Penatalaksanaan
1. Tahap I :
1) Brikan bantuan hidup dasar
2) Bebaskan jalan nafas, sseterusnya angkat leher / topang dagu
3) Bantuan nafas, mulut ke mulut, mulut kehidung, mulut ke alat bntuan
nafas
Jika nadi tidak teraba : tiup paru 1 kali di selingi kompres dada 30 kali
2. Tahap II :
1) Bantuan hidup lanjut
2) Jangan hentikan kompres jantung dan venulasi paru.
3) Berikan adrenalin 0,5 – 1 mg(IV), ulang dosis yang lebih besar jika
diperlukan. Jika henti jantung lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10
menit sampai timbul denyut nadi.
4) Pasang EKG, apakah ada fibrilasi, asistol kompleks yang aneh :
Defibrasi : DC shock.
5) Pada fibrasi ventikel diberikan obat lodikain / xilokain 1-2 mg/kg BB.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
Biasanya tes yang diberikan dalam kasus ini adalah dengan EKG. Ketika dipasang
EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-kadang dibagian tubuh lainnya
misalnya tangan dan kaki. EKG mengukur waktu dan durasi dari tiap fase lirik
jantung dan dapat menggambarkan gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot
jantung tidak dilakukan impuls listrik normal, EKG dapat menunjukkan bahwa
serangan jantung telah terjadi. EKG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti
interval QT berkepnjangan, yang menigkatkan risiko kematian mendadak.
b. Tes darah
1. Pemeriksaan enzim jantung
Enzim jantung tertentu akan masuk kedalam darah jika jantung terkena
seragan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac
arrest.
2. Elektrolit jantung
Melalui sampel darah, dapat meengetahui elektrolit yang berada pada jantung,
antara lain kalium, kalsium, magnesium. Ketidak seimbangan pada elektrolit
dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
3. Tes obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk
menginduksi aritmia.
4. Tes hormn
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat meunjukan kondisi ini sebagai pemicu
cardiac arrest.
c. Imaging test
1. Pemeriksaan foto torak
Menggambarkan bentuk dada dan ukuran dada serta pembuluh darah.
2. Echocardiogram
Tes ini mengguakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung.
d. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Tes ini jika di perlukan, biasanya dilakukan nanti setelah seseorang sembuh dan
jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum di temukan.
e. Ejection fraction testing
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah
seberapa baik jantung dapat memompa darah. Hal ini mengacu pada persentase darah
yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung.
f. Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian in dapat menunjukkan arteri koroner terjadi penyempitan atau
penyumbatan. Jumlah pembuluh darah yang tersumbat merupakan predictor
penting sudden cardiac arrest.