Anda di halaman 1dari 25

BAB II

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

I. Pendahuluan
Jantung merupakan organ tubuh yang unik yang memiliki muatan listrik, dan kegiatan
listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektrode-elektrode yang
dipasang pada permukaan tubuh. Grafik yang tercatat melalui rekaman ini disebut
Elektrokardiogram (EKG) dan ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung disebut
Elektrokardiografi.
Elektrokardiogram (EKG) berfungsi untuk menentukan kelainan seperti gangguan
irama jantung (disritmia), pembesaran atrium atau ventrikel, iskemik atau infark pada otot
jantung, infeksi lapisan jantung (perikarditis), efek obat-obatan, gangguan elektrolit atau
penilaian fungsi pacu jantung.

II. Anatami Struktur dan Fungsi Sistem Konduksi Jantung


Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik dan memiliki
sifat-sifat khusus yaitu :
1. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan listrik secara spontan
2. Ritmisasi : pembentukan impuls yang teratur
3. Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls
4. Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan
Berdasarkan sifat tersebut maka secara spontan dan teratur jantung menghasilkan
impuls-impuls yang disalurkan melalui system hantar untuk merangsang otot jantung dan bisa
menimbulkan konduksi. Bila system konduksi berfingsi normal, maka atrium berkontraksi
kira-kira 1/6 detik lebih dulu dari kontraksi ventrikel sehingga memungkinkan pengisian
ekstra pada ventrikel sebelum ventrikel ini memompa darah kesirkulasi sistemik.
Pacemaker adalah sesuatu / unit yang dapat menghasilkan impulse listrik secara terus
menerus, teratur dan automatis, dalam hal ini pacemaker asli dalam jantung disebut sebagai
real pacemaker. Real pacemaker bekerja sebagai pembentuk impuls (generator) dan
penghantar impuls (pathways).
1. Pembentuk impulse (generator)
a. Sinus atrial node (SA node)
b. Atrioventrikular node (AV node)
c. Serabut purkinje (Fiber Purkinje)
2. Penghantar impulse :
a. Internal atrium
b. His bundle
c. Right bundle branch (RBB)
d. Left bundle branch (LBB)

a. SA Node
Merupakan kepingan otot khusus tipis dan berbentuk elip dengan lebar kira-kira 3
mm, panjang 15 mm dan tebalnya 1 mm, terletak dalam dinding lateral superior dari atrium
kanan tepat disebelah bawah dan sedikit lateral dari lubang vena cava superior. Ukuran
diameter tiap-tiap serabut dari nodus ini adalah 3-5 mikron. Serabut otot atrium 15-20 mikron.
Serabut SA melanjutkan diri bersama-bersama serabut atrial sehingga tiap potensial aksi yang
dimulai di dalam nodus SA akan segera menyebar kedalam atrium.
Nodus SA berfungsi sebagi pemacu jantung normal karena mempunyai kecepatan
otomatis yang tercepat yaitu 60-100 x/menit. Dipengaruhi oleh saraf sympatis dan
parasimpatsi. Diperdarahi 55 % dari RCA dan 45 % dari LCX. Disebut pemacu alami karena
secara teratur mengeluarkan aliran listrik / impuls yang kemudian menggerakan jantung
secara otomatis. Impuls yang dihasilkan melalui kedua atrium.

b. Traktus Internodus
Ujung serat-serat nodus SA bersatu dengan serat-serat otot atrium disekelilingnya,
dan potensial aksi yang berasal dari nodus SA akan menjalar keluar dan masuk kedalam serat-
serat ini. Dengan cara inilah potensial aksi akan menyebar keseluruh masa otot atrium dan
akhirnya ke nodus AV.
Traktus intermodal terdiri dari :
1) Anterior intermodal track (Bachman)
Meninggalkan SA node secara langsung kearah depan dan melingkar sekitar Vena Cava
Superior dan anterio wall dari RA. Terdiri dari 2 berksa fiber, satu masuk ke LA dan satu
lagi masuk ke bagian anterior dari septum interatrium dan turun menyilang disamping
pangkal aorta masuk ke anterior superior sisi AV node.
2) Middle Internodal Track (tengah)
Meninggalkan SA node dibagian posterior mengitari bagian posterior dari VCS dan
sepanjang posterior dari septum interasatrium dan masuk ke bagian posterior dari sisi AV
node.
3) Posterior Internodal Track
Meninggalkan SA node di bagian posterior menelusuri atau mengitari bagian crista
terminalis dan area eustachman dan masuk ke bagian posterior sisi AV node. Ketiga
cabang tersebut bertemu menjadi satu fiber yang disebut AV node.

c. AV node
Nodus AV terletak diatas sinus koronarius pada dinding posterior Atrium kanan tepat
di belakang katup trikuspidalis dan berdekatan dengan pembukaan sinus coronarius lebar 3
mm. Sel-sel dalam AV node mengeluarkan impuls lebih rendah dari SA Node yaitu 40 60
kali permenit. Fungsi AV junction memperlambat konduksi ke AV node.
Keuntungan :
1) Kontraksi atrium dan ventrikel tidak bersamaan tetapi berturutan
2) Member kesempatan atrium untuk menyelesaikan kontraksinya hingga pengisian
ventrikel lebih baik.

d. Bundle HIS
Adalah sekelompok serabut yang pendek terletak di bagian dasar AV node dengan cabang
berkas HIS, mempunyai diameter 2 mm dan panjang 10 mm.
System bundle branch merupakan lanjutan dari bundle HIS bercabang menjadi dua yaitu :
1) Right bundle branch (RBB)
Berkas serabut ini menyusuri bagian sebelah kanan dari septum intra ventrikel dan di
bagian distalnya terbagi tiga (anterior, lateral, posterior). Lokasinya ada di bagian RV dan
bagian tengah distal dari septum interventrikel.
2) Left bundle branch (LBB)
Terbagi menjadi tiga fesikuler :
Paling proksimal adalah left posterior fesikuler, berkas serabutnya menyusuri dan
mengkonduksi impuls dari bagian posterior dan inferior permukaan permukaan
endocard dari LV, panjang 20 mm dan tebal 6 mm.
Left anterior fesikuler, berkas serabutnya menyusuri bagian dan mengkonduksi impuls
dari anterior dan superior permukaan endcard dari LV. Panjang 20 mm dan tebal 3
mm.
Left septal fesikuler, merupakan beberapa serbatu muncul dari serabrut LAF,
lokasinya menyusuri bagian kiri septum interventrikel dimana mengkonduksi bagian
anteriorsuperior dari septum interventrikel RBB dan LBB panjang 35 -50 mm, lebar 1
mm.

e. Serabut Purkinje
Saraf purkinje berjalan dari nodus AV melalui berkas AV dan masuk ke dalam ventrikel
kecuali pada bagian awal serat dimana serat ini menembus jaringan fibrosa AV, mengeluarkan
impuls 20 40 x/menit. Serat purkinje merupakan serat yang sangat besar, bahkan lebih besar
daripada serat otot ventrikel normal. Dan serat ini menjalarkan potensial aksi dengan kecepatan
1,5 sampai 4 m/detik, yang kira-kira 6x kecepatan dalam otot jantung yang umum. Dan 150 x
kecepatan dalam serat transisional AV. Keadaan ini memungkinkan penjalaran yang cepat
impuls jantung ke seluruh system ventrikel.
Penjalaran potensial aksi yang sangat cepat oleh serabut purkinje mungkin disebabkan oleh
makin banyaknya jumlah hubungan antara sel-sel jantung saling berderet yang akan menyusun
serabut-serabut purkinje. Melalui hubungan-hubungan ini, ion-ion dijalarkan dengan mudah dari
satu sel ke sel yang lain sehingga meningkatkan kecepatan penjalaran.

III.Elektrofisiologi Sel Otot Jantung


Aktivitas listrik jantung merupakan aktiviatas dari perubahan permiabilitas membrane sel
yang memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membrane. Dengan masuknya ion-ion ini maka
muatan listrik sepanjang membrane mengalami perubahan relative.
Ada tiga ion yang mempunyai fungsi sangat penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu :
1. Kalium : kation intra sel utama
2. Natrium dan kalsium : paling tinggi pada ekstrasel.
Sel otot jantung dalam keadaan istirahat, permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian
dalamnya bermuatan negative. Perbedaan potensial muatan melalui membrane sel kira-kira -
90mv.
Ada tiga macam saluran ion membrane yang menyebabkan perubahan voltage potensial aksi
yaitu :
1. Saluran cepat natrium
2. Saluran lambat natrium kalsium
3. Saluran kalium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion-ion natrium dengan
cepat dari cairan luar sel ke dalam sel. Sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi lebih
positif dibanding di luar sel.
Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan disebut DEPOLARISASI. Proses
terjadinya pengembalian muatan ke keadaan semula disebut REPOLARISASI. Seluruh aksi
tersebut disebut AKSI POTENSIAL.
Aksi potensial terdiri dari 5 fase :

1. Fase Istirahat (fase 4)


Pada keadaan istirahat sel jantung memperlihatkan suatu perbedaan potensial listrik atau
voltage membrane sel. Bagian dalam sel relative negative sedangkan di luar sel relative
positif, dengan demikian sel tersebut mengalami polarisasi. Perbedaan ini timbul akibat
permeabilitas dari membrane sel terhadap ion-ion disekitarnya, terutama ino natrium dan
kalium yang bermuatan positif. Dalam keadaan istirahat membrane sel lebih permeable
terhadap kalium dibandingkan natrium. Karena itu sejumlah kecil ion kalium merembes ke
luar sel dari daerah yang mempunyai kadar kalium tinggi menuju cairan ekstrasel dimana
keadaan kalium lebih rendah. Dengan hilangnya ion kalium yang bermuatan positif dari
dalam sel maka muatan listrik bagian dalam sel tersebut relative negative.

2. Depolarisasi Cepat (fase 0)


Depolarisasi sel adalah akibat permeabilitas membrane terhadap natrium sangat
meningkat. Natrium yang terdapat di luar sel mengalir cepat masuk ke dalam sel melalui
saluran cepat didorong oleh perbedaan kadar natrium itu sendiri. Masuknya ion natrium
yang bermuatan positif mengubah muatan negative disepanjang membrane sel. Bagian luar
sel menjadi negative sedangkan bagian dalam menjadi positif.

3. Repolarisasi Parsial (fase 1)


Sesudah depolarisasi maka terjadi sedikit perubahan mendadak dari kadar ion dan timbul
suatu muatan listrik relative. Tambahan muatan negative di dalam sel itu menyebabkan
muatan positif berkurang. Menyebabkan sebagian dari sel itu mengalami repolarisasi. Fase
ini diduga mencerminkan inaktivasi mendadak saluran cepat dari ion natrium yang
memungkinkan terjadinya influx cepat ion natrium positif.

4. Plateu (fase 4)
Plateu yang sesuai dengan periode reflakter absolute miokardium. Selama fase ini tidak
terjadi perubahan muatan listrik melalui membrane sel. Jumlah ion positif yang masuk dan
yang keluar berada dalam keadaan seimbang. Plateu disebabkan oleh aliran ion kalsium ke
dalam sel secara perlahan-lahan dan dibantu oleh gerakan natrium ke dalam sel melalui
saluran lambat. Sedikit demi sedikit gerakan muatan positif ke dalam sel diimbangai oleh
gerakan ion kalium keluar.

5. Repolarisasi Cepat (fase 3)


Selama repolarisasi cepat maka aliran muatan kalsium dan natrium ke dalam sel secara
lambat di inaktifkan dan permeabilitas membrane terhadap kalium sangat meningkat.
Kalium keluar dari sel, dengan demikian mengurang muatan positif di dalam sel. Bagian
dalam sel akhirnya kembali ke keadaan yang relative positive positif. Distribusi ion pada
keadaan istirahat dipulihkan melalui kegiatan kontinyu pada pompa natrium kalium yang
dengan aktif memindahkan kalium ke dalam sel dan natrium keluar sel.

IV. Vektor Jantung


Penyebaran eksitasi jantung dikoodinasi untuk memastikan agar pemompaan efisien.
Penyebaran ini dimulai dengan adanya potensial aksi secara spontan pada simpul SA. Potensial
aksi berjalan dengan cepat menyebar di kedua atrium. Penyebaran impuls tersebut dipermudah
oleh dua jalur penghantar, yaitu jalur antar atrium (serabut bachman) dan antarnodus (tractus
intermodal).
Dengan jalur antarnodus, impuls kemudian menyebar ke berkas AV, yaoutu satu-satunya
titik tempat potensial aksi dapat menyebar dari atrium ke dalam ventrikel. Akan tetapi karena
susunan khusus system penghantar dari atrium ke dalam ventrikel, terdapat perlambatan yang
lebih dari 1/10 detik antar jalan impuls jantung dari atrium ke dalam ventrikel.
Penyebab melambatnya penghantaran impuls tersebtu dikarenakan tipisnya serat di daerah
ini. Perlambatan itu sendiri merupakan mekanisme komunikasi antar sel yang mempermudah
konduksi impuls. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel untuk
memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang sangat kuat. Jadi,
atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel, dan ventrikel kemudian menyediakan
sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui system vascular dari nodus AV. Potensial
aksi menyebar cepat ke seluruh ventrikel, diperlancar oleh sistem penghantar ventrikel khusus
yang terdiri dari berkas HIS dan serat-serat purkinje. Pada bagian ventrikel ada beberapa
pendapat mengenai arah vector, tetapi intinya arah vektor pertama di ventrikel menuju kearah
anterior, dengan waktu yang sangat singkat, kemudian menuju septal, lateral sampai ke posterior.
Dari perjalanan vektor tersebut maka satu lead sadapan akan terbentuk kompleks QRS
yang lengkap atau hanya sebagian saja. Secara normal dan singkat arah vektor dapat disimpulkan
seperti sumbu jantung yaitu ke kiri dan kebawah.

V. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan garis vertical
dengan jarak 1 mm. setiap 5 mm garis pada keras EKG akan lebih tebal. Garis horizontal
menggambarkan waktu dimana 1 mm = 0.04 detik dan 5 mm = 0.20 detik. Garis vertical
menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0.1 milivolt dan 10 mm = 1 milivolt.
Perekaman EKG dibuat dengan kecepatan 25 mm/detik. Kalibrasi biasa dilakukan 1 milivolt
yang menghasilkan defleksi setinggi 10 mm. pada keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar
menjadi 2 milivolt atau diperkecil menjadi 0.5 milivolt. Hal ini harus dicatat pada kertas hasil
rekamana sehingga tidak menimbulkan kesalahan saat orang lain membacanya.
VI. Kurva EKG
Aktifitas bioelektrik jantung yang terekam dalam EKG merupakan bentuk-bentuk
gelombang, pada keadaan normal bentuk atau konfigurasinya akan berbeda-beda atau
konfigurasinya akan berbeda-beda disetiap sandapan. Hal ini karena arah dan intensitas
gelombang yang terbentuk dalam urutan depolarisasi-repolarisasi jantung, bila dilihat dari setiap
elektrode saling berlainan, sehingga bentuk-bentuk defleksi yang terekam juga akan berbeda.
Terdapat tiga gelombang, dua segmen dan tiga interval dalam EKG yang perlu diperhatikan
karena mempunyai arti klinis yang penting. Ketiga gelombang itu adalah gelombang P,
gelombang QRS dan gelombang T. dua segment adalah Segment PR dan Segment ST, ketiga
interval adalah interval PR, interval QRS dan interval QT.

1. Gelombang P
Merupakan depolarisasi dan repolarisasi atrium, yang diaktifasi oleh SA Node secara
otomatis menghantarkan impuls melalui internodal pathway diatrium kanan dan melalui
bachman bundle ke atrium kiri yang akan menghasilkan depolarisasi pada kedua atrium, dan
menghasilkan gelombang kecil yang dinamakan gelompang P. gelombang P dikatatakan
normal apabila :
Tinggi < 0.25 milivolt
Lebar < 0.11 detik
Selalu positif di lead II dan negative di lead aVR
Mengetahui kelainan di atrium

2. PR Iterval
Saat arus listrik sampai di AV Node, depolarisasi akan tertunda beberapa saat, dalam
rekaman EKG akan terlihat garis isoelektrik yang disebut juga PR Segment. Hal ini terjadi
untuk memberikan kesempatan pengisian pada ventrikel.
Interval PR merupakan gambaran dari waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium
dan jalannya arus listrik melalui berkas HIS sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
Interval PR diukur dari awal gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Normal
Interval PR adalah 0.12 sampai 0.20 detik.
3. Gelombang QRS
Merupakan gambaran depolarisasi ventrikel, yang terdiri dari tiga kompone yaitu :
a. Gelombang Q, yaitu bagian defleksi negative pertama setelah gelombang P
b. Gelombang R, yaitu defleksi positif yang pertama, disertai atau tidak disertai gelombang
Q
c. Gelombang S yaitu defleksi negative setelah gelombang R.
Gambaran gelombang QRS akan berbeda-beda disetiap lead tergantung arah dan
besarnya arus depolarisasi ventrikel. Apabila terjadi gangguan konduksi di ventrikel akan
mengakibatkan perubahan arah dari arus depolarisasi ventrikel, sehingga telah disepakati
suatu terminology kompleks QRS, yaitu defleksi positif yang mengikuti gelombang R
disebut R, sedangkan defleksi negative yang mengikuti gelombang S disebut S.
Karena gambaran gelombang QRS bervariasi bentuk dan ukurannya, maka untuk
membedakan hal ini dalam penulisan digunakan huruf besar sebagai tanda defleksi yang
besar dan huruf kecil untuk defleksi yang kecil.
Nilai gelombang Q adalah : <0.04 detik dan dalamnya ,1/3 tinggi gelombang R,
gelombang Q yang abnormal disebut Q Pathologis. Pada keadaan normal gelombang R akan
berdefleksi positif di semua lead kecuali di di lead aVR. Pada lead Prekordial dikenal istilah
R wave progression yaitu defleksi positif gelombang R yang semakin membesar dari lead
V1 ke V6. Nilai normal QRS : lebar 0.06 sampai 0.12 detik dan tingginya tergantung lead
yang direkam.
4. Segment ST
Segment ST merupakan gambaran repolarisasi ventrikel yang berbentuk garis horizontal
atau kadang-kadang akan sedikit deviasi keatas atau kebawah dari garis isoelektris, atau
sedikit cekung dari titik J (J point). Titik J (Junctional Point) adalah titik dimana gelombang
S berakhir. Segment ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T.
segment ST yang naik diatas 1 mm dari titik J disebtu ST Segment Elevasi dan yang turun
lebih dari 1 mm disebtu ST Segment Depresi.

5. Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran repolarisasi ventrikel, gelombang T ini muncul
setelah berakhirnya segment ST. bentuk gelombang T yang normal sedikit asimetris, dimana
defleksi positif terjadi perlahan samapai mencapai puncak dan kemudian menurun curam.
Tinggi gelombang T minimal 1 mm, bila kurang dari 1 mm disebut gelombang T datar/flat,
maksimal tinggi gelombang T tidak boleh lebih dari 10 mm di lead precordial dan tidak
lebih dari 5 mm di lead ekstermitas.

6. Interval QT
Interval QT adalah gambaran dari waktu yang dibutuhkan saat depolarisasi ventrikel
sampai repolarisasi ventrikel, diukur dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang
T. panjang atau pendeknya interval QT tergantung kecepatan laju jantung. Semakin cepat
jantung berdenyut semakin cepat waktu untuk repolarisasi maka semakin pendek interval
QT. sebaliknya bila denyut jantung lambat maka waktu untuk repolarisasi jadi panjang dan
QT interval juga menjadi panjang.
Dalam EKG tidak ada ukuran yang tetap untuk QT interval, yang ada adalah mengukur
QTc (corrected QT Interval), rumusnya adalah QTc = QT (detik)/akar interval RR (dalam
detik). Nilai normal QTc ialah 0.38 sampai 0.42 detik.

VII. Sadapan EKG


Grafik yang menunjukan hubungan antara elektrode positif dan negatif, awal dari
gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) dan kompleks yang ditampilkan di EKG
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang
menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke
gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik
diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12
sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan
biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang
digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara
sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan
mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang itempatkan di
titik-titik tertentu tubuh pasien.

1. Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor
listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
2. Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi
negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
3. Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata
vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG, yang akan
bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati
(A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B)

Rekaman EKG diperoleh dengan cara memasang elektrode dikulit pada permukaan tubuh
tertentu. Lokasi penempatan elektrode harus tepat untuk mendapatkan hasil yang baik.
Sadapan atau lead EKG terbagi menjadi 2 jenis yaitu sadapan bipolar dan sadapan unipolar.
a. Sadapan Bipolar
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari
dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara searah vertikal (keatas bawah,
dan kesamping). Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang
diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakan didua tangan
dan kaki. Masing-masing LA (Left Arm), LF (Left Foot). Dari empat kabel elektrode
ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
Sadapan I dari perbedaan potensial listrik antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak
ke sudut 0 derajat (sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian bagian lateral
jantung dapat dilihat oleh sadapan I. Bila arus litrik lead I ini dihubungkan dengan
teori Goldenberg dan vektor maka akan dilihat adanya perjalanan satu arah antara
sadapan dengan sumbu jantung termasuk vektor jantung. Maka hasil dari sadapan
lead I akan didapat depleksi dominan positif.
Sadapan II dari perbedaan antara sadapan RA yang dibuat bermuatan negatif
dan Lf yang bermuatan positif sehingga searah arah litrik bergerak sebesar positif 60
derajat (sudut kerah inferior) dengan demikian bagian inferior jantung dapat dilihat
oleh sadapan II. Bila arus perjalanan listrik lead I ini dihubungkan dengan teori
Goldenberg dan vektor maka hasil dari sadapan lead I akan didapat depleksi dominan
positif.
Sadapan III dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF
yang dibuat bermuatan positif sehingga litrik bergerak sebesar positif 120 derajat
(sudutnya kearah inferior). Dengan demikian bagian inferior jantung dapat dilihat
oleh sadapan III. Bila arus perjalanan listrik lead III dihubungkan dengan teori
Goldenberg maka akan dilihat adanya perjalanan satu arah antara sadapan dengan
sumbu jantung termasuk dengan vektor jantung. Maka hasil dari sadapan lead III
akan didapat depleksi dominan positif dengan kadang ada Q kecil.
b. Sadapan Unipolar Ekstremitas (Ekstremitas Limb Lead)
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent.
Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada
ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode
indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan
menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap
jantung dalam arah vertikal.
1) Sadapan aVL.
Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian,
bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2) Sadapan aVF.
Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian
inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.

3) Sadapan aVR.
Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat
bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
c. Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh
dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung
secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel
sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat
pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.

V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan


V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
VIII. Menentukan Aksis Jantung
Axis merupakan resultante dari vektor yang mewakili arus-arus depolarisasi jantung.
Axis punya hubungan yang erat dengan keutuhan fungsi sistem konduksi, impuls didalam
vertikel serta letak anatomis jantung didalam rongga dada, sehingga menilai axis jantung
delam EKG itu penting. Axis yang umum dievaluasi adalah axis dari kompleks QRS dalam
bidang frontal (frontal Plane) yaitu di lead I dan aVF dan untuk menilai axis kita
menggunakan sistem Heksasial
Sistem ini digambarkan dengan sebuah lingkaran yang terbagi rata (masing-masing
300) oleh sumbu-sumbu keenam sadapan ekstremitas. Garis yang menghubungkan pusat
lingkaran dengan titik potong garis-garis tegak lurus yang ditarik dari lead I dan aVF tadi
disebut Axis. Axis QRS normal adalah -30o sampai +1100 kasis yang terletak lebih negatif
dari -30o disebut deviasi aksis kiri (Left Aksis Deviation/LAD) sebaliknya axis yang
terletak lebih positif dari 1100 disebut deviasi axis kanan (Right Axis Deviation/RAD)
Cara pengukuran aksis jantung Metoda Frontal :
a. Tentukan Lead I pada posisi NOL derajat (O degrees) sistem heksasial. Hitung tinggi
dan jumlah kotak gelombang R kemudian dikurangi jumlah kotak kedalaman Q atau S
1). Bila hasil positif. Vektor points ke kiri, korelasikan setengah putaran bagian kanan
dari lingkaran aksis.
2) Bila hasil negatif. Vektor poin ke arah kanan. Korelasikan setengah putaran bagian
kiri dari lingkaran aksis.
b. Tentukan Lead AVF pada posisi 90 derajat sistem haksasial. Hitung tinggi dan jumlah
kotak gelombang R kemudian dikurangi jumlah kotak kedalaman Q atau S
1) Bila hasil positive (predominately up). Vector Points ke arah atas, korelasikan
setengah putaran bagian bawah dari lingkaran aksis.
2) Bila hasil negatif (predominately down). Vector points ke arah bawah kolerasikan
setengah putaran bagian atas dari lingkaran aksis.
c. Interpretation :
1) Extreme Right Axis Deviation : Lead I : Negative QRS, Lead aVF, Negative QRS
2) Right Axis Deviation : Lead I: Negative QRS, LeadaVF, positif QRS
3) Normal range : lead I : Positive QRS, Lead aVF, positif QRS
4) Left axis Deviation : Lead I : Positive QRS, Lead aVF, negatif QRS

IX. Perekaman EKG


1. Persiapan korban
Sebelum dilakukan perekaman sebaiknya korban diberi tahu terlebih dahulu dan
ditidurkan dalam posisi terlentang dan rileks, benda-benda yang mengandung elektro
magnetik sebaiknya dilepaskan atau djauhkan dari tubuh korban. Bagian dada harus
terbuka dan dalam keadaan kering (jika basah atau keringat di keringkan terlebih dahulu)
2. Persiapan ruangan
Ruangan pemeriksaan haus kondusif, tertutup dan tidak banyak orang yang berada
didalam ruang periksa karena suasana yang ramai dapat mempengaruhi ketenangan
korban.
3. Persiapan alat
Sebelum perekaman alat sebaiknya dipastikan dalam keadaan baik dan lengkap.
Setting alat dengan kecepatan kertas 25 mm/detik dan sensitivitas 1 milivolt. Kabel
ground dipasang dan digunakan filter supaya kualitas rekaman baik.
4. Cara merekam
Bersihkan bagian-bagian permukaan tubuh yang akan dipasang elektrode. Beri jelly
pada setiap elektrode, nyalakan mesin EKG setelah elektrode terpasang lengkap ditubuh
korban. Bila perekaman dibuat secara manual, sebaiknya buat kalibrasi terlebih dahulu,
kemudian rekam lead 3 4 siklus/beat. Apabila amplitudo terlalu tinggi sebaiknya
sensitivitas alat dapat diperkecil menjadi 0,5 milivolt, sebaliknya apabila amplitudo
terlalu kecil, sensitivitas dapat diperbesar menjadi 2 milivolt. Kalibrasi sangat penting
dibuat sebelum dan sesudah perekaman untuk menghindari kesalahan dalam
mengintepretasi gambaran EKG. Setelah selesai perekaman jangan lupa untuk
menuliskan identitas korban, tanggal dan waktu perekaman pada bagian kiri atas kertas
EKG dan naman yang melakukan perekaman pada bagian kiri bawah kertas EKG.

X. Intepretasi EKG
Membaca EKG akan mudah dan tepat jika kita melakukan secara sistematis. Berikut
ini urutan dalam membaca EKG.
1. Irama
Langkah pertama kita harus menentukan irama EKG teratur atau tidak, irama sinus atau
bukan. Dikatakan irama sinus jiak EKG didahului dengan gelombang P dan selalu diikuti
dengan kompleks QRS dan dikatakan teratur jika jarak R-R interval sama.
2. Laju QRS
Menghitung laju jantung (Frekuensi Heart Rate)
Ada beberapa cara untuk menghitung kecepatan laju jantung dan yang umum digaunakan
adalah :
300
a.
Jumlah Kotak besar antara RR
1500
b.
Jumlah Kotak Kecil antara RR

Catatan :
Kedua cara diatas digunakan apabila irama EKG teratur, bila irama EKG tidak teratur
gunakan cara benar. Ambil rekaman EKG sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS
dalam 6 detik tersebut kemudian kalikan 10 atau ambil rekaman EKG sepanjang 12
detik hitung jumlah QRS kalikan 5.
3. Gelombang P
Gelombang P merupakan gelombang yang harus diidentifikasikan karena untuk dapat
menentukan suatu EKG berasal dari SA Node atau bukan. Perhatikan apakah gelombang
P sama satu dengan yang lainnya dan apakah setiap gelombang P selalu diikuti
gelombang QRS.
a. Normal : Uprigt : I, II, avF, V4, V5, V6 Inverted aVR
Variable III,avL, V1, V2,V3
b. P wave Inverted (selain diavR) : Ectopic atrial, irama dari AV nodal.
c. Gelombang P tinggi : Right Atrial hypertrophy atau atrial dilatasi.
d. Gelombang P lebar (lebih dari 12 sec) : Left atrial hipertrophy
e. P Waves absent : Sinoatrial node block, irama dari AV Nodal.
4. Interval PR
Normal Interval PR adalah 0,12 0,20 detik. Perhatikan apakah Interval PR memanjang
atau memendek dari ukuran normal
a. Normal : Interval 0,12 to 0,20
b. Prolonged PR interval : AV Node Block
c. Shortened PR Interval : Wolf-Parkinson-White Syndrome (WPW Syndrome)

5. Durasi atau Lebar gelombang QRS


Normal durasi QRS adalah 0,06 0,12 detik. Perhatikan amplitudo gelombang R dan S
Normal : duration : Limb leads (I,II,III) : 0,05 to 0,10 Pericordial leads (VI to V6) : 0,06
to 0.12
QRS melebar (lebih 0,12) : Konduksi abnormal pada atrioventrikular
QRS amplitude rendah (<5 mm pada limb leads) : pericardial Effusion
QRS amplitude tinggi : evaluasi adanya left ventricular Hypertrophy

6. Segment ST-T dan Q Pathologis


Penilaian ini untuk melihat adanya masalah miokard jantung, baik iscemic maupun infark
acut. Normal segment ST adalah isoelektris, bila berada diatas garis isoelektris dikatakan
segment ST elevasi dan bila berada dibawah garis isoelektris disebut segment ST depresi.
Normal Gelombang Q tidak lebih dari 1/3 gelombang R. Bila ada gelombang Q yang
lebih dari 1/3 R pada lokasi lead yang telah ditentukan maka dikatakan sebagai kondisi
Old Infark atau Necrosis.
7. Hipertrofi
Menilai adanya hipertrofi atrium kiri maupun kanan dan ventrikel kiri maupun ventrikel
kanan
8. Menentukan aksis jantung
Axis normal berada antara -30o sampai +110o lebih dari -30o disebut Axis LAD lebih dari
+110o disebut Axis RAD dan lebih dari +180o disebut Axis Eksterm RAD.

XI. Contoh Interpretasi EKG Strip


1. Bradikardia Sinus
SINUS BRADYCARDIA
Bradikardia sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis,
peningkatan tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI). Bradikardi sinus juga
dijumpai pada olahragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang
mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan hipoendokrin
(miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada
hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA.
Berikut adalah karakteristik Bradikardia
a. Irama : reguler
b. Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per menit
c. Gelombang P : Tinggi, Lebar dan Morfologi: normal, Ratio P: QRS = 1:1
d. Interval PR normal : 0,12 sampai 0,20
e. Kompleks QRS : biasanya normal
f. Hantaran : biasanya normal
Semua karakteristik brakikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali
frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan perubahan
hemodinamika yang bermakna yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan),
angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk meningkatkan
frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan oleh stimulasi vagal
(stimulasi saraf vagal) seperti jongkok saat buang air besar atau buang air kecil,
penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih lanjut. Bila
pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis harus dihentakin. Obat pilihan
untuk menangani bradikardia adalah atropine. Atropine akan menghambat stimulasi
vagal, sehingga memungkinkan untuk terjadinya frekuensi normal.
2. Takikardia Sinus
SINUS TACHYCARDIA
Takikardia sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam,
kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan
hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Pola EKG takikardia sinus adalah sebagai berikut :
a. Irama : Reguler
b. Frekuensi : 100 sampai 150 denyut permenit
c. Gelombang P : Tinggi, Lebar dan Morfologi: normal, Ratio P: QRS = 1:1
d. Interval PR normal
e. Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal
f. Hantaran : Biasanya normal
Sama aspek takikardia sinus sama dengan irama sinus normal kecuali
frekuensinya. Tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher, mungkin
efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat membantu
menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu
pengisian diastolic menurun, mengakibatkan penurunan curah jantung dan kemudian
timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila frekuensi tetap tinggi dan jantung
tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat
mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardi sinus biasanya diarahkan untuk menghilangkan
penyebabnya. Propanolol dapat dipakai untuk menurunkan frekuensi jantung secara
cepat. Propanolol dapat dipakai untuk menurunkan frekuensi jantung secara cepat.
Propanolol menyekat efek serat adrenergic, sehingga memperlambat frekuensi.
3. Sinus Arritmia
SINUS ARRHYTMIA

Kriterianya adalah :
a. Irama tidak teratur
b. Gelombang P : Tinggi, Lebar dan Morfologi: normal, Ratio P: QRS = 1:1
c. Interval PR : Normal (0,12 0,20 detik)
d. Gelombang QRS : Normal (durasi 0,06 0,12 detik)

XII. Contoh Interpretasi EKG 12 LEAD

Sebelum membaca EKG 12 Lead, sebaiknya hasil EKG diidentifikasi dahulu


apakah hasil perekaman tersebut sudah memenuhi syarat untuk dibaca karena benar cara
perekaman, benar pasien, benar waktu perekaman (pada pasien yang dilakukan serial
EKG). Pada EKG diatas interpretasi EKG Strip dibaca pada Lead II,
a. Irama : Tidak teratur
b. Heart Rate : 110x/menit
c. Gelombang P : Tinggi 0,2 mV, Lebar : 0,06 det, Morfologi sama dalam satu
lead, Ratio 1:1
d. P R interval : 0,12 detik
e. QRS Duration : 0,04 detik
f. Axis : 30 derajat normal
g. ST T Segmen : Semua lead isoelektris
h. Q Pathologis : tidak ditemukan
i. Hiperthrofi : tidak ditemukan

Anda mungkin juga menyukai