Ilyas Saputera I
Miftahul Jannah SU I Siti Binayu Adzani
PENDEKATAN PASIEN EMERGENSI
oleh:
M. Ilyas Saputera
Pendekatan pasien emergensi berbeda dengan pendekatan pasien di tempat lain, karena kita
berpacu dengan waktu. Sehingga diperlukan tanda-tanda cepat atau shortcut agar kita dapat
memberikan pertolongan atau resusitasi yang cepat dan tepat.
Dalam emergensi, pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan ABC (Airway,
Breating, dan Circulation), dan setiap komponen, kita lakukan penilaian dengan look, listen, dan
feel. Walaupun pada pasien jantung terdapat perbedaan menjadi CAB, namun secara garis
besar sama. Pendekatan dan penilaian yang kita lakukan adalah sebagai berikut:
3. Circulation (Sirkulasi)
Pada komponen ini yang menjadi fokus kita adalah sirkulasi atau peredaran darah pasien.
d. Look
Lihat apakah terdapat perdarahan, jika terdapat perdarahan:
1) Peradarahan di luar
Lakukan penghentian perdarahan.
2) Perdarahan saluran cerna
Basakan lambung dengan pemberian PPI, evaluasi dengan NGT setelah 1 jam, apabila
sudah terbentuk coffee cloting kemungkinan perdarahan sudah mulai berhenti.
e. Listen
Kita lakukan auskultasi pada jantung pasien, yang terpenting adalah 3 hal:
1) Gallop
Tentukan apakah ada gallop atau tidak yang menandakan gagal pompa ventrikel kiri
2) Irama
3 hal tersebut penting, karena VES dengan tipe tersebut, rentan terjadi ventricular
takikardi
f. Feel
2 hal penting dalam hal ini yaitu:
1) Nadi
Kita tentukan apakah nadi kuat angkat atau tidak, isinya cukup atau tidak. Dan dengan
meraba nadi kita dapat menentukan kisaran TD pasien:
- Jika nadi radialis teraba kuat TD sistol minimal 90 mmHg
- Jika nadi brakhialis yang teraba kuat TD sistol minimal 70 mmHg
- Jika nadi karotis yang teraba kuat TD sistol minimal 50 mmHg
2) Tekanan Darah
Dari tekanan darah kita dapat menetukan 2 hal penting:
- Pulse Pressure (PP), dimana sistol dikurang diastole. Nilai ini menunjukkan
kecukupan perfusi ke jaringan, normalnya minimal 30 mmHg.
- Mean Arterial Pressure (MAP), dimana rumus untuk mendapatkan MAP adalah
Sistol + 1/3 (sistol=diastol) atau (sistol + 2 diastol)/3
hal ini menunjukkan tekanan yang dibutuhkan agar darah dapat mencapai jaringan,
hal ini penting untuk otak, dimana otak membutuhkan MAP minimal 70 mmHg,
REFERENSI
Kuliah Pendekatan pasien emergensi, dr. Ugi Sp.EM
Nah, pembahasan ini diambil dari “Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Sepsis”
dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Kemenkes RI th 2014 ya temen-
temen. Guideline ini acuannya adalah Survival Sepsis Campaign 2012 yang digunakan dalam
penatalaksanaan sepsis dan syok sepsis di seluruh dunia lho semoga bermanfaat
- Pasien datang dengan keluhan demam dan penurunan kesadaran sejak beberapa jam
yang lalu. Saat di lakukan pengecekan GCS, pasien ternyata FN 110, RR 22, terdapat
edema dan pada saat dicek GDS=180 padahal pasien tidak memiliki riwayat deiabetes.
Tidak ada tanda-tanda gagal sirkulasi, ABC clear. pasien masuk resusitasi MERAH
karena penurunan kesadaran dengan GCS yang rendah.
- Pasien diambil darah untuk dicek lab ternyata hasilnya adalah leukositosis 20.000
NAH, langsung tuh curiga SEPSIS.
Ini adalah gejala dan tanda sepsis: demam >38,3 (dapat juga hipotermi) disertai dengan
edema (Dirancukan Dengan gagal ginjal), GDS yang naik (dirancukan dengan DM), dan ternyata
ada leukositosis >12.000 (dirancukan dengan immunocompromise). Nah, kalau kata dr. IKA
Ini dia contoh antibiotic spectrum luas yang biasa diberikan: karbapenem, sefalosporin
generasi ke 4, piperacilin tazobactam. Obat-obatan tersebut juga biasa dikombinasikan dengan
Setelah pemberian antibiotic empiris ini, nantinya dievaluasi, berdasarkan gejala klinis
dan hasil kultur biakan. Nah berikut ini tatalaksana lain untuk kegawatan:
A. RESUSITASI
Target resusitasi inisial adalah selama 6 jam pertama dengan evaluasi berupa
peningkatan MAP >=65 mmHg dan jumlah urin >=0,5 ml/kgBB/jam. Nah, mengapa
target MAP adalah >=65 mmHg sebab mekanisme autoregulasi pada organ jantung,
ginjal, dan sistem syaraf pusat akan terganggu pada MAP <=60 mmHg.
Target resusitasi pada pasien dengan peningkatan kadar laktat adalah menormalkan
kadar laktat. Nah, kalau secara manifestasi pemeriksaan fisiknya, melihat perkusi
yang adekuat pada kulit adalah tidak adanya skin mottling, ekstremitas hangat dan
kering, nadi perifet terraba dengan baik, perbaikan kesadaran pasien seperti
Nah, kalau yang ini tata laksana untuk hemodinamik dan terapi penunjang
A. HEMODINAMIK
Pada fase awal sepsis terjadi fase hipovolemik hipodinamik. Hal ini terjadi karena
penambahan volume cairan interstisial karena ekstravasasi cairan. Fluid challenge
dilakukan dengan pemberian 1000 ml kristaloid atau 300-500 ml koloid selama 30
menit.
B. VASOPRESOR
Terapi ini dugunakan untuk mempertahankan perfusi meskipun hipovolemik belum
teratasi. Target penggunaan vasopressor adalah mempertahankan MAP >= 65
mmHg. Penggunaan vasopressor dini perlu dilakukan pada sepsis berat sebab
berkaitan dengan angka mortalitas yang tinggi. Vasopressor yang biasa digunakan
adalah norepinefrin dan dobutamin yang diberikan melalui vena sentral. Pilihan
pertama vasopresian adalah norepinefrin. Epinefrin dapat ditambahkan untuk
mencapai tekanan darah yang adekuat. Vasopressin 0,03 unit/menit dapat
ditambahkan pada norepinefrin untuk meningkatkan tekanan arteri rerata atau
untuk menurunkan dosis noreprinefrin. Intinya: PEMBERIAN VASOPRESIN,
DIPERTIMBANGKAN KETIKA PEMBERIAN CAIRAN YANG ADEKUAT BELUM DAPAT
MENINGKATKAN MAP >= 65 mmHg. NAMUN PENGGUNAAN DOPAMIN SEBAGAI
VASOPRESOR HARUS BERHATI-HATI PADA PASIEN YANG MENGALAMI TAKIKARDI
DAN SEBAIKNYA DIHINDARI BILA DIDAPATKAN BUKTI TAKIARITMIA PADA EKG.
C. INOTROPIK
Inotropic yang sering digunakan adalah isoproterenol, dobutamin, dan epinefrin.
Dobutamin diberikan sampai dosis 20 ug/kgBB/menit atau ditambahkan bersama
vasopressor lain apabila terdapat disfungsi miokard yang ditandai peningkatan
tekanan pengisian jantung dan curah jantung yang rendah serta, penurunan perfusi
Teman-teman, ini sumbernya dari blogspot. Silakan cek ulang ya teman-teman tentang
kebenarannya. Ukuran NGT diantaranya:
Nah, ini diambil dari patofisiologi lily yaa. intinya, terjadinya aritmia, akarnya adalah 2
hal:
Sumbernya dari ATLS ya teman-teman. Jadi di sini, syok yang dimaksud adalah
syok hipovolemik. Sehingga prinsip penatalaksanaannya adalah stop perdarahan dan
gantikan volume cairan yang hilang. Nah PENTING BANGET UNTUK PASANG KATETER
URIN.
Nah, pertama-tama akses dulu vena perifer.. kalau menurut guideline sih
langsung 2 akses vena perifer minimal ukuran 16. Jika vena perifer tidak dapat diakses
maka pilihan selanjutnya adalah vena sentral. Tempat terbaik vena perifer adalah VENA
DI DAERAH KUBITI. Baru jika tidak terakses dicoba VENA SENTRAL (FEMORALIS,
JUGULARIS, ATAU SUBCLAVIA). Catatan bagi anak-anak dibawah 6 tahun pemasangan
akses melalui intraoseus harus diusahakan sebelum mengakses ke vena sentral.
Terapi cairan awal yang sebaiknya dilakukan adalah pemberian cairan. Cairan
yang diberikan adalah larutan isotonik hangat seperti ringer laktat atau normal saline.
Cairan ini mampu menggantikan kehilangan cairan ke dalam ruang insterstisial dan
interseluler. Alternative cairan yang lain adalah larutan garam hipertonik, meskipun
menurut beberapa literature belum terlalu bermanfaat.
Tahap awal, bolus cairan diberikan secepatnya dengan dosis umum 1 hingga 2
liter untuk dewasa dan 20cc/kgBB untuk anak-anak. Respon terapi dipantau ketat. Jadi
penghitungan kasarnya adalah 1 ml DARAH yang hilang akan digantikan 3 ml
KRISTALOID. Ingat, tujuan dari resusitasi cairan adalah kembalinya perfusi organ yaaa..
bukan masalah hipotensinyaaaa.
A. Hipoksia
Hipoksia diartikan sebagai kurangnya oksigen yang sampai pada jaringan. Dalam emergensi
yang penting dibedakan adalah:
1. Hipoksia sistemik
2. Hipoksia sentral
Hipoksia sistemik ditandai dengan adanya takipnue dan takikardi. Apabila didapatkan pasien
mengalami 2 hal tersebut, dan dipastikan tidak ada penyebab seperti nyeri, maka pasien dapat
dipastikan mengalami hipoksia sistemik.
Apabila pasien sudah mengalami hipoksia sentral maka ditandai dengan adanya penurunan
kesadaran. Namun saat menemukan pasien tidak sadar, kita harus memastikan penyebab
penurunan kesadaran pasien. Ada dua hal yang dapat menyebabkan pasien tidak sadar:
1. Primary Brain Injury
2. Secondary Brain Injury
Singkatnya, pasien tidak sadar disebabkan penyakit di otaknya atau karena hipoksia. Cara
membedakannya mudah, apabila kita tangani oksigenasi pasien dan kemudian pasien bangun,
berarti penyebabnya adalah hipoksia sentral atau yang terjadi adalah secondary brain injury.
Namun, apabila pasien masih belum sadar saat oksigenasi diperbaiki. Maka, yang terjadi adalah
adanya gangguan pada otak pasien, baik strukturnya ataupun hal penunjang seperti glukosa,
dll. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa tidak sadarnya pasien karena gangguan pada
otaknya alis primary brain injury.
B. Terapi Oksigen
Pemilihan Alat (device) pemberian oksigen
Terapi utama pada hipoksia adalah oksigen. Ada beberapa alat (device) pemberian oksigen,
namun yang sering digunakan adalah nasal kanul, Rebreathing Mask (RM), Non Rebreathing
Mask (NRM).
Referensi:
Kuliah dr. Ugi, Sp.EM
Terapi Oksigen. http://myblogterapioksigen.blogspot.co.id/2015/10/terapi-oksigen.html
Akut abdomen ada banyak, tapi aku mau bahas yg sering dan REAL di temuin di IGD kita:
ILEUS paling juara untuk dijadiin kasus bedah digestif dr. E Sp.B
(tapi ga bisa mengalahkan kasus wajib bedah thorax seperti
pneumothorax)
1. Ileus obstruktif
2. Appendisitis Appendisitis bisa sih tapi biasanya yg udah perforasi
3. Kolelitiasis
4. Trauma abdomen (tajam/tembus dan tumpul)
5. Hernia
Dari 5 penyakit di atas kurang lebih bisa menyebabkan kegawatdaruratan!!! Dan temen2 harus
paham ini ya, karna ini lah tujuan kita jd coass emergency hehe
1. Airway biasanya clear. Hati2 juga bisa aspirasi pada pasien yang lagi muntah2
Jadi, tetaplah lakukan primary survery dan tatalaksana awalnya hingga hemodinamik stabil
gejala yang paling sering dikeluhin pasien itu apa? SAKIT PERUT DOK . nah penyebab paling
sakit biasanya karna KOLIK ABDOMEN! Yap, secara definisi kolik abdomen adalah nyeri perut
yang hebat, seperti diremas-remas atau kram, dan bersifat hilang-timbul, karena kolik itu
berasal dari organ yang BERLUMEN, jadi tergantung dari gerakan peristaltik.
1. NYERI PERUT?
seperti apa? Diremas2 atau kram (berkaitan gerakan peristaltik)
seperti ditusuk-tusuk (ini subjektif tp biasanya kalo meluas bisa jadi udah peritonitis)
hilang timbul atau terus-menerus? Bisa jadi kalo terus menerus udah peritonitis)
berapa menit?
2. DI MANA?
Bisa ditunjuk pake jari? organ viseral
Kalo diffuse/ nyeri somatik peritonitis
Ulu hati? Ini banyak sekali Ddnya haha tp paling sering gastritis , JANGAN LUPA
SELALU PEKA TERHADAP SERANGAN ANGIN PEKTORIS guysss hehe jadi ditanya juga
biasanya nyeri abis aktivitas kalo PJK
Menjalar ke punggung? kolelitiasis
Tadinya di epigastrium terus ke kanan bawah? appendisitis
Tadinya dibawah hypogastric terus naik ke atas (lumbal dextra & sinistra bahkan ke
epigastrium? ini pasien ujian akuh ehhe dia sakit ileus obstruktif letak kolon yang
saking udah lamanya terjadi distensi (kembung) di bagian proximal terus nyerinya
sampe ke organ atas-atasnya (usus halus)
3. PENGARUH?
Membaik saat posisi ditekuk appendisitis
Memburuk setelah makan makanan berlemak dan bersantan kolelitiasis
Memburuk setelah makan/ minum trs kembung bahkan muntah ileus
Ada riwayat trauma? Ya segala macam trauma pokoknya ditanyain
4. MUAL? MUNTAH?
Muntah banyak terjadi pada ileus letak tinggi
5. Adakah DEMAM? Kalo udah ada demam biasanya udah meluas infeksinya, hati2 ini
butuh penanganan cepat
INSPEKSI:
Lihat buncit? Apa datar?
AUSKULTASI:
Bising usus menurun? Bising usus meningkat?
PALPASI:
Buncit isi lemak? Buncit isi massa? Apa buncit isi udara?
Nyeri tekan? Di?
Mc burney Sign? SELALU PERIKSA jaga2 aja kalo ada masalah di appendixnya
Nyeri lepas/ rovsing sign? APP
Murphy Sign? kolelitiasis/kolesistitis
Defans muskuler? Intinya knp bs ada defans muskular karna di dalamnya ada jaringan yg
radang jadi ketika otot bagian atasnya ditekan dia melindungi/defans jadi bagian
disitu mengkerut, menebal atau jadi lebih keras ototnya untuk melindungi jaringan
yg radang dibawahnya
Lingkar perut? Ini tambahan kemarin ada kasus perdarahan ec ruptur lien grade III untuk
memonitor perdarahannya masi lanjut apa ga ya itung aja lingkar perutnya :D kata dr.E
SpB
PERKUSI:
Hipertimpani di seluruh lapang perut dd ileus
1. APPENDISITIS
Tujuan manuver tambahan letak appendix itu banyak macamnya oleh karena itu kita
menggunakan pemeriksaan tambahan: psoas sign (app yg deket otot psoas) & obturator sign
(app yg deket foramen obturator) bahkan perlu juga RECTAL TOUCHE ada nyeri ga di jam 9-12
2. RECTAL TOUCHE
Ini beneran dilakuin yeww, ga peduli residen atau anak bedah udah ngelakuin tapi kita
wajib meriksa dengan jari cantik/ganteng kita sendiri
Inspeksi: ada darah? Massa?
Tonus sphinter ani baik?
Ampula recti kolaps atau gak? Normalnya ga kolaps dong yah
Mukosa licin atau gak?
Massa intralumen atau ekstralumen?
ILEUS
Adalah gangguan pasase usus untuk nganterin hasil pencernaan yg uda diolah sampai keluar
dari anus berupa feses
ILEUS OBSTURKTIF
TERDAPAT 4 TRIAS:
1. nyeri abdomen
2. muntah
3. distensi
4. kegagalan buang air besar atau gas/konstipasi: nah di sini ada yg sumbatan total dan
sumbatan parsial, bedainnya kalo obstuktif parsial masih bisa ada flatus dan saat rectal touche
ampula tidak kolaps dan masih bisa dittemukan feses.
Letak tinggi dan letak rendah? Batasnya ileum terminal ya (nnti disini ada katup ileosekal yg
penting bgt fungsinya)
Kerpean Emergency Medicine 30
perbedaan Ileus Ileus obstruktif letak rendah
obstruktif
letak tinggi
Mual/muntah ++++ +
distensi + ++++
Letak nyeri Perut Perut bagian bawah namun lama2
bagian atas nyeri naik ke atas, dan tidak bisa
ditunjuk lagi akibat distensi
Sebenernya di sini bisa di logika kan, semakin bawah letak obstruksinya (kolon) maka yg paling
dominan adalah distensi karena di kolon lbh banyak bakteri dan semakin banyak gas yg
terbentuk
Semakin atas letak sumbatan, maka semakin sulit makanan untuk maju melewati usus halus,
terjadi tekanan balik ke arah lambung makanya bisa mual dan muntah
II. operatif
Yg memenuhi indikasi misal perforasi, terdapat adhesi, terdapat strangulasi/iskemik usus
Faktor Risiko
Genetik
Riwayat penyakit kardiovaskular
Hipertensi
Merokok
Fibrilasi atrium
Dislipidemia
Pasien dalam terapi sulih hormon
Obesitas
Kondisi inflamasi dan infeksi
Kondisi hiperkoagulabilitas, Merokok, dan Hiperlipidemia
Patofisiologi
Komplikasi
Neurologi : Hidrosefalus, Edema serebri, Peningkatan TIK, Kejang, Rebleeding, gangguan
fungsi luhur, Demensia, Delirium
Non Neurologi: Stress ulser, ISK, Ulkus dekubitus, Kontraktur, Pneumonia, DVT, Emboli
pulmonal, Depresi, Malnutrisi
Pemeriksaan Fisik
o TTV
o Pemeriksaan kepal dan leher: cedera kepala akibat jatuh, bruit karotis,
peningkatan vena jugularis )
o Pemeriksaan fisik umum
o Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan kaku kuduk ( biasanya positif pada perdarahan subarakhnoid). Tidak dilakukan
pada:
Curiga cedera servikal memar dileher
Cedera kepala sedang-berat
Cedera medula spinalis
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah, urinalisis,
analisis gas darah, dan elektrolit
Foto thorax: untuk melihat adanya kardiomegali sebagai penanda adanya hipertensi
untuk faktor risiko stroke.
CT Scan/MRI: gambaran hipodens/hipointens didapatkan pada stroke iskemik dan
hiperdense/hiperintens pada stroke hemoragik pada T1W1.
Transacranial doppler (TCD) dan Doppler karotis antara lain untuk melihat adanya
penyumbatan dan patensi dinding pembuluh darah sebagai risiko stroke.
Analisis cairan serebrospinal jika diperlukan.
Tatalaksana
Stroke merupaka sebuah kegawatdaruratan. Tujuan dari tatalaksana adalah memastikan
kestabilan pasien dan mencegah/membatasi kematian neuron.
o Tatalaksana di IGD:
o Periksa patensi jalan napas (Airways), Bretahing, dan Circulation
o Periksa SaO2 dan tanda vitalberikan oksigen bila SaO2 <95%
o Pengendalian peningkatan TIK:
Elevasi kepala 20-30o
Posisi pasien jangan menekan vena jugular.
Hindari pemberian cairan glukosa, cairan hipotonik dan hipertonik
Jaga normovolemia
Osmoterapi dengan : manitol 20%
Indikasi: peningkatan TIK
o Tatalaksana Khusus
o Perdarahan intraserebal
Tatalaksana medis perdarahan intrakranial. Apabila terdapat gangguan
koagulasi dapat diberikan: Vit K 10 mg IV pada pasien dengan INR
meningkat, Plasma segar beku ( fresh frozen Plasma) 2-6 unit.
Pencegahan tromboemboli vena dengan stoking elastis. Heparin
subkutan dapat diberikan bila perdarah telah berhenati (harus
terdokumentasi) sebagai pencegaha tromboemboli vena.
Kontrol tekanan darah dan kadar glukosa darah.
Tekanan darah akan menurun sendiri dalam 24 jam pertama
setelah awitan serangan stroke. Diturunkan dengan obat pada SH
jika TDS : >200mmHg atau TDD: > 110mmHg atau MABP:
>130mmHg
Pemberian antiepilepsi apabila terdapat kejang.
o Stroke Iskemik
Tatalaksana hipertensi
Tekanan darah akan menurun sendiri dalam 24 jam pertama setelah awitan serangan
stroke. Diturunkan dengan obat pada SI jika TDS : >220mmHg atau TDD: > 120mmHg atau
MABP: >140mmHg.
Tatalaksana hipoglikemi dan hiperglikemia
Trombolisis pada stroke akut: recombinant Tisssue Plasminogen Activator (rTPA) dengan
dosis 0,9 mg/kgBB (maksimal 90 mg) direkomendasikan pada pasien dengan presentasi
stroke antara 3-4 jam. Kontraindikasi rTPA: usia >80 tahun, konsumsi antikoagual oral
(berapapun nilai INR) psien dengan jejas iskemia > 1/3 area arteri serebri media, dan
pasien dengan riwayat stroke dan diabetes melitus.
Antitrombosit (beberapa piliha yang dapat digunakan)
Aspirin ( menghambat jalur Siklooksigenase). Dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah
awitan stroke. KI: hipersensitif terhadap salisilat, anemia, asma bronkhial. Indikasi: post SI
akibat embolus
Klopidogrel ( menghambat reseptor ADP). Pasien yang alergi terhadap aspirin atau telah
mengkonsumsi aspirin secara teratur, berikan klopidogrel 75 mg/hari. Indikasi: Infark
miokard, stroke iskemik, penyakit arteri perifer. KI: kerusakan hati, hipersensitif, ibu
menyusui, ulkus peptikum/perdarahan intrakranial. ES: diare, perdarahan GI, rash,
purpura trombotik trombositopenia.
Tiklopidin (menghambat reseptor ADP). Dosis 250 mg PO 2x1. Harus dimonitor jumlah
neutrofil dan trombosit setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan. KI:
hipersensitifitas, kelainan darah (netropeni/ trombositopeni), gangguan pembekuan
darah, gangguan hepar
Referensi
Buku IPD: Stroke dan penatalaksanaan oleh internis
Buku Kapita selekta jilid 2: Neurologi: stroke
Catatan bimbingan neuro RSF.
Kegawatdaruratan paru merupakan suatu keadaan yang sering ditemui di IGD Rumah
sakit. Penyakit kegawatdaruratan paru sendiri adalah suatu keadaan dimana pertukaran gas
dalam paru terganggu yang jika dibiarkan akan menyebabkan gagal nafas akut dan bahkan bisa
menyebabkan kematian. Gagal napas akut sendiri diketahui dari menurunnya kadar oksigen di
arteri( hipoksemia), naiknya kadar karbondioksida (hiperkarbia) atau kombinasi keduanya.
Banyak kasus yang gagal tertangani bukan karena penyakit primernya, tetapi karena
adanya kegagalan fungsi pernapasan baik sentral ataupun karena infeksi. Beberapa penyakit
yang masuk dalam kategori ini antaralain: hemoptisis masif, pneumotoraks, status asmatikus,
dan pneumonia berat. Beberapa yang sering terjadi, akan dibahas dibagian ini.
1. HEMOPTISIS
Definisi
Hemoptisis adalah mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau paru. Sedangkan
pseudohemoptysis adalah membatukkan darah yang bukan berasal dari saluran napas bawah.
Etiologi
Penyebab tersering dari hemoptisis adalah:
Bronkoektasis
Jamur (fungus ball)
Bekas TB
Tumor
TB Paru
Perdaharan ini disebabkan karena pecahnya aneurisma Rassmusen. Sedangkan pada
kasus neoplasma terjadi karena adanya neovaskularisasi. Pembuluh-pembuluh darah baru yang
terbentuk ini memiliki sifat yang rapuh sehingga mudah mengalami perdarahan. Namun perlu
diketahui juga, bahwa 2 hingga 32% kasus hemoptisis tidak diketahui penyebabnya atau
Kerpean Emergency Medicine 43
idiopatik. Namalainnya adalah hemoptisis esensial. Hemoptisis esensial umumnya tidak
menyebabkan hemoptisis yang masif, namun <5% dapat menyebabkan hemoptisis masif. 1,2
Klasifikasi
1. Bercak (streaking): <15-20ml/24 jam
Sering terjadi adalah bercampurnya darah dengan sputum. Umumnya pada penyakit bronkhitis.
2. Hemoptisis: 20 – 600 ml/24 jam
Biasanya terjadi pada kanker paru, pneumonia, TB atau emboli paru.
3. Hemoptisis Masif: > 600 ml/24 jam
Dapat terjadi pada kanker paru, kavitas pada TB atau bronkiektasis.
4. Pseudohemoptisis
Karakteristik
Perlu dibedakan antara batuk darah dan muntah darah. Karena beberapa pasien
menganggap sama hal tersebut, sehingg kitalah yang perlu dengan teliti membedakannya.
Beberapa perbedaan antara batuk darah dan muntah darah antara lain:
Keadaan Hemoptisis Hematemesis
Prodormal Rasa tidak enak di Mual, Stomach Distress
tenggorokan, ingin batuk
Onset Darah dibatukkan, dapat Darah dapat dimuntahkan
disertai batuk disertai batuk
Diagnosis
1. Anamnesis: jumlah, Pola, lama, berulang/tidak, RPD ( paru, jantung, hipertensi), faktor
risiko.
2. PF: tanda vital, hidung, gigi, gusi, orofaring, leher, dada, jantung, paru, perut.
3. Pemriksaan Lab: Darah lengkap, faal hemostasis, hapusan dahak BTA/garam/ jamur,
sitologi.
4. Pemeriksaan Radiologi: Roengent Thorax ( AP dan Lateral), CT scan.
5. Pemeriksaan bronkoskopi.
Tatalaksana
Tujuan: menghentikan perdarahan, mencegah syok dan mencegah sufokasi.
Terdapat 2 macam tatalaksana, yaitu tatalaksana konservatif dan pembedahan
1. Tatalaksana Konservatif
Periksa patensi jalan napas (Airways), Bretahing, dan Circulation
Menenangkan pasien dan tidak menahan batuk
Pimpin batuk.
Referensi
- Buku ajar IPD: kegawtdaruratan penyakit dalam: hemoptisis
- Catatan Bimbingan dr .Alvin, Sp.P
- Kapita selekta FKUI jilid 2: hemoptisis
2. Berdasarkan Penyebabnya
Pneumotoraks Traumatik: terjadi akibat trauma, baik tajam maupun tumpul yang
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
o Bukan iatrogenik: terjadi karena jejas kecelakaan.
o Iatrogenik: akibat komplikasi dari tindakan medis.
Aksidental: terjadi karena kesalahan/ komplikasi dari tindakan medis.
Artifisial: pneumotoraks yang sengaja dilakukan untuk terapi
tuberkulosis/ menilai permukaan paru.
Manifestasi Klinis
Sesak napas.
Batuk-batuk.
Nyeri dada bersifat tajam seperti ditusuk dan memberat saat inspirasi (pleuritik)
Nyeri menjalar ke pundak ipsilateral
Diagnosis
Anamnesis
o Muncul saat istirahat
o Faktor risiko: perokok, usia 18-14 tahun, tubuh tinggi kurus, hamil
o Riwayat penyakit paru atau trauma dada
o Riwayat pneumotoraks
Pemeriksaan Fisik Paru
o I : rongga dada lebih besar/normal; dada yang terkenal tertinggal saat ekspirasi
o P: fremitus berkurang
o P: hipersonor
o A: berkurang atau menghilang
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Tatalaksana emergensi:
Periksa patensi jalan napas (Airways), Bretahing, dan Circulation
Periksa SaO2 dan tanda vital
Berikan oksigen 3-4L/m dengan nasal kanulmempercepat absorpsi udara dari rongga
pleuramengurangi sesak napas.
Lakukan pemeriksaan untuk menetukan luas pneumotoraks
o <15 % + asimtomatis observasi dan berikan oksigen
o >15 % perlu WSD
Bila sudah pemasangan WSD, paru yang sakit kurang berkembang, nilai penyulit:
o sumbatan intarbronkussuction
o Fistula bronko pleuraditandai keluarnya gelembung udara dari WSD sewaktu
ekspirasi
o Fibrosis pada pleura paru yang kolapstindakan operasi (dekortikasi)
Pada keadaan DARURAT :
o Segera pungsi/tusuk rongga pleura dengan jarum infus. Lokasi ideal untuk WSD
adalah setingkat puting payudara, yakni ICS V sebelah anterior dari linea
midaksilaris ipsilateral. Pada keadaan pneumotoraks ventil, tidak usah menunggu
konfirmasi radiologi, akan tetapi langsung dilakukan dekompresi dengan cara
insersi jarum pada ICS II linea midklavikularis hemitoraks ipsilateral. Pungsi
dilakukan ditepi atas dari tulang iga. Hal ini dikarenakan, pada tepi bawah tulang
iga banyak pembuluh darah vena dan saraf sementara arteri teletak dibelakang
tulang iga.
REFERENSI
- Buku ajar IPD: Pulmonologi: Pneumotorkas
- Slide kuliah dr. Dharma, Sp.P
- Kapita selekta FKUI jilid 1: Pnemotoraks
Diagnosis
Manifestasi menurut British Thoracic Sociaty :
Sesak napas dan bising mengi yang meningkattidak dapat menyelesaikan satu kalimat
dalam satu pernapasan atau tidak mampu berdiri dari kursi/ tempat tidur.
Frekuensi napas ≥25 kali/menit, denyut nadi > 110 kali/menit
Arus puncak Ekspirasi (APE) < 40% dari nilai prediksi
Pulsus paradoksus (+) TD sistolik inspirasi > 10mmHg
Keadaaan yang sudah mengancam nyawa:
o Sianosis
o Kelelahan
o Gelisah dan kesadaran menurun
o Silent Chest pada Auskultasi
o Bardikardi
Penilaian AGD:
o pH rendah
o PaO2 <60 mmHg atau gagal napas akut
o PCO2 Normal atau meningkat
Foto Thorax
o Saat serangan : gambaran obstruksi paru, gambaran emfisematous/hiperlinen,
ruang interkosta melebar, diafragma mendatar, corakan bronkovaskular
berkuranggambaran ini hilang jika asma membaik
Indikasi perwawatn ICU: pada penderita yang menunjukkan perburukan atau kemungkinan
membutuhkan bantuan ventilatorgagal napas akut: pH menurun, PO2< 60mmHg, pCO2>45
mmHg, gelisah, kesadaran menurun, syok, tanda-tanda kelelahan dan henti napas.
Referensi
British Thoracic Society. Acut Severe Asthma in Adults in General Practice
Status Asmatikus. Dalam Buku Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKU.
Acut Exacerbation Of Asthma and Status Asmaticus. Pharmacologic Management
International Consesus Report On Diagnosis and Treatment Of Af Asthma
Intensive Care Management Of Status Asthmaticus
AKIN RIFLE
Kriteria Produksi Urin Stadiu
Stadium Kriteria SCr Kriteria SCr/LFG
m
Peningkatan SCr
Kenaikan SCr 1,5-1,9 x Produksi urin
1,5x, ATAU
1 nilai dasar ATAU ,0,5mL/kgBB/jam Risk
Penurunan
kenaikan ≥0,3 mg/dL selama 6-12 jam
LFG>25%
Peningkatan SCr 2x,
Produksi urin <0,5
Kenaikan SCr 2-2,9 x ATAU
2 mL/kgBB/jam selama Injury
nilai dasar Penurunan LFG
>12 jam
>50%
Peningkatan SCr 3x,
Kenaikan SCr>3x nilai
ATAU >4mg/dL
dasar ATAU
dengan peningkatan
Kenaikan SCr≥4 mg/dL Produksi urin <0,3 Failure
akut ≥0,5 mg/dL,
dengan peningkatan mL/kgBB/jam selama
3 ATAU penurunan
akut ≥0,5 mg/dL, ATAU >24 jam, ATAU
LFG >75%
Dimulainya terapi Anuri selama 12 jam
AKI persisten –
pengganti ginjal, ATAU
Loss fungsi ginjal hilang
Pada pasien < 18 th,
seluruhnya >4
Etiologi :
Pemeriksaan Penunjang:
Urinalisis
Jumlah urin, berat jenis urin, sedimen, eletrolit, hematuria, piuria.
Sedimen granuler berwarna coklat seperti lumpur Nekrosis Tubular Akut
Sedimen eritrosit dismorfik jejas pada glomerulus
Sedimen leukosit dan tidak berpigmen nefritis intersisial
Laboratorium
Daraf perifer lengkap, SCr, elektrolit (Na+, K+, fosfat, Ca2+), asam urat, dan Kreatinin Kinase
LFG, LFG dapat dicari dengan rumus :
Cockroft-Gault : (140 – usia) x BB (kg)
Serum kreatinin (mg/dL) x 72
Pemeriksaan Radiologi & Biopsi Ginjal
USG ginjal, CT Scan, MRI
Biopsi diagnosis pasti dengan kecurigaan AKI renal
Spesifik
Pasien ditatalaksana sesuai penyebab :
1. AKI Prerenal
Hipovolemia transfusi, infus NaCL 0,9%, 0,45%
Gagal Jantung inotropik, anti aritmia, diuretik
2. AKI Renal
Glomerulonefritis Steroid, plasmafaresis
Hipertensi maligna kontrol tekanan darah secara agresif
3. AKI Postrenal
Obstruksi uretra dan leher kandung kemih pemasangan kateter
Pemasangan stent pada kasus obstruksi ureter
Suportif
SISTOSOMI
Sistosomi Trokar
Indikasi : retensio urin dimana:
kateterisasi gagal: striktura uretra, batu uretra yang menancap (impacted)
kateterisasi tidak dibenarkan: ruptur uretra
Syarat :
Teknik :
Posisi terlentang
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
Sistosomi terbuka
Indikasi : retensio urin dimana:
kateterisasi gagal: striktura uretra, batu uretra yang menancap (impacted)
kateterisasi tidak dibenarkan: ruptur uretra
bila sistostomi trokar gagal :
bila akan dilakukan tindakan tambahan sepertimengambil batu dalam buli-buli, evakuasi
gumpalan darah, memasang drain di kavum Retzii dan sebagainya.
Demam pada anak adalah salah satu keluhan yang sering ditemukan dalam emergensi. Secara
garis besar, tidak ada perbdeaan yang berarti antara dewasa dan anak. Perbedaan antara
dewasa dan anak lebih pada penyebab dari demam dan kesiagaan kita dalam menghadapi
demam, khususnya pada anak.
A. Definisi
Demam adalah keadaan suhu tubuh 1ºC atau lebih dari suhu rata-rata yang merupakan tanda
adanya kenaikan set-point di hipotalamus.
Hiperpireksia adalah peningkatan Suhu Tubuh > 40C (aksila), atau > 41,1C (rektal). Hal ini
penting karena dapat menyebabkan kerusakan permanen. Hiperpireksia ditandai dengan
adanya gejala gelisah, nyeri kepala, kejang, hingga tidak sadar (koma).
B. Anamnesis
lama dan sifat demam
ruam kemerahan pada kulit
kaku kuduk atau nyeri leher
nyeri kepala (hebat)
nyeri saat buang air kecil atau gangguan berkemih lainnya (frekuensi lebih sering)
nyeri telinga
C. Pemeriksaan Fisik
keadaan umum dan tanda vital
napas cepat
kuduk kaku
ruam kulit: makulopapular
manifestasi perdarahan pada kulit: purpura, petekie
selulitis atau pustul kulit
cairan keluar dari telinga atau gendang telinga merah pada pemeriksaan
otoskopi
pucat pada telapak tangan, bibir, konjungtiva
nyeri sendi atau anggota gerak
nyeri tekan lokal
D. Pemeriksaan Laboratorium
• pemeriksaan darah tepi lengkap: Hb, Ht, jumlah dan hitung jenis leukosit,
trombosit
• apus darah tepi
• analisis (pemeriksaan) urin rutin, khususnya mikroskopis
• pemeriksaan foto dada (sesuai indikasi)
• pemeriksaan pungsi lumbal jika menunjukkan tanda meningitis
H. Tatalaksana
Tirah Baring
Pakaian dilepas/Total Body Surface Colling
Kompres hangat
Beri antipiretik jika perlu
Beri antikonvulsan bila kejang
Pemberian cairan yang cukup
Monitoring tanda vital, asupan, dan pengeluaran
Referensi:
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: WHO Indonesia, 2009.
Kuliah Emergensi: Demam pada anak
Gejala MInor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo