Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


(KET)

Disusun oleh :
A. Dimas Suryo Wibowo
42150003

DOSEN PEMBIMBING
dr. Andang S. Nugroho, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi


RSB. Kahyangan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2016
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Segala pujian dan syukur dihaturkan kepada Tuhan

Yang Maha Esa atas anugrahNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Referat dengan judul “Kehamilan Ektopik Terganggu.” Referat ini disusun sebagai sebagian

syarat untuk kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RS Bersalin

Kahyangan pada program pendidikan dokter tahap profesi Fakultas Kedokteran Universitas

Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan

terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Dengan segala hormat penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Andang S. Nugroho, Sp. OG selaku dosen pemimbing klinik yang telah banyak

memberikan bimbingan dengan sabar dan pengertian memberikan motivasi, pengarahan

dalam penyusunan referat ini.

2. Ibu-ibu bidan selaku instruktur klinis selama kepaniteraan klinik di RSB Kahyangan

yang banyak membagikan pengalamannya dalam menangani kasus Obstetri dan

Ginekologi sehingga dapat membuat referat ini menjadi lebih baik.

3. Sejawat seperjuangan Selvi, Imma dan Marcel yang selalu ada membantu menjadikan

referat ini menjadi lebih baik.

Semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang

lebih lanjut di masa mendatang dan hasilnya dapat dikembangkan untuk kemajuan bagi Bangsa

Indonesia.

Yogyakarta , 18 Maret 2016

A.Dimas Suryo Wibowo

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ 1

Halaman Pengesahan .............................................................................. 2

Daftar Isi ................................................................................................ 3

Bab I PENDAHULUAN......................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................ 4

B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

Bab II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

I. Definisi Kehamilan ektopik terganggu.................................... 6

II. Etiologi Kehamilan ektopik terganggu.................................... 6

III. Patofisiologi Kehamilan ektopik terganggu ............................ 8

IV. Menifestasi Klinik Kehamilan ektopik terganggu................... 9

V. Diagnosis Kehamilan ektopik terganggu ................................ 10

VI. Penatalaksanaan Kehamilan ektopik terganggu ...................... 12

VII. Diagnosis Banding Kehamilan ektopik terganggu .................. 14

VIII. Prognosis Kehamilan ektopik terganggu ................................. 15

Bab III KESIMPULAN .......................................................................... 16

Daftar Pustaka ......................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di luar

kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab

kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin pada kehamilan

ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu.

Menurut SKDI tahun 2010, proporsi kematian Ibu di Indonesia mencapai 11534

kematian. 50% kematian terjadi di 5 propinsi, 15% kematian terjadi di 14 propinsi.

Kematian maternal disebabkan karena perdarahan dan eklampsia. Angka kematian ibu

menurun dari 307 per 100.000 KH pada tahun 2002 menjadi 228 per 100.000 KH pada tahun

2007 (SDKI) . Target tahun 2014 adalah 110 per 100.000 KH. (Yasir, 2011).

Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir abortus, dan

sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam kehamilan dilaporkan disebabkan oleh

kehamilan ektopik yang pecah. Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi

berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini

merupakan kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan

besarnya kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun ruptur tuba. Abortus

dan ruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdominalis yang bila cukup

banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau syok. Bila tidak atau terlambat mendapat

penanganan yang tepat penderita akan meninggal akibat kehilangan darah yang sangat

banyak. (Admin,2008)

4
II. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi Kehamilan Ektopik Terganggu?

2. Bagaimana etiologi Kehamilan ektopik terganggu?

3. Bagaimana patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu?

4. Bagaimana menifestasi klinis Kehamilan Ektopik Terganggu?

5. Bagaimana pemeriksaan klinis Kehamilan Ektopik Terganggu?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik

Terganggu?

7. Bagaimana penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu?

8. Bagaimana prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu?

III. TUJUAN

1. Dokter muda memahami definisi Kehamilan Ektopik Terganggu.

2. Dokter muda mengetahui etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu.

3. Dokter muda mengetahui patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu.

4. Dokter muda mengetahui menifestasi klinis Kehamilan Ektopik Terganggu.

5. Dokter muda mengetahui cara mendiagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu.

6. Dokter muda mengetahui pemeriksaan klinis Kehamilan Ektopik Terganggu.

7. Dokter muda mengetahui pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk mendiagnosis

Kehamilan Ektopik Terganggu.

8. Dokter muda mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu.

9. Dokter muda mengetahui prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Kehamilan ektropik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi

dan tumbuh di luar endometrium kavum uterii. Kehamilan ektropik dapat terjadi di luar

rahim, misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam

rahim di tempat yang luar biasanya misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter

rahim.

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang

bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat

keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan

ektaopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi setiap dokter. Hal yang perlu

diingat ialah bahwa setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau

keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah perlu dipikirkan

kehamilan ektopik terganggu.

II. ETIOLOGI

1. Faktor dalam lumen tuba

a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba


menyempit atau membentuk kantong buntu.

b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.

c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.

2. Faktor pada dinding tuba

a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba.

6
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.

3. Faktor diluar dinding tuba

a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan
telur.

b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain

a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.

b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang
sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).

c. Bekas radang pada tuba, kelainan bawaan tuba, gangguan fisiologik tuba karena
pengaruh hormonal, operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba.

d. Abortus buatan, riwayat kehamilan ektopik yang lalu, infeksi pasca abortus.

e. Apendisitis, infeksi pelvis.

f. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

5. Tempat Implantasi

Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :

1. Tuba fallopii

a. Pars interstisialis

b. Isthmus

c. Ampulla

d. Infundibulum

e. Fimbria

7
2. Uterus

a. Kanalis servikalis

b. Divertikulum

c. Kornua

d. Tanduk rudimenter

3. Serviks

4. Ovarium

5. Intra ligamenter

(Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007)

III. PATOFISIOLOGI
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi dituba oada dasarnya sama

dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada

yang pertama telur berimolantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan

telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vasikulerisasi dan biasanya telur mati secara dini

dan kemudian di resorbsi.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba trdapat beberapa kemungkinan, karena tuba

bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh

seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan

antara 6 minggu sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak

di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum,

dianggap sebagai haid yang datangnya terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

8
Trofoblast dan villus konalisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan

menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan

pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus kerongga peritoneum,

berkumpul di kavum Duoglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba

Rupturnya tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada

kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang

lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah pemembusan vili konales ke

dalam lapisan muskularis tuba terus ke paritoneum.dalam hal ini akan terjadi

pendarahan dalam rongga perut kadang – kadang sedikit hingga banyak, sampai

menimbulkan syok dan kematian.

IV. MANIFESTASI KLINIK

Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti

kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan

perabaan keras pada payudara.

Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:

* Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam

awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri bertambah hebat

jika bergerak atau saat beraktivitas fisik.

* Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti

menstruasi)

Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas,

maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Hal

9
ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur

(pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.

Kehamilan ektopik yang tidak ruptur Kehamilan ektopik yang ruptur

1. Gejala awal kehamilan (bercak- 1. Pucat, penurunan kesadaran.

bercak atau pendarahan yang tidak 2. Denyut nadi cepat dan lemah

teratur, pendarahan pervaginam, 3. Hipotensi dan syok hipovolemia

amenorea, mual, pembengkakan 4. Nyeri pada abdomen dan panggul.

payudara, vagina dan cerviks menjadi 5. Distensi abdomen

kebiruan, perlunakan cerviks, uterus 6. Nyeri tekan yang memantuk dan

sedikit membesar, peningkatan nyeri goyang portio.

frekuensi berkemih. 7. Perut terasa penuh.

2. Nyeri abdomen dan panggul. 8. Ruptur tuba

V. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu dilakukan melalui :

1. Anamnesis

Bisa ditemukan haid terlambat, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, perdarahan
pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.

2. Pemeriksaan umum

Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda
syok dapat ditemukan.

3. Pemeriksaan ginekologi

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks mungkin bisa


nyeri. Bila uetrus dapat teraba maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.

10
4. Pemeriksaan laboratorium

Pengukuran hemaglobin, hematokrit, dan hitung lekosit serta kadar gonadotropin


kronik dan progesteron serum.

5. Dilatasi dan kerokan

Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik
tidak dianjurkan.

6. Kuldosentesis

Adalah suatu cara pemeriksaan untuk apakah dalam cavum douglas ada darah atau
cairan lain. Cara ini untuk mengidentifikasi hemoperitoneum.

7. Ultrasonografi

Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnostik pasti ialah


apabila ditemukan kantunng gestasi di luar uterus yang di dalanya tampak denyut janin.

8. Laparoskopi

Pemeriksaan bagian perut dengan bantuan LAPA-ROSCOPE (alat untuk memeriksa


rongga perut). Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir
untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain
meragukan.

9. β-hCG serum kuantitatif plus sonografi

bila kehamilan didiagnosis seorang wanita dengan hemodinamika stabil yang dicurigai
mengalami kehamilan ektopik, penatalaksanaan berikutnya didasarkan pada nilai β-
hCG serum serial dan sonografi.

10. Kuretase

Diferensiasi antara abortus imminens atau incomplet dangan kehamilan tuba pada
banyak kasus dapat dilakukan dengan kuretase rawat jalan.

11. Laparatomi

Tindakan lebih disukai jika wanita tersebut secara hemodinamik tidak stabil, atau kalau
tidak mungkin dilakukan laparaskopi.

11
Penegakan diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu sangat sukar, maka
memerlukan alat bantu diagnostik yaitu :

1. Ultrasonografi (apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalamnya


tampak denyut jantung janin)

2. Laparoskopi (hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosti terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan)

3. Kuldoskopi (cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah atau cairan lain).

VI. PENATALAKSANAAN

A. Pembedahan

Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama

pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan

sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan

konservatif terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada

tubanya. Ada dua kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. salpingotomi

linier, atau 2. reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin

dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi

ruptur pada tuba.

1. Salpingotomi linier

Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan pada

kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan ektopik

terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba.

Prosedur ini dimulai dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba.

Satu insisi linier kemudian dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi kemudian

12
diperlebar melalui dinding antimesenterika hingga memasuki ke dalam lumen dari tuba

yang meregang. Tekanan yang hati-hati diusahakan dilakukan pada sisi yang berlawanan

dari tuba, produk kehamilan dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam lumen. Setiap sisa

trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan

menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada

mukosa.

Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena kegagalan

pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang akan membawa pada

terjadinya adhesi intralumen.

2. Reseksi segmental

Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai satu

alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian implantasi,

jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba yang terjadi berikutnya. Tujuan

lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan

dengan mengunaka loupe magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai

terjadi trauma pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit

dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi

dan dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada

ligamentum latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan

mikroskop/loupe. Dengan benang absorbable 6-0 atau 7-0, dan lapisan serosa ditunjang

dengan jahitan terputus tambahan.

3. Salpingektomi

Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur,

karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi. Hemoperitonium

yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis kardiopulmunonal. Insisi

13
suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping

diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi

dengan memotong irisan kecil pada myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang

terlalu dalam ke myometrium. Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah

terjadinya hematom pada ligamentum latum.

B. Pengendalian pasca tindakan dapat diberikan :

 Ketoprofen 100mg supositoria

 Tramadol 200mg IV

 Pethidin 50mg IV

 Tablet besi (SF) 600 mg

C. Konseling pasca tindakan :

 Kelanjutan fungsi reproduksi

 Resiko kehamilan ektopik ulang

 Kontrasepsi yang sesuai

 Asuhan mandiri selema dirumah

 Jadwal kunjungan ulang

VII. DIAGNOSIS BANDING

 Infeksi pelvic

 Kista folikel

 Abortus

 Radang panggul

 Torsio kista ovarium

 Endometriosis

14
VIII. PROGNOSIS

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis

dini dan persediaan darah yang cukup dengan perbandingan 1 dari 826 kasus. Tetapi, bila

pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi dengan pernandingan angka kematian

2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkian yang lebih besar untuk mengalami

kehamilan ektopik kembali dan kemungkinan untuk hamil akan menurun.

15
BAB III

KESIMPULAN

Kehamilan ektopik adalah setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Kehamilan

ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama

kehamilan trimester pertama.

Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan kehamilan yang sensitif dalam mendiagnosis

kehamilan ektopik. USG transvaginal memudahkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan

ektopik secara dini. Dengan diagnosis dini tersebut maka penatalaksanaan kehamilan ektopik

telah bergeser dari mengurangi mortalitas menjadi mengurangi morbiditas dan

mempertahankan fertilitas. Diagnosis dini ini memungkinkan kita melakukan penatalaksanaan

ekspektatif atau pembedahan konservatif pada pasien dengan kehamilan ektopik yang belum

terganggu.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Admin.Awal Proses Kehamilan.2008.

2. Biohealth.Syarat-syarat Terjadinya Kehamilan.

3. Cunningham, F.Gary.Obstretri Williams.Edisi 21.(2006).Jakarta.EGC.Halaman 983-1007.

4. Ndona, Marten.Askep Kehamilan Ektopik Terganggu.2009.

5. Pamilih.Buku saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan

Persalinan.(2006).Jakarta.EGC.Halaman 96-8.

6. Saifuddin, Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.(2008).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 152-56.

7. Sardjito.Syarat Terjadinya Kehamilan.2009.

8. Varney, Hellen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4.(2007).Jakarta.EGC.Halaman 606-

7.

9. Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Bedah Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.Halaman 199-214.

10. Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.Halaman 323-37.

11. Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Kandungan.(2005).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.Halaman 250-60.

12. Yasir, Muhammad.Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita Indonesia 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai