Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan setelah Bencana pada Korban, Survivor,
Populasi Rentan dan Berbasis Komunitas
Pengertian Penilaian Sistematis
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas
triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik
terhadap korban.
Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.
1) Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
2) Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan
penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap
hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
3) Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan
cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman
jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis
cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
4) Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana
namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak,
fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo- fasial tanpa gangguan
jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).
5) Sebagian protokol yang kurang praktis membedakakan prioritas 0 sebagai
Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau
penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan
dan transportasi, dan
6) Prioritas Kelima (Putih) yaitu kelompok yang sudah pasti tewas. Bila pada
Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label yang sesuai dan
pindahkan kekelompok sesuai.
b) Triase Sistem Penuntun Lapangan START
Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis bisa
digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di
ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan
Penilaian di tempat dan prioritas TRIASE ditentukan oleh jumlah korban
dan parahnya cedera. Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi
kemampuan pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa dan
cedera sistem berganda ditindak lebih
dulu. Bila jumlah korban serta parahnya cedera melebihi kemampuan
a. Kerusakan dihitung sebagai pengganti nilai aset fisik yang rusak total atau
sebagian;
b. Kerugian secara ekonomi yang timbul akibat adanya aset yang rusak
sementara;
c. Dampak yang dihasilkan pada pasca bencana kinerja makro-ekonomi, dengan
referensi khusus untuk pertumbuhan ekonomi/GDP, neraca pembayaran dan
situasi fiskal pemerintah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjalin kerjasama
dengan Badan PBB untuk Pembangunan (UNDP), meluncurkan panduan nasional
kajian kebutuhan pasca bencana (Post Disaster Needs Assessment - PDNA)
Menurutnya, PDNA merupakan perpaduan antara DaLA dan HRNA. DALA
adalah metode penilaian kerusakan dan kerugian bencana. Sedangkan HRNA
adalah pengkajian kebutuhan pemulihan manusia.
Panduan ini akan menjadi panduan utama pemerintah dalam mengatasi
situasi pasca bencana. Indonesia adalah negara pertama yang memiliki panduan
pasca bencana. Untuk itu BNPB menamakan Ina-PDNA (Indonesia PDNA)
Menurut Peraturan Kepala BNPB No.17 Tahun 2010 entang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana pasal 25 :
Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Post Disaster Needs Assessment /PDNA)
adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak,
dan perkiraan kebutuhan, yang menjadi dasar bagi penyusunan rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi. Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan
penghitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek
pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi,
sosial dan lintas sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan
aggregat dari akibat akibat bencana dan implikasi umumnya terhadap aspek-
aspek fisik dan lingkungan,
perekonomian, psikososial, budaya, politik dan kepemerintahan.
Perkiraan kebutuhan adalah penghitungan biaya yang diperlukan
untuk menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Hasil assessment tersebut selanjutnya menjadi dasar penilaian
kebutuhan pasca bencana dan penyusunan rencana aksi rehabilitasi
dan rekosntruksi wilayah pasca bencana. “Didorong oleh kebutuhan
akan adanya dokumen legal yang dapat menjadi rujukan utama secara
nasional bagi pelaksanaan pengkajian kebutuhan pasca bencana yang
komperhensif dan menjadi dasar perencanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana, sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB
nomor 17 tahun 2010”.
Penilaian pasca bencana meliputi :