Disaster Management
1. Manajemen Bencana
a. Pengertian
Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya
termasuk berbagai macam kegiatan yang memenfaatkan kemampuan dari
kebijakan pemerintah, kemampuan komunitas dan individu untuk menyesuaikan
diri dalam rangka meminimalisir kerugian. Tujuan manajemen bencana pada
berbagai fasilitas kesehatan medis adalah memelihara lingkungaan yang aman dan
terus memberikan pelayanan dasar pada saat bencana (Japanese Red Cross
Society & PMI, 2009, p. 13).
b. Tujuan
Menurut Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan:
1) Mengurangi, atau mencegah kerugian karena bencana
2) Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban
bencana, dan
3) Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.
3) Contract-expand model
Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen
bencana
(emergency, relief, rehabilitation,reconstruction, mitigation, preparedness,
dan early warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan
bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat
bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief) sementara
tahap yang lain sepertirehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang
ditekankan.
Menurut Kim dan Proctor 2002, dalam Veneema (2007), ada lima fase dasar
untuk program manajemen bencana, dan masing-masing fase memiliki kegiatan
khusus yang terkait dengan itu.
1) Fase Preparedness
Mengevaluasi kerentanan fasilitas atau kecenderungan pada bencana. Isu-
isu yang perlu dipertimbangkan termasuk: pola cuaca, lokasi geografis, kondisi,
dan lokasi fasilitas, dan industry didekat rumah sakit (misalnya, pembangkit listrik
nuclear atau pabrik kimia).
Preparedness adalah merencanakan bagaimana menanggapi bencana.
Contoh: merencanakan kesiagaan; latihan keadaan darurat, system peringatan.
Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian
bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang
kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk
mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika
situasi telah aman.
Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan
pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu
jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi
fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi non
struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman
terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur) (Seni,
2011). Kegiatan fase Preparedness/kesiapsiagaan adalah sebagai berikut:
a) Pengkajian terhadap kerentanan
b) Membuat perencanaan (pencegahan bencana)
c) Pengorganisasian
d) Sistem informasi
e) Pengumpulan sumber daya
f) Sistem alarm
g) Mekanisme tindakan
h) Pendidikan dan pelatihan penduduk
i) Gladi resik
2) Fase Mitigasi
Langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi dampak negatif yang
diakibatkan oleh bencana dan dapat dianggap sebagai tindakan pencegahan.
Contoh kegiatan mitigasi termasuk instalasi dan pemeliharaan generator listrik
cadangan untuk mengurangi dampak dari kegagalan daya atau staff pelatihan
untuk melakukan tugas-tugas lain untuk keadaan darurat.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan
memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti
membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta
memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor,
penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah
bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui
melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan
masyarakat dan pemerintah daerah (Seni, 2011).
3) Fase Respon
Fase respon adalah perencanaan implementasi actual bencana.
Perencanaan respon terhadap pencariaan dan penyelamatan korban sangat baik
menggunakan Incident Command System (ICS). Kegiatan respon perlu terus
dipantau dan disesuaikan dengan perubahan situasi. Tindakan fase respon dapat
berupa sebagai berikut:
a) Instruksi pengungsian
b) Pencariaan dan penyelamatan korban
c) Menjamin keamanan di lokasi bencana
d) Pengkajian terhadap kerugiaan akibat bencana
e) Pembagiaan dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat
f) Pengiriman dan penyerahan barang material
g) Penyediaan tempat pengungsian dan lain-lain
4) Fase Recovery
Setelah insiden itu berakhir, organisasi dan staff perlu untuk memulihkan
kondisi kembali. Layanan yang telah terganggu dan membutuhkan waktu untuk
kembali rutinitas. Pemulihan biasanya lebih mudah jika segera dilakukan pada
saat respon, beberapa staf ditugaskan untuk mempertahankan layanan penting,
sementara yang lain ditugaskan untuk tanggap bencana.
Menurut Seni (2011), Secara garis besar, kegiatan-kegiatan utama pada tahap ini
antara lain, mencakup:
5) Fase Evaluasi
Sering disebut fase perencanaan dan tanggap bencara. Setelah bencana,
karyawan dan masyarakat kembali ke rutinitas biasa. Penting bahwa evaluasi
resmi dilakukan untuk menentukan apa yang baik, suatu yang diidentifikasi.
Individu tertentu harus dilakukan evaluasi dan kegiatan tindak lanjut.
Menurut Japanese Red Cross Society & PMI (2009), bencana dibagi mejadi 4 fase
yaitu:
BNPB. 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana, diunduh dari www.bnpb.go.id/upload/pubs/1.pdf
Effendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Japanese Red Cross Society & PMI. (2009). Keperawatan Bencana. Banda Aceh: Forum
Keperawatan Bencana
Seni, W. (2011). Siklus manajemen bencana. Diakses pada tanggal 18 November 2013
pukul 22.35 WIB dari
Veenema, T.G. (2007 ). Disaster nursing and emergency preparedness for chemical,
biological, and radiological terorisme and other hazard ( 2 nd ed ). New York :
Springer Publishing Company.
Zailani. 2009. Keperawatan Bencana. Banda Aceh: Forum Keperawatan Bencana
(http://bakauhijau.wordpress.com/author/wildansenist/page/5/)
(http://endrosambodo1984.wordpress.com/2012/04/18/manajemen-bencana/)
(http://www.ptsd.va.gov/professional/pages/handouts-pdf/Reactions.pdf, diakses 19
november 2013)