Anda di halaman 1dari 11

UPAYA PENINGKATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

MELALUI INHALASI AROMATERAPI PEPPERMINT


PADA PENDERITA TUBERCULOSIS

EFFORTS TO INCREASE THE INEFFECTIVENESS OF BREATH


WALKING THROUGH INHALED PEPPERMINT AROMATHERAPY
IN TUBERCULOSIS PATIENTS

Dewi Aprilliawati1, Yuli Widyastuti2 , Muhammad Hafiduddin 3

ITS PKU Muhammadiyah Surakarta


Jl. Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32
Kadipiro, Surakarta
email: dewiapril499@gmail.com

ABSTRAK
LatarBelakang : Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Dinas kesehatan
menunjukkan bahwa data pada wilayah Polokarto tercatat sekitar 53 penderita TB
Paru pada bulan Januari hingga Februari 2017, yang mana penderita TB Paru pada
usia 0 hari – 19 tahun mencapai sekitar 10 penderita pada tahun 2016 dan sekitar 3
penderita pada tahun 2017. Penanganan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat
dilakukan dengan inhalasi aromaterapi peppermint. Minyak peppermint mengandung
bahan aktif menthol 50%. Berguna sebagai bahan antiseptik dan penyegar mulut serta
pelega tenggorokan.
Tujuan : Menyusun resume asuhan keperawatan medikal bedah dalam upaya
peningkatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas melalui inhalasi aromaterapi
peppermint pada penderita Tuberculosis.
Metode penelitian : Kajian Asuhan Keperawatan ini dilakukan dengan cara
deskriptif menggunakan metode case study research. Instrumen : SOP inhalasi,
lembar observasi peningkatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, media
aromaterapi peppermint.
Hasil: Frekuensi pernafasan 4, irama pernafasan 4, kedalaman inspirasi 4, suara
auskultasi nafas 3, dengan hasil skala Bates-Jansen Wound Assessment Tool sebelum
dilakukan inhalasi aromaterapi peppermint skore 2 menjadi 4.
Kesimpulan: Pemberian inhalasi aromaterapi peppermint dapat meningkatkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada penderita tuberculosis.
Kata kunci : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, tuberculosis, aromaterapi
peppermint, pemberian inhalasi
ABSTRACT
Background: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium
tuberculosis with very varied symptoms. The health office shows that data in the
Polokarto region recorded around 53 people with pulmonary TB in January to
February 2017, of which people with pulmonary TB at the age of 0 days - 19 years
reached around 10 patients in 2016 and around 3 patients in 2017. Handling
ineffectiveness airway cleaning can be done by peppermint aromatherapy inhalation,
peppermint oil contains 50% menthol active ingredient, useful as an antiseptic and
mouth freshener and lozenges.
Objective: To compile a medical surgical nursing care resume in an effort to increase
the ineffectiveness of airway clearance through inhalation of peppermint
aromatherapy in Tuberculosis patients.
Methods of research: The Nursing Care Study was carried out in a descriptive
manner using a case study research method. Inhalation SOP instrument, observation
sheet increases the effectiveness of airway cleaning, peppermint aromatherapy media.
Result: Frequency of breathing 4, rhythm of limitation 4, depth of inspiration 4,
sound of breath auscultation 3, with the Scale results Bates Janson Wound Assesment
Tool before peppermint score 2 aromatherapy 2 inhalation was carried out to 4.
Conclusion: Peppermint aromatherapy inhalation can increase airway ineffectiveness
in patients tuberculosis.

Keywords: Ineffective airway clearance, tuberculosis, peppermint aromatherapy,


administration of inhalation.
1. Student Nursing Program D III Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan Pku
Muhammadiyah Surakarta
2. Lecturer program of D III Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan Pku
Muhammadiyah Surakarta
3. Lecturer program of D III Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan Pku
Muhammadiyah Surakarta
PENDAHULUAN tahun dan 942.000 untuk usia > 14
A. Latar Belakang tahun. Berdasarkan konferensi
Tuberkulosis adalah dunia yang dilakukan oleh WHO
penyakit infeksi yang disebabkan dalam agenda SDGs yang
oleh kuman Mycobacterium dilakukan pada Desember (2016)
tuberculosis dengan gejala yang dikatakan bahwa tuberkulosis
sangat bervariasi (Manurung, merupakan salah satu dari 10
2016). penyebab kematian diseluruh
Tuberkulosis (TBC), dunia.
penyakit paru-paru yang Di Indonesia, sekitar 10%
diakibatkan serangan bakteri yang terinfeksi TB akan menjadi
Mycobacterium tuberculosis. sakit TB, dengan arti 1%
Difusi oksigen akan terganggu diperkirakan diantara 100.000
karena adanya bintil-bintil atau penduduk rata-rata menjadi 1.000
peradangan pada dinding alveolus. terinfeksi TB dan 10%
Jika bagian paru-paru yang diantaranya (100 orang) akan
diserang meluas, sel-selnya mati menjadi sakit TB setiap tahun.
dan paru-paru mengecil. Sekitar 50 diantaranya adalah
Akibatnya napas penderita pasien TB BTA Positif. Apabila
terengah-engah. Sesak nafas pasien tidak diobati setelah 5
gejala ini ditemukan bila tahun, maka sebanyak 50% akan
kerusakan parenkim paru sudah meninggal, 25% akan sembuh
luas atau karena ada hal-hal yang sendiri dengan daya tahan tubuh
menyertai seperti efusi pleura dan yang tinggi dan 25% menjadi
pneumothoraks. Sesak nafas. Pada kasus kronis yang tetap menular
penyakit TB paru yang ringan (Depkes R.I, 2011). Profil
(baru kambuh) belum dirasakan kesehatan provinsi Jawa Tengah
adanya sesak nafas. Sesak nafas pada tahun 2015 menggunakan
akan ditemukan pada penyakit TB Case Notification Rate (CNR)
paru yang sudah lanjut, dimana untuk mengetahui jumlah kasus
infiltrasinya sudah meliputi TB di Jawa Tengah dan
setengah bagian (Siswantoro, didapatkan hasil sekitar 117,36 per
2015). 100.000 penduduk dengan kasus
Menurut World Health TB pada tahun 2015 yang mana
Organization (WHO) pada Global mengalami peningkatan
Tuberculosis Report (2016), dibandingkan pada tahun 2014
Indonesia merupakan negara dengan temuan kasus sebanyak
dengan urutan ke-33 di dunia 89,01 per 100.000 penduduk.
dengan penyakit tuberkulosis Berdasarkan data pada wilayah
terbanyak pada tahun 2015, Polokarto tercatat sekitar 53
dengan jumlah total 1.020.000 penderita TB Paru pada bulan
penderita TB diantaranya terdapat Januari hingga Februari 2017,
75.000 penderita pada usia 0-14 yang mana penderita TB Paru
pada usia 0 hari – 19 tahun Beberapa Skala Nursing
mencapai sekitar 10 penderita Outcomes Classification dengan
pada tahun 2016 dan sekitar 3 masalah keperawatan
penderita pada tahun 2017 Ketidakefektifan bersihan jalan
(Dinkes, 2015). nafas yaitu Status pernafasan
Keluhan yang dirasakan antara lain Kepatenan jalan nafas
pasien Tuberkulosis Paru dapat (Moorhead S, dkk, 2013).
bermacam-macam atau malah Beberapa intervensi
banyak ditemukan Tuberkulosis tersebut, Intervensi yang
Paru tanpa keluhan sama sekali disarankan untuk menyelesaikan
dalam pemeriksaan kesehatannya. masalah yaitu dengan Manajemen
Tuberkulosis Paru sering dijuluki jalan nafas, ada beberapa
“the great imitator” yaitu suatu aktivitas-aktivitas antara lain
penyakit yang mempunyai banyak dengan pemberian inhalasi uap
kemiripan dengan panyakit lain pappermint, dan instruksikan
yang juga memberikan gejala bagaimana agar bisa melakukan
yang timbul tidak jelas sehingga batuk efektif (Bulechek G, dkk,
diabaikan bahkan kadang-kadang 2013).
asimtomatik. Gambaran klinik TB Terapi inhalasi ditujukkan
Paru dapat dibagi menjadi 2 untuk mengatasi bronkospasme,
golongan yaitu gejala respiratorik mengencerkan sputum,
meliputi batuk, batuk darah, sesak menurunkan hiperaktivitas
nafas, dan nyeri dada. Gejala bronkus serta mengatasi infeksi.
sistemik meliputi demam, malaise, Penggunaan terapi inhalasi ini
berat badan turun (Masquro, diindikasikan untuk pengobatan
2018). Sesak nafas merupakan tuberkulosis, penyakit paru
ketidakmampuan untuk obstruksi kronik, dan asma
membersihkan sekresi atau (Siswantoro, 2015).
obstruksi dan saluran nafas untuk Upaya untuk mengurangi
mempertahankan bersihan jalan gejala klinis sesak nafas pada
nafas (Masquro, 2018). Maka pasien Tuberkulosis Paru selain
dampak yang akan ditimbulkan menggunakan obat-obatan medis
pada pasien tuberkulosis paru dapat mengurangi sesak nafas
yang mempunyai gejala klinis yaitu dengan memberikan
sesak nafas yaitu luasnya aromaterapi daun mint dengan
kerusakan parenkim paru bila inhalasi sederhana atau metode
sesak nafas tidak segera ditangani. penguapan. Kandungan penting
Pada pasien Tuberkulosis yang terdapat di daun mint adalah
Paru mengalami masalah menthol (dekongestan alami).
keperawatan ketidakefektifan Oleh karena itu diperlukan health
bersihan jalan nafas berhubungan education, demontrasi dan
dengan sekresi yang tertahan memberikan Asuhan Keperawatan
(NANDA, 2017). pada pasien Tuberkulosis Paru
agar menganjurkan untuk peppermint pada penderita
menggunakan aroma terapi daun Tuberkulosis.
mint dengan inhalasi sederhana METODE STUDI KASUS
untuk mengurangi sesak nafas Dalam penyusunan karya
sebagai modifikasi terapi tulis ilmiah ini penulis
nonfarmakologi. menggunakan metode deskriptif
Aroma terapi peppermint dengan pendekatan case study
adalah suatu penyembuhan yang research (studi kasus).
berasal dari alam dengan Studi kasus ini dilakukan
menggunakan peppermint sebagai pada tanggal 23 April 2019 - 9
tambahan baku. Peppermint Mei 2019 di RS PKU
mengandung menthol sehingga MUHAMMADIYAH
sering sering digunakan juga DELANGGU. Peneliti
sebagai bahan baku obat flu. mendapatkan data-data klien
Aroma terapi menthol yang menggunakan metode observasi,
terdapat pada pappermint wawancara, pengukuran, dan
memiliki inflamasi, sehingga dokumentasi. Instrumen dari studi
nantinya akan membuka saluran kasus dengan menggunakan
pernafasan. Selain itu, pappermint format pengkajian, asuhan
juga akan mengobati infeksi keperawatan, SOP pemberian
akibat serangan bakteri. Karena inhalasi dan lembar observasi
peppermint memiliki sifat pengkajian Ketidakefektifan
antibakteri. Peppermint akan bersihan jalan nafas dengan skala
melonggarkan bronkus sehingga Design Bates Janse.
akan melancarkan pernafasan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melegakan pernafasan bisa Pada bab ini akan
untuk menghirup peppermint dilakukan pembahasan tentang
secara langsung (Siswantoro, resume asuhan keperawatan
2015). medikal bedah dalam pada kasus
Menurut Siswantoro, pemberian inhalasi aromaterapi
(2015) Pengaruh aroma terapi peppermint untuk meningkatkan
daun mint dengan inhalasi ketidakefektifan bersihan jalan
sederhana terhadap penurunan nafas pada Tn. W dan Tn. S di RS
sesak nafas pada pasien PKU MUHAMMADIYAH
Tuberculosis Paru. DELANGGU. Resume kasus ini
Berdasarkan penjelasan meliputi pengkajian, analisa data,
pada latar belakang diatas maka diagnosa keperawatan, intervensi,
penulis tertarik untuk melakukan implementasi dan evaluasi.
Asuhan Keperawatan tentang Asuhan keperawatan ini dilakukan
Upaya peningkatan pada tanggal 7-9 Mei 2019.
ketidakefektifan bersihan jalan Pengkajian dilakukan pada
nafas melalui inhalasi aromaterapi tanggal 7 Mei 2019, diperoleh
data yaitu, Identitas klien. Nama
Tn. W umur 68 tahun, jenis sama. Palpasi : tidak dilakukan.
kelamin laki-laki, alamat Klaten, Perkusi : tidak dilakukan.
Delanggu. Suku/bangsa Auskultasi : terdapat suara ronchi.
Jawa/Indonesia, agama Islam, Diagnosa yang muncul dari
tidak bekerja. Keluhan utama data klien yaitu, Ketidakefektifan
klien : Klien mengatakan bersihan jalanan nafas
mengeluh sesek dan batuk. berhubungan dengan mukus
Keadaan umum : sedang, Tingkat berlebihan. NOC : Status
kesadaran : Compos mentis. Pernafasan. Setelah dilakukan
Tanda-tanda vital: TD : 120/70 asuhan keperawatan selama 3x24
mmHg. N : 80 x/menit, Rr : 26 jam Ketidakefektifan bersihan
x/menit. Klien mendapatkan terapi jalan nafas pasien teratasi dengan
oksigen 3 liter permenit. Data KH : Frekuensi pernafasan normal
fokus. Data subyektif : Klien (4), irama pernafasan teratur (4),
mengatakan mengeluh sesek dan kedalaman inspirasi teratur (4),
batuk. Data obyektif : Klien telihat suara auskultasi nafas normal (4),
lemes, Pemeriksaan Dada: Paru : kepatenan jalan nafas (4), saturasi
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, oksigen normal (4). Kriteria angka
pengembangan dada kanan kiri kisaran normal : Frekuensi
sama. Palpasi : vocal fremitus pernafasan normal : 14 – 20x
tidak teraba. Perkusi : redup. permenit, Irama pernafasan
Auskultasi : terdapat suara ronchi normal : Regular, Kedalaman
diparu kiri. inspirasi : Cuping hidung, Suara
Pengkajian pada Identitas auskultasi nafas : Suara dasar
klien : Nama Tn. S umur 52 tahun, nafas (suara nafas vesikuler,
jenis kelamin laki-laki, alamat bronkial, bronkovesikuler).
Klaten, Delanggu. Suku/bangsa Intervensi yang dilakukan
Jawa/Indonesia, agama Islam, pada klien, NIC : Manajemen
pekerjaan wirausaha. Keluhan Jalan Nafas : Posisikan pasien
utama klien : Klien mengatakan untuk memaksimalkan ventilasi,
mengeluh sesek dan batuk. motivasi pasien untuk bernafas
Keadaan umum : baik, Tingkat pelan dan batuk, instruksikan
kesadaran : Composmentis. bagaimana agar bisa melakukan
Tanda-tanda vital: TD : 130/80 batuk efektif, kelola terapi inhalasi
mmHg. N : 86 x/menit, RR : 22 aromaterapi peppermint.
x/menit. Klien mendapatkan terapi Implementasi pada Tn. W
oksigen 3 liter permenit. Data dilakukan pada tanggal 7 Mei
fokus. Data subyektif : Klien 2019 pukul 11.42 dengan
mengatakan mengeluh batuk. Data mengkaji keadaan umum dan TTV
obyektif : Klien telihat lemes, dan klien. Keadaan klien baik
pucat. Pemeriksaan Dada: Paru : (composmentis) TD 120/70
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, mmHg, Nadi 80 x/menit,
pengembangan dada kanan kiri Respirasi 26 x/menit. Pada Tn. S
mengkaji keadaan umum dan TTV selama 3 hari pada Tn. S dengan
klien. Keadaan klien baik pemberian inhalasi aromaterapi
(composmentis) TD 130/80 peppermint pada ketidakefektifan
mmHg, Nadi 86 x/menit, bersihan jalan nafas didapatkan
Respirasi 22 x/menit. data kondisi klien baik
Mengobservasi keadaan (composmentis), TTV 130/80
pernafasan klien dengan mmHg, Nadi 86x/menit, Respirasi
memberikan penjelasan tentang 22x/menit, Klien tampak rileks,
pemberian inhalasi aromaterapi masih batuk dengan frekuensi
peppermint, selanjutnya pernafasan 4, irama pernafasan 4,
melakukan tindakan pemberian kedalaman inspirasi 4, suara
inhalasi dengan menggunakan auskultasi nafas 3, dengan hasil
aromaterapi peppermint. Dengan akhir skor progress note 4,
tujuan untuk meningkatkan sehingga dapat disimpulkan
ketidakefektifan bersihan jalan progress note tercapai sebagian
nafas. dengan data klien masih batuk.
Evaluasi dilakukan pada Intervensi yang dapat di
tanggal 9 Mei 2019 pukul 11.20. programkan adalah dengan
Setelah dilakukan asuhan kolaborasi lanjutan dengan obat
keperawatan selama 3 hari pada dari dokter.
Tn. W dengan pemberian inhalasi Pembahasan
aromaterapi peppermint pada Pada hasil pemberian
ketidakefektifan bersihan jalan inhalasi dengan aromaterapi
nafas didapatkan data kondisi peppermint yaitu hasil yang
klien baik (composmentis), TTV didapatkan pada klien Tn. W
120/70 mmHg, Nadi 80x/menit, dengan hasil skor akhir 3
Respirasi 24x/menit, Klien tampak sedangkan pada Tn. S dengan
rileks, sedikit sesek tetapi hasil skor akhir 4. Hasil yang
berkurang dengan frekuensi membedakan dari kedua klien
pernafasan 3, irama pernafasan 2, yaitu dari hasil pemeriksaan dada
kedalaman inspirasi 3, suara pada klien Tn. W dan Tn. S yaitu
auskultasi nafas 3, dengan hasil Palpasi : vokal fremitus tidak
akhir skor progress note 3, teraba, Perkusi : redup, Auskultasi
sehingga dapat disimpulkan : sama-sama terdapat suara ronchi
masalah klien teratasi sebagian diparu.
dengan data klien masih sedikit Bersihan jalan nafas
sesek. Intervensi yang dapat di merupakan kondisi pernafasan
programkan adalah dengan yang tidak normal akibat
kolaborasi lanjutan dengan obat ketidakmampuan batuk secara
dari dokter. efektif, dapat disebabkan oleh
Evaluasi dilakukan pada tanggal 9 sekret yang kental atau berlebih
Mei 2019 pukul 11.20. Setelah akibat penyakit infeksi,
dilakukan asuhan keperawatan imobilisasi, stasis sekret dan batuk
tidak efektif. Bersihan jalan nafas pendapat Nurhermawan (2012)
(Obstruksi jalan nafas) Bahwa kondisi pernafasan yang
mempunyai tanda-tanda seperti: tidak normal akibat
batuk tidak efektif, tidak mampu ketidakmampuan batuk secara
mengeluarkan sekresi di jalan efektif, dapat disebabkan oleh
nafas, suara nafas menunjukkan sekret yang kental atau berlebih
adanya sumbatan dan jumlah, akibat penyakit infeksi,
irama dan kedalaman pernafasan imobilisasi, stasis sekret dan batuk
tidak normal (Nurhermawan, tidak efektif.
2012). Penanganan ketidakefektifan
Bersihan jalan nafas bersihan jalan nafas dapat berupa
(Obstruksi jalan nafas) biasa farmakologi dan non farmakologi.
terjadi pada orang yang menderita Salah satu penanganan non
penyakit tuberkulosis paru, sebab farmakologi terhadap bersihan jalan
pada orang yang menderita nafas adalah menggunakan inhalasi
tuberkulosis paru gejala utama aromaterapi peppermint.
yang muncul adalah Aromaterapi merupakan tindakan
Ketidakefektifan bersihan jalan terapeutik dengan menggunakan
nafas berhubungan dengan sekret minyak essensial yang bermanfaat
dalam bronchil. Sekret yang untuk meningkatkan keadaan fisik
keluar akan digunakan untuk dan psikologi sehingga menjadi
pemeriksaan bakteri tahan asam lebih baik. Setiap minyak essensial
(BTA). Sehingga klien dapat memiliki efek farmakologi yang
diketahui positif terkena unik, seperti antibakteri, antivirus,
tuberkulosis paru atau negatif. diureutik, vasodilator, penenang,
Hasil pengkajian pada Tn. dan merangsang sistem limbik otak.
W pernafasan tidak normal yaitu Sistem limbik adalah daerah yang
terdapat suara ronchi diparu, mempengaruhi emosi dan memori
dengan frekuensi pernafasan 3, serta secara langsung terkait dengan
irama pernafasan 2, kedalaman adrenal, kelenjar hipofisis,
inspirasi 3, suara auskultasi nafas hipotalamus, bagian-bagian tubuh
3. Pada Tn. S pernafasan normal, yang mengatur denyut jantung,
dengan frekuensi pernafasan 4, tekanan darah, stress, memori,
irama pernafasan 4, kedalaman keseimbangan hormon, dan
inspirasi 4, suara auskultasi nafas pernafasan (Runiari, 2010). Aroma
3. Dari data tersebut dapat terapi menthol yang terdapat pada
dianalisa bahwa terjadinya kondisi peppermint memiliki inflamasi,
pernafasan yang tidak normal sehingga nantinya akan membuka
akibat adanya suara ronchi diparu saluran pernafasan.
sehingga ketidakmampuan batuk Implementasi yang
secara efektif, dapat disebabkan dilakukan terhadap klien adalah
oleh sekret yang kental atau pemberian inhalasi aromaterapi
berlebih. Hal ini sesuai dengan peppermint yang dilakukan setiap 1
kali sehari selama 3 hari. mengatakan mengeluh sesek dan
Pembuatan yaitu dengan batuk. Sehingga muncul
mencampurkan air hangat yang diagnosa ketidakefektifan
ditetesi dengan minyak peppermint. bersihan jalan nafas
Kelebihan dalam pemberian berhubungan dengan mukus
inhalasi dengan aromaterapi yang berlebihan. Intervensi yang
peppermint dapat meningkatkan dilakukan pada klien posisikan
ketidakefektifan bersihan jalan pasien untuk memaksimalkan
nafas pada penderita tuberculosis. ventilasi, motivasi pasien untuk
Kelemahan dalam implementasi bernafas pelan dan batuk,
yaitu salah satu klien belum paham instruksikan bagaimana agar bisa
tentang apa manfaat dari pemberian melakukan batuk efektif, kelola
inhalasi aromaterapi peppermint. terapi inhalasi dengan
Evaluasi yang dilakukan aromaterapi peppermint, ajarkan
pada tanggal 9 Mei 2019 pukul tehnik nonfarmakologi
11.20, dari hasil observasi (pemberian inhalasi aromaterapi
pengkajian status peningkatan peppermint), kolaborasi dengan
ketidakefektifan bersihan jalan klien, orang terdekat dan tim
nafas dengan skala Bates-Jansen kesehatan lainnya. Implementasi
Wound Assesment Tool adalah yang diberikan adalah pemberian
peningkatan ketidakefektifan inhalasi peppermint dalam 1
bersihan jalan nafas yang sebelum kali/hari selama 10-15 menit.
dilakukan pemberian inhalasi Setelah dilakukan tindakan
dengan aromaterapi peppermint pemberian inhalasi aromaterapi
dengan skor 2 dan setelah dilakukan peppermint selama 3 hari,
pemberian inhalasi aromaterapi frekuensi pernafasan 3, irama
peppermint menjadi skor 4. Hal ini pernafasan 2, kedalaman
sejalan dengan penelitian dari inspirasi 3, suara auskultasi nafas
Akhavani (2008) yaitu uji yang 3.
artinya ada pengaruh aromaterapi 2. Asuhan keperawatan medikal
peppermint dengan pemberian bedah pada Tn. S, klien
inhalasi aromaterapi peppermint mengatakan mengeluh batuk.
dengan cara sederhana terhadap Sehingga muncul diagnosa
penurunan sesak nafas. ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan
mukus yang berlebihan.
Simpulan Intervensi yang dilakukan pada
Berdasarkan hasil studi klien posisikan pasien untuk
kasus dan pembahasan pada bab memaksimalkan ventilasi,
sebelumnya dapat disimpulkan motivasi pasien untuk bernafas
bahwa : pelan dan batuk, instruksikan
1. Asuhan keperawatan medikal bagaimana agar bisa melakukan
bedah pada Tn. W, klien batuk efektif, kelola terapi
inhalasi dengan aromaterapi Republik Indonesia
peppermint, ajarkan tehnik Direktorat Jenderal
nonfarmakologi (pemberian Pengendalian Penyakit dan
inhalasi aromaterapi Penyehatan Lingkungan
peppermint), kolaborasi dengan 2011. Jakarta
klien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya. Implementasi Dinkes Provinsi Jawa Tengah.
yang diberikan adalah pemberian 2015. Profil Kesehatan
inhalasi peppermint dalam 1 Provinsi Jawa Tengah Tahun
kali/hari selama 10-15 menit. 2015
Setelah dilakukan tindakan
Ghofur, A. 2008. Tuberkulosis.
pemberian inhalasi aromaterapi
Jakarta: CV Karya Mandiri
peppermint selama 3 hari,
Nusantara.
frekuensi pernafasan 4, irama
pernafasan 4, kedalaman Hetti R, A. 2009. Pernapasan Pada
inspirasi 4, suara auskultasi nafas Manusia dan Hubungannya
3. Dengan Kesehatan. Bandung:
3. Pemberian inhalasi aromaterapi PT Puri Delco.
peppermint dapat bermanfaat
untuk meningkatkan Jaelani. 2009. Aroma Terapi. Edisi
ketidakefektifan bersihan jalan 1. Jakarta: Rahmatika
nafas pada penderita Creative Design.
tuberkulosis.
Kesehatan, R. I. 2014. Pedoman
DAFTAR PUSTAKA Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta:
Akhvani, M.A. 2005. Steam Kementrian Kesehatan
Inhalation Treatment for Republik Indonesia diperoleh
Children. British Journal of dari
General Practice, 55 (516, http://www.dokternida.rekans
557) ejawat.com/dokumen/DEPKE
S-Pedoman-Nasional-
Bulechek G, dkk. 2013. Nursing
Penanggulangan-TBC-2011-
Interventions Classification
Dokternida.com.pdf diakses
(NIC). Edisi Keenam.
tanggal 19 Feb 2017 jam 6.40
Yogyakarta: Moco Media.
WIB
Cahyasari, T. 2015. Perbedaan
Majalah, F. 2010. Terapi Aromatik.
Efektivitas Inhalasi. Fakultas
Jakarta: PT Gramedia
Ilmu Kesehatan UMP.
Manurung, N. 2016. Aplikasi
Depkes. 2011. Pedoman Nasional
Asuhan Keperawatan Sistem
Pengendalian Tuberkulosis
Kementrian Kesehatan
Respiratory. Jakarta: CV. Nurul. 2017. Upaya
Trans Info Media. Mempertahankan Jalan Nafas
Pada Anak Dengan
Masquro. 2018. Asuhan Tuberkulosis Paru. UMS.
Keperawatan Dengan
Tuberkulosis Paru Yang Runiari, N. 2010. Asuhan
Mengalami Masalah Keperawatan Pada Klien
Keperawatan Ketidakefektifan dengan Hiperemesis
Bersihan Jalan Nafas. Gravidarum: Penerapan
Jember. Konsep dan Teori
Keperawatan. Jakarta:
Moorhead S, dkk. 2013. Nursing Penerbit Salemba Medika.
Outcomes Classification
(NOC) Measurement of Santoso, B. 2018. Asuhan
Health Outcomes. Edisi Keperawatan Pasien
Kelima. Yogyakarta: Moco Tuberkulosis Paru Dengan
Media. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Bersihan
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Jalan Nafas di RSUD
Keperawatan Klien Dengan Lumajang. Jember.
Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika. Siswantoro. 2015. Pengaruh Aroma
Terapi Daun Mint Dengan
NANDA International. 2015. Inhalasi Sederhana Terhadap
Nursing diagnoses: Penurunan Sesak Nafas Pada
definitions & classification Pasien Tuberkulosis Paru.
2015-1017. Jakarta: EGC. Mojokerto.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Widyastuti, Y, dkk. 2016. Buku
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Ketrampilan Keperawatan
PT Rineka Cipta. Semester I. Surakarta: CV.
Jasmine.
Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: WHO. 2016. First WHO Global
PT Rineka Cipta. Ministerial Conference
Ending Tuberculosis in The
Nurhermawan, G. 2012. Asuhan
Ssusantainable Development
Keperawatan Pada Klien
Era: A Multisectoral
Dengan Ketidakefektifan
Response. Restrived from
Bersihan Jalan Nafas.
(www.who.int/tb/features_arc
Fakultas Ilmu Kesehatan
hiveGlobal_MininsterialConf
UMP.
_TB/en/)

Anda mungkin juga menyukai