Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang
sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan
perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif
dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya
sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit
sistemik, dan luka bakar. Semua penyebab tersebut menimbulkan efek yang
berbeda pada kulit, misalnya bengkak, kemerahan, makula, papula, pustula,
bula, hingga ulkus atau disebut luka (Arisanty, 2013). Luka merupakan suatu
keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh trauma,
operasi, vaskuler, tekanan dan keganasan (Ekaputra, 2013).
Berdasarkan waktu dan lamanya, luka dapat dibagi menjadi luka akut dan
kronik yang keduanya dapat beresiko terkena infeksi. Luka akut memiliki
serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al.,
1994). Salah satu contoh luka akut adalah luka bakar. Pada luka kronik, waktu
penyembuhannya tidak dapat diprediksi dan dikatakan sembuh jika fungsi dan
struktural kulit telah utuh. Jenis luka kronik yang paling banyak adalah luka
dekubitus, luka diabetikum dan luka kanker.
Perawatan luka merupakan asuhan keseharian perawat di bangsal,
terutama pada ruang perawatan bedah. Saat ini telah berkembang pelayanan
kesehatan atau perawatan yang dilakukan dirumah (home care). Home care
terus menjadi salah satu bidang keperawatan yang berkembang paling pesat
saat ini. Banyak pasien dari rumah sakit boleh pulang dan melanjutkan
perawatannya di rumah (National Association for Home Care AS, 2011).

1
Banyak orang yang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan
kesehatan dapat membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak
menikmati kehidupan secara optimal yang disebabkan oleh aturan-aturan yang
ditetapkan. Apalagi kasus-kasus penyakit terminal yang dianggap tidak efektif
lagi jika dirawat di institusi pelayanan kesehatan serta keterbatasan
masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit
degeneratif yang memerlukan perawatan relatif lama. Sedangkan lingkungan
di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan
dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan.
Hal tersebut menjadi faktor bahwa perlu dikembangkan pelayanan home care
(Widyanto, 2014).
Perawatan Home care yang sering dilakukan adalah perawatan luka kronis
seperti DM, dikubitus, kanker, dll. Maka dari itu kelompok akan membahas
tentang Perawat Luka Kronis pada Pasien Home care.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas dapat kami paparkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit kronis?
2. Apakah pengertian dari perawatan luka?
3. Apakah konsep umum dari perawatan luka konvensional?
4. Bagaimanakah perawatan luka diabetes melitus pada pasien home care?
5. Bagaimanakah perawatan luka dekubitus pada pasien home care?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit kronis.
2. Untuk mengetahui pengertian dari perawatan luka.
3. Untuk mengetahui konsep umum dari perawatan luka konvensional.
4. Untuk mengetahui perawatan luka diabetes melitus pada pasien home care.
5. Untuk mengetahui perawatan luka dekubitus pada pasien home care.

2
1.4 MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini memberikan kontribusi yang sangat baik untuk
menunjang praktek perawatan luka. Terkaitdengan perubahan profil pasien,
dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik
semakin banyak ditemukan. Sehingga kondisi tersebut biasanya sering
menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan
agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENYAKIT KRONIS


Pada kondisi penyakit kronis, biasanya seseorang akan mengalami
prosesnya secara perlahan, tapi lama-kelamaan menjadi serius dan sangat
berbahaya bagi tubuh. Gejala di awal kerap kali dianggap enteng dan tak
membahayakan tubuh, hanya saja semakin lama gejala bisa semakin
berbahaya dan bahkan banyak pula yang mengancam jiwa.Dalam kondisi
penyakit kronis, penyakit dapat berpotensi diderita seumur hidup dan biasanya
juga akan membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk masa serta proses
penyembuhannya. Penyakit akut bisa juga berubah menjadi kronis apabila tak
segera ditangani ketika gejala sudah nampak. Penanganan yang salah pun bisa
menjadi pemicu perkembangan penyakit akut menjadi kronis (Erlita, 2017).
Menurut Blesky (1990) penyakit kronis adalah penyakit yang mempunyaI
karakteristik yaitu suatu penyakit yang bertahap-tahap, mempunyai perjalan
penyakit yang cukup lama, dan sering tidak dapat disembuhkan. Sedangkan
menurut Adelman & Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit yang
membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secra tiba-tiba atau
spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna.
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya tidak pasti, memilki
faktor resiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan
kerusakan fungsi natau ketidak mampuan, dan tidak dapat di sembuhkan.
Penyakit kronis ini tidak disebabkan oleh infeksi atau pathogen melainkan
oleh gaya hidup, prilaku beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses
penuaan.
Penyakit kronis cendrung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen
yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankanberbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan
organ-organ pengindraan. Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan ttapi dapat
diminimalkan tingkat keparahanya dengan merubah prilaku, gaya hidup dan
pajanan terhadap faktor-faktor tertentu di dalam kehidupan

4
2.2 PERAWATAN LUKA
Perawatan luka merupakan salah satu kompetensi asuhan keperawatan
yang sering dilaksanakan oleh perawat pada setiap lahan praktek keperawatan
(Ekaputra, 2013). Perawatan luka merupakan asuhan keseharian perawat di
bangsal, terutama pada ruang perawatan bedah. Sehingga perawat dituntut
untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan
proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis
(Agustina, 2009).
Luka merupakan cedera pada sistem integument (kulit) lapisan atas atau
bawah yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit dan mengganggu
fungsi fisiologis (Carville, K., 2007).
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia memfokuskan pelayanan yang
bersifat acute care daripada chronic care (Suarjana, 2012). Saat ini telah
berkembang pelayanan kesehatan atau perawatan yang dilakukan dirumah
(home care). Home care terus menjadi salah satu bidang keperawatan yang
berkembang paling pesat saat ini. Banyak pasien dari rumah sakit boleh
pulang dan melanjutkan perawatannya di rumah (National Association for
Home Care AS, 2011). Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat
3407 lembaga kesehatan di rumah yang disertifikasi oleh Medicare di
Amerika Serikat dari desember 1984 sampai dengan desember 2009.
Kebutuhan akan kesinambungan asuhan keperawatan (continuity of care)
dan integrasi home care sebagai komponen penting dalam sistem jaringan
rumah sakit dengan komunitas (hospital - based home care), melalui layanan
home care, klien dengan kondisi pasca akut dan disable atau dengan kondisi
penyakit kronis tidak lagi perlu menjalani hospitalisasi.

5
2.3 KONSEP PERAWATAN LUKA KONVENSIONAL
1. Pengertian Luka Konvensional
Perawatan luka konvensional/tradisional adalah metode perawatan
luka yang dilakukan dengan menggukan balutan luka berdaya serap
kurang dan cairan antiseptik yang sama pada semua jenis luka.
(Maryunani,2013)
2. Prinsip Perawatan Luka Konvensional
Berikut ini diuraikan tentang kelebihan dan kekurangan dari
‘Perawatan Luka Konvensional’;
a. Prinsip-prinsip umum perawatan luka konvensional:
1) Dalam perawatan luka konvensional, perawatan luka sering
menggunakan antiseptik pada luka dengan tujuan untuk menjaga
luka tersebut agar menjadi ‘steril’
2) Bahkan di setiap trolley perawatan luka/kotak obat/ kotak P3K
biasa disediakan antiseptik seperti: hydrogen peroxide, povidone
iodine, rivanol, acetic acid, dan chlorhexidine.
3) Untuk kondisi saat ini berkaitan dengan penggunaan antiseptic
pada luka:
a) Perlu diketahui bahwa antiseptik-antiseptik seperti ini dapat
mengganggu proses penyembuhan dari tubuh kita sendiri.
b) Masalah utama yang timbul adalah antiseptik tersebut tidak
hanya membunuh kuman-kuman yang ada, tetapi juga
membunuh leukosit, yaitu sel darah yang dapat membunuh
bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk
jaringan kulit baru.
4) Dalam metode perawatan luka konvensional, beberapa hal yang
sering terjadi antara lain:
a) Perawatan luka dilakukan sering (sehari 2-3 kali, bahkan lebih)
b) Pasien merasakan nyeri yang sering
c) Perbaikan luka yang lama
d) Perasaan minder pada pasien karena bau

6
5) Tentang penggunaan balutan, dalam perawatan luka konvensional,
terdapat beberapa pendapat, antara lain:
a) Orang percaya bahwa membiarkan luka pada kondisi bersih
dan kering akan mempercepat proses penyembuhan
b) Oleh karena itu, pada perawatan luka konvensional atau orang
yang zaman dahulu lakukan, biasanya luka dibalut dengan
menggunakan kain pembalut/balutan yang tipis, yang
memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mongering
berbentuk ‘scab/koreng’.
c) Dengan adanya luka yang mongering berbentuk ‘koreng’ ini
dianggap bahwa luka telah sembuh.
3. Kelebihan dan Kekurangan Perawatan Luka Konvensional
A. Kelebihan Perawatan Luka Konvensional
1) Mudah di dapat: apotik, toko obat, dan lain-lain.
2) Murah
B. Kekurangan Perawatan Luka Konvensional
1) Sering diganti balutanya
2) Balutan cepat kering
3) Kurang menyerap eksudat, karena absorbsi minimal
4) Beresiko menimbulkan luka baru pada saat penggantian balutan
sehingga dapat merusak sel-sel baru. (Dalam hal ini, dapat
membuat trauma pada luka)
5) Menimbulkan nyeri saat ganti balutan (Dalam hal ini, balutan kuat
melekat pada luka)
6) Tidak mendukung proses lembab
7) Menghambat proses penyembuhan karena sering diganti
8) Resiko terjadi infeksi sangat besar (tidak bisa menghambat kuman)

7
2.4 PERAWATAN LUKA DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolism lemak dan protein (Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin,
2001).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan
dengan morbiditas akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes
merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
2. Klasifikasi Tipe DM
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group:
Classification and Diagnosis of Diabetes Melitus and Other Categories of
Glucosa Intolerance :
a. Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I

8
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
3. Klasifikasi Luka Ganggren
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan, yaitu
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atautanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
4. Manifestasi Klinis DM
a. Diabetes Tipe I
1) Hiperglikemia berpuasa
2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) Keletihan dan kelemahan
4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian)
b. Diabetes Tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
3) Komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)

9
c. Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat
oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal .
Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1) Pain (nyeri)
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (kesemutan)
4) Pulselessness (denyut nadi hilang)
5) Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
1) Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
2) Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
3) Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
4) Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
5. Cara Hindari Luka Ganggren
Seperti beberapa penyakit lainnya, gangren diabetes juga dapat
dihindari. Sebagai pengingat, gangren diabetes banyak terjadi di area
bagian tubuh seputar kaki. Oleh sebab itu, kaki menjadi fokus utama untuk
penyembuhan luka gangren diabetes. Adanya luka yang kecil sekalipun
harus diwaspadai sebab luka dapat menimbulkan infeksi yang merupakan
awal dari proses penyebaran pembusukan ke bagian tubuh lainnya. Jika
berpergian, pastikan kaki beralaskan sepatu atau sandal yang nyaman dan
memiliki bantalan yang agak tebal. Sangat dianjurkan bagi penderita
diabetes untuk tidak menggunakan alas kaki yang ketat, karena hal
tersebut dapat menghambat aliran atau sirkulasi darah yang sebenarnya
sudah cukup terhambat akibat penyakit diabetes yang diderita. Tetapkan
juga jadwal yang rutin untuk menjalani pemeriksaan kadar gula darah

10
untuk memastikan kadar gula darah tidak terlalu tinggi. Jagalah selalu
kebersihan kaki, dan pastikan agar kedua kaki dalam keadaan yang kering
sesaat setelah dibersihkan agar kulit kaki tidak lembab, baik akibat air atau
keringat.
6. Cara Perawatan Pasien DM Di Rumah
Cara perawatan pasien DM di rumah adalah :
a. Minum obat secara teratur sesuai program
b. Diet yang tepat
c. Olahraga yang teratur
d. Kontrol GD teratur
e. Pencegahan komplikasi
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
a. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan
kasa steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera
periksa ke dokter
b. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke
dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
a. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung
/ sikat halus
b. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
c. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat,
kemerahan),bentuk (pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), Suhu
(dingin, lebih panas)
d. Bila kaki kering,o lesi dengan lotion
e. Potong kuku / kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek. Bila kuku
terlalu keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C )
selama 5 menit.
f. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
g. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada
sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan
pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar

11
h. Lakukan senam kaki
i. Jangan biarkan luka sekcil apapu
2.5 PERAWATAN LUKA ULKUS DEKUBITUS
1. Pengertian Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah kerusakan/kematian
kulit yang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada
kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut
mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama.
Luka dekubitus, juga disebut ulkus dekubitus atau luka pada tempat
tidur, adalah area kemerahan, luka, atau ulkus pada kulit di atas
penonjolan tulang. Ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan
yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama
jaringan kulit memerah. Jika sel mati (nekrosis) akibat kurang nutrisi kulit
rusak dan pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring menjadi lebih besar
dan dalam.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian
dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul,
pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang.
Luka dekubitus disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah ke jaringan
yang mengakibatkan iskemia lokal jaringan. Jaringan berada diantara dua
permukaan keras, biasanya antara permukaan tempat tidur dan rangka
tulang. Iskemia lokal bararti bahwa sel kekurangan oksigen & nutrient,
dan sampah metabolism terakumulasi dalam sel. Jaringan menjadi mati
karena anoksia yang terjadi. Akibat lebih lanjut, tekanan yang tidak
berkurang juga dalam waktu lama menyebabkan kerusakan pembuluh
darah kecil.
Dekubitus umum terjadi pada :
a. Pasien Lansia
b. Pasien yang sangat kurus
c. Pasien kegemukan (Obesitas)
d. Pasien yang tak dapat bergerak

12
e. Pasien Inkohtivensia
f. Pasien Lemah
Stadium luka dekubitus antara lain :
a. Dekubitus derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis.
Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan
sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal. Perawatan luka
harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah
bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan
udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi.Dapat
diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang
tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan salep
ini jangan terlalu sering karena malahan dapat
merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus derajat III
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada
bungkus otot dan sering sudah ada infeksi. Usahakan luka selalu
bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar.Balut jangan
terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk
masukknya udara/oksigen dan penguapan.Kelembaban luka dijaga
tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel
kulit.Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
d. Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering
pula diserta jaringan nekrotik. Semua langkah-langkah diatas tetap
dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan ,
sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.
2. Jenis Luka Dekubitus
a. Ulkus Varikosum

13
Ulkus varikosum dalah ulkus pada tungkai bawah yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah vena. Tanda khas dari pederita
sering mengeluh bengkak pada kaki yang semakin meningkat saat
berdiri dan diam, dan akan berkurang bila dilakukan elevasi tungkai.
Keluhan lain adalah kaki terasa pegal, gatal, rasa terbakar, tidak nyeri
dan berdenyut. Cara pengobatannya yaitu dengan meninggikan letak
tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan aliran vena. Bila
terdapat pus oleskan GCO- Puregan Oil.

b. Ulkus Arteriosum
Ulkus arteriosum adalah ulkus yang terjadi akibat gangguan
peredaran darah arteri. Gejalannya perubahan kulit menjadi menipis
kering dan bersisik, sianotik,bulu tungkai berkurang, kuku jari kaki
menebal dan distrofik. Selanjutnya terjadi gangguan pada jari kaki,
kaki dan tungkai dan akhirnya timbul ulkus. Untuk menanggulangi
infeksi dapat diberikan antibiotik atau metronidazol (khusus kuman
anerob) dan analgetik untuk mengurangi nyeri. Untuk pengobatan dari
luar gunakan GCO-Puregan Oil.
c. Ulkus Neurotropik
Ulkus neurotropik adalah ulkus yang terjadi karena tekanan atau
trauma pada kulit yang anestetik( hilangnya rasa nyeri ) biasanya
diderita oleh pasien penyakit DM ( Diabetes Mellitus). Penyembuhan
ulkus ini biasanya lambat dan sering tidak memuaskan.Upaya yang
dilakukan adalah mengurangi tekanan, mengatasi infeksi, dan konsul
ke dokter, jika ada penderita Diabetes Mellitus. Pengobatan luka dapat

14
dianjurkan Puregan oil untuk pembersihan luka dapat dianjurkan
cairan NaCl. GCO – Puregan Oil ini dapat menumbuhkan jaringan
kulit yang sudah hilang ( Bolong ) dan membantu mencegah
dekubitus/ulkus datang kembali. Kandungan oil ini juga dapat
mencegah infeksi dan mematikan jamur dan virus yang akan
menyerang luka dekubitus sehingga luka dekubitus tidak dapat
terkontaminasi oleh virus ataupun infeksi kulit lainnya.
d. Ulkus Tropikum
Ulkus tropikum adalah Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri,
biasanya pada tungkai bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-
anak kurang gizi di daerah tropik,cara pengobatan pada ulkus
Tropikum adalah:
1) Perbaikan keadaan gizi dengan cara memberikan makanan
yang mengandung kalori danprotein tinggi, serta vitamin dan
mineral.
2) Tetrasiklin Peroral dengan dosis 3 x 500 mg sehari dapat juga
dipakai sebagai penggantipenicillin. Pengobatan luar Kompres
dengan NACL dan oleskan Puregan Oil tiap 2-3 jam sekali.
Gambar luka dekubitus lainnya :

3. Cara Perawatan Dekubitus


Alat atau Perlengkapan

15
a. Pinset anatomi
b. Pinset chirurgis
c. Kasa steril
d. Gunting plester
e. Plester/perekat
f. Alkohol 70 % / Wash bensin
g. Desinfektant
h. Larutan NaCl
i. Sarung tangan bersih
j. Sarung tangan steril
k. Penggaris millimeter disposable
l. Lidi kapas steril
m. Pencahayaan yang adekuat
n. GCO-puregen oil
Cara perawatan luka dekubitus meliputi :
a. Bersihkan luka dekubitus dengan menggunakan kasa bersih yang
steril dengan menggunakan caiaran NaCl (caiaran infus) dan di
angin-anginkan selama 5 menit lalu oleskan betadin kebagian lika
yang agak dalam dan biarkan sampai kering (oleskan betadin agar
mencegah infeksi saja), setelah itu baru oleskan lagi dengan
puregan oil ke seluruh luka dekubitusdan usahakan jangan ditutup
agar luka cepat kering.
b. Hari berikutnya, jika luka bernanah, bersihkan lagi dengan caiaran
NaCl (caiaran infuse) dengan kasa steril sampai bersih tidak ada
nanah sama sekali dan oleskan lagi betadin setelah kering baru oles
lagi puregan oil. Jika daerah yang dibersihkan agak membesar dan
membentuk lobang agak dalam,ambil kain kasa steril larutkan
dalam cairan NaCl (cairan inpus) lalu masukkan dalam lobang luka
tsb sambil ditekan sedikt agar nanah menempel ke bagian kain kasa
lakukan berulang-ulang sampai benar-benar bersih setelah bersih
baru boleh teruskan tahap no 1.

16
c. Jika dekubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien
tiduragak miring atau merubah posisi tidur pasien

d. Oleskan puregan oil pada pagi hari dan malam hari, tentunya
setelah dibersihkan dan jika luka masih kemerahan (awal
dekubitus) oleskan GCO-puregan oil ini dengan cara di meses
secara perlahan-lahan keseluruh luka dekubitus.
e. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk proses penyembuhan
jika jaringan kulit sudah mati (nevkrotik) dan jika sampai ke tulang
butuh waktu lebih lama lagi tapi kadang tergantung kondisi fisik
dan kejiwaan pasien jadi pasien harus selalu punya semangat yang
kuat dan selalu ceria (proses penyembuhan biasanya berbea-beda
tiap pasien).
f. Atur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi 4
sehat 5 sempurna.
Penatalaksanaan luka dekubitus :
a. Hilangkan tekanan pada daerah-daerah yang terkena dengan
mengubah-ubah posisi.
b. Mengusahakan agar ventilasi antara badan dan tempat tidur
berjalan lancer.
c. Sistemik : antibiotik spectrum luas seperti amoksisilin 4 x 500 mg
selama 15-30 hari, siklosporin 1-2 gr/hari selama 3-19 hari atau
golongan kuinolon 4 x 500 mg/hari selama 14 hari.
d. Topikal : salep antibiotic seperti salep kloramfenikol 2 %.
4. Tindakan Pencegahan Dekubitus
a. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia
diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup,
vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
b. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran
darah

17
c. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam.
Keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat
yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang
mengganggu istirahat klien bahkan menyakitkan.
d. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada
tubuh klien, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik
turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat
canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik
dan dapat rusak.
e. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain:
1) Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya,
atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.
2) Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk
menahan tubuh klien, “kue donat” untuk tumit.

18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Dari penjelasan yang di jelaskan dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Penyakit kronis adalah penyakit yang mempunyaI karakteristik yaitu suatu
penyakit yang bertahap-tahap, mempunyai perjalan penyakit yang cukup
lama, dan sering tidak dapat disembuhkan.
2. Perawatan luka merupakan salah satu kompetensi asuhan keperawatan
yang sering dilaksanakan oleh perawat pada setiap lahan praktek
keperawatan.
3. Cara perawatan pasien DM di rumah yaitu minum obat secara teratur
sesuai program, diet yang tepat, olahraga yang teratur, kontrol GD teratur
dan pencegahan komplikasi.
4. Luka dekubitus disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah ke jaringan
yang mengakibatkan iskemia lokal jaringan. Jaringan berada diantara dua
permukaan keras, biasanya antara permukaan tempat tidur dan rangka
tulang.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mengenai
Perawatan luka kronis di rumah bagi para pembaca dan untuk menunjang
makalah ini agar lebih baik lagi diharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, PM. 2007. Diabetic Foot Ulcer In The Clinical Perspective. Malang:
Unbraw.

Capernito, Linda Juall.1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian


Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Erlita. 2017. Penyakit Kronis. Termuat dalam:


https://halosehat.com/penyakit/perbedaan-penyakit-akut-dan-kronis diakses
pada tanggal 09 Maret 2018

Maryunani, A. 2013. Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare) Terkini dan


Terlengkap, Sebagai Bentuk Tindakan Keperawatan Mandiri. Jakarta:
Inmedia.

Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: EGC

Nurachman, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses Dan
Praktek. Edisi 4.Vol 2. Jakarta: EGC

Pusat Diaabetes & Lipid RSUPN CM. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: BP FKUI.

20
Nama Kelompok :

1. Pande Putu Suyastini ( P07120017180 )


2. I Made Darma Riyana ( P07120017181 )
3. Ni Wayan Arning Puspitawati ( P07120017198 )

Soal Perawatan Luka Kronis di Rumah (Perawatan Konvensional)

1. Rusaknya kesatuan /komponen jaringan dimana secara spesifik terdapat


jaringan yang rusak/hilang, meruapakan definisi dari?
a. Perdarahan
b. Luka
c. Fraktur
d. Hematoma
e. Abses
2. Luka yang menembus organ tubuh, biasanya pada awal luka masuk
diameter kecil tapi ujung luka melebar adalah?
a. Luka tembus (penetrating wounds)
b. Luka gores (lecerated wounds )
c. Luka tusuk (punc tured wounds)
d. Luka insisi (incised wound)
e. Luka lecet (abraded wounds)
3. Ketika luka timbul, akan muncul beberapa efek, yaitu!
a. Kematian sel
b. Perdarahan dan pembekuan darah
c. Kontaminasi bakteri
d. Respon stress simpatis
e. Jawaban semua benar
4. Luka insisi (incised wounds ) adalah ?
a. Luka yang terjadi akibat benda seperti peluru /pisau yang masuk
kedalam kulit yang diameter kecil.
b. Luka karena teriris oleh instrumen yang tajam, misalnya
pembedahan
c. Luka akibat benturangan oleh suatu tekanan

21
d. Luka akibat bergeseran dengan benda yang tidak tajam
e. Luka akibat benda tajamseperti pisau
5. Luka bersih terkontaminasi adalah?
a. Luka terbuka, fres dan luka kecelakaan yang terkontaminasi
b. Luka yang terdapat mikroorganisme pada luka
c. Luka yang terinfeksi tetapi tidak terjadi proses peradangan pada
saluran pernapasan,pencernaan,genetalia dan perkemihan
d. Luka pembedahan dimana saluran pernapasan,pencernaan
genetalia dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol.
e. Luka yang tak terinfeksi dan tidak terjadi peradangan pada saluran
pencernaan, pernafasan, genetalia dan saluran perkemihan.
6. Ciri-ciri luka bersih (cleand wounds) adalah ?
a. Luka bedah infeksi dan tidak terjadi inflamasi
b. Luka yang dihasilkan tertutup jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup
c. Kemungkinan infeksi 1% - 5%
d. Saluran pernapasan, pencernaan, genetalia dan saluran perkemihan
dalam kondisi terkontrol
e. a,b dan c yang bener
7. luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan luka disebut?
a. Luka akut
b. Luka terkontaminasi
c. Luka kronik
d. Luka kotor
e. Luka bersih terkontaminasi
8. Jaringan baru disebut ?
a. Jaringan parut
b. Jaringan granulasi
c. Jaringan efitalisasi
d. Hypotoptic scar
e. Kolagen

22
9. Rusaknya luka bedah disebut?
a. Eviserasi
b. Celulitis
c. Dehisensi
d. Abses
e. Hematoma
10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah?
a. Hivopolemia
b. Usia
c. Diabetes mellitus
d. Infeksi
e. Semua benar
11. Dalam pertolongan pertama di lapangan pada luka bakar yang menjadi
prioritas terpenting ialah?
a. Waspada akan bahaya kabel listrik dan bahan berbahaya/kimia
b. Keamanan
c. Memakai peralatan yang cukup dan terlatih
d. Menjaga agar tidak terjadi hipotermi
e. Menyelamatkan /mengeluarkan penderita dari lokasi
kebakaran
12. Klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebabnya yaitu,kecuali?
a. Panas kering
b. Frostbite
c. Bahan kimia
d. Panas lembab
e. Radiasi

23
13. Pasien Tn. A masuk IGD dengan diagnosa luka bakar. Perawat melakukan
pengkajian untuk menentukan derajat luka bakar Tn. A Didapatkan hasil
jaringan yang terkena keseluruhan epidermis dan sebagian dermis,
menurut keluarga pasien terkena api, terlihat luka tampak pucat, kering,
berlilin dan tidak memutih, nyeri saat ditekan. Dilihat dari hasil pengkajian
perawat, maka derajat luka bakar ialah…
a. Derajat I
b. Derajat II A
c. Derajat II B
d. Derajat II C
e. Derajat III
14. Berikut tanda-tanda cedera inhalasi, kecuali…
a. Hangusnya rambut di wajah
b. Nyeri dada
c. Batuk atau sesak
d. Sputum yang mengandung jelaga
e. Suara serak

15. Warna dasar pada batas luka berwarna merah muda disebut?
a. Granulasi
b. Epitelisasi
c. Shoughy
d. Nekrotik
e. Infeksi

24

Anda mungkin juga menyukai