Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR I

Prinsip Perawatan Luka


Dosen: Ns. Sidaria, M. Kep.

Oleh:
Delfi Suryani (2011312070)
Muhammad Usamah Prasetiyo (2011311027)
Mutia Salsabilla (2011311018)
Nurlita Sholatul Aini (2011312028)
Rahmi Dwi Syaputri (2011312064)
RevinaLiyaFika (2011313022)
Sabilla Khairani (2011311039)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka ialah rusak atau hilangnya beberapa jaringan tubuh yang terjadi dikarenakan
adanya sebuah faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti
trauma, perubahan suhu, adanya zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Bentuk luka itu berbeda tergantung dengan apa yang menjadi penyebabnya, ada luka yang
terbuka dan ada luka yang tertutup. Salah satu contoh luka terbuka ialah insisi dimana adanya
robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu contoh luka tertutup ialah
hematoma dimana pembuluh darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya darah di bawah
kulit.
Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yaitu dengan adanya proses
penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari berbagai macam proses yang
kompleks dengan tujuan untuk mengembalikan integritas jaringan. Selama proses ini dengan
adanya terjadi pembekuan pada darah, respon inflamasi akut dan kronis, neovaskularisasi,
proliferasi sel hingga apoptosis. Proses tersebut dimediasi oleh berbagai sel, sitokin, matriks,
dan growth factor. Disregulasi dari proses tersebut bisa menyebabkan komplikasi atau
abnormalitas luka yaitu terjadinya luka hipertrofik dan keloid. Penyembuhan luka kulit tanpa
pertolongan dari luar berjalan secara alami namun terkadang membutuhkan penanganan
khusus pada luka itu untuk membantu proses tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman mengenai proses penyembuhan luka.
Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia terutama luka
kronis karena mengganggu fungsional jaringan dan dapat dilihat dari nilai estetikanya. Luka
akut yang mengalami kesulitan dalam proses penyembuhannya dapat berprogresi menjadi
luka kronis. Contoh dari luka kronis yang sering dan menyebabkan komplikasi adalah luka
ulkus diabetikus. Melihat permasalahan tersebut, luka perlu mendapat penanganan yang baik
dengan tujuan untuk mengurangi angka morbiditasnya.
Dan saat ini, perawatan luka telah mengalami berbagai perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka. Selain itu, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolisme
semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu
luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan dan dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus
dipahami oleh perawat adalah isu yang berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut, hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah konsep dan prinsip dari luka dan perawatan luka?
2. Apa saja tahap tahap penyembuhan luka?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu konsep dari luka.
2. Untuk menjelaskan apa itu konsep dari perawatan luka.
3. Untuk menjelaskan apa itu prinsip dari luka.
4. Untuk menjelaskan apa itu prinsip dari perawatan luka.
5. Untuk menjelaskan apasaja tahap-tahap penyembuhan luka.

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang konsep dari luka dan
perawatan luka.
2. Agar memahami tentang prinsip dari luka dan perawatan luka.
3. Mampu memahami tentang tahap-tahap penyembuhan luka.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Luka
Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas
jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya, seperti otot,
tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tekanan, sayatan, dan luka
karena operasi (Ryan, 2014).
Menurut Arisanty Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit
(Arisanty, 2013). Luka adalah gangguan pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang
dapat dibedakan menjadi 2 jenis menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka
kronis (Granic & Teot, 2012).
Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
Luka merupakan kejadian yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari yang
menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. Luka merupakan kerusakan
secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup.
2. Respon stres simpatis.
Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi terkait sistem imun
tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe. Tipe satu
yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel mast ataubasofil yang diikuti
dengan reaksi spesifik antigen atau atibody. Tipe dua yaitu reaksisitotoksik berupa reaksi
merusak sel, fagositosis, dan mekanisme bula. Tipe tiga, yaitu reaksi imun kompleks
berupa sirkulasi antigen atau antibodi ke jaringan inflamasi, trombosit rusak, vasoaktif
menurun, dan pemearbelitas vaskuler meningkat. Tipe empat yaitu raksi hipersensitif
(Arisanty, 2013).
3. Pendarahan dan pembekuan darah.
Luka dapat menyebabkan reaksi pendarahan dan pembekuan darah akibat respon
imun di dalam tubuh. Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah arteri dan
vena (Arisanty, 2013). Pendarahan dibedakan menjadi dua yaitu pendarahan internal dan
eksternal. Pendarahan internal ditandai dengan nyeri pada area luka, perubahan tanda-
tanda vital dan adanya hematoma yang menyebabkan penekanan jaringan disekitarnya,
sehingga dapat menyumbat aliran darah (Treas dan Wilkinson, 2013).
4. Kontaminasi bakteri.
Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta mikro organisme
lainnya. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang berpotensi menyebabkan infeksi.
Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan, walaupun beberapa diantaranya
bersifat parasit (Boyle, 2009). Imunitas terhadap bakteri bervariasi tergantung pada
organisme yang hidup di dalam atau di luar sel. Walaupun banyak bekteri dapat ditolak
atau bahkan dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh dasar, beberapa bakteri telah
mengembangkan kemampuannya untuk memperdaya sistem pertahanan tubuh (Boyle,
2009).
5. Kematian sel.
Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa faktor. Kerusakan sel
disebabkan beberapa faktor, yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan), friction (gesekan),
bahan kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan neuropati (mati rasa). Mekanisme
kerusakan pada kulit menyebabkan terjadinya luka (arisanty, 2013).

2.2 Perawatan luka


Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya  untuk mencegah
infeksi, membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan
makanan bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur. Cuci tangan sebelum
dan setelah merawat luka. Berhenti merokok atau minum alkohol serta hindari Stress.
Lakukanlah cara merawat luka dengan benar.
Makanan yang bergizi yaitu makanan sumber protein dan  vitamin C.  Makanan
sumber protein terdiri dari Hewani dan nabati. Makanan sumber protein hewani seperti ikan,
ayam, ikan, telur, dan lain-lain. Makanan sumber protein nabati seperti  tahu, tempe, kacang-
kacangan dan hasil olahannya. Sedangkan makanan sumber vitamin C seperti  Jeruk, jambu
biji, dan tomat.
Manfaat Perawatan luka adalah dengan menjaga kebersihan dapat mencegah infeksi,
memberikan rasa aman & nyaman untuk pasien. Mempercepat proses penyembuhan luka,
mencegah bertambahnya kerusakan jaringan, membersihkan luka dari benda asing/kotoran,
memudahkan pengeluaran cairan yang keluar dari luka, mencegah masuknya kuman dan
kotoran ke dalam luka serta mencegah perdarahan maupun munculnya jaringan parut sekitar
luka.

2.3 Prinsip Perawatan Luka


Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah
infeksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan
luka.
A. Menghentikan perdarahan.
1. Tekanan langsung pada luka akan menghentikan perdarahan (lihat gambar di
bawah).
2. Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam waktu yang singkat (< 10
menit) dengan menggunakan manset sfigmomanometer yang dipasang pada
bagian proksimal pembuluh arteri.
3. Penggunaan torniket yang terlalu lama bisa merusak ekstremitas.
B.Mencegah infeksi.
1. Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam pencegahan
infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat pertama datang. Luka
tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau rusak dan
mungkin benda asing.
2. Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau larutan
antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
3. Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing dan
bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka besar
memerlukan anestesi umum.
4. Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan hati-hati.
Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati dengan antibiotik, yaitu:
 Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).
 Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.
C.Profilaksis tetanus.
1. Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif bila
diberikan sebelum 24 jam luka
2. Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah waktunya
D. Menutup luka.
1. Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama, luka
dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka primer).
2. Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau
terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
3. Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut dengan
menggunakan kasa lembap.
4. Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap ditutup ringan
dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam waktu 48 jam berikutnya, luka dapat
benar-benar ditutup (penutupan luka primer yang tertunda).
5. Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh dengan sendirinya.
E.Infeksi luka.
1. Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas dan
mengeluarkan nanah.
2. Tatalaksana
 Buka luka jika dicurigai terdapat nanah
 Bersihkan luka dengan cairan desinfektan
 Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap hari, lebih
sering bila perlu
 Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh (biasanya dalam
waktu 5 hari).
 Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari) karena
sebagian besar luka biasanya mengandung Staphylococus.
 Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari), gentamisin
(7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis
3 kali sehari) jika dicurigai terjadi pertumbuhan bakteri saluran cerna.

2.4 Tahap-Tahap Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena adanya kegiatan
bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan. Penggabungan respon
vaskuler, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi mediator di
daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka.
Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme untuk mengembalikan komponen-komponen
jaringan yang rusak dengan membentuk struktur baru dan fungsional. Proses penyembuhan
luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi
metabolik.
Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi tahap homeostasis,
inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi.
1. Tahap Homeostasis.
Homeostasis memiliki peran protektif yang membantu dalam penyembuhan luka.
Pelepasan protein yang mengandung eksudat ke dalam luka menyebabkan vasodilatasi
dan pelepasan histamin maupun serotonin. Hal ini memungkinkan fagosit memasuki
daerah yang mengalami luka dan memakan sel-sel mati (jaringan yang mengalami
nekrosis). Eksudat adalah cairan yang diproduksi dari luka kronik atau luka akut, serta
merupakan komponen kunci dalam penyembuhan luka, mengaliri luka secara
berkesinambungan dan menjaga keadaan tetap lembab. Eksudat juga memberikan luka
suatu nutrisi dan menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-sel epitel.
2. Tahap Inflamasi.
Reaksi inflamasi adalah respon fisiologis normal tubuh dalam mengatasi luka.
Pada tahap inflamasi akan terjadi udema, ekimosis, kemerahan, dan nyeri. Inflamasi
terjadi karena adanya mediasi oleh sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan efek
terhadap reseptor. Tujuan dari reaksi inflamasi ini adalah untuk membunuh bakteri yang
mengkontaminasi luka.
3. Tahap Migrasi.
Tahap migrasi merupakan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada daerah yang
mengalami cedera untuk menggantikan jaringan yang rusak atau hilang. Sel ini
meregenerasi dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian yang telah
tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel.
4. Tahap Poliferasi.
Tahap proliferasi terjadi secara simultan dengan tahap migrasi dan proliferasi sel
basal, yang terjadi selama 2-3 hari. Tahap proliferasi terdiri dari neoangiogenesis,
pembentukan jaringan yang tergranulasi dan epitelisasi kembali. Jaringan yang
tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler dan limfatik ke dalam luka dan
kolagen yang disintesis oleh fibroblas dan memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel
kemudian mengeras dan memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan yang
luka. Proliferasi dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama dua minggu.
5. Tahap Maturasi.
Tahap maturasi adalah untuk menguatkan jaringan yang baru terbentuk. Tahap
maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan penghubung selular dan penguatan
epitel baru yang ditentukan oleh besarnya luka. Jaringan granular selular berubah menjadi
massa aselular dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam
melakukan perawatan luka, agar luka dapat segera disembuhkan.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan
prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Agar
luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah sebaiknya
mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar
meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat
dengan baik.
REFERENSI

https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/perawatan-luka-pada-pasien-#:~:text=Perawatan
%20luka%20adalah%20tindakan%20merawat,dokter%2C%20minum%20obat%20secara
%20teratur.
https://www.google.co.id/search?safe=strict&client=safari&hl=id-
id&sxsrf=ALeKk02MazpqTLK-MacUSrzo0FoM5nb-
7w:1606026833612&q=Prinsip+PERAWATAN+luka&sa=X&ved=2ahUKEwi27aqXxJXtAhXk
X3wKHZ7PBEkQ1QIwBHoECAwQAQ&biw=375&bih=628&dpr=2
file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/13366-29150-2-PB.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/dalam-proses-penyembuhan-luka-ada-4-tahap-yang-akan-dilalui-
tubuh

Anda mungkin juga menyukai