Anda di halaman 1dari 27

“Bantuan Hidup Dasar dan

lanjutan dan Manajemen


pada Kasus Kegawatdarutan
Berbagai Sistem: Kasus
Trauma Kepala dan Trauma
Abdomen”
Benedictus Bryan Indra Kharisma (01.2.18.00642)
David Putra Hartoto (01.2.18.00643)
Eunike Cristi Angelina Putri (01.2.18.00649)
Ferstarina Edwina Tulee (01.2.18.00651)
Maesi Prasetya Sasabela (01.2.18.00661)
Nur Rima Melati Purnama S.P (01.2.18.00670)
Sandra Heru Retnosari (01.2.18.00674)
Vadia Mayang Kristabrabi (01.2.18.00627)
BANTUA
N HIDUP
DASAR
Bantuan Hidup Dasar
PENGERTIAN
Usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa
menggunakan alat-alat bantu.

TUJUAN
Tujuan Bantuan hidup dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan.

INDIKASI
 Henti Napas
ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Keadaan ketika
Tenggelam, Stroke, Obstruksi Jalan napas, Epiglotis, Overdosis obat-obatan, Tersengat Listrik, Infark Miokard,
Tersambar petir, Koma akibat berbagai macam kasus.

 Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan
cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen
Bantuan Hidup Dasar
TINDAKAN AWAL PENGUASAAN JALAN NAPAS
Setelah ditemukannya korban yang kolaps, tindakan medis pertama harus dilakukan adalah menilai korban dan menentukan
apakah korban tersebut sebenarnya responsif atau tidak. Namun, sebelum mendekati korban yang kolaps, keamanan lingkungan
harus dinilai sepenuhnya apakah bahaya atau tidak.

PENGUASAAN JALAN NAPAS


Setelah menilai tingkat kesadaran korban, evaluasi jalan napas korban. Ingat, jika korban waspada dan berbicara, berarti jalan
napas terbuka. Begitu korban tidak responsif, cari bantuan dan menilai jalan napas korban

Manuver Head Tilt-Chin Lift Manuver Jaw Thrust

MENILAI PERNAFASAN DAN MEMULAI VENTILASI


Begitu jalan napas dilapangkan, penilaian usaha pernapasan dan pergerakan udara harus dilakukan. Penolong harus mencari
ekspansi dada dan mendengarkan serta merasakan aliran udara.
Teknik Ventilasi :
 Mulut ke Mulut
 Mulut ke Hidung
 Mulut ke Stima atau Trakeostomi
 Mulut ke Singkup Muka
Bantuan Hidup Dasar
MENILAI SIRKULASI DAN KOMPRESI DINI
Jika tidak ada denyut nadi setelah 5 sampai 10 detik, kompresi dada harus dimulai.5 Penolong tidak terlatih harus memberikan
RJP hanya kompresi (Hands-Only) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong
harus melanjutkan RJP hanya kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan tambahan tiba.

PENGGUNAAN AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILLATOR (AED)


Automated external defibrillator (AED) aman dan efektif bila digunakan oleh orang awam dengan pelatihan minimal atau tidak
terlatih. Disarankan bahwa program AED untuk korban dengan OHCA diterapkan di lokasi umum tempat adanya kemungkinan
korban serangan jantung terlihat relatif tinggi (misalnya, bandara dan fasilitas olahraga).

FISIOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU

Fase Kompresi Dada Fase Dekompresi Dada


BANTU
AN
HIDUP
LANJUT
AN
Bantuan Hidup
Lanjutan

Definisi
Merupakan tindakan yang dilakukan secara simultan dengan bantuan hidup dasar
dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan fungsi sirkulasi spontan sehingga
perfusi dan oksigenasi jaringan dapat segera dipulihkan dan dipertahankan.
Bantuan Hidup
Lanjutan
Tahapan

Obat-obatan dan cairan Electrocardiography (EKG) Terapi Fibrilasi


Terapi obat dan cairan merupakan Alat pantau elektrokardiografi (EKG) usaha untuk segera mengakhiri
adalah alat pantau standar yang wajib disaritmia takikardi ventrikel dan
terapi yang paling penting setelah
disediakan di masing-masing unit fibrilasi ventrikel menjadi irama
teknik kompresi dada dan
gawat darurat karena diagnostik henti sinus normal dengan menggunakan
defibrilasi . Jalur yang sering jantung mutlak harus ditegakkan syok balik listrik. Syok balik listrik
digunakan dalam resusitasi adalah melalui pemeriksaan EKG. menghasilkan depolarisasi serentak
jalur intravena dan intraosseous. Gambaran EKG sangat menentukan semua serat otot jantung dan setelah
langkah-langkah terapi pemulihan itu jantung akan berkontraksi
yang akan dilakukan. Ada tiga pola spontan, asalkan otot jantung
EKG pada henti jantung, yaitu asistol mendapatkan oksigen yang cukup
ventrikel, Pulseless Electrical dan tidak menderita asidosis. Terapi
Activity (PEA), dan fibrilasi fibrilasi diindikasikan untuk pasien
ventrikel. dengan fibrilasi ventrikel atau
takikardi ventrikel
Jalur Obat-obatan
1. Jalur Intraosseous
dan Cairan

3. Jalur Vena Sentral


Jalur Intra
2. Jantung
Electrocardiograp
hy (EKG)
Asistol Ventrikel Asistol ventrikel
merupakan ketiadaan denyut jantung
dengan gambaran EKG yang
1. isoelektris. Paling sering disebabkan
oleh hipoksia, asfiksia, dan blok
jantung.

Pulseless Electrical Activity PEA


2. merupakan gambaran EKG yang sering
ditemukan pada anak-anak dan biasanya
dikaitkan dengan prognosis yang buruk.
PEA adalah suatu keadaan dimana tidak
terabanya denyut nadi ketika irama
jantung masih terdeteksi oleh EKG.
Lanjutan …
Fibrilasi Ventrikel,
3. Irama jantung ini
paling sering
menyebabkan kematian
jantung mendadak.

Takikardi ventrikel merupakan takikardi


yang bersumber dari ventrikel. Potensi
4. menjadi aritmia yang fatal sangat tinggi
akibat menurunnya curah jantung dan gagal
sirkulasi.
KONSEP
MEDIS
TRAUMA
KEPALA
Konsep Medis Trauma
Kepala
Trauma yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural
dan atau gangguan fungsional jaringan otak
(Sastrodiningrat, 2009)
Etiologi
Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer dan
cedera sekunder

Manifestasi Klinis
1) Cedera kepala ringan
2) Cedera kepala sedang
3) Cedera kepala berat

Klasifikasi
1) Simple Head Injury
2) Commotio Cerebri
3) Contusio Cerebri
4) Laceratio Cerebri
5) Fracture Basis Cranii
Cedera Kepala Ringan (Laseratio dan Commotio Cedera Kepala Berat
Cerebri) (CKB)
a. Skor GCS 13-15 a. Skor GCS <8
b. Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika
b. Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang
ada tidak lebih dari 10 menit
lebih berat
c. Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
c. Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
d. Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak
ditemukan kelainan pada pemeriksaan d. Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang
neurologist. terlepas.

01 02 03

Cedera Kepala Sedang


a. Skor GCS 9-12
b. Ada pingsan lebih dari 10 menit
c. Ada sakit kepala, muntah, kejang dan
amnesia retrogad
d. Pemeriksaan neurologis terdapat
lelumpuhan saraf dan anggota gerak. Konsep Medis
Trauma Kepala
KONSEP MEDIS
TRAUMA
ABDOMEN
Konsep Medis Trauma Abdomen

Definisi
trauma atau cedera pada abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologis
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka
tumpul atau tusuk.

Etiologi
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh
luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar
didalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat
juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
Konsep Medis Trauma Abdomen
Manifestasi
Klinis

Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan


manifestasi klinis
menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan
diatas daerah
abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual
dan muntah,
Klasifikasi
takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari
● Kontusio dinding abdomen
● Laserasi
Trauma pada isi abdomen terdiri dari
● Perforasi organ visceral intraperitonium
● Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
● Cedera thorak abdomen
Patofisiologi
G
Terapi farmakologi menggunakan
Terapi
Terapi Kepala
cairan intravena ditujukan untuk
mempertahankan status cairan dan
menghindari dehidrasi.
01 Farmakologi

Dalam 2 minggu pertama pasien mengalami


Terapi Nutrisi  
02 hipermetabolik, kehilangan kurang lebih 15%
berat badan tubuh per minggu. Penurunan
berat badan melebihi 30% akan meningkatkan
mortalitas.

Pemberian terapi profilaksis dengan fenitoin,


karbamazepin efektif pada minggu Terapi Prevensi
pertama.Faktor-faktor terkait yang harus
dievaluasi pada terapi prevensi kejang adalah
03 Kejang
kondisi pasien yang hipoglikemi, gangguan
elektrolit, dan infeksi.

Penanganan
Cedera Kepala
Ringan
04 Pasien dengan CT Scannormal dapat
keluar dari UGD
Lanjutan ..
Penanganan Cedera Kepala
5. Sedang  
melakukan skoring cedera kepala sedang Penanganan Cedera
dengan Glasgow Coma Scale Extended
(GCSE) dengan menambahkan skala
6. Kepala Berat  
Postrauma Amnesia(PTA) dengan sub skala
0-7 dimana skore 0 apabila mengalami Diagnosis dan penanganan yang
amnesia lebih dari 3 bulan,dan skore 7 tidak cepat meliputi:
ada amnesia. Primary survey : stabilisasi cardio
pulmoner
Secondary survey : penanganan
cedera sistemik, pemeriksaan mini
neurologi dan ditentukan perlu
penanganan pembedahan atau
perawatan di ICU.
Terapi Abdomen - Penetrasi
1. Penanganan (trauma
awal tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau
- Trauma non-penetrasi benda tajam lainnya)tidak boleh dicabut
(trauma tumpul) kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup
dengan melilitkan dengan kain kassa pada
a. Stop makanan dan
daerah antara pisau
minuman c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka
b. Imobilisasi organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan
c. Kirim kerumah sakit. kembali kedalam tubuh
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka
dengan menekang.
g.Kirim ke rumah sakit
2.
Penanganan
di RS
a. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan h. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
perdarahan secepatnya. Jika penderita dalam i. Pemberian 02 sesuai indikasi
keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain j. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT
pemberantasan syok (operasi) jika diperlukan
b. Lakukan prosedur ABCDE. k. Kebanyakan GSW membutuhkan
c. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung pembedahan tergantung kedalaman
dan mencegah aspirasi. penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal
d. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung L. Luka tikaman dapat dieksplorasi secara
kencing dan menilai urin keluar (perdarahan). lokal di ED (di bawah kondisi steril)
e. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan untuk menunjukkan gangguan peritoneal
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat
f. Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda- dijahit dan dikeluarkan
tanda jelas yang menunjukkan trauma intra- m. Luka tikaman dengan injuri
abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri intraperitoneal membutuhkan
diafragma, abdominal free air, evisceration) harus pembedahan
segera dilakukan pembedahan n. Bagian luar tubuh penopang harus
g. Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen dibersihkan atau dihilangkan dengan
secara non operative berdasarkan status klinik dan pembedahan
3. Penatalaksanaan
Kedaruratan 5. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan
balutan steril, balutan salin basah untuk
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki mencegah kekeringan visera.
jalan napas, pernapasan, sirkulasi) 6. Pasang kateter uretra menetap untuk
sesuai indikasi. mendapatkan kepastian adanya hematuria
2. Kaji tanda dan gejala hemoragi. dan pantau haluaran urine.
Hemoragi sering menyertai cedera 7. Pertahankan lembar alur terus menerus
abdomen, khususnya hati dan limpa tentang tanda vital, haluaran urine,
mengalami trauma. pembacaan tekanan vena sentral pasien
3. Kontrol perdarahan dan pertahanan (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan
volume darah sampai pembedahan status neurologik.
dilakukan. 8. Siapkan untuk parasentesis atau lavase
4. Aspirasi lambung dengan selang peritonium ketika terdapat ketidakpastian
nasogastrik. Prosedur ini mengenai perdarahan intraperitonium.
membantumendeteksi luka lambung, 9. 9. Siapkan sinografi untuk menentukan
mengurangi kontaminasi terhadap apakah terdapat penetrasi peritonium pada
rongga peritonium, dan mencegah kasus luka tusuk.
komplikasi paru karena aspirasi. 10. Berikan profilaksis tetanus sesuai
ketentuan.
Konsep Medis Trauma 11. Berikan antibiotik spektrum luas untuk

Abdomen mencegah infeksi.


DIET
Pedoman diet, Pedoman ada 2, Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis
yaitu: makanan yang dimakan setiap hari agar
seseorang tetap sehat, dan bagi orang sakit
1. Pedoman Umum bertujuan meningkatkan status gizi dan
2. Pedoman Rumah Sakit
membantu kesembuhan, serta mencegah
permasalahan lain mis diare atau intolerasni
terhadap jenis makanan tertentu.
Diet
a. Tujuan b. Prinsip
Diet Bagi diet
Pasien
1. Memberikan makanan yg seimbang sesuai • Energi cukup
dengan keadaan penyakit serta daya terima • Protein cukup

2.
pasien.
Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lain
c. Syarat diet
yang diperlukan pasien sesuai dengan diet yg 1. tata cara diet yg tepat sesuai dg kondisi dan
diberikan. Mengupayakan perubahan sikap jenis penyakit pasien. Diet yang diberikan
dan perilkau sehat terhadap makanan oleh yaitu makanan beragam mengikuti pola gizi
pasien dan keluarganya. seimbang.
3. Mencapai dan mempertahankan status gizi 2. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan
sesuai umur, tinggi badan dan kebutuhan fisik dengan kondisi pasien.
pasien. 3. - Syarat diet merupakan penjabaran dari
4. Mengatasi penyakit yg dialami pasien prinsip diet yang telah ditetapkan
menggunakan terapi diet sesuai keadaan sebelumnya.
penyakit pasien.
Persiapan
Die menyusun dan
t mengatur diet
a. mampu melakukan pengukuran antropometri
b. pengukuran BB
c. pengukuran tinggi badan
d. pengukuran metode lingkar: lingkar kepala, lingkar
lengan atas (LILA) mampu menghitung kebutuhan
energi (kalori) dan zat gizi lain.
e. Mampu membaca DKBM untuk kemudian
menggunakannya dalam penyusunan menu.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai