Muhamad firdaus
(102017023)
Email : Muhamadfirdhaus90@gmail.com
Abstrak
Mitral Stenosis merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah
dari atrium kiri melalui katup mitral. Gangguan aliran tersebut terjadi akibat kelainan
struktur mitral sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastol.
Ekokardiografi merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif dan spesifik untuk
diagnosis stenosis mitral, walaupun bisa juga menggunakan Elektrocardiography,
Radiography. Secara umum, semua pasien dengan stenosis mitral harus mendapatkan
profilaksis antibiotik yang tepat terhadap endokarditis jika ditemukan tanda-tanda
bakterimia. Namun untuk menyembuhkannya harus di lakukan terapi definitif, bisa
menggunakan PBMV, Valve Replacement.
Abstract:
Mitral Stenosis is a condition where there is a disruption in blood flow from the
left atrium through the mitral valve. The flow disturbance is caused by abnormalities in
the mitral structure so that the left ventricular filling is caused by diastole.
Echocardiography is the most sensitive and specific modality of choice for the diagnosis
of mitral stenosis, although it can also use electrocardiography, radiography. In general,
all patients with mitral stenosis should get appropriate antibiotic prophylaxis against
endocarditis if bacteremic signs are found. But to cure it must be done definitive therapy,
can use PBMV, Valve Replacement.
Keywords: Mitral Stenosis, Electrocardiography, PBMV
1
Pendahuluan
Penyakit katup jantung merupakan penyakit jantung yang cukup sering ditemukan.
Di Amerika Serikat, sekitar 10-20% operasi bedah jantung dilakukan karena penyakit
katup jantung. Penyakit katup jantung merupakan penyebab penyakit jantung nomor dua.
Penyakit katup jantung banyak disebabkan oleh penyakit degeneratif di negara maju
sedangkan penyakit katup jantung sering disebabkan penyakit jantung rematik pada
negara berkembang seperti halnya Indonesia. Berdasarkan jenis kelamin penderita, laki-
menyebutkan bahwa sekitar 4.2 juta – 5.6 juta orang dewasa di Amerika Serikat dan
diprediksikan jumlah tersebut akan terus meningkat di masa yang akan datang. Dari
beberapa penyakit katup jantung, salah satu diantaranya adalah stenosis mitral.1,2
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah
dari atrium kiri melalui katup mitral. Gangguan aliran tersebut terjadi akibat kelainan
struktur mitral sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastol.3
Penyebab terjadi stenosis mitral dapat bervariasi. Penyebab utama terjadinya stenosis
mitral tidak sama seperti penyakit katup jantung lainnya. Penyebab terjadinya stenosis
mitral kebanyakan disebabkan oleh demam rematik, sedangkan penyebab lainnya yang
kalsifikasi annulus mitral, dan miksoma atrium kiri. Pada stenosis mitral, katup jantung
dapat mengalami perubahan karena terjadi proses fibrosis, kalsifikasi, fusi korda, fusi
komisura, dan penebalan leaflet/katup di katup mitral. Hal tersebut membuat katup mitral
menjadi sulit untuk terbuka dan menyebabkan aliran darah dari atrium kiri terhambat dan
2
pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kanan sehingga dapat menyebabkan gangguan
Normalnya, luas katup mitral dapat membuka berukuran 4.0 cm2 hingga 5.0 cm2.
Gejala stenosis mitral biasanya muncul ketika luas katup mitral saat membuka hanya
mencapai 1.5 cm2 hingga 2.5 cm2. Gejala stenosis mitral juga dapat muncul saat istirahat
jika luas katup mitral saat membuka tidak mencapai 1.0 cm2. Walaupun begitu, gejala
stenosis mitral dapat muncul pada katup mitral yang masih dapat membuka lebar namun
3
pengisian diastoliknya mengalami gangguan. Hal tersebut dapat terjadi pada ibu hamil,
fibrilasi atrium, olahraga, dan efek emosional.4. Derajat keparahan stenosis mitral dapat
diklasifikasikan menjadi derajat ringan, derajat sedang, dan derajat berat berdasarkan
luas area katup mitral saat terbuka, tekanan rata-rata, dan tekanan darah arteri pulmonal.5
Gejala pertama yang sering muncul dari stenosis mitral adalah sesak nafas (shortness of
breath), namun pada pasien stenosis mitral dapat juga ditemukan gejala seperti fibrilasi
atrium, edema paru, dan emboli. Beberapa gejala yang jarang terjadi pada stenosis mitral
dapat berupa suara serak, batuk darah, dan disfagia. Survival Rate 10 tahun pada pasien
stenosis mitral dengan gejala asimptomatik atau minimal mencapai angka 80%,
sedangkan pada pasien stenosis mitral dengan 1 gejala berat saja dapat menurunkan
Pada pemeriksaan fisik pada pasien stenosis mitral dapat ditemukan seperti suara
opening snap yang diikuti suara gemuruh saat fase diastolik, dan suara S1 yang keras
serta suara P2 yang keras. Pada pemeriksaan radiografi, pelebaran atrium kiri merupakan
tanda yang paling sering ditemukan. Pembesaran atrium kanan, ventrikel kanan, dan
arteri pulmonal dapat juga terjadi pada kasus stenosis mitral yang berat dengan hipertensi
pulmonal. Selain radiografi, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah EKG,
EKG adalah pembesaran atrium kiri (gelombang P > 0.12s pada lead II) dan atrial
fibrilasi. Ekokardiografi merupakan pilihan utama untuk menentukan ada atau tidak
adanya mitral stenosis sedangkan kateterisasi jantung sudah jarang digunakan karena
dengan ekokardiografi saja sudah dapat menentukan derajat keparahan stenosis mitral.6
stenosis mitral. Pengobatan pada kasus stenosis mitral yang asimptomatik tidak
4
dilakukan, sedangkan pada kasus stenosis mitral yang lebih lanjut, maka penanganan
dapat dilakukan secara invasif seperti percutaneus mitral valvuloplasty dengan balon
kateter dan operasi penggantian katup mitral. Pasien dengan stenosis mitral akibat
penyakit jantung rematik harus mendapatkan obat antibiotik yang efektif terhadap bakteri
Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena sebagian
atau obat yang sedang dikonsumsi, pernah mengalami trauma fisik dan lainnya.
5. Menanyakan RPS yaitu menanyakan riwayat penyakit saat ini, pernah seperti ini atau
menyendiri, suka hal mistis, suka curiga, suka jadi pusat perhatian, suka melanggar
atruan, suka menonjolkan kelebihan, suka menghindar, suka akan keteraturan dan
Pendidikan dan pekerjaan. Riwayat agama misalnya : selalu taat beragama? Riwayat
5
kehidupan social sekarang misalnya : ukuran rumah, status kepemilikan, anak
bagaimana.7
sejak beberapa bulan yang lalu, dan makin hari makin memberat, akhir akhir ini pasien
sering batuk dan di sertai darah muda yang berbusa, kemudian ada penurunan nafsu
makan. Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik di temukan murmur di garis parasternais
Pemeriksaan Penunjang
evaluasi MS. Hal ini direkomendasikan untuk semua pasien dengan MS pada presentasi
awal, untuk reevaluasi mengubah gejala atau tanda-tanda, dan secara berkala (tergantung.
atrium kiri (P durasi gelombang dalam memimpin II> 0,12 detik dan / atau gelombang
sumbu P antara +45 dan -30 derajat) adalah fitur elektrokardiografi utama MS dan
ditemukan pada 90% pasien dengan MS signifikan dan ritme sinus. Tanda-tanda
6
elektrokardiografi pembesaran atrium kiri berkorelasi lebih erat dengan volume atrium
Gambar, EKG.
bukti pembesaran atrium kiri pada pandangan lateral dan oblik anterior kiri, meskipun
biasanya parah. Pembesaran arteri paru, ventrikel kanan, dan atrium kanan (serta atrium
kiri) umumnya terjadi pada pasien dengan MS berat. Kadang-kadang, kalsifikasi dari
katup mitral jelas pada rontgenogram dada tetapi, fluoroskopi diperlukan untuk
Terdapat beberapa tanda stenosis mitral pada pemeriksaan fisik. Palpitasi pada
bagian dada anterior kiri bisa dirasakan pada pasien dengan peningkatan tekanan
ventrikel kanan. Pada auskultasi dapat ditemukan suara S1 yang keras. Namun jika katup
mitral hanya dapat membuka sedikit, mengalami kalsifikasi, dan immobile maka suara
S1 bisa saja menjadi normal. Selain suara S1 yang keras, suara opening snap (OS) setelah
suara S2 biasanya muncul pada kasus stenosis mitral. Interval antara S2 dan OS akan
8
semakin memendek seiring parahnya derajat stenosis mitral. Pada kasus stenosis mitral,
suara murmur dapat didengar. Hal tersebut dikarenakan turbulensi yang terjadi akibat
Epidemiologi
serikat. Pada tahun 1980 insiden demam reumatik di Amerika Serikat berkisar 0,5-
yang luas dan efektif dari penggunaan antibiotik dalam mengobati infeksi dari
mencapai 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Sekitar 2/3 penderita stenosis mitral
merupakan perempuan. Onset dari gejala pertama biasanya muncul pada dekade ke-3
atau ke-4 masa kehidupan. Survival Rate 10 tahun pada pasien stenosis mitral dengan
gejala asimptomatik atau minimal mencapai angka 80%, sedangkan pada pasien stenosis
mitral dengan 1 gejala berat saja dapat menurunkan Survival Rate 10 tahun menjadi 0 -
15%.1,4
Etiologi
Penyebab utama dari MS adalah demam rematik, dengan perubahan rematik ada
dalam 99% dari katup mitral stenosis (MS). Sekitar 25% dari semua pasien dengan
penyakit jantung rematik yang hanya didapatkan murni MS, dan sekitar 40% memiliki
pasien MS, dengan katup aorta yang terkena dampak di sekitar 35% dan katup trikuspid
di sekitar 6%. Katup pulmonal jarang yang terkena dampak. Dua pertiga dari semua
9
pasien dengan MS rematik adalah perempuan. Interval antara episode awal demam
rematik dan bukti klinis obstruksi MV adalah bervariasi, mulai dari beberapa tahun
penegakan diagnostik adalah adanya penebalan di tepi leaflet, fusi komisura, dan
pemendekan dan fusi chordal. Pada demam rematik akut, terjadi peradangan dan. edema
dari daun katup, dengan small fibrin-platelet trombi sepanjang zona kontak leaflet. Hal
ini akan menimbulkan jaringan parut (scarring) dan mengakibatkan deformitas katup,
dengan obliterasi dari arsitektur leaflet normal dengan fibrosis, dan neovaskularisasi
kolagen meningkat dan selularitas jaringan. Badan aschoff, ciri patologis penyakit
rematik, yang paling sering terlihat di miokardium, bukan jaringan katup, dengan tubuh
aschoff diidentifikasi dalam hanya 2% dari pasien diotopsi dengan penyakit katup
kronis.3,4,6
Perubahan anatomi menyebabkan tipikal fungsional yang khas pada katup mitral
rematik. Dalam tahap-tahap awal dari penyakit, daun katup yang relatif fleksibel snap
terbuka di diastole menjadi bentuk melengkung karena pembatasan gerak di ujung daun
katup. Ini doming diastolik paling jelas dalam gerakan daun katup anterior dan menjadi
kurang menonjol sebagai daun katup menjadi lebih fibrosis dan kalsifikasi. Fusi simetris
hasil commissures dalam lubang kecil berbentuk oval sentral dalam diastole bahwa pada
spesimen patologis berbentuk seperti mulut ikan atau sosok karena daun katup anterior
tidak dalam posisi terbuka. Dengan stadium akhir penyakit, daun katup menebal mungkin
begitu keras dan kaku dan tidak dapat membuka atau menutup, berkurang atau jarang,
bahkan menghilangkan suara jantung pertama dan menyebabkan gabungan MS dan MR.
Ketika demam rematik hasil secara eksklusif atau terutama dalam kontraksi dan fusi dari
10
tendinea korda, dengan fusi kecil dari commissures katup, maka gejala MR akan lebih
dominan.3,4
Perdebatan berlanjut tentang apakah anatomi perubahan dalam hasil MS berat dari
episode berulang dari demam rematik, proses autoimun kronis yang disebabkan oleh
reaktivitas silang antara protein streptokokus dan jaringan katup, atau penyakit katup
yang terjadi kalsifikasi. Bukti yang mendukung infeksi berulang sebagai faktor penting
prevalensi penyakit jantung rematik dan usia di mana pasien datang dengan MS berat. Di
Amerika Utara dan Eropa, di mana ada sekitar 1 kasus/100, 000 penduduk, pasien datang
dengan obstruksi katup berat dalam dekade keenam dari kehidupan. Sebaliknya, di
Afrika, dengan prevalensi penyakit 35/100, 000, penyakit parah sering terlihat pada
remaja. Sebaliknya, bukti yang mendukung penyakit katup akibat kalsifikasi setelah
diamati bahwa terjadi restenosis setelah valvuloplasty mitral disebabkan oleh penebalan
MS kongenital jarang dan biasanya didiagnosis pada masa bayi atau anak usia dini.
MS merupakan komplikasi yang jarang dari penyakit ganas karsinoid, lupus eritematosus
penyakit Fabry, dan penyakit Whipple. Terapi Methysergide adalah penyebab biasa tapi
Kondisi lain dapat menyebabkan obstruksi inflow ventrikel kiri, termasuk tumor
atrium kiri, khususnya myxoma, ball valve thrombus di atrium kiri (biasanya
berhubungan dengan MS), endokarditis infektif dengan vegetasi yang besar, atau
membran bawaan di atrium kiri (yaitu, cor triatriatum). Pada pasien yang lebih tua,
11
kalsifikasi annular yang luas mitral dapat mengakibatkan pembatasan ukuran dan
gerakan anulus dan dapat memperpanjang ke dasar daun katup mitral, sehingga MS
Manifestasi Klinis
Derajat berat ringannya stenosis mitral ditentukan dari kemampuan katup mitral
membuka. Semakin parah stenosisnya maka semakin parah gejala yang ditimbulkan.
Gejala yang pertama kali sering dikeluhkan adalah sesak nafas dan berkurangnya
kemampuan beraktivitas. Pada kasus stenosis mitral yang ringan, sesak nafas tidak
muncul saat beristirahat; namun, gejala tersebut muncul saat tekanan atrium kiri
meningkat seperti saat beraktivitas yang membutuhkan kontraksi atrium yang lebih cepat
kasus stenosis mitral yang lebih parah, sesak nafas muncul bahkan saat beristirahat.
Penderita akan semakin mudah lelah dan dapat disertai dengan gejala-gejala kongestif
paru seperti paroxysmal nocturnal dypsnea dan orthopnea. Dengan stenosis mitral yang
hepatomegali, ascites, dan edema perifer akan muncul. Jika saraf laringeal tertekan oleh
arteri pulmonal yang membesar maupun atrium kiri, suara serak dapat menjadi salah satu
gejala.5
Nafas yg sulit
Gejala yang paling umum dari presentasi MS adalah sesak, kelelahan, dan
untuk meningkatkan curah jantung normal dengan latihan atau peningkatan tekanan vena
paru dan fungsi paru berkurang. Sesak dapat disertai dengan batuk dan mengi. Kapasitas
vital berkurang, mungkin karena adanya pembuluh paru membesar dan edema
12
interstisial. Pasien yang memiliki obstruksi penting untuk pengosongan atrium kiri dan
sesak dengan aktivitas biasa (NYHA fungsional Kelas III) umumnya memiliki ortopnea
juga dan beresiko mengalami serangan edema paru. Yang terakhir ini mungkin dipicu
oleh usaha, stres emosional, infeksi pernafasan, demam kehamilan, atau AF dengan
Edema paru dapat disebabkan oleh kondisi apapun yang meningkatkan laju aliran
melintasi katup mitral stenosis, baik karena peningkatan cardiac output total atau
pengurangan dalam waktu yang tersedia untuk aliran darah di lubang mitral terjadi. Pada
pasien dengan peningkatan resistensi pembuluh darah paru, fungsi RV sering terganggu
dan presentasi juga dapat mencakup gejala dan tanda-tanda gagal jantung kanan.4,5
tampaknya hanya dengan menyesuaikan gaya hidup mereka ke tingkat yang lebih
menetap. Biasanya, status gejala dapat secara akurat dinilai oleh riwayat penyakit,
meminta pasien untuk membandingkan tingkat saat tenaga maksimum untuk titik waktu
tertentu di masa lalu. Test treadmill mungkin berguna untuk pasien yang dipilih untuk
menentukan status fungsional secara obyektif dan dapat dikombinasikan dengan Doppler
Hemoptisis
Hemoptisis jarang pada pasien dengan diagnosis yang dikenal dari MS karena
intervensi dilakukan sebelum obstruksi parah menjadi kronis. Ketika hemoptysis tidak
terjadi, itu bisa mendadak dan berat, yang disebabkan oleh pecahnya berdinding tipis,
vena bronkial dilatasi, biasanya sebagai akibat dari kenaikan mendadak tekanan atrium
kiri, atau mungkin lebih ringan, dengan hanya bernoda darah dahak terkait dengan
alveolar. Hemoptisis juga bisa disebabkan oleh infark paru, komplikasi akhir dari MS
Dada Nyeri
Nyeri dada bukan merupakan gejala khas MS, tetapi persentasi kecil, mungkin
15%, dari pasien dengan ketidaknyamanan dada pengalaman MS yang bisa dibedakan
dari angina pectoris. Gejala ini dapat disebabkan oleh hipertensi RV parah sekunder
untuk penyakit pembuluh darah paru atau aterosklerosis koroner secara bersamaan.
Jarang, nyeri dada mungkin menjadi sekunder untuk obstruksi koroner yang disebabkan
oleh embolisasi koroner. Pada banyak pasien, namun, penjelasan yang memuaskan untuk
nyeri dada tidak dapat ditemukan penyebabnya, bahkan setelah studi hemodinamik dan
angiografik lengkap.3,4
Patologi
Proses perubahan patologi sampai terjadinya gejala klinis (periode laten) biasanya
memakan waktu bertahun-tahun (10-20 tahun). Pada stenosis mitral akibat demam
rematik akan terjadi proses peradangan (valvulitis) dan pebentukan nodul tipis di
sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan menimbulkan fibrosis dan penebalan
katup jantung, kalsifikasi, fusi komisura, pemendekan korda atau kombinasi dari proses
tersebut.3,8
endokarditis reumatika, daun katup dan korda akan mengalami sikatrik dan kontraktur
14
Kalsifikasi biasanya terjadi pada usia lanjut dan biasanya sering terjadi pada
perempuan dibanding pria. Kalsifikasi katup ini juga sering terjadi pada keadaan gagal
ginjal kronik.3
Patofisiologi
Deskriptor yang paling berguna dari tingkat keparahan obstruksi katup mitral
adalah derajat pembukaan katup diastole, atau daerah lubang katup mitral. Pada orang
dewasa normalnya luas katup mitral dapat membuka berukuran 4.0 cm2 hingga 6.0 cm2.
Bila area orifisium katup berkurang sampai 2 cm maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat terjadi.
Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada
tahap ini, dibutuhkan tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan
mitral. Kenaikan tekanan atau hipertensi pulmonal pada awalnya terjadi secara pasif
akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Peningkatan tekanan pulmonal didukung oleh
perubahan pada vaskular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurhumoral seperti
endotelin, atau perubahan anatomik. Perubahan anatomik yang dimaksud adalah proses
remodelling tunika media dan intima yang menjadi hipertrofi (reactive hypertension).
Peningkatan tekanan hidrostatik pada pembuluh darah pulmonal ini akan menyebabkan
transudasi plasma ke interistisium paru dan alveoli. Penderita akan merasakan sesak dan
gejala gagal jantung kongestif. Pada kasus yang parah, peningkatan tekanan vena
pulmonal yang signifikan dapat membuat vena bronkial ruptur di dalam parenkim paru
15
Tekanan yang berlebih pada atrium kiri secara terus menerus akan menyebabkan
pembesaran atrial kiri. Atrial kiri akan mengalami peregangan dan hantaran konduksi
jantung akan menjadi kacau. Jika hal ini terjadi, fibrilasi atrium dapat terjadi. Fibrilasi
atrium dapat membuat penurunan cardiac output pada kasus stenosis mitral karena waktu
peningkatan denyut jantung sehingga waktu untuk darah mengalir melalui katup mitral
berkurang, dan, di waktu yang sama akan terjadi peningkatan tekanan atrium yang lebih
parah.8
Gejala stenosis mitral biasanya muncul ketika luas katup mitral saat membuka
hanya mencapai 1.5 cm2 hingga 2.5 cm2, terutama saat frekuensi denyut jantung
meningkat. Gejala stenosis mitral juga dapat muncul saat istirahat jika luas pembukaan
katup mitral tidak mencapai 1.0 cm2. Walaupun begitu, gejala stenosis mitral dapat
muncul pada katup mitral yang masih dapat membuka lebar pada kondisi jantung yang
pengisian diastoliknya mengalami gangguan, seperti pada ibu hamil, fibrilasi atrium,
Klasifikasi
Derajat berat ringannya stenosis mitral dapat juga ditentukan oleh gradien
trasmitral, luasnya area katup mitral. Serta hubungan antara lamanya waktu antara
penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral,
16
5. Reaktif : bila area >2.5 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup mitrap
meurun sampai seperdua normal (<2-2.cm2). Hubungan antara gradien dan luasnya area
katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada Table.1
Tabel 1. Hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan
katup mitral.5
Regurgitasi Mitral
Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan di mana terdapat aliran darah balik dari ventrikel
kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat tidak dapat menutupnya katup mitral secara
sempurna. Dengan demikian, aliran darah saat sistol akan terbagi dua. Pasien Mitral regurgitasi
berat hampir semuanya simptomatik. Pada beberapa kasus dapat diperberat oleh adanya ruptur
chordae, umumnya ditandai oleh sesak nafas dan rasa lemas yang berlebihan, yang timbul secara
tiba-tiba.Kadang ruptur korda ditandai oleh adanya nyeri dada, orthopnea, paroxysmal nocturnal
dispnea dan rasa capai kadang ditemukan pada Mitral regurgitasi. 10,11
Penatalaksanaan
17
Medikal
berulang, (2) pencegahan dan pengobatan komplikasi MS, dan (3) perkembangan pemantauan
penyakit untuk memungkinkan intervensi pada titik waktu yang optimal. pasien dengan stenosis
mitral harus mendapatkan profilaksis antibiotik yang tepat terhadap endokarditis jika ditemukan
tanda-tanda bakterimia. Antibiotik yang digunakan dapat berupa golongan penisilin, eritromisin,
sulfa, sefalosporin. Obat-obat inotropik negative seperti β-bloker atau CCB (calcium chanel
blocker) dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus dengan fungsional NYHA III.
Diet rendah garam disertai diuretik dapat bermanfaat jika terdapat bukti adanya kongesti pada
paru. Terapi antikoagulan diindikasikan untuk pencegahan emboli sistemik pada pasien MS
dengan AF (persisten atau paroxysmal), setiap kejadian emboli sebelumnya (bahkan jika dalam
ritme sinus), dan adanyaa trombus atrium kiri. Antikoagulasi juga dapat dipertimbangkan untuk
pasien dengan irama sinus dan MS parah ketika ada pembesaran atrium kiri yang parah
(diameter> 55 mm) atau kontras spontan pada echocardiography. Pasien tanpa gejala dengan
ringan sampai sedang penyakit katup mitral rematik harus memiliki pemeriksaan sejarah dan fisik
setiap tahunnya, dengan echocardiography setiap 3 sampai 5 tahun untuk stenosis ringan, setiap
1 sampai 2 tahun untuk stenosis moderat, dan setiap tahun untuk stenosis yang parah. Evaluasi
lebih sering sesuai untuk setiap perubahan dalam tanda-tanda atau gejala. Semua pasien dengan
MS yang signifikan harus disarankan untuk menghindari pekerjaan yang membutuhkan tenaga
yang berat. Atrial Fibrilasi (AF) sering terjadi pada stenosis mitral. Prevalensi 30-40% akan
muncul akibat hemodinamik yang bermakna karena hilangnya kontribusi atrium terhadap
pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yang cepat. Ketika AF terjadi secara akut, biasanya
AF disertai dengan Rapid Ventricular Response (RVR). Penatalaksanaan dini perlu dilakukan
seperti pemberian digitals (digoxine) dan dapat dikombinasikan dengan β-bloker atau
nondihydropyridine CCB. Ketika obat ini tidak efektif atau ketika kontrol tingkat tambahan
diperlukan, digoksin atau amiodarone dapat dipertimbangkan. Selain hal diatas, upaya yang
18
harus dilakukan untuk membangun kembali ritme sinus adalah dengan
mengkombinasi pengobatan farmakologis dan kardioversi. Pada pasien yang telah memiliki AF
selama lebih dari 24 jam, sebelum prosedur kardioversi, antikoagulasi dengan warfarin selama
Terdapat 3 prosedur untuk menghilangkan obstruksi mitral, yaitu : BMV (Baloon mitral
Pasien dengan MS ringan sampai sedang yang tidak menunjukkan gejala sering
tetap demikian selama bertahun-tahun, dan hasil klinis mirip dengan usia-cocok pasien
normal. Namun, MS parah atau gejala dikaitkan dengan miskin hasil jangka panjang jika
stenosis tidak lega mekanis. Percutaneous BMV adalah prosedur pilihan untuk
memerlukan intervensi dan tidak kandidat untuk prosedur perkutan. BMV juga masuk
akal untuk pasien bergejala yang berisiko tinggi untuk operasi, bahkan ketika morfologi
katup tidak ideal, termasuk pasien dengan restenosis setelah BMV sebelumnya atau
commissurotomy sebelumnya yang tidak cocok untuk operasi karena resiko yang sangat
tinggi. Ini termasuk pasien lemah sangat tua, pasien dengan penyakit jantung iskemik
yang berat terkait, pasien yang MS rumit oleh penyakit paru, ginjal, atau neoplastik,
wanita usia subur di antaranya pengganti MV tidak diinginkan, dan wanita hamil dengan
MS. 12
Prosedur dari PMBV adalah dengan memasukkan balon kateter melalui vena
femoralis kanan menuju atrium kiri melalui atrial septum, kemudian sesampainya di
19
orifisium katup mitral, balon dikembangkan sehingga katup mitral melebar dan aliran
darah kembali lancar. Ada Kontraindikasi PMBV, Area katup mitral > 1,5 cm2, trombus
di atrial kiri, regurgitasi mitral derajat sedang atau lebih, kalsifikasi berat bikomisura,
tanpa ada fusi komisura, bersamaan dengan kelainan katup aorta berat, kombinasi
MV pengganti dianjurkan untuk pasien dengan gejala MR parah ketika BMV atau
commissural yang luas, fibrosis parah, dan fusi Subvalvular, dan mereka yang telah
MV terisolasi dari 3% menjadi 8% di sebagian besar pusat dan rata-rata 6,04% dalam
basis data yang besar dari 16.105 operasi seperti untuk pasien dengan MS dan / atau MR
Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka harapan
hidup 10 tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angka harapan hidup 10
tahun). Hal ini dikarenakan angka resiko terjadinya emboli arterial secara bermakna
20
Kesimpulan
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral. Gangguan aliran tersebut terjadi akibat kelainan struktur mitral
serikat. Pada tahun 1980 insiden demam reumatik di Amerika Serikat berkisar 0,5-2/100.000
penduduk dan semakin menurun di tahun selanjutnya dikarenakan pengobatan yang luas dan
Ekokardiografi merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif dan spesifik untuk
diagnosis stenosis mitral. Dengan ekokardiografik dapat dilakukan evaluasi struktur dari katup,
pliabilitas dari daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri, struktur dari apparatus
subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel. Secara umum, semua pasien dengan
stenosis mitral harus mendapatkan profilaksis antibiotik yang tepat terhadap endokarditis jika
aliran darah di jantung sehingga sebagai terapi definitifnya adalah menghilangkan obstruksinya
sendiri. Terdapat beberapa prosedur untuk menghilangkan obstruksi mitral, yaitu : BMV
21
Daftar Pustaka
1. Maganti K, Rigolin VH, Sarano EM, dan Bonow OR.Valvular Heart Disease:
“Diagnosis and Management”. Mayo Clin Proc. Mei 2010; 85(5): 483–500.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2861980/#__ffn_sectitle),
2. Nikomo VT, Gardin JM, Skelton TM, Gottdiener JS, Scot CG, Sarano EM. Burden
1005-11
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2861980/#__ffn_sectitle),
3. Sudoyo AW, Setiyojadi B, Alwi I, Simadhibrata MK, dan Setiati S (editor). Buku
Ajar Ilmu Penyakit dalam (jilid II, edisi IV). Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal
1672-1678.
4. Yusak M. stenosis mitral. In : Rilantono LI, eds. Buku ajar kardiologi. 5th. Jakarta:
Gaya baru. 2004. P: 135-138.
5. Bonow RO, Carabello BA, Chatterjee K, et al. 2008 Focused update incorporated
into the ACC/AHA 2006 guidelines for the management of patients with valvular
Circulation.2008;118:e523-e661
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2861980/#__ffn_sectitle),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2861980/#__ffn_sectitle),
7. Bickley LS, Szilagyi PG. Anamnesis dan riwayat kesehatan bates: buku saku. Edisi
8. Otto CM, Bonow RO. Valvular heart disease. In: Libby P, Bonow RO, Mann DL,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2861980/#__ffn_sectitle),
9. Yusak M. stenosis mitral. In : Rilantono LI, eds. Buku ajar kardiologi. 5th. Jakarta:
10. Sudoyo A.W. Setyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
publishing.2009
11. ACCF/AHA Guidline for Mitral regurgitation : a Report of the American College
Guidlines. 2013.
13. Reyes VP, Raju BS, Wynne J, Stephenson LW, Raju R, Fromm BS, Rajagopal P,
open surgical commissurotomy for mitral stenosis. N Engl J Med. 1994; 331: 961–
967.
23