Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi adanya dan
lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada infark miokard akut dapat memprediksi
ukuran infark , responnya terhadap terapi reperfusi, dan memperkirakan prognosis dari
pasien. Distorsi terminal komplek QRS pada infark miokard akut inferior adalah jika J-point
dibandingkan dengan tingginya gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih
sadapan inferior (sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan bahwa adanya distorsi
QRS awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian high-degree AV block. Walaupun
sebagian besar bersifat transien, high-degree AV block berhubungan dengan peningkatan
angka kematian selama perawatan di rumah sakit, meskipun pasien mendapat terapi
trombolitik. Bahan dan Cara Kerja : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional
terhadap pasien infark miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik periode
Januari 2000 sampai dengan Desember 2004 yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan
Kita, yang memenuhi kriteria inklusi dan a ksklusi. Pasien dikelompokkan menjadi 2 bagian
yaitu dengan distorsi QRS dan tanpa distorsi QRS. Hubungan antara dua variabel dinilai
dengan uji t dan chi-square, serta analisis multivarian dengan logistic regression. Hasil
Penelitian : Terdapat 186 subyek penelitian dengan rentang umur 37-72 tahun, lebih banyak
pada laki-laki (89%), yang terdiri dari 93 pasien dengan distorsi QRS dan 93 pasien tanpa
distorsi QRS. Tidak didapatkan perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua
kelornpok. Dui analisis univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki jumlah deviasi
segmen ST yang lebih tinggi (9,61±3,67 vs 7,76±3,53, p=0,001), dan mengalami kegagalan
terapi trombolitik yang lebih besar (74,2% vs 60,2%, p=0,042).

2. RUMUSAN MASALAH
 Mengetahui pengertian ekg dan manfaat ekg
 Mengetahui anatomo struktur konduksi jantung
 Mengetahui vektor jantung
 Mengetahui gelombang,interval, dan segmen jantung
 Mengetahui pembentukan gelombang EKG

1
3. TUJUAN
Agar mahasisw dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan elektrokardiogram ( EKG )
dan fungsi alat tersebut serta hal – hal lain yang berhubungan dengan elektrokardiogram
(EKG ). Dan untuk mengetahui konsep dasar EKG serta untuk memenuhi tugas perkuliahan
pada mata kuliah btcls (Basic Trauma Cardiac Life Support) mengenai konsep dasar
elektrokardiogram (EKG)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian elektrokardiograf

Elektrokardiograf (EKG) adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur/mendeteksi


kondisi jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak jantung. Untuk mengukur
detak jantung, elektrode-elektrode dari elektrokardiograf ditempatkan ke dada pasien.
Elektrode mendeteksi turun-naiknya arus listrik jantung dan mengirimnya ke
elektrokardiograf, yang merekam perubahannya sebagai bentuk gelombang pada gulungan
kertas yang bergerak. Rekaman hasil pengukuran ini disebut elektrokardiogram. Setiap
kontraksi, otot jantung menghasilkan impuls kelistrikan dalam bentuk gelombang sinusoidal
(bentuk gelombang pada gerak harmonis) yang ditampilkan pada layar elektrokardiograf.

B. Manfaat elektrokardiograf

Sebagai nilai diagnostic pada keadaan klinis berikut:

1. Aritmia jantung.
2. Hipertropi atrium dan infark myocard.
3. Efek obat terutama digitalis dan aritmia.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit.
5. Penilaian fungsi jantung.

C. Anatomi struktur dan fungsi sistem konduksi jantung


Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang mengantarkan aliran listrik dan
memiliki sifat- sifat khusus yaitu :
a. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan listrik secara spontan
b. Ritmisasi : pembentukan implus yang teratur
c. Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan implus
d. Daya rangsang : kemampuan untuk berinteraksi terhadap rangsangan

Berdasarkan sifat tersebut maka secara spontan dan teratur jantung menghasilkan implus-
implus yang di salurkan melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung dan bisa

3
menimbulkan konduksi. Bila sistem konduksi berfungsi normal, maka atrium berkontraksi
sekitar 1/6 detik lebih dulu dari kontraksi ventrikel sehingga memungkinkan pengisian ekstra
pada ventrikel sebelum ventrikel ini memompa darah ke sirkulasi sistemik.
Pacemaker adalah sesuatu / unit yang dapat menghasilkan implus listrik secara terus
menerus, teratur dan automatis. Dalam hal ini pacemaker asli dalam jantung disebut sebagai
real pacemaker. Real pacemaker bekerja sebagai pembentuk implus (generator) dan
penghantar implus (pathways).
1. Pembentuk implus (generator)
a. Sinus atrial node (SA node)
b. Atrioventicular node ( AV node)
c. Serabut purkinje (fiber purkinje)
2. Penghantar implus
a. Internodal atrium
b. His bundle
c. Right bundle branch (RBB)
d. Left bundle branch (LBB)

I. SA node
Merupakan kepingan otot khusus tipis dan berbentuk elip dengan lebar kira-kira 3 mm,
panjang 15 mm, dan tebalnya 1 mm, terletak dalam dinding lateral posterior dari atrium
kanan tepat disebelah bawah dan sedikit lateral dari lubang vena cava superior. Ukuran
diameter tiap-tiap serabut dari nodus ini adalah 3-5 mikron. Serabut otot atrium 15-20
mikron. Serabut SA melanjutkan diri bersama sama serabut atrial sehingga tiap potensi aksi
yang dimulai didalam nodus SA akan segera menyebar ke dalam atrium.

4
Nodus SA berfungsi sebagai pemacu jantung normal karna mempunyai kecepatan
otomatis yang tercepat yaitu 60-100 x/menit. Dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Diperdarahi 55% dari RCA dan 45% dari LCX. Disebut pemacu alami karena
secara teratur mengeluarkan aliran listrik / implus yang kemudian menggerakkan jantung
secara otomatis.
II. Traktus internodus
Ujung serat-serat nodus SA bersatu dengan serat-serat otot atrium disekelilingnya, dan
potensial aksi yang berasal dari nodus SA akan menjalar keluar dan masuk ke dalam serat-
serat ini. Dengan cara inilah potensial aksi aksi akan menyebar keseluruh masa otot atrium
dan akhirnya ke nodus AV.
Traktus internodal terdiri dari :
1) Anterior internodal track ( Bachman)
Meninggalkan SA node secara langsung kearah depan dan melingkar sekitar vena
cava superior wall dari RA. Terdiri dari 2 berkas fiber, satu masuk ke LA dan satu
lagi masuk ke bagian anterior dari septum interatrium dan turun menyilang disamping
pangkal aorta masuk ke anterior superior sisi AV node.
2) Middle internodal track ( tengah)
Meninggalkan SA node dibagian posterior mengitari bagian posterior dari VCS dan
sepanjang posterior dari septum interatrium dan masuk ke bagian posterior dari sisi
AV node.
3) Posterior internodal track
Meninggalkan SA node di bagian posterior mengitari bagian crista terminalis dan area
custachman dan masuk ke bagian posterior dari sisi AV node. Ketiga cabang tersebut
bertemu menjadi satu fiber yang disebut AV node.
III. AV node
Nodus AV terletak diatas sinus coronarius pada dinding posterior atrium kanan tepat di
belakang katup trikuspidalis dan berdekatan dengan pembukaan sinus coronarius, lebar 3
mm. Sel- sel dalam AV node mengeluarkan implus lebih rendah dari SA node yaitu 40-60 x/
menit. Fungsi AV junction memperlambat konduksi ke AV node.
Keuntungan : kontraksi atrium dan ventrikel tidak bersamaan tetapi berurutan dan
memberi kesempatan atrium untuk menyelesaikan kontraksi nya hingga pengisian ventrikel
lebih baik.
IV. Bundle His

5
Adalah sekelompok serabut yang pendek, terletak dibagian dasar AV node dengan cabang
berkas HIS, mempunyai diameter 2 mm dan panjang 10 mm.
Sistem bundle branch merupakan lanjutan dari bundle his yang bercabang menjadi 2
yaitu:
1) Right bundle branch (RBB)
Berkas serabut ini menyusuri bagian sebelah kanan dari septum intraventrikel dan
dibagian distalnya terbagi 3 ( anterior, lateral, posterior). Lokasinya ada dibagian RV,
dan bagian tengah distal dari septum intraventrikel.
2) Left bundle branch
Terdiri menjadi 3 fesikuler :
 Paling proksimal adalah left posterior fesikuler, berkas serabutnya menyusuri
dan mengkonduksi implus dari bagian posterior dan inferior permukaan
endocard dari LV, panjang 20 mm, dan tebal 6 mm.
 Left anterior fesikuler, berkas serabutnya menyusuri dan mengkonduksi
implus dari anterior dan superior permukaan endocard dari LV, panjang 25
mm dan tebal 3 mm.
 Left septal fesikuler, merupakan beberapa serabut muncul dari serabut LAF,
lokasinya menyusuri bagian kiri septum interventrikel dimana mengkonduksi
bagian anterior superior dari septum interventrikel. RBB dan LBB panjang 45-
50 mm, dan lebar 1mm.
V. Serabut purkinje
Serabut purkinje terletak di dalam endokardium dan merupakan akhir dari perjalanan
impuls listrik untuk disampaikan ke endokardium agar terjadi depolarisasi di kedua ventrikel.
Serabut purkinje secara normal mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per menit.

D. Elektrofisiologi sel otot jantung


Aktifitas listrik jantung merupakan aktifitas perubahan permeabilitas membran sel yang
memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membran. Dengan masuknya ion-ion ini maka
muatan listrik sepanjang membran mengalami perubahan relatif.
Ada 3 ion yang mempunyai fungsi sangat penting dalam elektrofisiologi sel yaitu:
 Kalium
 Natrium
 Kalsium

6
Sel otot jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian
dalamnya bermuatan negatif.
Ada 3 macam saluran ion membran yang menyebabkan perubahan voltage potensial aksi
yaitu :
 Saluran cepat natrium
 Saluran lambat natrium kalsium
 Saluran kalium
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion-ion natrium dengan
cepat dari cairan luar sel ke dalam sel. Sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi
lebih positif dibandingkan diluar sel. Proses terjadnya perubahan muatan akibat rangsangan
disebut DEPOLARISASI. Proses terjadinya pengembalian muatan ke keadaan semula disebut
REPOLARISASI. Seluruh aksi disebut AKSI POTENSIAL.
Aksi potensial terdiri dari 5 fase :
a. Fase istirahat
Pada keadaan istirahat sel jantung memperlihatkan suatu perbedaan potensial
listrik atau voltage membran sel. Bagian dalam sel relatif negatif sedangkan bagian
luar sel relatif positif, dengan demikian sel tersebut mengalami polarisasi. Perbedaan
ini timbul akibat permeabilitas relatif dari membran sel terhadap ion-ion disekitarnya,
terutama ion natrium dan kalium yang bermuatan positif. Dalam keadaan istirahat
membran sel lebih pemeable terhadap kalium dibandingkan natrium. Karena itu
sejumlah kecil ion kalium merembes keluar sel dari daerah yang mempunyai kadar
kalium tinggi menuju cairan ekstra sel dimana keadaan kalium lebih rendah. Dengan
hilangnya ion kalium yang bermuatan positif dari dalam sel maka muatan listrik
bagian dalam sel tersebut relatif negatif.
b. Depolarisasi lengkap
Depolarisasi sel adalah akibat permeabilitas membran terhadap natrium sangat
meningkat. Natrium yang terdapat diluar sel mengalir cepat masuk kedalam sel
melalui saluran cepat didorong oleh perbedaan kadar natrium itu sendiri. Masuknya
ion natrium yang bermuatan positif mengubah muatan negatif disepanjang membran
sel. Bagian luar sel menjadi negatif sedangkan bagian dalam sel menjadi positif.
c. Repolarisasi parsial
Setelah depolarisasi maka terjadi sedikit perubahan mendadak dari kadar ion
dan timbul suatu muatan listrik relatif. Tambahan muatan negatif di dalam sel itu
menyebabkan muatan positif berkurang. Menyebabkan sebagian dari sel itu

7
mengalami repolarisasi. Fase ini diduga mencerminkan inaktivasi mendadak saluran
cepat dari ion natrium yang memungkinkan terjadinya influks cepat ion natrium
positif.
d. Plateu
Selama fase ini tidak terjadi perubahan muatan listrik melalui membran sel.
Jumlah ion positif yang masuk dan yang keluar berada dalam keadaan seimbang.
Plateu disebabkan oleh aliran ion kalsium ke dalam sel secara perlahan-lahan dan
dibantu oleh gerakan natrium kedalam sel melalui saluran lambat. Sedikit demi sedikit
gerakan muatan positif ke dalam sel di imbangi oleh gerakan ion kalium keluar.
e. Repolarisasi cepat
Selama repolarisasi cepat maka aliran muatan kalsium dan natrium kedalam sel secara
lambat di inaktifkan dan permeabilitas membran terhadap kalium sangat meningkat.
Kalium keluar dari sel, dengan demikian mengurangi muatan positif di dalam sel.
Bagian dalam sel akhirnya kembali ke keadaan yang relatif positif. Distribusi ion pada
keadaan istirahat dipulihkan melalui kegiatan kontinyu pada pompa natrium kalium
yang dengan aktif memindahkan kalium ke dalam sel dan natrium keluar sel.

E. Vektor jantung
Penyebaran eksitasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan efisien.
Penyebaran ini dimulai dengan adanya potensial aksi secara spontan pada simpul SA.
Potensil aksi berjalan dengan cepat menyebardi kedua atrium. Penyebaran implus tersebut
dipermudah oleh dua jalur penghantar yaitu jalur antar atrium (serabut bachman) dan jalur
antar nodus (traktus internonal).
Dengan jalur antar nodus, implus kemudian menyebar ke berkas AV, yaitu satu satunya
titik tempat potensial aksi dapat menyebar dari atrium ke dalam ventrikel. Akan tetapi karena
susunan khusus sistem penghantar dari atrium ke ventrikel, terdapat perlambatan yang lebih
dari 1/10 detik antara jalan implus jantung dari atrium kedalam ventrikel.
Penyebab melambatnya penghantaran implus tersebut dikarenakan tipisnya serat di
daerah ini. Perlambatan itu sendiri merupakan mekanisme komunikasi antar sel yang
mempermudah konduksi implus. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului
ventrikel untuk memompakan darah kedalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang
sangat kuat. Jadi, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel, dan ventrikel
kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular.
Dari nodus AV,potensial aksi menyebar cepat keseluruh ventrikel, diperlancar oleh sistem

8
penghantar ventrikel khusu yang terdiri dari berkas His dan serat-serat purkinje. Pada bagian
ventrikel ada beberapa pendapat mengenai arah vektor, tetapi intinya arah vektor pertama
diventrikel menuju kearah anterior, dengan waktu yang sangat singkat, kemudian menuju
septal, lateral sampai ke posterior.
Dari perjalanan vektor tersebut maka satu lead sandapan akan terbentuk komplek QRS
yang lengkap atau hanya sebagian saja. Secara normal dan singkat arah vektor dapat
disimpulkan seperti sumbu jantung yaitu kekiri dan kebawah.

F. Hubungan Sistem Konduksi dengan Gelombang EKG


Sistem konduksi listrik jantung (nodus SA, nodus AV, His, dan serabut purkinje) secara
sistematis mampu menghasilkan gelombang elektrokardiografi dan menggerakkan jantung
untuk melakukan kontraksi.
Ketika satu impuls dicetuskan oleh nodus SA, listrik lebih dulu menjalar di kedua atrium
dan terjadilah depolarisasi. Selanjutnya, akan menghasilkan gelombang P pada rekaman
EKG. Oleh karena potensial listrik akibat repolarisasi atrium lebih rendah daripada
depolarisasi atrium, gelombang repolarisasi pada atrium tampak pada rekaman EKG.
Selanjutnya, listrik yang sudah ada di atrium meneruskan penjalaran (konduksi) ke nodus
AV, His, LBB dan RBB, dan berakhir di serabut purkinje. Sesampainya di serabut purkinje,
impuls listrik mendepolarisasi otot-otot di kedua ventrikel yang lebih lanjut akan
menghasilkan kontraksi kedua ventrikel. Peristiwa terjadinya depolarisasi pada kedua
ventrikel ini menghasilkan gelombang QRS dan munculnya gelombang T merupakan akibat
terjadinya peristiwa repolarisasi ventrikel.

G. Kertas EKG
Gelombang-gelombang yang timbul akibat depolarisasi dan repolarisasi miokardium itu
akan direkam pada kertas EKG dan, seperti halnya setiap macam gelombang lainnya,
mempunyai tiga sifat utama, yakni:
1. Durasi, diukur dalam seperbagian detik
2. Amplitudo, diukur dalam milivolts (mV)
3. Konfigurasi, merupakan kriteria yang lebih subjektif sehubungan dengan bentuk dan
gambaran sebuah gelombang.
Kertas EKG didesain dengan bentuk khusus yang masing-masing dibuat bergaris-
garis membentuk sebuah kotak yang sama sisi. Masing-masing kotak terdiri atas kotak
berukuran kecil ditandai garis tipis dan kotak besar bergaris tebal. Garis tipis membatasi

9
kotak-kotak kecil seluas 1 mm X 1 mm; garis tebal membatasi kotak besar seluas 5 mm X 5
mm.
Sumbu horisontal mengukur waktu. Jarak satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Jarak
satu kotak besar adalah lima kali lebih besar, atau 0,2 detik. Sumbu vertikal mengukur
voltage. Jarak satu kotak kecil adalah sebesar 0,1 mV, dan satu kotak besar adalah sebesar 0,5
mV.

H. Penamaan Gelombang, Interval, dan Segmen pada EKG


a. Gelombang P
Gelombang P merupakan gelombang awal hasil depolarisasi di kedua atrium.
Normalnya kurang dari 0,12 detik dan tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 0,3 mV.
Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke atas) di semua sadapan
dan selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di sadapan aVR. Akan tetapi, kadang-
kadang ditemukan defleksi negatif di sadapan V1 dan hal ini merupakan sesuatu yang
normal. Sadapan III, yang juga merupakan salah satu sadapan inferior, terletak sedikit
berbeda. Sadapan berada di paling kanan (sudut orientasinya + 120 derajat) di antara
sadapan-sadapan inferior dan sebenarnya terletak hampir tegak lurus terhadap aliran
atrium. Jadi dapat diramalkan bahwa sadapan III seringkali merekam gelombang P
bifasik.
Masa Jeda memisahkan Atrium dari Ventrikel
Pada jantung sehat, ada sebuah pintu gerbang listrik pada persambungan antara atrium
dan ventrikel. Gelombang depolarisasi, yang telah menyelesaikan penrjalanannya melalui
atrium, sekarang akan menemui suatu sawar (barrier). Di tempat tersebut, suatu struktur
yang disebut nodus atrioventrikular (AV) yang akan memperlambat konduksi sampai
menjadi lambat sekali. Masa istirahat ini hanya berlangsung selama seper detik.
Perlambatan konduksi yang fisiologik ini berguna untuk mempermudah atrium
menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi. Pemasangan kabel
jantung yang rapi ini memungkinkan atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke
dalam ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi.
b. Kompleks QRS
Kompleks QRS merupakan gelombang kedua setelah gelombang P, terdiri atas
gelombang Q-R dan/ atau S. gelombang QRS merupakan hasil depolarisasi yang terjadi
di kedua ventrikel yang dapat direkam oleh mesin EKG. Secara normal, lebar kompleks
QRS adalah 0,06-0,12 detik dengan amplitudo bervariasi bergantung pada sadapan.

10
c. Gelombang Q
Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif setelah gelombang P. secara
normal, lebarnya tidak lebih dari 0,04 detik. Bila lebarnya melebihi nilai normal,
dinamakan Q patologis.
d. Gelombang R
Gelombang R merupakan gelombang defleksi positif (ke atas) setelah gelombang P
atau setelah Q. Gelombang ini umumnya selalu positif di semua sadapan, kecuali aVR.
Penampakannya di sadapan V1 dan V2 kadang-kadang kecil atau tidak ada, tetapi hal ini
masih normal.
e. Gelombang S
Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif (ke bawah) setelah gelombang
R atau gelombang Q. secara normal, gelombang S berangsur-angsur menghilang pada
sadapan V1-V6. gelombang ini sering terlihat lebih dalam di sadapan V1 dan aVR, dan
ini normal.
f. Gelombang T
Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua ventrikel.
Normalnya, positif (ke atas) dan interved (terbalik) di aVR. Gelombang T yang interved
selain di aVR merupakan indikasi adanya iskemia miokard. Gelombang T yang runcing
di semua sadapan dapat membantu menegakkan adanya hiperkalemia, sedangkan
gelombang T yang tinggi pada beberapa sadapan tertentu dapat menunjukkan adanya
hiperakut T yang merupakan tanda awal sebelum infarl miokard terjadi.
g. Gelombang U
Gelombang U merupakan gelombang yang muncul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Umumnya merupakan suatu kelainan akibat hipokalemia.
h. Interval PR
Interval PR adalah garis horizontal yang diukur dari awal gelombang P hingga awal
kompleks QRS. Interval ini menggabarkan waktu yang diperlukan dari permulaan
depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls
listrik dari nodus SA menuju serabut purkinje, dan normalnya 0,12-0,20 detik.
i. Interval QT
Interval QT merupakan garis horizontal yang diawali dari gelombang Q sampai akhir
gelombang T. interval ini merupakan waktu yang diperlukan ventrikel dari awal
terjadinya depolarisasi sampai akhir repolarisasi. Batas normal interval QT pada laki-laki
berkisar antara 0,42-0,44 detik, sedangkan pada wanita berkisar antara 0,43-0,47 detik.

11
j. Segmen ST
Segmen ST merupakan garis horizontal setelah akhir QRS sampai awal gelombang T.
segmen ini merupakan waktu depolarisasi ventrikel yang masih berlangsung sampai
dimulainya awal repolarisasi ventrikel. Normalnya, sejajar garis isoelektrik. Segmen ST
yang naik di atas isoelektrik dinamakan elevasi dan yang turun di bawah isoelektrik
dinamakan ST depresi. ST elevasi dapat menunjukkan adanya suatu infark miokard dan
ST depresi menunjukkan adanya iskemik miokard.

I. Sadapan Pada EKG


Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap
jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung
dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap
kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif.
Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan bipolar (I, II, III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode.
Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping).
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung
melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA
(left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini aka
dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
1. Sadapan I. sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang
dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung
bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
2. Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60
derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat
oleh sadapan II.
3. Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat
bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar

12
positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung
dapat dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini
terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas .
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada
ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode
indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan
menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vektor dari
sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah
vertikal.
 Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA
yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent
sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri).
Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
 Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian,
bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh
sadapan aVF.
 Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA
yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga
listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat
(ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang
jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati
adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut
pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari

13
penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara
horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin
EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri

J. Letak Jantung Dipandang Dari EKG


Dengan melihat kembali sudut-sudut yang dihasilkan dari sadapan bipolar dan unipolar
pada bahasan sebelumnya, kita akan mudah menentukan bagian-bagian dari lokasi jantung
dan menganalisis letak kerusakan dinding miokard secara sistematis.
Pembagian letak ini berguna dalam mendiagnosis adanya infark dan blok pada cabang berkas
yang akan diuraikan pada bahasan selanjutnya. Secara universal, jantung dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu inferior, anterior, septal, lateral, ventrikal kanan, dan
posterior. Pembagian letak ini disesuaikan dengan sudut yang dihasilkan oleh sadapan bipolar
dan unipolar pada mesin EKG.
Sudut pandang yang dihasikan dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas
menghasilkan sudut pandang secara vertical ke atas-bawah dan samping. Pembagian jantung
yang dihasilkan dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, antara lain jantung bagian
inferior (II, III dan aVF) serta lateral (I dan aVL). Di sisi lain, hasil sadapan unipolar
prekordial memberikan sudut pandang secara horizontal ke depan dan ke samping.
Letak-letak sadapan unipolar prekordial V1-V6 yang meliputi jantung bagian anterior (V3-
V4), septal atau septum ventrikel (V1-V2), dan lateral (V5-V6). Sudut pandangnya sesuai
lokasi penempatan masing-masing sadapan.

K. Pembentukan Gelombang EKG


Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di
atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di
aVR yang menjauhi arah arah aVR sehingga defleksinya negative. Setelah dari atrium, listrik
menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi

14
depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di
aVR.
Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi.
Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan,
kecuali di aVR. (F. Sangadji)

15
BAB IV
PENUTUP
1.KESIMPULAN
1. Elektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan
Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
2. Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat diterapkan pada setiap EKG. Setiap
EKG harus didekati dengan cara berurutan, terutama kalau seorang perawat yang masih baru
di bidang ini, sehingga tidak ada hal penting yang terlewatkan. Kalau perawat semakin
banyak mengenal,membaca kardiogram, hal yang pada mulanya mungkin tampak terpaksa
dan secara mekanik akan memberikan keuntungan besar dan akan segera menjadi seperti
kebiasaan.
3. Gelombang P;gambaran proses depolarissi atrium.
Gelombang QRS;gambaran proses depolarisasi ventrikel Gelombang T;gambaran
proses repolarisasi ventrikel.Gelombang U;timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Interval PR;diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS.

2. SARAN
1. Dengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar
bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru betul-betul
muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
2. Guna dalam pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di
mana pun Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari
berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar tentang
EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk
mempraktekannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://finivertysia.blogspot.com/2013/10/makalah-ekg.html?m=1
international jurnal of arrithmia volume issue 2017
international jurnal of cardio
buku btcls 2015

17

Anda mungkin juga menyukai