimbulkan komplikasi lebih
lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima
cinta.
f. Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Sejauh mana keluarga
mengetahui pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah. Pada kasus hipotensi ini dikaji
bagaimana pemahaman keluarga mengenai pengertian hipotensi, penyebab
hipotensi, tanda dan gejala hipotensi serta bagaimana pananganan dan
perawatan terhadap keluarga yang menderita hipotensi. Keluarga harus
mampu mengambil keputusan mengenai tindakan Kesehatan. Yang perlu
dikaji adalah bagaimana mengambil keputusan apabila anggota keluarga
menderita hipotensi dan kemampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat akan mendukung kesembuhan anggota keluarga yang menderita
hipotensi. Perlu dikaji juga sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita hipotensi, bagaimana keadaan penyakitnya dan
cara merawat anggota keluarga yang sakit hipotensi. Kaji sejauh mana
keluarga
mampu untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat Bagaiman
keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegahan timbulnya komplikasi dari hipotensi. Terakhir, kaji juga sejauh
mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas Kesehatan yang mana
akan mendukung terhadap kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui ke
fasilitas kesehatan mana anggota keluarga yang menderita hipotensi dibawa
untuk melakukan pengontrolan untuk mencegah terjadinya komplikasi
g. Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
h. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
i. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari enam bulan.
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan / stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.
j. Pemeriksaan fisik
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang
kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi kesehatan
seluruh anggota keluarga.
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda - tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada
leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran.
3) Sistem Integumen
Kaji turgor kulit, apakah terdapat luka pada kulit atau tidak.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
5) Sistem Kardiovaskuler
Apakah ditemui perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Apakah ditemui polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan
obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Apakah ditemui terjadinya poliuri, retensio urine, inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Apakah ditemui terjadinya penyebaran lemak, penyebaran masa
otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Apakah ditemui terjadinya penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap respon
pasien tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami, baik
secara actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan memiliki tujuan
mengindentifikasi respons pasien individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Berikut diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Hipotensi :
a. Defisit pengetahuan tentang imunisasi anak b.d kurang terpapar informasi
d.d menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah,
menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).
b. Intoleransi aktivitas b.d. Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, Tirah baring, Kelemahan, Imobilitas, Gaya hidup
monoton d.d. mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.
c. Keletihan b.d. gangguan tidur, gaya hidup monoton, kondisi fisiologis,
program perawatan/pengobatan jangka panjang, peristiwa hidup negatif,
stres berlebihan, depresi d.d merasa energi tidak pulih walaupun telah
tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu, merasa bersalah akibat
tidak mampu menjalankan tanggung jawab, libido menurun, kebutuhan
istirahat meningkat

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penialain klinis. Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (PPNI, 2018).

No. Diagnosis Tujuan Keperawatan dan Rencana Tindakan/Intervensi


Dx keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)
tentang manajemen keperawatan selama ...x... Observasi
hipotensi (D.0111) jam, diharapkan Tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
b.d kurang terpapar Pengetahuan (L.12111) menerima informasi.
informasi d.d meningkat. 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
menanyakan masalah Dengan kriteria : meningkatkan dan menurunkan
yang dihadapi, 1. Perilaku sesuai anjuran motivasi perilaku hidup bersih dan
menunjukkan perilaku meningkat sehat.
tidak sesuai anjuran, 2. Verbalisasi minat Terapeutik
menunjukkan persepsi dalam belajar 1. sediakan materi dan media pendidikan
yang keliru terhadap meningkat. kesehatan.
masalah, menjalani 3. Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
pemeriksaan yang pengetahuan tentang suatu sesuai kesepakatan.
tidak tepat, topik meningkat. 3. Berikan kesempatan untuk
menunjukkan perilaku 4. Kemampuan bertanya Edukasi.
berlebihan (mis. menggambarkan 4. Jelaskan faktor risiko yang dapat
apatis, bermusuhan, pengalaman sebelumnya mempengaruhi kesehatan.
agitasi, histeria). yang sesuai dengan topik 5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
meningkat. sehat
5. Perilaku sesuai dengan 6. Ajarkan strategi yang dapat
pengetahuan meningkat. digunakan untuk meningkatkan
6. Pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
masalah yang
dihadapi menurun.
7. Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun.
8. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun.

2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (I.05178)


(D.0056) keperawatan selama …x... Observasi
b.d. maka diharapkan Toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Ketidakseimbangan Aktivitas (L.05047) yang mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan meningkat, dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen, hasil: emosional
Tirah baring, 1. Kemudahan 3. Monitor pola dan jam tidur
Kelemahan, melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan
Imobilitas, Gaya sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama melakukan
hidup monoton d.d. 2. Kecepatan aktivitas
mengeluh lelah, berjalan meningkat Terapeutik
frekuensi jantung 3. Jarak berjalan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat >20% dari meningkat rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kondisi istirahat, 4. Kekuatan tubuh kunjungan)
dispnea saat/setelah bagian atas meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
aktivitas, merasa 5. Kekuatan tubuh dan atau aktif
tidak nyaman setelah bagian bawah 3. Berikan aktivitas distraksi yang
beraktivitas, merasa meningkat menenangkan
lemah, tekanan darah 6. Toleransi menaiki 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
berubah >20% dari tangga meningkat jika tidak dapat berpindah atau
kondisi istirahat, 7. Keluhan lelah menurun berjalan
gambaran EKG 8. Dyspnea saat aktivitas
Edukasi
menunjukkan aritmia menurun
1. Anjurkan tirah baring
saat/setelah aktivitas, 9. Dyspnea setelah
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
gambaran EKG aktivitas menurun
bertahap
menunjukkan 10. Aritmia saat aktivitas
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
iskemia, sianosis. menurun
tanda dan gejala kelelahan tidak
11. Aritmia setelah aktivitas
berkurang
menurun
4. Ajarkan strategi koping untuk
12. Sianosis menurun
mengurangi kelelahan
13. Perasaan lemah
Kolaborasi
menurun 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
14. Frekuensi nadi cara meningkatkan asupan makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)


Observasi :
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik,
social, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik :
1. Fasilitasi focus pada kemampuan,
bukan devisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
12. Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implicit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusu) untuk
pasien dimensia, jika sesuai
13. Libatkan dalam permaianan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
14. Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan ( mis.
vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kart)
15. Libatkan keluarga dalam aktivitas,
jika perlu
16. Fasilitasi mengembankan motivasi
dan penguatan diri
17. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
18. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
19. Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik
seharihari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk member
penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
3. Keletihan (D.0057) Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas Istirahat ( I.12362 )
b.d. gangguan tidur, asuhan keperawatan selama Observasi :
gaya hidup monoton, …x... maka diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kondisi fisiologis, Tingkat Keletihan (L.05046) menerima informasi

program menurun dengan kriteria hasil Terapeutik


perawatan/pengobatan
: 1. Sediakan materi dan media pengaturan
jangka panjang,
1. Verbalisasi aktifitas dan istirahat
peristiwa hidup
kepulihan energy 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
negatif, stres
meningkat kesehatan sesaui kesepakatan
berlebihan, depresi
2. Tenaga meningkat 3. Berikan kesempatan kepada
d.d merasa energi
3. Kemampuan melakukan pasien dan keluarga untuk
tidak pulih walaupun
aktivitas rutin bertanya
telah tidur, merasa
meningkat Edukasi
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi,
sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya (Hidayat, 2021).
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi mencakup
penyelesaian tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Siregar, 2021).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dibagi menjadi (Hidayat, 2021):
a) Evaluasi formatif : hasil observasi dan analisis perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi sumatif : rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisis status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
REFERENSI

American Heart Association. (2015). Heart Disease and Stroke Statistics. https://doi.org/DOI:
10.1161/CIR.0000000000000152.
Ramadhan. (2010). Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan Pembuluh Darah.
Yogyakarta: Diva Press.
Sharma, S. ; M. F. H. ; P. T. B. (2023). Hypotension. National Library of Medicine.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499961/.
Guyton & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Singapore Pte Ltd.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 19 Maret 2024

Nama Pembimbing /CT Nama Mahasiswa

Ketut Sudiantara, A.Per.Pen. S.Kep.Ns M.Kes Komang Arhya Duta Martha


NIP. 196508111988031002 NIM. P07120221033

Anda mungkin juga menyukai