Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak

pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap

kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan

masyarakat. Namun sampai saat ini penanganan terhadap kebakaran di

Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang mengakibatkan kejadian

kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.

Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota

Surabaya rata-rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh

beberapa hal (Perda Surabaya, 2004), yaitu rendahnya pemahaman dan

kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran, masih kurangnya kesiapan

masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya kebakaran,

rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan,

sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi, yaitu

akselerasi kecepatan unit pemadam kebakaran tiba di lokasi bencana

dikarenakan jauhnya pos PMK dengan lokasi bencana dan kemacetan

lalulintas.

Beberapa kasus kebakaran yang pernah terjadi di rumah sakit diantaranya: a)

kasus kebakaran di rumah sakit yang diberitakan oleh British Broadcasting

Company (BBC) terjadi pada tanggal 24 Desember 2015 di Rumah Sakit

Saudi dan telah menewaskan 24 orang dan 141 orang luka-luka. b)

1
terbakarnya Rumah Sakit Turki (25 Mei 2009) delapan orang pasien

meninggal, terjadi diduga disebabkan oleh kerusakan listrik. c) kebakaran

Rumah Sakit Kalkuta, India Timur (10 Desember 2010). Kaburnya staf medis

meninggalkan pasien saat api melalap diduga sebagai penyebab tewasnya dari

89 pasien. d) kebakaran ruang pusat data RSU Pamekasan Madura (11

Januari 2010). Seluruh data pasien dan karyawan serta data-data penting

lainnya terbakar. e) Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat

Mataram terbakar (10 Juli 2011). Api menghanguskan bangunan yang

diperkirakan mencapai Rp.50 miliar, serta 2 pasien yang dirawat tewas

(Arrazy dkk., 2014).

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

tercatat 979 kasus kebakaran yang terdiri dari 978 kasus kebakaran pada

pemukiman penduduk dan 1 kasus kebakaran pada rumah sakit yang terjadi

di Indonesia dari tahun 2011-2015. Dari total 979 kasus kebakaran tersebut,

terdapat 4 kasus kebakaran yang terjadi di Yogyakarta sepanjang tahun 2012-

2013.

Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak

dini sangat penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya

kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya

api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian.

Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap

individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran

dan jumlah kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan

2
yang baik. Dengan mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di

lingkungan tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran

dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur yaitu bahan yang dapat

terbakar, suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara).

Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah

bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.

Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi,

akan tetapi sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat

data timbulnya kebakaran akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh

karena peledakan kompor, listrik, dan kelengahan-kelengahan lainnya,

juga dapat merupakan usaha subversi yang sangat membahayakan

keamanan sosial dan politik, juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan

ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak dan menghambat

pelaksanaan pembangunan nasional.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep keperawatan bencana

2. Peran perawat bencana

3. Konsep kebakaran

4. Cara pencegahan

3
BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Bencana

1. Pengertian Bencana

Bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang tidak

menyenangkan, menimbulkan korban dan kerugian, serta identik dengan

sesuatu yang buruk. Bencana yang dalam bahasa inggris dikenal dengan

istilah “Disaster berasal dari kata “dis” yang berarti sesuatu yang tidak

enak (unfavorable) dan “astro” yang berarti bintang atau star. Dis-astro

berarti peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi.

Menurut UUD Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana bab 1: ketentuan umum, pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan:

bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbunya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Bencana juga diartikan sebagai gangguan fungsi sosial yang serius

yang dapat menyebabkan meluaskan korban jiwa, materi atau ligkungan

yang tidak mampu diatasi oleh orang yang mengalami musibah dengan

sumber daya yang tersedia. Dengan demikian bencana terjadi karena

sumber daya atau kapasitas yang tersedia tidak mampu untuk mengatasi

4
ancaman (musibah) yang menyebabkan korban jiwa, materi dan

lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa bencana adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia, yang

dapat mengakibatkan adanya kerusakan, kerugian, dan kehilangan baik

materi maupun non materi yang dapat menggangu proses kehidupan yang

tidak dapat ditanggulangi tanpa bantuan dari orang atau pihak lain.

2. Jenis-jenis Bencana

Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:

1) Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami

seperti kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan,

gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah,

serangga dan lainnya.

2) Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-

kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara

atau kendaraan, kebakaran, huru- hara, sabotase, ledakan,

gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan

lainnya.

3. Fase-Fase Managemen Bencana

1) Mitigasi

Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi

resiko dan potensi kerusakan akibat keadaan darurat. Analisa

demografi populasi rentan dan kemampuan komunitas harus

5
dianalisa. Mitigasi mencakup pendidikan kepada publik tindakan

untuk menyiapkan bencana pada individu, keluarga, dan komunitas.

Dimulai dengan mengidentifikasi hazard potensial yang

mempengaruhi operator operasi. Indonesia kini tengah menuju

mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi yang dilakukan adalah

dengan pembangunan struktural dan non struktural di daerah

rentan gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi

struktural contohnya dengan pemasangan sistem informasi

peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi

non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana.

2) Fase Kesiapsiagaan Dan Pencegahan (Prevention Phase)

Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik

dengan berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang

ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun

perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan serta

perawatan yang efektif saat terjadi bencana.

Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka:

pengkajian terhadap kerentanan; membuat perencanaan;

pengorganisasian; sistem informasi; pengumpulan sumber daya;

sistem alarm; mekanisme tindakan; pendidikan dan pelatihan

penduduk; gladi resik. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan

Nasional Penanganan Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah

telah diusahakan sekeras mungkin. Contohnya pemetaan daerah

6
rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana gempa,

penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian

lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi

saat dilakukan penanganan korban gempa bumi.

3) Fase Tindakan (Respon Phase)

Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi

darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta

kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah mengontrol dampak

negatif dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi

pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban; menjamin

keamanan dilokasi bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat

bencana; pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada

kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan barang material;

dan menyediakan tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi

fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana

terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat

sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu.

4) Fase Pemulihan

Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau

masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan

fungsinya seperti kondisi sebelumnnya. Pada fase ini orang-orang

mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai sekolah

7
atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Fase

ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.

5) Fase Rehabilitasi

Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat

berusaha mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti

sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap

seluruh komunitas. Keadaannya mengalami perubahan dari

sebelum bencana.

4. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana

1) Fase Akut Pada Siklus Bencana

Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka

dan evakuasi dari lokasi berbahaya ke tempat yang aman. 3

T (triage, treatment, dan transportation) penting untuk

menyelamatkan korban luka sebanyak mungkin. Pada fase ini juga

dilakukan perawatan terhadap mayat.

2) Fase Menengah Dan Panjang Pada Siklus Bencana

Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase

ini harus memperhatikan segi keamanan, membantu terapi

kejiwaan korban bencana, membantu kegiatan untuk memulihkan

kesehatan hidup dan membangun kembali komunitas social.

8
3) Fase Tenang Pada Siklus Bencana

Fase tidak terjadi bencana, pada fase ini diperlukan

pendidikan penanggulangan bencana saat bencana terjadi, pelatihan

pencegahan bencana pada komunitas dengan melibatkan

penduduk setempat, pengecekan dan pemeliharaan fasilitas

peralatan pencegahan bencana baik di daerah maupun fasilitas medis,

serta membangun sistem jaringan bantuan.

B. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana

1) Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa

pra bencana persiapan menghadapi ancaman bencana kepada

masyarakat ini, antara lain :

a. Mengenali instruksi ancaman bahayab

b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency

(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)

c. Melatih penanganan pertama korban bencana.

d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi

lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi.

9
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti

menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang,

perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar.

c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat

seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.

d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa

(misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)

e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau

posko-posko bencana

C. Konsep Kebakaran

1. Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar

kemampuan dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja

tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan

oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai segitiga api (fire

triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang

menjadi unsur api, yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan

oksigen.

Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi

satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak

dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H Haessler (1974).

10
Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu, bahan

bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini

disebut Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of

Fire (Zaini,1998).

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat

yang tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan.

Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki

bersama, karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat

2. Penyebab Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Faktor Manusia

Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain:

manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya

kebakaran, menempatkan barang atau menyusun barang yang

mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan

kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang

telah ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin,

dan adanya unsur-unsur kesengajaan.

2) Faktor Teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan yang meliputi:

11
a. Proses fisik/mekanis

Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah

timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api,

misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las

atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atautidak memenuhi

standar.

b. Proses kimia

Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia

berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan

petunjuk - petunjuk yang ada.

3) Faktor Alam

Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat

faktor alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat

menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan –

perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain-lain (Anonim,

2010).

3. Klasifikasi Bahaya Kebakaran

Menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:

1) Bahaya Kebakaran Ringan

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan

terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas rendah,

sehingga penjalaran api lambat. Yang dimaksud bahaya kebakaran

ringan ialah hunian:

12
1. Tempat ibadah

2. Perkantoran

3. Pendidikan

4. Ruang makan

5. Ruang rawat inap

6. Penginapan

7. Hotel

8. Museum

9. Penjara

10. Perumahan

2) Bahaya Kebakaran Sedang

1. Bahaya Kebakaran Sedang I

Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan

terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan

tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) meter dan apabila terjadi

kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api

sedang. Yang dimaksud bahaya kebakaran Sedang I ialah

bangunan: tempat penjualan dan penampungan susu, restoran,

pabrik gelas/kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es,

pabrik kaca/cermin, pabrik garam, restoran/kafe, penyepuhan,

pabrik pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan tempat

pembuatan perhiasan.

13
2. Bahaya Kebakaran Sedang II

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah

terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan apabila

terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran

api sedang. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang

diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Sedang II antara lain:

penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue, pabrik minuman,

pabrik permen, pabrik destilasi/penyulingan minyak atsiri,

pabrik makanan ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik

mesin, pabrik batrai, pabrik bir, pabrik susu kental manis,

konveksi, pabrik bohlam dan neon, pabrik pabrik film/fotografi,

pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning.

3. Bahaya Kebakaran Sedang III

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi

serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran. Yang

dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam

bahaya kebakaran Sedang III antara lain: pabrik yang membuat

barang dari karet, parik yang membuat barang dari plastic, pabrik

karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan metal. Toko

dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu,

pabrik kertas.

14
3) Bahaya Kebakaran Berat

1. Bahaya Kebakaran Berat I

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta

penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran. Yang

dimaksud dengan bangunan gendung yang diklasifikasikan dalam

bahaya kebakaran Berat I antara lain: bangunan bawah

tanah/bismen, subway, hangar pesawat terbang, pabrik korek api

gas, pabrik pengelasa, pabrik foam plastic, pabrik yang

menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala 37,9oC

(100oF), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan

bahan peapis dengan foam plastic (Upholstering with plastic

foams).

2. Bahaya Kebakaran Berat II

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan panas sangat

tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi

kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang

diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat II antara lain:

pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau

menyimpan bahan berbahaya.

15
D. Sarana proteksi aktif

1. Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran

1) Detektor dan alarm kebakaran

Berdasarkan SNI 0-3985-2000 Alarnm kebakaran adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat /tanda setelah

kebakaran terdeteksi. Komponen dari sistem deteksi dan

alarm kebakaran yang berfungsi untuk mengontrol

bekerjanya sistem, menerima dan menunjukan adanya

isyarat kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, meanjutkan ke

fasilitas lain terkait, dan lain-lain. Panel kontrol dapat terdiri dari

satu panel saja dapat pula terdiri dari beberapa panel kontrol. Titik

panggil manual adalah alat yang di operasikan secara manual guna

memberi isyarat adanya kebakaran. Untuk kepentingan standar

ini, detektor kebakaran otomaik diklasifikasikan sesuai dengan

jenisnya sepeti tersebut dibawah ini :

a. Detektor panas/Heat Detector yaitu alat yang mendeteksi

temperatur tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak

normal.

b. Detektor asap/Smoke Detector yaitu aat yang mendeteksi

peartikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari satu

pembakaran. Sebaiknya jangan meletakkan detektor asap di

dapur atau garasi, karena asap dapur atau mobil bisa

16
menyebabkan alarm palsu. Alarm palsu adalah peringatan

bahaya tetapi tidak ada kebakaran (Zaini, 1998).

c. Detektor nyala api/Flame Detector yaitu alat yang mendeteksi

sinar infamerah, ultra violet, ata radiasi yang terlihat yang di

timbulkan oleh suatu kebakaran. Khusus Flame Detector perlu

dilindungi dengan sinar yang bukan berasal dari api, karena

sangat peka (Zaini, 1998).

2) Jalan petugas

Diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan

kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus mondar-

mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan yang

memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk

itu diperlukan fasilitas:

a. Daun intu dapat dibuka keluar

b. Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci

c. Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

d. Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7

jam

2. Sarana pemadam kebakaran

1) Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat

ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk

memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan

17
cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang

diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.

b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga

udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan

menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop

atau ember

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif

untuk menutup

d. kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah

tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.

e. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan

untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR atau istilah lainnya Portable Fire Extinguisher adalah

alat pemadam kebakaran yang dapat dibawa dan mampu dipakai

oleh satu orang (Zaini, 1998). Tabung APAR harus diisi ulang

sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Berdasarkan Peratuan

Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:

PER.04/mMEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat

yang ringan serta mudah di layani oleh satu rang memadamkan

api pada mulai terjadi kebakaran.

Kebakaran dapat di golongan:

a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);

18
b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudh terbakar (Golongan

B);

c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);

d. Kebakarang logam (Golngan D)

E. Penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran

Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi

rencana / rencana dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan

latihan penangulagan keadaan darurat, pendidikan dan latihan

penanggulangan keadaan darurat seperti proses evakuasi atau pemindahan

dan penutupan (Jusuf,1999). Penceghahan kebakaran dan cara

penagulangan korban kebakran tergantung lima (5) prinsip pokok

(Suma’mur,1996) sebagai berikut :

1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik

2. Pembuatan bangunan tahan api

3. Pengawasan yang teratur dan berkala\

4. Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya

5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat

kebakaran

Tindakan Ketika Kebakaran Terjadi

1. Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau

belum menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke

bagian bawah api, bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini

akan percuma jika kebakaran sudah terjadi beberapa lama.

19
2. Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke

ruang lainnya.

3. Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika

terasa panas berarti ruang itu sudah terbakar.

4. Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh

anggota keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua

orang tidak bisa menyelamatkan diri dengan baik.

5. Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut

segera dibanding mencari baju luar.

6. Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan teleponlah

pemadam kebakaran.

Tindakan Pasca Api Kebakaran Padam

1. Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya

mungkin lemah dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi keselamatan

anda sendiri.

2. Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak

anda dan memberi bantuan yang diperlukan (jika ada).

3. Kontak perusahaan asuransi anda dan jika anda membeli barang-

barang pengganti yang telah terbakar, simpanlah semua tanda terima

agar mendapat ganti rugi.

20
F. Cara /Metode Memadamkan Api

Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu

atau lebih dari ke-3 faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih

cara-cara sebagai berikut:

1. Cooling

Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada

titik uap api /panas tidak lagi diproduksi.

2. Smothering

Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen

hingga mematikan pembakaran.

3. Starving

Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada

titik dimana tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.

4. Breaking chain reaction

Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi

kimia di daerah nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan

terhenti.

G. Dampak kebakaran bagi kesehan manusia

Dampak yang ditimbulkan adalah teror asap yang

menyebabkanmenurunnya kualitas kesehatan manusia. Jumlah penderita

penyakit ISPA, asma bronkial,bronkitis, pneumonia, iritasi mata dan kulit

di berbagai wilayah yang terkena dampak kebakaranhutan meningkat

secara signifikan (Faisal F. 2012, Suwarsono et al. 2010). Infeksi Saluran

21
Pernafasan Akut (ISPA), adalah penyakit infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura, berlangsung

selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai

jaringan paru - paru (alveoli), terjadinya gangguan pada saluran

pernapasan akibat dari jamur, bakteri, virus dan pertikel lainnya

(Rasmaliah, 2004, Pubmed Health, 2011).Menurut WHO, pneumonia

merupakan bentuk peradangan dari jaringan pare yang ditandai dengan

gejala batuk dan sesak nafas atau nafas cepat. Berdasarkan buku pedoman

P2-ISPA, pneumonia diklasifikasikan sebagai bukan pneumonia,

pneumonia, dan pneumonia berat (Kemkes, 2011). Pengaruh terjadinya

kebakaran hutan Meningkatnya ISPA ini secara tidak langsung distimulir

oleh masuknya partikel-partikel asap yang mengandung senyawa-senyawa

berbahaya sehingga mengganggu fungsi pernapasan dan dapat

mengganggu kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun

bawah, dan menyebabakan infeksi pare seperti bronchitis, edema pare dan

pneumonia (Syafrizal, 2003).

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpuan

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat

yang tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan.

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak

pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi

terhadap kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian

akan keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang terus

meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang

dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya

kebakaran sejak dini sangat penting agar masyarakat mengetahui adanya

potensi bahaya kebakaran di semua tempat, antara lain, di rumah, tempat

kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan lain-lain. Sehingga, kasus

kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat

memahami materi dan persoalan kebakaran dan menambah wawasan

pengetahuan mengenai kebakaran dan bagaimana upaya untuk

menanggulangi dan mencegah kebakaran sehingga kasus kebakaran dapat

diminimalisir.

23
DAFTAR PUSTAKA

Soedharto, Gatot. 1984. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya


Kebakaran. Jakarta:Grafindo Utama

Soedharto, Gatot. 1985. Mencegah Kerusakan Lingkungan dari Bahaya


Kebakaran. Jakarta: PT.Intemasa

Zaini, Mochamad. 1998. Panduan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.


Jakarta: Abdi Tandur

______, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional

______,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara

Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran.


Yogyakarta. UniversitasNegeri Yogyakarta.

Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat


Publikasi Pemerintah Departemen Penerangan RI.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah teror asap yang menyebabkanmenurunnya


kualitas kesehatan manusia. Jumlah penderita penyakit ISPA, asma
bronkial,bronkitis, pneumonia, iritasi mata dan kulit di berbagai

wilayah yang terkena dampak kebakaranhutan meningkat secara signifikan


(Faisal F. 2012, Suwarsono et al. 2010).

24

Anda mungkin juga menyukai