Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

DENGAN HENTI JANTUNG DI RUANG ICCU


RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh
Ira Luvita Sari
(14.401.17.042)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESAHATAN RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Henti jantung berdasarkan The Pediatric Utstein Guidline adalah terhentinya
aktivitas mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon dari perabaan
pada denyut nadi sentral, dan henti nafas. Pada anak, henti jantung biasanya lebih
banyak disebabkan oleh asfiksia sebagai akibat sekunder dari henti nafas. Hal ini
berbeda dengan kejadian henti jantung pada dewasa yang sebagian besar disebabkan
oleh masalah primer pada jantung. (Manurung, 2014)
Penyebab henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam
jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung
tetap normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung
yang abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat
berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika
aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam
sirkulasi. (Mutaqin, 2015)
Penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa lamanya henti jantung
berhubungan dengan insiden kerusakan otak, semakin lama bayi mengalami henti
jantung, semakin berat kerusakan otak yang akan dialaminya. Hal tersebut
dikarenakan henti jantung yang lama akan menyebabkan tidak adekuatnya Cerbral
Perfusion Pressure (CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada kejadian iskemik
yang menetap dan infark kecil di suatu bagian otak. (Boulton, 2014)
Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio
Pulmonary Resuscitation (CPR) akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup
dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi dan anak.
Resusitasi jantung paru segera yang dilakukan dengan efektif berhubungan dengan
kembalinya sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan neurologis. Hal ini
disebabkan karena ketika jantung berhenti, oksigenasi juga akan berhenti sehingga
akan menyebabkan kematian sel otak yang tidak akan dapat diperbaiki walaupun
hanya terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa menit . (AR, Jakarta)

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
dengan Henti Jantung

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit Henti Jantung ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit Henti Jantung ?

D. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk menganalisis konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Henti
Jantung
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep penyakit Henti Jantung ?
b. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Henti Jantung ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Teori Henti Jantung (Cardiac Arrest)


A. Pengertian Henti Jantung

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan


mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (M, 2014)
Henti jantung" adalah istilah yang digunakan untuk kegagalan jantung dalam
mencapai curah jantung yang adekuat akibat terjadinya asistole atau disritmia
(biasanya fibrilasi ventrikel). (Boulton, 2014)
. Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif,
mengakibatkan penghentian sirkulasi Meskipun biasanya berhubungan dengan
fibrilasi ventrikel, asistole atau disosiasi elektromagnetik (DEM), dapat juga
disebabkan oleh disritmia yang lain yang kadang-kadang menghasilkan curah
jantung yang sama sekali tidak efektif (Mutaqin, 2015)
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak
untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan
oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif.

B. Etiologi
1) Adanya jejas di jantung
Kerena serangan jantung terdahulu atau oelh sebab lain jantung yang
berjejas atau mengalami pemebesaran karenan sebab tertentu cenderung untuk
mengalamiaritmia vetrikel yang mengancam jiwa.
2) Penebalan otot jantung
Karena berbagai sebab umunya karena tekanan darah tinggi, kelainan
katub jantung) membuat seseorang cenderung terkena cardiac arrest
3) Seseorang sedang menggunakan obat-obatab untuk jantung
Karena beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung
(anti aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibatkan
cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythimic effect. Pemakain obat-
obat yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potassium dan magnesium
dalam darah (misalnya penggunaan deuretik) juga dapat menyebabkan
ariotmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest
4) Penyebab sirkulasi menjadikan suatu henti jantung meliputi
a) Syok hipovolemik karena pendarahan hilangnya plasma dan cairan
vascular menurunkan transport oksigen ke organ-organ dan dapat
menyebabkan henti sirkulasi, terutama bila terdapat kelainan jantung
sebelumnya
b) Reaksi anafilatik terhadap obat, gigitan serangga dan makanan yang
proses terjadinya sangat cepat dapat menyebabkan henti sirkulasi. (AR,
Jakarta)

C. Manisfetasi Klinis Henti Jantung


1. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasaatau
beakialis pada bayi)
2. Kesadaran hilang (dalam 15 menit setelah henti jantung)
3. Pupil dilatasi (setelah 45 mnit)
4. Henti nafas atau megap-megap (gasping)
5. Terlohat seperti mati (death like appearance)
6. Warna kulit pucat sampai kelabu (M. Asikin, 2016).

D. Patofisiologi Henti Jantung


Patofisiologi cardiac arrest dari etiologic yang mendasarinya. Namun umunya
mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat henti jantung,
peredaran darah akan berhenti.
Penyakit jantung coroner menyebabkan infark miokrad atau yang umunya
dikenal sebagai serangan jantung. Infark muokard nerupakan salah satu penyebab
dari cardiac arrest. Infark miokard terjadi akibat arteri coroner yang menyerupai
oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia
(plak( yang terbentuk dinding arteri
Kelainan bawaan ada sebuah kecendurangan bahwa aritmia diturunkan dalam
keluarga. Kecederungan ini diturunkan dari orang tua ke anak mereka. Anggota
keluarga ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena cardiac arrest. (M.
Asikin, 2016).
Obat-obatab antidepresan trikslik, fenoitiazin, beta bloker, calcium channel
blloker, kokakin, digoxin aspiri, asemtominophen dapat menyebabkan aritmia.
Penemuan adanya materi yang ditemukan pada pasien yang diperoleh dari keluraga
nya atau teman pasien, ,e,eriksa medical record untuk memastikan tidak adnya
interaksi obat atau mengirim sampel urin dan darah laobratorium toksikologi dapat
membantu menegak kan diagnosis (Huda, 2015)
Infark miokard, emboli paru, aneurima
dekans

aliran darah kejantung

Oksigen dan nutrisi

Suplai dari kebutuhan oksigen kejantung


tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard

Iskemia otot jantung

Ritme jantung abnormal (aritmia) fibrasi


ventrikel, takikardia ventrikel, PEA, Asistol

Henti Jantung

Dilakukan timdakan CPR Tidak dilakukan


tindakan CPR

pr
Kembalinya, nadi, Kematian
pernafsan, akral, dingin,
pucat Gangguan
perfusi jaringan koping keluarga
Gangguan Pertukaran
perifer tidak adekuat
gas

Duka cita
ALGORITME HENTI JANTUNG

Start CPR
 Beri oksigen
 Pasang monitor

Apakah irama
YA shockable ? TIDAK

VF/VT Asistol/PEA

RJP 2menit RJP 2 menit


 Pasang akses iv  Pasang akses IV
 Epinefrin tiap 3-5 menit
Tidak
 Pertimbangkan alat
Apakah irama shockabl? bantu nafas lanjut

Ya ya

RJP 2 menit Apakah irama shockable?


 Epinefrin tiap 3-5 menit
Tidak
 Pertimbangkan alat
bantu nafas lanjut, RJP 2 menit
capnography  Atasi penyebab
yang reversibel

Tidak tidak ya
Apakah irama shockable?
Apakah irama shockable

Ya

RJP 2 menit
 Amiodaron:
-dosis pertama 300mg bolus
-dosis kedua 150mg
 Atasi penyebab yang reversibel

 Jika tidak ada tanda-tanda kembalinya sirkulasi spontan (ROSC), ke kotak


10 atau 11
 Jika terjadi ROSC, ke perawatan pasca henti jantung
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (Mutaqin, 2015)
Biasanya ters yang diberikan ialah eletrokardiogram (EKG) mengukur waktu
dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan gangguan
pada irama jantung.
EKG VT
EKG VF
ek

EKG ASYSTOLE

EKG PEA
2. Tes darah
a. Pemeriksaan enzim jantung
Emzim-emzim jantung akan masuk kedalam darah jika jantung terkena
serangan jantung.
b. Elektrolit jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang
ada pada jantung diantaranya kalium, kalsium, magnesium.
3. Imaging tes
a. Pemeriksaan foto thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah
b. Ekokardiogram
Test ini menggunakan gelombang sura untuk menghasilkan gambaran
jantung..
c. Angiogram
Pengujian ini dapat menunjukkan arteri coroner terjadi penyempitan atau
penyumbatan.

F. Penatalaksanaan
1. RJP (resusitasi jantung paru) (AR, Jakarta)
Adalah suatu tindakan darurata, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan
henti nafas/ henti jantung atau (yang dikenal dengan istilah kematian klinis)
yang ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.
a. Kontraindikasi
Orang yang diketahui berpenyakit terminal dan yang telah secara klinis
mati lebih dari 5 menit.

b. Tahap-tahap resusitasi
Resusitasi jantung paru dasarnya dibagi dalam 3 tahap dan pada setiap
tahap dilakukan tindakan-tindakan pokomdisusun menurut abjad:
1) Pertolongan dasar (basic life support)
a) Airway control yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka
dan bersih.
b) Breathing support yaitu mempperthan kan ventilasi dan oksigen
paru secara adekuat
c) Circulation support yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan
cara memijat jantung
2) Pertolongan lanjut (advanced life support)
a) Drug & fluid yaitu pemebrian obat-obat dan cairan
b) Electrocardiography yaitu penentuan irama jantung
c) Fibrillation treatment yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel)
3) Pertongan jangka panjang (prolonged life support)
a) Gauging yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung
paru, pemeriksaan dana dan penetuan penyebab dasar serta
penilainan dapat tidaknya penderita diselamatkan dan diteruskan
pengobatannya
b) Human mentation yaitu penentuan kerusakan otak dan resusutasi
cerebral
c) Intensive care yaitu perawatan intensive jangka panjang
Penanganan henti jantung dilakukan untuk membantu
menyelamatkan pasien/ mengembalikan fungsi cardiovascular.
Adapaun prinsip-prinsip nya sebagai berikut
Tahap I
Berikan batuan hidup dasar
Bebaskan jalan nafas, sterusnya angkat leher/topang dagu
Bantuan nafas mulut, mulut ke hidung, mulut kealat bantuan nafas
Jika nadi tidak teraba
Penolong 1 : tiup paru kali diselingi kpmpres dada 30 kali
Penolong 2 : tiup paru setiap 2 kali kompresi dada 30 kali
Tahap II
Bantuan hidup lanjut
Jangan henrikan kpmpresi jantung dan venulasi paru
Langka berikutnya
Berikan adrenalin 0.5- 1 mg (IV), ulangi dengan dosisi yang lebih
besar jika diperlukan. Dapat diberikan Bic-Nat 1 mg/kg BB/ (IV)
jika perlu. Jika henti jnatung lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini
setiap 10 menit sampai timbul denyut nadi.
Pasangan monitor EKG, apakah ada fibrilasi, asistol koplek yanga
aneh : defibrilasi : DC shock
Pada fibrilasi ventrikel diberikan obat lidoakain / xilokain 1-2
mg/kgBB
Jika asisitol berikan vasopressor kalium klorida 10% 305 cc
selama 3 menit
Ptugas mencatat hasil kegiatan dalam buku catatan

2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a) Primery survey (M, 2014)
A : airway ; berkaitan dengan kepatenan jalan nafas, adnya obstruksi,
kemampuan mengeluarkan secret
1) Apakah pernafasan pasien adekuat?
2) Apakah pola nafas efektif ?
3) Apakah ada pergerakan kedua dinding?

B : breathing : berkaitan dengan pola nafas, adanya distress pernafasan,


penggunaan otot bantu nafas, adnya henti nafas.

1) Apakah ada sauturasi oksigen?

C : circulation : berkaitan dengan pertukaran gas, predaran cairan dalam tubuh ,


metabolisme adanya pndarahan.

1) Bagaimana heart rate pasien? Irama?


2) Bagaimana nadi pasien ?
3) Bagimana tekanan darah nya ?
4) Bagimana warna tangan dan kaki?

b) Pada pemeriksaan pernafasan


1) Lihat pergerakan dada, sama kah ?
2) Auskultasin suara nafas .
3) Cek saturasi iksigen dan analisa gas darah

c) Pada pemeriksaan kardiovaskular


1) Tanda-tanda vital seperti heart rate, tekanan cdarah, temepertaure, CVP.
2) Auskultasi suara jantung
3) Kaji IV line
4) Cek sirkulasi perifer seperti warna jaringan perifer, kehangatan dan nadi.

d) Pada pemeriksaan pencernaan


1) Cek naso gastrik tube (NGT) jika ada
2) Cek jenis makanan, kecepatan dan toleransi
3) Aukultasi peristaltiok
4) Kapan terakhir BAB dan BAK

e) Pada pemeriksaan Ginjal


1) Cek urine output
2) Cek status cairan dan balnce kumulatif
3) Cek kadar ureum dan kreatine darah

f) Pada pemeriksaan endokrin

Cek kadar insulin

g) Pada pemriksaan kulit


kaji resiko pasien terhadap terjadinya area yang tertekan dan apakah sudah
menggunakan alat bantu tepat.

Pengenalan terhadap henti jantung bergantung pada ditemukannya tanda-tanda


tidak adanya sirkulasi seperti henti jantung ditandai dengan dispnea, kuliy pucat
abu-abu, pupil lebar dan tidak reaktif pulsasi arteri karotis tidak terba adalah
gejal-gejala utama kegagalan kardiosirukulasi akut. Bilaman tidak terba pulsasi
karotis yang berarti henti kardiosirkulasi segera dilakukan RJP dasar (ABC)
tanpa mereka sebab henti jantung sirkulasi tersebut .
Periksa pernafasan pasien
Cara pemeriksa Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara stilmultan. Cara ini
dilakukan untuk memeriksa jalan pernafasan. Setelah memastikan jalan nafas
bebas, penolong segera melakukan cek pernafasan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan cek pernafasan antara lain.
Cek pernafsan dilakukan dengan cara look (melihat pergerakan pengembangan
dada) listen (mendengrakan nafas) dan feel (merasakan hembusan nafas) selama
10 detik.
Apabila dalam 10 detik usaha nafas tidak adekuat (misalnya terjadi respirasi
gasping pada SCA) atau tidak ditemukan tanda-tanda pernafsan, maka berikan 2
kali nas buatan ( masing-masing 1 detik dengan volume yang cukup untuk
membuat dada mengembang)
Jika pasien bernafas, maka lakukan posisi tengkurap, kepala menoleh kesamping.
B. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b/d suplai oksigen yidak adekuat (PPNI, 2016)
Definisi keleihan atau kekurangan oksigen dab atau eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolus kapiler
Penyebab
1. Ketidakseimngan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membrane alveolus-kapiler

Gejala dan tanda mayor

Subyektif

1. Dispnea

Obyektif

1. PCO2 meningkat atau menurun


2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat atau menurun
5. Bunyi suara tambahan

Gejala dan tanda minor

Subyektif

1. Pusing
2. Penglihatan kabur

Obyektif

1. Sianosis
2. Diaphoresis
3. Gelisah
4. Nafas cuping hidung
5. Pola nafas abnormal (cepat/lambat, regular/irregular dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis pucat atau kebiruan)
7. Kesadarn menurun

2. Penurunan curah jantung b/d kemampuan pompa jantung menurun (PPNI,


2016)

Definisi ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme tubuh
Penyebab

1. Perubahan irama jantung


2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktililitas
4. Perubahan preload
5. Perubahan afterload

Gejala dan tanda mayor

subyektif

1. Perubahan irama jantung


a) Palpitasi
2. Perubahan preload
a) Lelah
3. Perubahan afterload
a) Dispnea
4. Perubahan kontratilitas
a) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
b) Ortopnea
c) Batuk

Obyektif

1. Perubahan irama jantung


a) bradikardia/takikardia
b) gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
2. Perubahan preload
a) Edema
b) Distensi vena jugularis
c) Central venous pressure (cvp) meningkat atau menurun
d) Hepatomegaly
3. Perubahan afterload
a) Tekanan darah meningkat atau menurun
b) Nadi perifer terba lemah
c) CRT >3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan sianosis
4. Perubahan kontratililitas
a) Terdengar suara jantung S3 dan S4
b) Ejection fraction (EF) menurun

Gejala dan tada minor

Subyektif

1. Perubahan preload
-
2. Perubahan afterload
-
3. Perubahan kontratililitas
-
4. Perilaku/emosional
a) Cemas
b) Gelisah

Obyektif

1. Perubahan preload
a) Murmur jantung
b) Berat badan bertambah
c) Pulmonary arteri wedge pressure (PAWP0 menurun
2. Perubahan afterload
a) Pulmonary vaskuler resistance (PVR) meningkat/menurun
b) Systemic vaskuler resintace (SVR) meningkat/menurun
3. Perubahan kontratililitas
a) Cardiac index
b) Left ventyricular stroke work index (LVSWI) menurun
c) Stroke volume index (SVI) menurun
4. Perilaku/emosional
-
C. Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas (Wilkinson, 2016)
Tujuan : Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh
tidak tergangguannya respons alergi sistem matik, keseimbangan elektrolit dan
asam basa, respons ventilas mekanis, orang dewasa, status pernafasan
pertukaran gas, status pernafasan, ventilasi, perfusi jaringan.

Kriteria hasil:
1) Respons alergi sistemik keparahan respon hipersensifitas imun sestimik
terhadap antigen lingkungan (eksogenus)tertentu
2) Keseimbangan elektrolit dan asam basa keseimbangan elektrolit dan non
elektrolit dalam kompartermen intra sel dan ektra sel tubuh.
3) Respon fentilasi mekanis orang dewasa pertukaran afeolar dan perfusi
jaringan yang disokong oleh fentilasi mekanis
4) Setatus pernapasan pertukaran gas ,pertukaran CO2 ATAU O2 diaveoli
untuk mempertahankan oksentrasi gas darah arteri
5) Setatus pernapasan ventilasi perpindahan udara masa dan keluar paru-paru
6) Perfusi jaringan paru keadekuatan aliran darah melewati paskulatur paru
yang utuh untuk perfusi unit alveoli –kapiler
7) Tanda-tanda vietal kondisi suhu,nadi,pernapasan,dan tekanan darah dalam
retang normal.

Aktivitas Keperawatan
Pengkajian :
1) Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi
sputum sebagai indikator keefektifan menggunakan alat penunjang
2) Pantau saturasi O2 dengan aksimeter nadi
3) Pantau hasil gas darah ( misalnya, kadar PaO2 ) yang rendah, dan PaCO2
yang tinggi menunjukkan perburukan pernapasan)
4) Pantau kadar elektrolit
5) Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah, dan konfusi)
6) Peningkatan frekuensi, pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
7) Observasi terhadap sianosis, terutaman membran mukosa mulut
8) Managemen jalan napas (NIC):
a) Identifikasi kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan napas aktual
atau potensial
b) Auskultasi secara napas, tandai area penurunan atau kehilangannya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
c) Pantau status pernapasan dan oksigenasi, sesuai dengan kebutuhan.
9) Pengaturan hemodinamik (NIC) :
Auskultasi bunyi jantung
a) Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantung
b) Pantau adanya edema periver, distensi vena jubularis, dan bunyi jantung
S3 dan S4
c) Pantau fungsi alat pacu jantung, jika sesuai

Penyuluhan untuk pasien atau keluarga

1) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, penghisap,


sepirometer, dan IPPB)
2) Ajarkan kepada pasien teknik pernapasan dan relaksasi
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan
tindakan lainnya
4) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang
5) Manajemen jalan napas (NIC) :
a) Ajarkan tentang batuk efektif
b) Ajarkan kepada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan
sesuai dengan kebutuhan.

Aktivitas Kolaborasi

1) Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah


arteri (GDA) dan mengunakan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan
adanya kebutuhan kondisi pasien
2) Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait ( misalnya, sensorium
pasien, suara napas, pola napas, analisis gas darah arteri sputum, efek obat.
3) Berikut obat yang diresepkan ( misalnya, natrium bikarbonat) untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa
4) Persiapkan pasien untuk mekanis bila perlu
5) Manajemen jalan napas (NIC) :
a) Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
b) Berikan bronkodilator, jika perlu
c) Berika terapi aerosol, jika perlu
d) Berika terapi nebulasi ultrasonik, jika perlu
6) Pengaturan Hemodinamik (NIC): Berikan obat antiaritmia, jika perlu
(Wilkinson, 2016)

Aktivitas Lain
1) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk
menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali
2) Beri penenangan kepada pasien selama periode gangguan atau kecemasan
3) Lakukan higiene oral secara teratur
4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen ( misalnya,
pengendalian demam dan nyeri, mengurangi asientas )
5) Apabila oksigen diprogamkan bagi pasien yang memiliki masalah
pernapasan kronis, pantau aliran oksigen dan pernapasan secara hati – hati
karena adanya resiko depresi pernapasan akibat oksigen
6) Buat rencana perawatan untuk pasien yang menggunakan ventilator, yang
meliputi
a) Meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan
ketidaknormalan gas dari arteri, menggunakan ambu bag yang
diletakkan pada sumber oksigen disisi tempat tidur, dan lakukan hiper
oksigenasi sebelum melakukan pengisapan.
b) Meyakinkan keefektifan pola pernapasan dengan pengkajian
singkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi.
c) Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan melakukan pengisapan
dan mempertahankan selang induk trakea untuk penggantian selang
endoktrakea ditempat tidur
d) Memamntau komplikasi ( misalnya, pneumotoraks, aerasi unilateral)
e) Memastikan penempatan selang ET
7) Manajemen jalan napas (NIC) :
a) Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
b) Atur posisi untuk mengurangi dispnea
c) Pasang jalan napas melalui mulut atau nasofaring, sesuai dengan
kebutuhan
d) Bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau melalui penghisapan
e) Dukung untuk bernapas pelan dalam, berbali, dan batuk
f) Bantu dengan spirometer insentif, jika perlu
g) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

2. Penurunan Curah Jantung (Wilkinson, 2016)

Aktifitas Keperawatan

Pada umumnya tindakan perawat untuk diagnosa ini berfokus kepada


pemantauan tanda-tanda vital dan gejal penurunan curah jantung pengakjian
penyebab yang mendasari (mis., hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol
atau program dokter untuk mengatasi penurunan curah jantung dan
pelaksanaan tindakan dukungan seperti perubahan posisi dan hidrasi.

1) Pengkajian
a) kaji dan dokumentasiakan tekana darah, adanya sianosis,
b) Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan
nafas pendek, nyeri, palpitasi atau lumbung
c) Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen
d) Kaji kerusakan kognitif
e) Regulaisi hemodinamik (NIC)
(1) Pantau fungsi pacemaker, jika perlu
(2) Pantau denjut perifer, pengisian ulang perifer, dan suhu serta warna
ekstermitas
(3) Pantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan
paisen, jika perlu
(4) Auskultrasi suara paru terhdap bunyi crackle atau suaran nafas
tambahan lainya
(5) Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama dan nadi.
2) Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga
a) Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkap
b) Instruksi mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluran
c) Ajarkan penggunakan, dosis, frekuensi dan efek samping obat
d) Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan
nyeri, durasi, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas
e) Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan
di rumah, meliputi pembatasan aktifitas, pembatasan diet, dan
penggunaan alat terapeutik
f) Berikan informasi tentang tekhnik biofeedback, relaksasi otot progresif,
meditasi dan latihan fisik
3) Aktivitas Kolaboratif
a) Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau
penghentian obat tekanan darah
b) Berikan titriasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan
vasolidator untuk mempertahankan konstraktilitas, preload, afterload
sesuai dengan program medis atau protokol
c) Berikan antrikoagulan untuk mencegah pembentukan trombus perifer,
sesuai dengan program atau protokol
d) Tingkatkan penurunan afterload (mis., pompa balon intra aorta) sesuai
dengan program medis atau protokol
e) Lakukan rujukan keperawat praktisi lanjutan untuk tindak lanjut, jika
diperlukan
f) Pertimbangkan rujukan kepetugas sosial, mangager kasus, atau layan
kesehatan komunitas dan layan kesehatan rumah
g) Lakukan perujukan kepetuga sosial untuk mengevaluasi kemampuan
membayar obat yang diresepkan.
4) Aktivitas lain
a) Ubah posisi klian ke posisi datar atau trendelenbrug ketika tekanan
darah pasien pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang
biasanya
b) Untuk hipotensi yang tiba-tiba berat atua lama, pasang akses intravena
untuk pemberian cairan intavena atau obat untuk meningkatkan
tekanan darah
c) Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktifitas, ansietas
dan/ nyeri pada disritmia
d) Jangan mengukur suhu dari rektum
e) Ubah posisi pasien setia dua jam atau pertahankan aktifitas lain yang
sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
f) Regulasi hemidiamik (NIC)
(1) Meminimalkan atau menghilangkan stresor lingkungan
(2) Pasang kateter uriene jika diperlukan
g) Lakukan perujukan kepusat rehabilitasi jantung jika diperlukan
(Wilkinson, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
AR, U. (Jakarta). Advance Cardiac Life Support, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
2014: AHA.
Boulton, B. (2014). Anestesiologi. Jakarta: EGC.
Huda, N. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan BErdasarkan Diagnosa Media dan NANDA
NIC-NOC . Jakarta: Mediaction Publishing.
M, B. (2014). Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : Salemba Medika.
M. Asikin, M. N. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Erlangga.
Manurung. (2014). Gangguan Sistem Pernapasan Akibat Infeksi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Mutaqin, A. (2015). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Wilkinson, J. M. (2016). Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anatomi Jantung
1. Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh. Letaknya di bagian atas jantung. Fungsi
aorta adalah untuk membawa darah yang mengandung oksigen dari ventrikel kiri ke
seluruh tubuh.
2. Vena kava superior (vena cava) adalah vena besar dalam tubuh. Letaknya juga di
bagian atas jantung. Fungsi vena kava superior adalah untuk membawa kembali darah
kaya karbon dioksida dari seluruh tubuh bagian atas ke jantung.
3. Arteri pulmonalis adalah arteri yang mengangkut darah dari jantung ke paru-paru.
Fungsi arteri pulmonalis adalah untuk mengganti karbon dioksida dan uap air yang
ada di dalam darah dengan oksigen.
4. Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta. Perubahan
tekanan darah pada kedua sisi katup menyebabkan katup dapat terbuka dan tertutup.
Fungsi katup aorta adalah untuk mencegah darah mengalir ke arah yang salah.
5. Atrium adalah bentuk jamak dari atria yang sama artinya dengan serambi. Terdapat
dua atrium yaitu atrium kiri (serambi kiri) dan atrium kanan (serambi kanan). Atrium
dua ruangan teratas dari empat ruang utama pada jantung. Fungsi atrium kiri adalah
adalah menerima darah dari paru-paru yang kaya oksigen dan membawanya ke
ventrikel kiri. Sedangkan fungsi atrium kanan adalah menerima darah dari seluruh
tubuh yang kaya akan karbon dioksida kemudian membawanya ke ventrikel kanan.
6. Vena pulmonalis adalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari paru-paru ke
jantung tepatnya di atrium kiri. Ukurannya lebih kecil dari vena cava dan terdiri dari
vena pulmonalis kanan dan vena pulmonalis kiri. Fungsi vena pulmonalis adalah
untuk membawa darah kaya oksigen kembali ke jantung untuk kemudian diedarkan
ke seluruh tubuh.
7. Katup trikuspidalis atau katup trikuspid adalah katup yang terdiri dari dari tiga daun
katup. Katup ini dapat terbuka jika sistole berkontraksi dan dapat menutup kembali.
Fungsi katup trikuspidalis adalah untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan dan membantu mengalirkan darah miskin oksigen dari atrium kanan ke
ventrikel kanan.
8. Katup mitral atau bicuspid adalah katup yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel
kiri. Katup ini dapat terbuka saat darah kaya oksigen di atrium kiri hendak mengalir
ke ventrikel kiri. Fungsi katup mitral adalah untuk mencegah darah yang telah berada
di ventrikel kiri kembali ke atrium kiri.
9. Ventrikel adalah dua ruang kosong dari empat ruang di bagian bawah jantung.
Ventrikel juga disebut bilik. Ada dua macam ventrikel, yaitu ventrikel kiri (bilik kiri)
dan ventrikel kanan (bilik kanan). Fungsi ventrikel adalah untuk menerima darah dari
atrium kemudian membawanya keluar dari jantung. Fungsi ventrikel kiri adalah
menerima darah dari atrium kiri dan membawanya ke seluruh tubuh. Fungsi ventrikel
kanan adalah menerima darah dari atrium kanan dan membawanya ke paru-paru.
10. Vena kava inferior atau vena cava inferior adalah vena terbesar dalam tubuh manusia.
Fungsi vena kava inferior adalah membawah darah dari bagian bawah tubuh ke atrium
kanan jantung.
11. Katup atrioventrikular atau katup atrioventrikuler adalah katup yang terletak di antara
atrium dan ventrikel. Fungsi katup atrioventrikular adalah untuk membuat darah
hanya dapat mengalir dari atrium ke ventrikel.
12. Dinding jantung adalah bagian terluar yang melapisi jantung. Dinding jantung terdiri
dari tiga lapisan yaitu endokardium (terdalam), miokardium (bagian tengah), dan
epikardium (terluar). Endokardium terdiri dari epitel pipih selapis. Miokardium terdiri
dari otot kardiak (otot jantung). Epikardium adalah sebuah membran fibrosa. Fungsi
dinding jantung adalah membuat jantung berdetak dan mencegah supaya jantung tidak
bocor.

Anda mungkin juga menyukai