Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

AV BLOK

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


MUSDALIFA : 17CP1010
HARDIYANTI : 17CP1021
ASNIDAR : 17CP1017
SRI DEWI : 17CP1003
NURUL MAGHFIRAH ARNAS : 17CP1025
MUSDALIFAH : 17CP1009

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Av Blok

sesuai waktu yang ditentukan.

Dengan demikian, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penyusun mengharapkan

adanya kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun.
STUDI KASUS :
 Patofisiologi
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium
dan venrikel.Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus,mengikuti jalur
internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR
normal):depolarisasi terjadi dalam waktu 0,01 detik (lama QRS komplek).Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajat-
derajat satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV ,tetapi waktu hantaran
memanjang. Pada blok jantung derajat dua,sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel
tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua ,
yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif,yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis
kedua (mobitz II) merupakan penghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV
yang tetap dan impuls yang lain tidak dihantarkan. Pada blok jantung derajat tiga, tidak
ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,terjadi henti jantung,kecuali bila escape
pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok
berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu
depolarisasi hingga lebih dari 0,01 detik.
 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis akan ditentukan berdasarkan derajat dari blok AV
1. Blok AV derajat I
Blok derajat pertama tidak ada konsekuensi hemodinamik pada pasien tetapi harus
dilihat sebagai indikator terjadinya gangguan sistem konduksi AV. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi blok AV derajat kedua atau ketiga,irama teratur,umumnya
normal antara 60-100 denyut per/menit, gelombang P normal ,interval PR
memanjang,lebih dari 0,20 detik,gelombang QRS komplek normal.
2. Blok AV derajat II mobitz I
Klien yang menunjukkan gejala pada blok AV derajat kedua karena frekuensi
ventrikel biasanya adekuat. Seringkali ini terjadi sementara dan bila berlanjut ke blok
derajat ketiga, pacu jantung pertemuan (junctional) pada frekuensi 40-60
denyut/menit biasanya akan mengambil alih pacu ventrikel, irama tidak teratur,
frekuensi normal atau kurang dari 60 denyut permenit, gelombang P normal tetapi
ada satu gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS, interval PR makin lama
makin panjang sampai ada gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS,kemudian
siklus diulang kembali. Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik).
3. Blok AV derajat II mobitz II
Blok Mobitz II secara potensial lebih berbahaya daripada mobitz I. Ini sering terjadi
secara permanen, dapat memburuk dengan cepat menjadi blok jantung derajat tiga
dengan respon ventrikel yang lambat 20-40 denyut permenit.Irama umumnya tidak
teratur ,frekuensi lambat kurang dari 60 denyut permenit .Gelombang P normal tetapi
ada satu atau lebih yang tidak diikuti komplek QRS interval PR normal atau
memanjang secara konstan.Komplek QRS normal.
4. Blok AV derajat III (komplit)
Blok jantung komplit kurang ditoleransi bila pelepasan irama berasal dari
ventrikel,biasanya lambat dan tidak dipercaya . Klien dapat tetap asimtomatik bila
pelepasan irama mendukung curah jantung normal. Irama teratur ,frekuensi kurang
dari 60 denyut permenit, gelombang P normal , tetapi gelombang P dan gelombang
QRS berdiri sendiri-sendiri sehingga gelombang P kadang iikuti gel QRS kadang
tidak interval PR berubah-ubah . Komplek QRS normal atau memanjang lebih dari
0,12 detik.
 Prosedur Diagnostik
1. EKG pada EKG ditemukan adanya Blok AV sesuai dengan derajatnya
2. Foto dada dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel dan katup
3. Elektrolit peningkatan atau penurunan kalium ,kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia
 Algoritme Penatalaksanaan

Assess oappropriateness for clinical condition heart


rate <50/min if bradyarrhythmia.

Identifity and treat underlying cause


 Mantaian patent airway; assist breathing as
necessary
 Oxygen (if hypoxemic)
 Cardiac monitor to identifity rhythm;
monitor blood pressure and oximetry
 IV access
 12-lead ECG if available; don’t delay
therapy

Persistent bradyarrhythmia causing :


 Hypotension?
 Atropine
Monitor and observe Acutely altered mental status?
 IschemicIfchest discomfort?
atropine ineffective:
 Acute hert failure?
 Transcutaneous pacing OR
 Dopamine infusion OR
 Epinephrine infusion OR
Consiter:
 Expert consultation
 Transvenous pacing

 Analisa Data,Diagnosa dan Rencana Keperawatan

No Data Fokus Diagnosa Rencana Keperawatan


1. DS: Penurunan curah 1. Kaji TTV
a. Keluarga pasien jantung 2. Evaluasi adanya
mengatakan nyeri dada
pasien kadang 3. Monitor balance
mengeluh nyeri cairan (intake dan
dada output)
b. Keluarga 4. Berikan posisi
mengatakan nyaman yaitu
pasien (posisi semifowler)
mempunyai 5. Kolaborasi dengan
riwayat hirtensi tenaga medis dalam
DO: pemberian obat
a. Tanda-tanda
vital; TD :
136/80 mmHg,
Nadi : 45 x/i
,Pernafasan : 28
x/i
b. Terdapat
gangguan ritme
jantung
(bradikardi)

2 DS: Gangguan pertukaran 1. Monitor suara nafas


a. Keluarga pasien gas tambahan
mengatakan 2. Monitor respirasi
pasien sesak dan status O2
nafas 3. Posisikan pasien
DO: untuk
a. Pasien nampak memaksimalkan
terpasang ventilasi
oksigen nasal
canul 3 liter/m
b. Nampak ada
penggunaan otot
bantu pernafasan
3 DS: Intoleransi aktivitas 1. Kaji tingkat
a. Keluarga kemampuan pasien
mengatakan untuk ambulasi dan
pasien lemah berpindah tempat
b. Keluarga 2. Kaji respon
mengatakan kardiorespiratori
pasien sulit terhadap aktivitas
melakukan 3. Pantau asupan
aktivitas secara nutrisi untuk
mandiri dan memastikan
aktivitasnya di sumber-sumber
bantu keluarga energi yang adekuat
dan perawat 4. Ajarkan ROM pasif
DO:
a. Keadaan umum
lemah
b. Kebutuhan
pasien Nampak
dibantu oleh
keluarga dan
perawat

 Contoh Kasus Av Blok


Dialami sejak tadik pagi SMRS, pasien sedang berada didalam wc kemudian terjatuh
seketika dan kehilangan kesadaran, setelah itu pasien merasa badannya lemah sehingga
dibawa kerumah sakit.Nyeri kepala (+) muntah (+) sesak nafas (-) nyeri dada (-) nyeri ulu
hati (+) ebelumnya pasien mengeluh lemah badan sejak satu tahun yang lalu,riwayat
demam (+) 1minggu yang lalu, nyeri saat BAK,riwayat muntah darah disangkal, riwayat
BAB hitam disangkal. Riwayat penyakit dahulu pasien yaitu riwayat DM (+) namun
tidak teratur berobat, riwayat hipertensi disangkal, riwayat asma disangkal. Pemeriksaan
umum ;kesadaran GCS E3M5V4, keadaan umum tampak sakit berat, tekanan darah
81/47 mmHg, nadi 30 x/menit, pernafasan 28 x/menit, suhu 36,5oC.

KONSEP KEPERAWATAN KRITIS :


 Pengertian EBP
Evidence-based practice (EBP) merupakan metode pendekatan perawatan professional
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
 Langkah-langkah EBP
1. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien ,masalah klinis atau
pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien
2. Merumuskan pertanyaan klinis (rumusan masalah) yang mungkin,termasuk
pertanyaan kritis dari kasus/masalah kedalam kategori
3. Melacak/mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk
menjawab pertanyaan
4. Penilian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk validasi
internal/kebenaran bukti
5. Penerapan hasil dalam praktek pada klien,dengan membuat keputusan untuk
menggunakan atau tidak menggunakan hasil studi tersebut dan atau mengintegrasikan
bukti tersebut dengan pengalaman klinis dan factor pasien/klien dalam menentukan
keputusan tersebut
6. Evaluasi kinerja,yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada
klien
 Contoh Kasus EBP
DAFTAR PUSTAKA

Budzikowski AS. Third degree AV block. 2014.


Dharma S. Pedoman praktis sistematika interpretasi EKG. Jakarta:EGC.2009.
Batubara MA siregar NK. Total AV Block. FK USU 2014.

Anda mungkin juga menyukai