HENTI JANTUNG
Disusun Oleh
Nama : NURFADHILLAH
Stambuk : 144220190022
Kelompok : 1 (satu)
Preceptor
( Sintawati, S.Kep., Ns., M.Kep ) (Eva Arna Abrar, S.Kep.Ns. M.Kep. CWCC )
B. Etiologi
a. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab
tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam
jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung
adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien
dengan penyakit jantung atherosclerotic.
1
potasium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik)
juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118
(2018) yaitu:
Gejala yang paling umum adalah munculnya rasa tidak nyaman atau nyeri
dada yang mempunyai karakteristik seperti perasaan tertindih yang tidak nyaman,
diremas, berat, sesak atau nyeri. Lokasinya ditengah dada di belakang sternum.
Menyebar ke bahu, leher, rahang bawah atau kedua lengan dan jarang menjalar ke
perut bagian atas. Bertahan selama lebih dari 20 menit. Gejala yang mungkin ada
atau mengikuti adalah berkeringat, nausea atau mual, sesak nafas (nafas pendek-
pendek), kelemahan, tidak sadar (Suharsono & Ningsih, 2021).
2
D. Patofisiologi cardiac arrest
1. Fibrilasi ventrikel
2. Takhikardi ventrikel
4. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan
pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.
E. Komplikasi
2. Hipoksia Cerebral
3. Kematian
F. Prognosis
Pathway
Multi faktor
Perubahan Status
Suplai O2 Ke Paru Plak pada Kesehatan
Menurun dinding arteri
Kelemahan otot
Dipsnea Suplai oksigen ke tubuh
jantung menurun
Gangguan
sirkulasi spontan
G. Penatalaksanaan
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,
sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan
prognosis; 30-45 detik. Sesudah henti jantung terjadi, akan terlihat dilatasi
pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa (Ulfah AR, 2018) :
a. Masase jantung.
Dengan ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian dengan
telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat
di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria
pumonalis dan aorta. Masase jantung yang baik terlihat hasilnya dari
terabanya kembali nadi arteri-atreri besar. Sedangkan pulihnya sirkulasi ke
otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.
b. Pernapasan buatan.
5
3. Perawatan dan pengobatan komplikasi
1. Periksa Kesadaran
Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama korban, lihat
apakah korban bergerak atau memberikan respon, jika tidak berikan stimulasi
dengan menggerakkan bahu korban. Pada korban yang sadar, dia akan
menjawab dan bergerak. Setelah tindakan identifikasi kesadaran, lakukan
pemeriksaan untuk mencari kemungkinan adanya cedera dan pengobatan
yang diperlukan, namun jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar,
maka segera panggil bantuan.
2. Posisi Korban
Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang datar
dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja yang keras.
Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminial mungkin gerakan
pada leher dan kepala (posisi stabil miring).
Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah jatuh ke
belakang. Oleh karena itu penolong harus segera membebaskan jalan nafas
dengan beberapa teknik berikut :
a. Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan nafas
dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi jangan menekan
jaringan lunak dibawah dagu karena akan menyebabkan sumbatan.
6
Caranya adalah satu tangan diletakkan pada bagian dahi untuk
menengadahkan kepala, dan secara simultan jari-jari tangan lainnya
diletakkan pada tulang dagu sehingga jalan nafas terbuka.
Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka, dapat dilakukan teknik
Heimlich maneuver yaitu korban di depan penolong kemudian lakukan
hentakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2 kepalan tangan di antara
prosesus xifoideus dan umbilikus hingga benda yang menyumbat dapat
dikeluarkan,
5. Periksa nafas
Jika obstruksi telah dikeluarkan maka periksa apakah korban bernafas atau
tidak, lakukan dalam waktu < 10 detik, dengan cara:
7
Lakukan 5 kali bantuan nafas untuk mendapatkan 2 kali nafas efektif. Hal itu
dapat dilihat dengan adanya pengembangan dinding dada. Bila dada tidak
mengembang reposisikan kepala korban agar jalan nafas dalam keadaan
terbuka. Teknik bantuan nafas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan bag valve mask ventilation atau tanpa alat,
yaitu pada bayi dilakukan teknikmouth-to-mouth-and-nose, sedangkan pada
anak menggunakan teknik mouth-to-mouth.
7. Periksa Nadi
Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat maka
lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat perbedaan teknik
yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua jari
(two finger chest compression technique ). Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan menggunakan kedua tangan pada posisi satu jari di bawah garis
imajiner intermamae (two thumb-encircling hands) jika didapatkan dua
penolong.
1. Pastikan anda dan korban tidak berada dalam situasi yang bisa
membahayakan hidup anda berdua seperti misalnya pada korban yang
tersengat listrik, pastikan aliran listrik yang masih menempel pada korban
telah diputuskan terlebih dahulu. Korban kecelakaan yang berada di tengah
keramaian lalu lintas harus dipinggirkan ke tempat yang aman sebelum mulai
diberikan pertolongan pertama.
6. Ambil stiker pad, tempelkan pada dada korban dan pastikan pad menempel
kuat dengan kulit dada korban (alat pencukur jenggot tersedia dalam paket
plastik kecil di kotak AED, termasuk handuk kecil untuk mengeringkan dada
korban apabila basah).
7. Ikuti perintah yang diberikan AED yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru
atau CPR sampai selama kurang lebih 2 menit. AED kemudian akan
memeriksa kondisi detak jantung korban dan memerintahkan semua orang
yang terlibat untuk tidak menyentuh korban: “Don’t Touch Patient
Analyzing.”
8. AED akan memutuskan bila korban membutuhkan shock atau tidak dengan
menganalisa detak jantung korban. Apabila AED menemukan salah satu dari
dua jenis detak jantung ini yaitu Ventricular Febrillation (tidak teratur),
Ventricular Tachycardia (sangat cepat), AED akan memerintahkan penolong
untuk menekan tombol Shock dengan perintah: “Shocking Advised”.
11. Penolong harus terus melanjutkan set yang sama sesuai perintah AED
sampai paramedik datang memberikan bantuan tambahan dan mengambil alih
proses pertolongan pertama.
12. AED tidak akan memberikan perintah berhenti RPJ atau “Stop CPR” atau
memberitahu penolong bahwa korban sudah meninggal. AED akan terus
memerintahkan penolong untuk tetap melakukan RJP/CPR sampai korban
sadarkan diri.
9
H. Asuhan Keperawatan pada cardiac arrest1.
1. Pengkajian
A. Identitas klien
B. Keluhan utama
C. Riwayat Penyakit
Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga dari anak yang mengalami
penyakit jantung.
D. Pengkajian Primer
1. Airway/Jalan Napas
10
a) Look : lihat status mental,pergerakan/pengembangan dada, terdapa
sumbatan jalan napas/tidak,sianosis,ada tidaknya retraksi pada dinding
dada,ada/tidaknya penggunaan otot-otot tambahan.
d. Buka mulut bayi/anak dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang
lidah dan rahang bawah dan tengadah dengan perlahan.
2. Breathing/Pernapasan
11
Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah :
3. Circulation/Sirkulasi
3. Disability
d. Tidak berespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri.
Cara pengkajian :
2. Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
14
4.Implementasi
5.Evaluasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE, 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11, Jakarta:
EGC.h. 163.
16