Disusun oleh :
A. Dimas Suryo Wibowo
42150003
DOSEN PEMBIMBING
dr. Andang S. Nugroho, Sp.OG
Salam sejahtera bagi kita semua. Segala pujian dan syukur dihaturkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas anugrahNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Referat dengan judul “Kehamilan Ektopik Terganggu.” Referat ini disusun sebagai sebagian
syarat untuk kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RS Bersalin
Kahyangan pada program pendidikan dokter tahap profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Dengan segala hormat penulis
1. dr. Andang S. Nugroho, Sp. OG selaku dosen pemimbing klinik yang telah banyak
2. Ibu-ibu bidan selaku instruktur klinis selama kepaniteraan klinik di RSB Kahyangan
3. Sejawat seperjuangan Selvi, Imma dan Marcel yang selalu ada membantu menjadikan
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang
lebih lanjut di masa mendatang dan hasilnya dapat dikembangkan untuk kemajuan bagi Bangsa
Indonesia.
2
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN......................................................................... 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab
kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin pada kehamilan
Menurut SKDI tahun 2010, proporsi kematian Ibu di Indonesia mencapai 11534
Kematian maternal disebabkan karena perdarahan dan eklampsia. Angka kematian ibu
menurun dari 307 per 100.000 KH pada tahun 2002 menjadi 228 per 100.000 KH pada tahun
2007 (SDKI) . Target tahun 2014 adalah 110 per 100.000 KH. (Yasir, 2011).
Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir abortus, dan
sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam kehamilan dilaporkan disebabkan oleh
kehamilan ektopik yang pecah. Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini
merupakan kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan
besarnya kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun ruptur tuba. Abortus
dan ruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdominalis yang bila cukup
banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau syok. Bila tidak atau terlambat mendapat
penanganan yang tepat penderita akan meninggal akibat kehilangan darah yang sangat
banyak. (Admin,2008)
4
II. RUMUSAN MASALAH
Terganggu?
III. TUJUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kehamilan ektropik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterii. Kehamilan ektropik dapat terjadi di luar
rahim, misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam
rahim di tempat yang luar biasanya misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter
rahim.
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan
ektaopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi setiap dokter. Hal yang perlu
diingat ialah bahwa setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah perlu dipikirkan
II. ETIOLOGI
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba.
6
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan
telur.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang
sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
c. Bekas radang pada tuba, kelainan bawaan tuba, gangguan fisiologik tuba karena
pengaruh hormonal, operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba.
d. Abortus buatan, riwayat kehamilan ektopik yang lalu, infeksi pasca abortus.
5. Tempat Implantasi
1. Tuba fallopii
a. Pars interstisialis
b. Isthmus
c. Ampulla
d. Infundibulum
e. Fimbria
7
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornua
d. Tanduk rudimenter
3. Serviks
4. Ovarium
5. Intra ligamenter
III. PATOFISIOLOGI
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi dituba oada dasarnya sama
dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada
yang pertama telur berimolantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vasikulerisasi dan biasanya telur mati secara dini
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba trdapat beberapa kemungkinan, karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh
seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak
di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum,
8
Trofoblast dan villus konalisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan
pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus kerongga peritoneum,
Rupturnya tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah pemembusan vili konales ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke paritoneum.dalam hal ini akan terjadi
pendarahan dalam rongga perut kadang – kadang sedikit hingga banyak, sampai
kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan
* Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
menstruasi)
maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Hal
9
ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur
bercak atau pendarahan yang tidak 2. Denyut nadi cepat dan lemah
V. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Bisa ditemukan haid terlambat, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, perdarahan
pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda
syok dapat ditemukan.
3. Pemeriksaan ginekologi
10
4. Pemeriksaan laboratorium
Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik
tidak dianjurkan.
6. Kuldosentesis
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk apakah dalam cavum douglas ada darah atau
cairan lain. Cara ini untuk mengidentifikasi hemoperitoneum.
7. Ultrasonografi
8. Laparoskopi
bila kehamilan didiagnosis seorang wanita dengan hemodinamika stabil yang dicurigai
mengalami kehamilan ektopik, penatalaksanaan berikutnya didasarkan pada nilai β-
hCG serum serial dan sonografi.
10. Kuretase
Diferensiasi antara abortus imminens atau incomplet dangan kehamilan tuba pada
banyak kasus dapat dilakukan dengan kuretase rawat jalan.
11. Laparatomi
Tindakan lebih disukai jika wanita tersebut secara hemodinamik tidak stabil, atau kalau
tidak mungkin dilakukan laparaskopi.
11
Penegakan diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu sangat sukar, maka
memerlukan alat bantu diagnostik yaitu :
2. Laparoskopi (hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosti terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan)
3. Kuldoskopi (cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah atau cairan lain).
VI. PENATALAKSANAAN
A. Pembedahan
pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan
sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan
konservatif terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada
tubanya. Ada dua kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. salpingotomi
linier, atau 2. reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin
dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi
1. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan pada
kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan ektopik
Satu insisi linier kemudian dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi kemudian
12
diperlebar melalui dinding antimesenterika hingga memasuki ke dalam lumen dari tuba
yang meregang. Tekanan yang hati-hati diusahakan dilakukan pada sisi yang berlawanan
dari tuba, produk kehamilan dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa
trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan
menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada
mukosa.
Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena kegagalan
pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang akan membawa pada
2. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai satu
alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian implantasi,
jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba yang terjadi berikutnya. Tujuan
lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan
dengan mengunaka loupe magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai
terjadi trauma pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit
dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi
mikroskop/loupe. Dengan benang absorbable 6-0 atau 7-0, dan lapisan serosa ditunjang
3. Salpingektomi
karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi. Hemoperitonium
yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis kardiopulmunonal. Insisi
13
suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping
diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi
dengan memotong irisan kecil pada myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang
terlalu dalam ke myometrium. Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah
Tramadol 200mg IV
Pethidin 50mg IV
Infeksi pelvic
Kista folikel
Abortus
Radang panggul
Endometriosis
14
VIII. PROGNOSIS
dini dan persediaan darah yang cukup dengan perbandingan 1 dari 826 kasus. Tetapi, bila
pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi dengan pernandingan angka kematian
2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkian yang lebih besar untuk mengalami
15
BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Kehamilan
ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama
Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan kehamilan yang sensitif dalam mendiagnosis
kehamilan ektopik. USG transvaginal memudahkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan
ektopik secara dini. Dengan diagnosis dini tersebut maka penatalaksanaan kehamilan ektopik
ekspektatif atau pembedahan konservatif pada pasien dengan kehamilan ektopik yang belum
terganggu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Persalinan.(2006).Jakarta.EGC.Halaman 96-8.
7.
Prawirohardjo.Halaman 323-37.
Prawirohardjo.Halaman 250-60.
17